Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SHOLAT

Disusun Oleh :

Abdul Rohman

Mapel : Fikih
Kelas : XII IPS

MA TARBIYATUL MUTAALIMIN
2017
KATA PENGANTAR

puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi

Kata Pengantar ..........................................................................................................................


Daftar Isi ...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................

1.1. Latar Belakang ........................................................................................................


1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................
BAB II SHOLAT .......................................................................................................................

2.1. PENGERTIAN SHOLAT ......................................................................................


2.2. MACAM-MACAM SHOLAT WAJIB DAN SHOLAT SUNNAH .....................
2.3. KEDUDUKAN SHALAT DALAM ISLAM .........................................................
2.4. LANDASAN HUKUM SHALAT WJIB DAN SUNNAH ..................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................
3.2. Saran .......................................................................................................................

Daftar Pustaka ...........................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sering kali kita sebagai orang islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai mahluk
yang paling sempurna yaitu sholat, atau terkadang tau tentang kewajiban tapi tidak mengerti
terhadap apa yang dilakukaan. Selain itu juga bagi kaum fanatis yang tidak menghargai tentang
arti khilafiyah, dan menganggap yang berbeda itu yang salah. Oleh karena itu mari kita kaji
bersama tentang arti shalat, dan cara mengerjakannya serta beberapa unsur
didalamnya. Dalam pembahasan kali ini juga di paparkan sholat dan macamnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan harus
dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.
Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi (tiang)
salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa mendirikan shalat ,maka ia mendirikan agama
(Islam), dan barang siapa meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat.
Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf
baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat shalat sunah.
Untuk membatasi bahasan penulisan dalam permasalahan ini, maka penulis hanya membahas
tentang shalat wajib kaitannya dengan kehidupan sehari hari.

1.2. Rumusan Masalah


1. Pengertian Shalat
2. Macam-macam Shalat ( Wajib & Sunnah )
3. Kedudukan Shalat dalam Islam
4. Landasan hukum sholat ( Wajib & Sunnah )
5. Persamaan dan perbedaan pendapat 4 mazhab mengenai sholat
BAB II
SHOLAT

2.1. PENGERTIAN SHOLAT


Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah, sholat menurut Bahasa (Etimologi) berarti
Do'a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88).
Adapun scara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nyaatau mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah
yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-
duanya. (Hasbi AsySyidiqi, 59).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara.[1]
(Imam Bashari Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan
ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara. Juga shalat
merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon
rido-Nya. Sholat dalam agama islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh
ibadat manapun juga, ia merupakan tiang agama dimana ia tak dapat tegak kecuali dengan itu.

2.2. MACAM-MACAM SHOLAT WAJIB DAN SHOLAT SUNNAH


2.2.1. Macam-macam sholat wajib:
1) Sholat Isya' yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali tasyahud dan satu
kali salam. Waktu pelaksanaannya dilakukan menjelang malam (+ pukul 19:00 s/d menjelang
fajar)yang diiringi dengan sholat sunnah qobliyah (sebelum) dan ba'diyah (sesudah) sholat isya.

2) Sholat Subuh yaitu sholat yang dikerjakan 2 (dua) raka'at dengan satu kali salam. Adapaun
waktu pelaksanaannya dilakukan setelah fajar (+ pukul 04:10) yang hanya diiringi dengan sholat
sunnah qobliyah saja, sedang ba'diyah dilarang[2].

3) Sholat Lohor (Dhuhur) yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali tasyahud
dan satu kali salam. Adapun waktu pelaksaannya dilakukan sa'at matahari tepat di atas kepala
(tegak lurus) + pukul 12:00 siang, yang diiringi dengan sholat sunnah qobliyah dan sholat sunnah
ba'diyah (dua raka'at-dua raka'at atau empat raka'at-empat raka'at dengan satu kali salam).
4) Sholat Ashar yaitu sholat yang dikerjakan 4 (empat) raka'at dengan dua kali tasyahud dan satu
kali salam. Adapun waktu pelaksanaannya dilakukan setelah matahari tergelincir (+ pukul 15:15
sore atau sebatas pandangan mata) yang hanya diiringi oleh sholat sunnah qobliyah dengan dua
raka'at atau empat raka'at (satu kali salam).

5) Sholat Maghrib yaitu sholat yang dikerjakan 3 (tiga) raka'at dengan dua kali tasyahud dan satu
kali salam. Adapun waktu pelaksanaanya dilakukan setelah matahari terbenam (+ pukul 18:00)
yang diiringi oleh sholat sunnah ba'diyah dua raka'at atau empat raka'at dengan satu kali salam,
sedang sholat sunnah qobliyah hanya dianjurkan saja bila mungkin : lakukan, tapi bila tidak :
jangan (karena akan kehabisan waktu).

2.2.2. Macam-macam sholat sunah:


1. Shalat Sunah Tahajud
Shalat sunah tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah malam di
antara shalat isya danShalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah rokaat shalat tahajud minimal
dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak kembali tidur sebaiknya membaca ayat kursi, surat
al-ikhlas, surat al-falaq dan surat an-nas.

2. Shalat Sunah Dhuha


Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00
hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at shalat dhuha minimal dua rokaat dan maksimal
dua belas roka'at dengan satu salam setiap dua roka'at. Manfaat dari shalat dhuha adalah supaya
dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki. Saat melakukan sholat dhuha sebaiknya
membaca ayat-ayat surat al-waqi'ah, adh-dhuha, al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.

3. Shalat Sunah Istikharah


Shalat istikharah adalah shalat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan petunjuk dari
Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik yang terdiri dari dua hal/perkara maupun lebih
dari dua. Hasil dari petunjuk Allah SWT akan menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di
kemudian hari. Setiap kegagalan akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak akan
berguna di masa yang akan datang. Contoh kasus penentuan pilihan:
- memilih jodoh suami/istri
- memilih pekerjaan
- memutuskan suatu perkara
- memilih tempat tinggal, dan lain sebagainya
Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga melakukan, puasa sunah, shodaqoh, zikir, dan
amalan baik lainnya.

4. Shalat Sunah Tasbih


Shalat tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak memahasucikan Allah
SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat dibarengi dengan 75 kali bacaan tasbih.
Jika shalat dilakukan siang hari, jumlah rokaatnya adalah empat rokaat salam salam, sedangkan
jika malam hari dengan dua salam.

5. Shalat Sunah Taubat


Shalat taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang yang ingin bertaubat, insyaf
atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya dengan bersumpah tidak akan
melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya tersebut. Sebaiknya shalat sunah taubat
dibarengi dengan puasa, shodaqoh dan sholat.

6. Shalat Sunah Hajat


Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh Allah
SWT. Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk mencapai hajat atau
cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rokaat dan maksimal dua belas bisa kapan
saja dengan satu salam setiap dua roka'at, namun lebih baik dilakukan pada sepertiga terakhir
waktu malam.

7. Shalat Sunah Safar


Shalat safar adalah sholat yang dilakukan oleh orang yang sebelum bepergian atau melakukan
perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat seperti pergi haji, mencari ilmu, mencari kerja,
berdagang, dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah supaya mendapat keridhoan, keselamatan
dan perlindungan dari Allah SWT.

8. Shalat Sunah Rawatib.


Shalat sunah rawatib dilakukan sebelum dan setelah shalat fardhu. Yang
sebelum Shalat Fardhu disebutshalat qobliyah, dan yang setelah shalat fardhu di
sebut shalat Ba'diyah. Keutamaannya adalah sebagai pelengkap dan penambal shalat fardhu
yang mungkin kurang khusu atau tidak tumaninah.

9. Shalat Sunah Istisqho


Shalat sunah ini di lakukan untuk memohon turunnya hujan. dilakukan secara berjamaah
saat musim kemarau.

10. Shalat Sunah Witir.


Shalat sunah witir dilakukan setelah sampai sebelum fajar. bagi yang yakin akan bangun
malam diutamakan dilakukan saat sepertiga malam setelah shalat Tahajud. Shalat witir disebut
juga shalat penutup. biasa dilakukan sebanyak tiga rakaat dalam dua kali salam, dua rakaat
pertama salam dan dilanjutkan satu rakaat lagi
11. Shalat Tahiyatul Masjid.
Shalat tahiyatul masjid ialah shalat untuk menghormati masjid. Disunnahkan shalat
tahiyatul masjid bagi orang yang masuk ke masjid, sebelum ia duduk. Shalat tahiyatul masjid itu
dua rakaat.

12. Shalat Tarawih.


Shalat Tarawih yaitu shalat malam pada bulan ramadhan hukumnya sunnah muakad atau
penting bagi laki-laki atau perempuan, boleh dikerjakan sendiri-sendiri dan boleh pula
berjamaah.

13. Shalat Hari Raya (Idul Adha dan Idul Fitri).


Sebagaimana telah diterangkan bahwa waktu shalat hari raya idul fitri adalah tanggal 1
syawal mulai dari terbit matahari sampai tergeincirnya. Akan tetapi, jika diketahui sesudah
tergelincirnya matahari bahwa hari itu tanggal 1 syawal jadi waktu shalat telah habis, maka
hendaklah shalat di hari kedua atau tanggal 2 saja. Sedangkan untuk shalat hari raya Idul Adha
tanggal 10 Dzulhijjah.

14. Shalat Dua Gerhana.


Kusuf adalah gerhana matahari dan khusuf adalah gerhana bulan[4]. Shalat kusuf dan
khusuf hukumnya sunnah muakaddah berdasarkan sabda Nabi saw. Yang artinya :
Sesungguhnya matahari dan bulan tidak mengalami gerhana karena kematian
seseorang maupun kehidupannya. Maka apabila kalian menyaksikan itu, hendaklah kalian
shalat dan berdoa kepada Allah Taala. (H.R. Syaikhain).

15. Sholat Rawatib.


Sholat rawatib adalah sholat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah dholat fardu.
Seluruh dari sholat rawatib ini yaitu ada 22 rakaat, yaitu :
2 rakaat sebelum sholat subuh (sesudah sholat subuh tidak ada sholat sunah badiyah).
2 rakaat sebelum sholat zuhur. 2 atau 4 rakaat sesudah zuhur.
2 rakaat atau 4 rakaat sebelum sholat ashar, (sesudah sholat ashar tidak ada sholat badiyah).
2 rakaat sesudah sholat maghrib.
2 rakaat sebelum sholat isya.
2 rakaat sesudah sholat isya.
Sholat-sholat tersebut yang dikerjakan sebelum sholat fardhu, dinamakan qobliyah dan
sesudahnya disebut badiyah.

2.3. KEDUDUKAN SHALAT DALAM ISLAM


Shalat sebenarnya telah dipersintahkan Allah kepada umat terdahulu sebelum umat nabi
Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam. Allah Taala berfirman (artinya), Wahai Bani Israil
ingatlah nikmat yang telah Aku berikan kepada kalian tegakkanlah shalat,
keluarkanlah zakat dan rukulah bersama orang-orang yang ruku. [Al Baqarah: 40-43].
Allah juga berfirman (artinya), Dan tidaklah mereka (ahlul kitab dan musyrikin) diperintah
kecuali agar mereka beribadah kepada Allah semata, menegakkan shalat dan mengeluarkan
zakat. Demikianlah agama yang lurus.[Al Bayyinah: 5].
Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Islam dibangun atas lima (perkara):
kesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah
Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke baitullah, dan puasa Ramadhan.[5]
Adapun kedudukan sholat dalam islam yaitu:
1. Shalat sebagai sebab seseorang ditolong oleh Allah. Hal ini karena Allah sendiri berfirman
(artinya), Wahai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan kepada Allah dengan
kesabaran dan shalat [Al Baqarah 153]. Shalat bila ditunaikan sebagaimana mestinya niscaya
akan menyebabkan seseorang ditolong oleh Allah dalam setiap urusannya.
2. Shalat merupakan sebab seseorang tercegah dari kekejian dan kemungkaran. Allah berfirman
(artinya), Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan kemungkaran. [Al
Ankabuut 45]. Jika shalat dikerjakan dengan semestinya pasti akan
mencegah pelakunya dari kekejian dan kemungkaran dengan ijin Allah.
3. Shalat merupakan salah satu rukun islam. [H.R Al bukhari 8 dan Muslim 16].
4. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab/ dihitung di hari kiamat.
Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda (artinya), Sesungguhnya amalan seorang
hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka ia
akan beruntung dan selamat. Namun bila shalatnya jelek maka ia akan merugi dan celaka.. [H.R
At Tirmidzi 413 dan dishahihkan Asy Syaikh Al Albani]. Yang dimaksud shalat merupakan
amalan pertama kali yang dihisab di hari kiamat adalah shalat wajib, sebagaimana sabda beliau
Shallallahu alaihi Wasallam yang lain (artinya), Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari
seorang muslim pada hari kiamat adalah shalat wajib [H.R ibnu Majah 1425 dan dishahihkan
Asy Syaikh Al Albani]. Telah dimaklumi bahwa shalat yang diwajibkan kepada kita adalah
shalat 5 waktu (Zhuhur, Ashr, Maghib, Isya dan Subuh). Demikian pula shalat Jumat bagi
pria. Inilah yang disepakati seluruh ulama.
5. Keutamaan shalat dapat dilihat dari awal perintah untuk mengerjakannya yaitu diperintahkan
langsung kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam tanpa melalui perantara Jibril alaihis
Salaam, di tempat yang tertinggi yang pernah dicapai manusia yaitu langit ketujuh, di malam
yang paling utama bagi Nabi Shallallahu alaihi Wasallam yaitu malam Isra Miraj dan
diwajibkan disetiap hari sepanjang hidup seorang muslim.

2.3.1. Hukum Orang Yang Meninggalkan Shalat


Seluruh ummat Islam sepakat bahwa orang yang mengingkari wajibnya shalat, maka dia
kafir dan keluar dari Islam. Tetapi mereka berselisih tentang orang yang meninggalkan shalat
dengan tetap meyakini kewajiban hukumnya. Sebab perselisihan mereka adalah adanya sejumlah
hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang menamakan orang yang meninggalkan shalat
sebagai orang kafir, tanpa membedakan antara orang yang mengingkari dan yang bermalas-
malasan mengerjakannya.
Dari Jabir Radhiyallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda yang artinya:
Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah
meninggalkan shalat.
Dari Buraidah, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda yang artinya : Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa
meninggalkannya, maka ia telah kafir.[6]
Namun yang rajih dari pendapat-pendapat para ulama, bahwa yang dimaksud dengan
kufur di sini adalah kufur kecil yang tidak mengeluarkan dari agama. Ini adalah hasil kompromi
antara hadits-hadits tersebut dengan beberapa hadits lain, di antaranya:
Dari Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu anhu, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya :
Lima shalat diwajibkan Allah atas para hamba. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak
menyia-nyiakannya sedikit pun karena menganggap enteng, maka dia memiliki perjanjian de-
ngan Allah untuk memasukkannya ke Surga. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia
tidak memiliki perjanjian dengan Allah. Jika Dia berkehendak, maka Dia mengadzabnya. Atau
jika Dia berkehendak, maka Dia mengampuninya.[7]
Kita menyimpulkan bahwa hukum meninggalkan shalat masih di bawah derajat
kekufuran dan kesyirikan. Karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyerahkan perkara
orang yang tidak mengerjakannya kepada kehendak Allah.
Sedangkan Allah Subhanahu wa Taala berfirman:



Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. [An-Nisaa: 48]
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang
hamba yang muslim pada hari Kiamat adalah shalat wajib. Jika dia mengerjakannya dengan
sempurna (maka ia selamat). Jika tidak, maka dikatakan: Lihatlah, apakah dia memiliki shalat
sunnah? Jika dia memiliki shalat sunnah maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat
sunnah tadi. Kemudian seluruh amalan wajibnya dihisab seperti halnya shalat tadi.
Dari Hudzaifah bin al-Yaman, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Islam akan lenyap sebagaimana lenyapnya warna pada baju yang luntur.
Hingga tidak lagi diketahui apa itu puasa, shalat, qurban, dan shadaqah. Kitabullah akan diangkat
dalam satu malam, hingga tidak tersisalah satu ayat pun di bumi. Tinggallah segolongan manusia
yang terdiri dari orang tua dan renta. Mereka berkata, Kami dapati bapak-bapak kami
mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallaah dan kami pun mengucapkannya. Shilah berkata
kepadanya, Bukankah kalimat laa ilaaha illallaah tidak bermanfaat untuk mereka, jika mereka
tidak tahu apa itu shalat, puasa, qurban, dan shadaqah?
Lalu Hudzaifah berpaling darinya. Shilah mengulangi pertanyaannya tiga kali. Setiap kali
itu pula Hudzaifah berpaling darinya. Pada kali yang ketiga, Hudzaifah menoleh dan berkata,
Wahai Shilah, kalimat itulah yang akan menyelamatkan mereka dari Neraka. Dia
mengulanginya tiga kali.

2.4. LANDASAN HUKUM SHALAT WJIB DAN SUNNAH


a. Landasan hukum sholat wajib
a.1. Landasan Al quran
Kewajiban shalat dapat dilihat dalam (Q.S:Al Baqarah 2:110)
Yang artinya: Dan dirikanlah sholat tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanyapada sisi Allah. Sesungguhnya Allah
maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Kemudian dalam (Q.S:An Nisa 4:103)
Yang artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat (mu), ingat Allah diwaktu berdiri,
diwaktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.[9]
Dan banyak lagi seperti dalam surat-surat berikut ini:
2:277, 4:103, 4:162, 5:12, 6:72, 6:92, 7:29, 8:3, 9:11, 9:18, 9:71, 13:22, 14:31, 14:37, 14:40,
20:132, 22:78, 24:56, 30:31, 33:33, 58:13.[10]

a.2. Landasan hadits


landasan hukum bagi sholat wajib termuat dalam Hadist Shahih Bukhari No. 211 Jilid I
yakni isinya tentang proses terjadinya isra wal miraj dimana pada peristiwa dimana nabi
diberikan perintah sholat yang awalnya 50 rakaat di perkecil menjadi 5 rakaat.[11]
b. Landasan hukum sholat sunnah
Shalat Idul Fitri
Shalat Idul Adha
Hadist mengenai Shalat Sunnah di atas Ibnu Abbas Ra. berkata: Aku shalat Idul Fithri bersama Rasulullah
SAW dan Abu bakar dan Umar, beliau semua melakukan shalat tersebut sebelum khutbah. (HR Imam
Bukhari dan Muslim)
Shalat Kusuf (Gerhana Matahari)
Shalat Khusuf (Gerhana Bulan)
Hadist tentang Shalat Kusuf dan Shalat Khusuf :
Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda (kebesaran) Allah SWT. Tidak
terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak juga karena kehidupan (kelahiran) seseorang. Apabila kalian
mengalaminya (gerhana), maka shalatlah dan berdoalah, sehingga (gerhana itu) berakhir. (HR Imam Bukhari
dan Muslim)
Shalat Istisqo
Dari Ibnu Abbas Ra., bahwasannya Nabi SAW shalat istisqo dua rakaat, seperti shalat Id. (HR Imam Nasai,
Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
Shalat Sunnah Sendiri
Shalat Rawatib (Shalat yang mengiringi Shalat Fardlu)
Hadist yang menjelaskan tentang ini Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW senantiasa menjaga (melakukan)
10 rakaat (rawatib), yaitu: 2 rakaat sebelum Dzuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat sesudah Maghrib di
rumah beliau, 2 rakaat sesudah Isya di rumah beliau, dan 2 rakaat sebelum Shubuh (HR Imam Bukhari
dan Muslim).
Shalat Tahajjud (Qiyamullail)
Al-Quran surah Al-Israa ayat 79, As-Sajdah ayat 16 17, dan Al-Furqaan ayat 64. Dilakukan dua rakaat-dua
rakaat dengan jumlah rakaat tidak dibatasi.
Shalat Dhuha
Dari Aisyah Rda., adalah Nabi SAW shalat Dhuha 4 rakaat, tidak dipisah keduanya (tiap shalat 2 rakaat)
dengan pembicaraan. (HR Abu Yala)
Shalat Tahiyyatul Masjid
Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid,
janganlah duduk sehingga shalat dua rakaat. (HR Jamaah Ahli Hadits)
Shalat Taubat
Nabi SAW bersabda: Tidaklah seorang hamba yang berdosa, kemudian ia bangun berwudhu kemudian shalat
dua rakaat dan memohon ampunan kepada Allah, kecuali ia akan diampuni. (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan
lain-lain)
Shalat Istikharah
Dari Jabir bin Abdillah berkata: Adalah Rasulullah SAW mengajari kami Istikharah dalam segala hal
beliau SAW bersabda: apabila salah seorang dari kalian berhasrat pada sesuatu, maka shalatlah dua rakaat di
luar shalat fardhu dan menyebutkan perlunya (HR Jamaah Ahli Hadits kecuali Imam Muslim)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sholat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan tiang agama,dengannya
agama bisa tegak dengannya pula agama bisa runtuh. Sholat mempunyai dua unsuryaitu
dzohiriyah dan batiniyah. Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku berdasarpada
gerakan sholat itu sendiri, sedangkan unsur yang bersifat batiniyah adalah sifatnyatersembunyi
dalam hati karena hanya Allah-lah yang dapat menilainya. Shalat banyak macamnya ada shalat
sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah ditentukan waktunya. Khilafiyyah kaum muslimin
tentang shalat adalah hal yang biasa karena rujukan danpengkajiannya semuanya bersumber dari
Al-Quran dan hadis, hendaknya perbedaan tersebutmenjadi hikmah keberagaman umat islam.
Shalat banyak macamnya ada shalat sunnah, ada juga sholat fardhu yang telah
ditentukan waktunya.

3.2. Saran
Sebaiknya sebagai umat islam yang baik kita senantiasa mendirikan solat,
dan menghidupkan sunah rosul dan dilakukan sesuai yang dicontohkan rosul.

Daftar Pustaka

Al- Quranur Karim


Abu Masyhad, Tuntunan Shalat Lengkap ( Semarang : PT. MG, 1988)
Ali Imran, Fiqih, ( Bandung : Cita Pustaka Mdia Perintis , 2011)
Moh, RifaI, Fiqh Islam Lengkap ( Semarang :Karya Toha Putra, 1978 )
Muttafaq alaihi: [Shahiih Muslim (I/45 no. 16 (20))], ini adalah lafaz

Anda mungkin juga menyukai