Anda di halaman 1dari 10

IBADAH AKHLAK DAN MUAMALAH DAPAT MENCIPTAKAN PRIBADI

BERKUALITAS KELUARGA SAKINAH DAN MASYARAKAT UTAMA

STUDI ISLAM I

DOSEN PEMBIMBING : ARIAN SAHIDI, M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA : WULAN RATNA KUSUMA

NIM : 1911060008

PRODI : KEBIDANAN S1

SEMESTER : III

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PROGRAM STUDI


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAGAIMANA IBADAH AKHLAK DAN MUAMALAH DAPAT MENCIPTAKAN
PRIBADI BERKUALITAS KELUARGA SAKINAH DAN MASYARAKAT UTAMA ?

A.PENDAHULUAN

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin
terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama
mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang
dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa
mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis,
berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan,
mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.

Menurut Fazlur Rahman secara eksplisit dasar ajaran Alquran adalah moral yang
memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan social, dapat dilihat misalnya
pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan peningkatan keimanan, ketaqwaan
yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia.

Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama adalah
ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak
kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang lebih bodoh dari
pada orang yang tidak mengenal penciptanya.

Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya


bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka
dengan mengutus para Rasul-Nya (menurut hadis yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah
para Nabi sebanyak 124.000 orang, namun jumlah yang sebenarnya hanya Allah saja yang
mengetahuinya), semuanya menyerukan kepada tauhid (diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam
At Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad dalam Al Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan
sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (diriwayatkan oleh Ibnu
Hibban dalam Al Maurid 2085 dan Ath-Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir 8/139) agar
mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh
Sang Rasul. Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir
serta orang yang ragu-ragu disebut munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.
B.PEMBAHASAN

A. IBADAH DAPAT MENCIPTAKAN PRIBADI BERKUALITAS KELUARGA


SAKINAH DAN MASYARAKAT UTAMA

1. PENGERTIAN IBADAH

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun
yang bathin.

2. BAGAIMANA IBADAH DAPAT MENCIPTAKAN PRIBADI BERKUALITAS

Ibadah dapat meningkatkan kualitas pribadi contohnya :

1. Shalat : dengan kita selalu menjalankan sholat tepat 5 waktu maka akan menjadikan
kita disiplin dan sehat. Shalat dapat menjadikan kita disiplin karena shalat sudah ada
waktu yang ditentukan . Dan gerakan-gerakan shalat dapat menyebabkan tubuh kita
sehat.
2. Sedekah : membuat kita dermawan, rezeki kita selalu mendapat keberkahan dari
Allah, dan menghindarkan kita dari sifat Riya, ataupun kikir.
3. Puasa : dengan kita melaksanakan puasa wajib maupun puasa sunnah kita dapat
belajar untuk menguatkan jiwa untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah,
mendidik apa yang kita inginkan supaya dapat terkontrol,selain itu dengan puasa juga
dapat menyehatkan badan, kita dapat mengenal nilai kenikmatan, dapat meningkatkan
dan merasakan penderitaan orang lain.

3. BAGAIMANA IBADAH DAPAT MENCIPTAKAN KELUARGA SAKINAH

Dalam Islam, keluarga merupakan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam
masyarakat. Sebuah keluarga harus menjunjung tinggi Budi pekerti, saling menghargai dan
menghormati nilai-nilai agama.
Keluarga sakinah bukan hanya khayalan, namun sesuatu yang nyata dan bisa
diwujudkan dalam kehidupan keseharian. Dalam ibadah yang dapat menciptakan keluarga
sakinah diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Menegakkan tauhid, karena ciri paling mendasar dari sebuah keluarga islami adalah
mengesakan Allah dan menjauhkan diri dari perbuatan syirik.
2. Menaati segala perintah Allah dan Rasulnya serta meninggalkan semua larangannya.
kewajiban bagi setiap anggota keluarga untuk saling mengingatkan satu sama lain
untuk taat kepada Allah.
3. Meneladani akhlak Rasullulah saw. Rasullulah saw adalah teladan terbaik bagi kaum
muslimin. Tiada suatu ucapan atau perbuatan beliau melainkan selalu berada di bawah
petunjuk Allah SWT.
4. Memuliakan Al-Qur'an. Al-Qur'an merupakan petunjuk bagi umat manusia agar
selamat di dunian maupun di akhirat. "Rumah yang di dalamnya di hiasi alunan ayat
Al-Qur'an akan memancarkan cahaya sehingga akan terliat oleh penduduk langit,
sebagaimana bintang memanarkan cahaya terlihat oleh menduduk bumi." ( H.R Al-
Baihaqi).

4. BAGAIMANA IBADAH DAPAT MENCIPTAKAN MASYARAKAT UTAMA

Ibadah dapat menjadikan masyarakat utama. Khususnya masyarakat islami adalah


masyarakat yang menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup mereka dan
senantiasa selalu menjaga nilai-nilai keislaman bagi tiap-tiap individu dalam hal menjalankan
peranannya didalam struktur masyarakat. Lebih sempit lagi konsepsi terkait masyarakat islami
dapat pula merujuk kepada sebuah kondisi di dalam kehidupan masyarakat yang
menempatkan syariat Islam sebagai aturan tertinggi dalam tata kehidupan duniawi yang mana
sepenuhnya memiliki orientasi kepada kehidupan akhirat. Bahwa dalam memandang sebuah
perubahan, masyarakat islam selalu berhati-hati dalam memilih, karena tujuan utamanya
bukanlah dunia melainkan kehidupan yang abadi setelah dunia. Oleh karena itu peran ibadah
dalam kehidupan bermasyarakat adalah utama.

B. AKHLAK DAPAT MENCIPTAKAN PRIBADI BERKUALITAS KELUARGA


SAKINAH DAN MASYARAKAT UTAMA

1.PENGERTIAN AKHLAK

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab (‫)اخالق‬dalam bentuk jama’,
sedang mufradnya adalah khuluq (‫ )خلق‬yang dalam kamus munjid berarti budi pekerti atau
perangai atau tingkah laku.

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka
kebiasaannya itu disebut akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti
benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada
Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka
dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan,
bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang
dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
2. AKHLAK DAPAT MENCIPTAKAN PRIBADI BERKUALITAS

Akhlak dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak
yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Nilai-nilai yang baik dan buruk, terpuji dan
tercela berlaku kapan dan di waktu mana saja dalam segala aspek kehidupan, tidak dibatasi
oleh waktu dan ruang.

Dengan adanya kita hidup di dunia harus memiliki akhlak yang baik. Akhlak lebih
utama dibandingkan dengan berilmu. Karena percuma baginya jika berilmu tinggi namun
tidak berakhlak, dampaknya bagi diri sendiri mengakibatkan tidak dihormati oleh orang lain,
amal menjadi rusak, tidak ada ketenangan didalam hidup, sukar melawan sakit yang zahir dan
yang batin.

Adapun hikmah yang kita dapatkan jika dalam diri pribadi kita terdapat akhlak yang
baik untuk mewujudkan pribadi yang berkualitas diantaranya kita mendapat petunjuk untuk
membersihkan jiwa, menjernihkan jiwa dan perasaan sehingga kita dapat memperoleh
ketentraman dan ketenangan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan serta
memelihara esksistensinya sendiri. Seperti sabar, tawakal, qana‟ah, iffah, syukur, tidak boros,
rendah hati, dan sebagainya.

3. AKHLAK DAPAT MENCIPTAKAN KELUARGA SAKINAH

Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan
hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling menghormati dan
saling memberi tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dan sebagai
pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu
sama lainnya. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan
garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan,
secara praktis anak harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan dari orang
tuanya, sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian yang sejati sesuai
dengan ajaran agama yang diberikan kepadanya. Lingkungan keluarga sangat menentukan
berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab di sinilah anak pertama kali menerima sejumlah
nilai pendidikan.

Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah(ketenangan) adalah harus tertanam dalam


kehidupan berkeluarga untuk berakhlak yang baik. Keadilan dalam kehidupan berkeluarga
harus ditegakkan, sekalipun terhadap diri sendiri dan keluarga sendiri.

Untuk menciptakan keluarga sakinah adapun akhlak yang harus diperhatikan seperti
akhlak orang tua kepada anak yaitu sebagai orang tua harus mengikat hubungan yang
harmonis dan penuh kasih sayang dengan anak-anaknya. Sebaik-baik orang tua adalah orang
tua yang mampu membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab
seperti Rasulullah SAW. Poin yang terpenting adalah teladan dari orang tuanya. Kemudian
akhlak anak kepada orangtua yaitu sebagai anak kepada orangtua harus menghormati,
kemudian sebagai anak memiliki kewajiban kepada ibu. Kalau ibu merawat jasmani dan
rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun merawatnya, mencari nafkahnya,
membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya, disanping usaha ibu. Kalau mulai
mengandung sampai masa muhariq (masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk),
seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak
kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun apabila
dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan
sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah
keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak
sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu
saja yang dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh
seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun
bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada
mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang tua. Kemudian sebagai anak harus
berbuat baik kepada ibu dan bapak, berkata halus dan mulia kepada bapak dan ibu, selalu
mendoakan kedua orang tua.

Adapun cara untuk meraih kehidupan keluarga yang sakinah yaitu berdzikir,
menuntut ilmu agama, menjauhi kekerasan dalam berumah tangga.

4. AKHLAK DAPAT MENCIPTAKAN MASYARAKAT UTAMA

Akhlak tidak memiliki dikotomi, akhlak lintas batas agama, suku dan adat istiadat.
Kejujuran dalam aspek ekonomi sama dengan kejujuran dalam aspek politik, kejujuran
terhadap non-Muslim sama dituntutnya dengan kejujuran terhadap sesama Muslim.

Penegakan hukum tanpa pandang bulu, tidak membedakan antara pejabat atau rakyat
biasa. Hal seperti ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang menyebutkan: “Demi
Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong
tangannya." (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan adanya akhlak dalam kehidupan masyarakat, maka akan terciptanya


kehidupan yang bersih, adil, jujur, dan damai. Tidak adanya kebohongan dalam
kepemimpinan seperti korupsi, ketidak adilan kepemerintahan.

C. MUAMALAH DAPAT MENCIPTAKAN PRIBADI BERKUALITAS


KELUARGA SAKINAH DAN MASYARAKAT UTAMA

1.PENGERTIAN MUAMALAH

mu'amalah merupakan hukum yang berkaitan dengan kegiatan dunia , seperti jual beli
dan pegadaian. Dengan memperlajari hukum mu'amalah kita dapat meningkatkan kualitas diri
seperti keterampilan dan pengetahuan dalam hal jual beli.
Muamalah adalah hubungan antara manusia dalam usaha mendapatkan alat-alat
kebutuhan jasmaniah dengan cara sebaik-baiknya sesuai dengan ajaran-ajaran dan tuntutan
agama.

Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah


segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama
maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan
alam sekitarnya. Dan Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk berinterksi dan
bermuamalah dengan cara bertebaran di muka bumi untuk mencari rezki Allah.

2. MUAMALAH DAPAT MENCIPTAKAN PRIBADI BERKUALITAS

Untuk menjadikan pribadi yang berkualitas dalam Muamalah memiliki prinsip


diantaranya Ta’awun (tolong-menolong), Niat/ I’tikad baik, Al-Muawanah/ kemitraan,
Adanya kepastian hukum. dengan adanya prinsip tersebut maka kita akan menjadi pribadi
yang berkualitas.

3. MUAMALAH DAPAT MENCIPTAKAN KELUARGA SAKINAH

Munakahat (hukum perkawinan): ini Adalah salah satu bagian dari fiqih muamalah
yang mana hubungan seseorang dengan lawan jenisnya dalam satu ikatan yang sah untuk
menjalin keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah.

Dalam bidang muamalah ini, pada mulanya juga tercakup masalah keluarga, seperti
perkawinan dan perceraian. Akan tetapi, setelah terjadinya disintegrasi di dunia Islam,
khususnya di zaman Turki Ustmani, maka terjadilah perkembangan pembagian fikih baru.

Bidang muamalah cakupannya dipersempit, sehingga masalah-masalah yang


berhubungan dengan hukum keluarga tak masuk lagi dalam pengertian muamalah. Muamalah
tinggal mengatur permasalahan yang menyangkut hubungan seseorang dengan seseorang
lainnya, dalam bidang ekonomi (seperti jual beli, sewa menyewa dan pinjam meminjam).
Fikih muamalah dalam perkembangannya disebut juga fiqh al-mu'awadah.

Dalam fikih muamalah, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Misalnya,
dalam melaksanakan hak dan bertindak, tindakan tersebut tidak boleh menimbulkan kerugian
terhadap orang lain. Setiap orang yang melakukan tindakan yang merugikan orang lain,
sekalipun tidak disengaja, akan diminta pertanggungjawabannya.

Pada setiap transaksi, terdapat beberapa prinsip dasar yang ditetapkan syarak. Pertama,
setiap transaksi pada dasarnya mengikat orang (pihak) yang bertransaksi, kecuali transaksi
yang jelas-jelas melanggar aturan syariat. Kedua, syarat-syarat transaksi itu dirancang dan
dilaksanakan secara bebas namun bertanggungjawab.

Ketiga, setiap transaksi dilakukan secara sukarela, tanpa ada paksaan dari pihak
manapun. Dan keempat, syari' (pembuat hukum) mewajibkan agar setiap perencanaan
transaksi dan pelaksanaannya didasarkan atas niat baik, sehingga segala bentuk penipuan dan
kecurangan, dapat dihindari.
4. MUAMALAH DAPAT MENCIPTAKAN MASYARAKAT UTAMA

Dengan adanya Muamalah dalam hubungan masyarakat dapat mengatur tentang


hukum jual beli yang benar sesuai syariat Islam. Jual beli sebagai sarana tolong menolong
antara sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam sunnah Rasulullah saw.

“Nabi Muhammad SAW. pernah ditanya: Apakah profesi yang paling baik? Rasulullah
menjawab: “Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati”.15 (HR.
Ahmad Hanbal)

Dengan adanya hukum Muamalah dalam bermasyarakat maka akan mendapatkan hikmah.
Hikmah yang didapat lagi adalah akan terjadinya produktifitas dan perputaran roda ekonomi
di masyarakat. Ekonomi akan berjalan secara dinamis dan tidak dikuasai oleh satu orang saha
yang mengkonsumsi barang atau jasa. Untuk itu proses jual beli yang dilakukan dengan adil
dan seimbang akan membuat keberkahan rezeki bagi masyarakat.
C.PENUTUP

1. kalau mulai mengandung sampai masa muhariq (masa dapat membedakan mana yang
baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa
belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya
menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah,
mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap
putranya, maka secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat
tugas ibu dari pada tugas ayah.
2. akhlak dapat menciptakan pribadi berkualitas keluarga sakinah dan masyarakat utama.
3. sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberi dukungan, perhatian, dan garis-
garis pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi contoh teladan,
secara praktis anak harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan serta pendidikan
dari orang tuanya, sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi berkepribadian
yang sejati sesuai dengan ajaran agama yang diberikan kepadanya.
4. adapun hikmah yang kita dapatkan jika dalam diri pribadi kita terdapat akhlak yang
baik untuk mewujudkan pribadi yang berkualitas diantaranya kita mendapat petunjuk
untuk membersihkan jiwa, menjernihkan jiwa dan perasaan sehingga kita dapat
memperoleh ketentraman dan ketenangan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan serta memelihara esksistensinya sendiri.
5. akhlak dapat menciptakan keluarga sakinah keluarga yang seimbang adalah keluarga
yang ditandai oleh adanya keharmonisan hubungan atau relasi antara ayah dan ibu
serta anak-anak dengan saling menghormati dan saling memberi tanpa harus diminta.
6. muamalah dapat menciptakan keluarga sakinah munakahat (hukum perkawinan): ini
adalah salah satu bagian dari fiqih muamalah yang mana hubungan seseorang dengan
lawan jenisnya dalam satu ikatan yang sah untuk menjalin keluarga sakinah,
mawaddah, dan warahmah.
7. muamalah dapat menciptakan pribadi berkualitas keluarga sakinah dan masyarakat
utama.
8. puasa : dengan kita melaksanakan puasa wajib maupun puasa sunnah kita dapat
belajar untuk menguatkan jiwa untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah,
mendidik apa yang kita inginkan supaya dapat terkontrol,selain itu dengan puasa juga
dapat menyehatkan badan, kita dapat mengenal nilai kenikmatan, dapat meningkatkan
dan merasakan penderitaan orang lain.
9. menurut fazlur rahman secara eksplisit dasar ajaran alquran adalah moral yang
memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan social, dapat dilihat
misalnya pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan peningkatan
keimanan, ketaqwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia.
10. untuk menciptakan keluarga sakinah adapun akhlak yang harus diperhatikan seperti
akhlak orang tua kepada anak yaitu sebagai orang tua harus mengikat hubungan yang
harmonis dan penuh kasih sayang dengan anak-anaknya.
11. muamalah dapat menciptakan pribadi berkualitas untuk menjadikan pribadi yang
berkualitas dalam muamalah memiliki prinsip diantaranya ta’awun (tolong-
menolong), niat/ i’tikad baik, al-muawanah/ kemitraan, adanya kepastian hukum.
12.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari,. 2007. Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama’ah.
Pustaka Imam Syafi’i.

H.A Djazuli &Yadi janwari, 2002. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. Jakarta:


RajaGrafindo Persada.

Muhammad, 2007. Aspek Hukum dalam Muamalat.Yogyakarta: Graha ilmu.

Kaelany HD, 2009. Islam Agama Universa. Jakarta: Midada Rahma Press.

https://js.ugm.ac.id/2010/07/28/membingkai-ibadah-yang-berkualitas-dalam-diri-masyarakat-
islami/

Artikel di Kompas.com dengan judul "Hikmah Ramadhan: Akhlak Terpuji sebagai Jati Diri",
Klik untuk baca: https://www.kompas.com/ramadhan/read/2020/05/07/032000172/hikmah-
ramadhan--akhlak-terpuji-sebagai-jati-diri?page=all.

https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/hikmah-jual-beli

[1] Salih bin fauzan bin Abdullah Al Fauzan. Kitab Tauhid I (Cet: Ke-2 Yayasan Al-Sofwa
Jakarta, 2000) Hal. 3.

[2] Abdullah bin Abdul Hamid Al-Atsari,. Intisari Aqidah Ahlus Sunah wal Jama’ah. (cet.I
Pustaka Imam Syafi’i, 2007), hlm. 33-35.

[4] Muhammad. Aspek Hukum dalam Muamalat.(Cet. I Graha ilmu, Yogyakarta: 2007)
Hal.12

[7] Dr.kaelany HD, MA.Islam Agama Universal.(Jakarta: Midada Rahmah Press, 2009,)
hal.70

Anda mungkin juga menyukai