Anda di halaman 1dari 12

~MAKALAH~

Jumat, 12 Desember 2014

MAKALAH BIOLOGI TENTANG TEORI EVOLUSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makalah ini dibuat berdasarkan niat dan sesuai dengan kondisi serta keadaaan dalam kehidupan sekitar.
Dimana telah kita ketahui bahwa zaman modern ini mahluk hidup khususnya manusia telah mempelajari
berbagai macam ilmu pengetahuan alam. Akan tetapi pada tahap pembelajarannya manusia selalu
mendapatkan masalah dan perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang ditelitinya. dalam hal ini adalah
meneliti asal usul kehidupan yang menjadi permasalahan dari sejak berabad-abad tahun yang lalu
sampai sekarang. karena pada umumnya biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan mahluk
hidup yang ada disekitarnya.

Oleh karena itu, melalui Makalah ini penulis ingin menjelaskan dan menyampaikan beberapa pendapat
para ahli mengenai asal usul kehidupan itu sendiri. adapun hal lain yang ingin diperdalam dalam Makalah
biologi umum ini adalah mengenai keterkaitan antara ilmu biologi dengan ilmu yang lainnya. Selain itu
penulis juga ingin memperdalam tentang ilmupengetahuan dimana telah diketahui bahwa ilmu
pengetahuan adalah suatu ilmu yang mampu dibuktikan kebenarannya melalui metode ilmiah dalam hal
ini adalah praktikum biologi umum itu sendiri.

Dan tentunya ilmu pengetahuan itu akan kita peroleh dari pembelajaran, maka dari itu melalui Makalah
ini penulis mencoba menjelaskan dan menerangkan asal usul kehidupan melalui evolusi biokimia untuk
membuktikan beberapa yang diharapkan. dan tentunya dilengkapi dengan berbagai pihak atau tokoh
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan membahas dan menjelaskan beberapa hal yang menjadi rumusan masalah
yaitu :

a. Dari manakah asal kehidupan ?

b. Bagaimanakah perkembangan teori evolusi ?

c. Perbedaan teori – teori evolusi ?

d. Mulainya terjadi evolusi sehingga timbul berbagai macam teori yang berbeda ?
e. Kepercayaan seorang ahli mengenai Lumpur yang berubah menjadi makhluk hidup ?

f. Apa saja fakta yang menentang teori evolusi?

g. Apakah kera adalah nenek moyang manusia?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan sejarah dari terbentuknya kehidupan di bumi.

2. Mendeskripsikan perkembangan teori evolusi.

3. Mendeskripsikan Perbedaan teori – teori evolusi.

4. Mendeskripsikan terjadinya evolusi timbul berbagai macam teori yang berbeda.

5. Mendeskripsikan kepercayaan seorang ahli mengenai Lumpur yang berubah menjadi makhluk
hidup

6. Mendeskripsikan fakta-fakta yang menentang teori evolusi.

7. Mendeskripsikan kebenaran kera adalah nenek moyang manusia.

D. Manfaat

Dengan penyusunan dan pembuatan makalah ini penulis berharap agar bermanfaat bagi pembaca
maupun bagi penulis serta dapat mengaplikasikan pengetahuanya di lingkungan hidup. Tujuann dan
manfaat tersebut diantaranya dalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui sejarah dari terbentuknya kehidupan di bumi.

b. Untuk mengetahui perkembangan teori evolusi.

c. Dapat mengetahui Perbedaan teori – teori evolusi.

d. Untuk mengetahui terjadinya evolusi timbul berbagai macam teori yang berbeda.

e. Dapat mengetahui kepercayaan seorang ahli mengenai Lumpur yang berubah menjadi makhluk
hidup

f. Dapat mengetahui fakta-fakta yang menentang teori evolusi

g. Untuk mengetahui kebenaran kera adalah nenek moyang manusia

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH SINGKAT TEORI EVOLUSI

Anggapan bahwa teori evolusi hanya berkaitan dengan bidang studi biologi adalah anggapan yang keliru.
Teori evolusi telah menjadi pondasi bagi sebuah filosofi yang menyesatkan sebagian besar manusia.
Filsafat tersebut adalah “materialisme” yang mengandung berbagai kepalsuan dan kebohongan.
Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi adalah esensi dari segala sesuatu.
Atas dasar pemikiran itulah paham materialisme tidak mengakui adanya Tuhan. Paham ini tidak hanya
akan merusak individu tetapi bisa menyebabkan suatu bangsa kehilangan nilai-nilai dasar yang sudah
dianutnya. Kejahatan lain dari materialisme adalah dukungannya terhadap ideologi-ideologi anarkis dan
bersifat memecah belah. Komunisme adalah salah satu konsekuensi politis alami dari filsafat
materialisme. Teori evolusi menjadi semacam landasan ilmiah bagi materialisme. Teori ini dapat
mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-
nilai moral.

Teori evolusi menyatakan bahwa makhluk hidup di muka bumi tercipta sebagai akibat dari
peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Teori evolusi sebagaimana yang
dipertahankan sampai saat ini adalah pendapat seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert
Darwin. Darwin sebenarnya tidak pernah mengenyam pendidikan formal dalam ilmu Biologi. Ia hanya
mempunyai sedikit ketertarikan pada alam dan makluk hidup. Minat yang dimilikinya itu mendorong dia
untuk bergabung secara sukarela dalam perjalanan kapal HMS Beagle mengarungi belahan dunia. Dalam
perjalanannya, kapal ini berhenti di sebuah tempat yang bernama kepulauan Galapagos. Darwin sangat
takjub ketika melihat keragaman makhluk hidup yang ada, terutama spesies burung finch. Dia mengira
bahwa keragaman pada burung finch terjadi karena adaptasi yang dilakukan burung tersebut. Dia
berpikir bahwa makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi semua makhluk hidup
berasal dari satu nenek moyang yang sama.

Setelah melihat hal tersebut, Darwin kemudian menyatakan hipotesisnya sebagai sebuah teori. Ia
mengungkapkan hiotesisnya tanpa didasari sebuah penelitian. Padahal dalam induktivisme telah
dinyatakan bahwa hipotesis yang diungkapkan oleh seseorang harus didasari oleh pengamatan dan
penelitian. Jika hipotesis itu sesuai dan relevan, barulah bisa dijadikan sebuah teori. Pendapat yang
khayal dan imajinatif tidak akan mendapat tempat dalam sains. Sedangkan Darwin, tanpa penelitian
langsung mengemukakan sebuah teori. Dan anehnya, teori tersebut dapat berkembang pada masa itu.
Teori tersebut berkembang dengan dukungan para ahli Biologi materialis.

B. PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI

Perkembangan ilmu ini dapat dikatakan sangat maju pada saat itu. Belum ditemukannya alat
untuk meneliti bagian tubuh makhluk hidup secara mendetail adalah salah satu faktor yang sangat
berpengaruh. Pada saat itu mikroskop belum ditemukandan struktur sel yang rumit belum diketahui
sedikitpun, sehingga pendapat Darwin diterima begitu saja tanpa diuji dengan penelitian lebih lanjut.
Teori ini kemudian dikenal di seluruh dunia. Darwin pun dianggap sebagai orang hebat di dunia. Teori ini
kokoh bukan karena fakta ilmiah, tetapi karena tokoh evolusi berusaha selalu menutupi fakta yang ada
dan terus menyokongnya. Dalam perkembangannya, teori evolusi tidak sepenuhnya terbukti. Bahkan
ada sebagian dari teori tersebut yang justru bisa menjatuhkannya. Darwin sendiri mengakui kalau ada
kelemahan dalam teori ini. Dalam bukunya, dia menulis bab yang berjudul “The Difficulties of Theory”.
Darwin sebenarnya tidak yakin terhadap teori yang dikemukakannya. Hal itu dikarenakan masih banyak
bagian dari teori evolusi yang belum terbukti. Darwin berharap penemuan di kemudian hari akan
membuktikan adanya evolusi. Tetapi kenyataannya tidak seperti yang dia harapkan. Penemuan modern
saat ini justru menjatuhkan teori yang dikemukakan oleh Darwin.

Satu hal yang menjadi keanehan pada saat ini adalah masih banyak orang yang beranggapan
bahwa teori evolusi sudah terbukti kebenarannya. Bahkan akhir-akhir ini kata “evolusi” sering digunakan
dalam beberapa makna. Di antaranya, kini ada penambahan aspek sosial, sehingga "evolusi" sekarang
juga bisa berarti kemajuan umat manusia dan perkembangan teknologi. Tak ada yang salah dengan
konsep "evolusi" bila digunakan dalam makna tersebut.
Teori evolusi sesungguhnya sangat berbeda dari apa yang diterima oleh masyarakat saat ini.
Seperti yang sudah dikemukakan di atas, teori evolusi dilandasi oleh filsafat yang disebut materialisme.
Pada umumnya, orang tidak tahu betapa buruknya landasan berpijak teori ini; betapa teori ini sudah
digagalkan oleh bukti ilmiah pada setiap langkahnya dan betapa para evolusionis terus berupaya
menghidupkan teori evolusi. Para tokoh evolusi hanya mengandalkan hipotesa yang tidak terbukti,
pengamatan yang penuh prasangka dan tak sesuai kenyataan, gambar-gambar khayal, cara-cara yang
mampu mempengaruhi kejiwaan, dusta yang tak terhitung jumlahnya, serta teknik-teknik sulap.Mereka
mencoba terus memaksakan teori evolusi yang berisi kebohongan bahwa manusia tidak diciptakan,
tetapi muncul atas faktor kebetulan dan berevolusi dari jenis binatang serta dengan segala cara,
berupaya mempertahankan teori evolusi agar tetap hidup. Mereka meninggalkan akal sehat dan nalar,
serta mempertahankan kebohongan ini di setiap kesempatan, meskipun bukti ilmiah dengan jelas telah
menggagalkan teori evolusi dan menegaskan fakta penciptaan.

C. ASAL USUL KEHIDUPAN

1. Teori Abiogenesis (Generatio Spontanae)

Teori Abiogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tak hidup. Orang yang pertama
kali mengemukakan teori ini adalah Aristoteles (384 – 322 SM). Teori ini diperoleh dari pengamatan
keadaan lingkungan disekitarnya. Misalnya cacing berasal dari tanah atau ulat berasal dari daging,
sehingga diambil kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tak hidup. Namun, semakin
banyak orang mempelajari biologi maka orang mulai meragukan teori abiogenesis. Keraguan tersebut
berhasil diyakinkan oleh Anthony Van Leeuwenhoek pada abad ke-17. Leeuwenhoek menemukan
mikroskop yang dapat memperlihatkan mikroorganisme, sperma, sel darah, dan mikroorganisme lainya.

2. Teori Biogenesis

Teori Biogenesis merupakan teori yang mengatakan bahwa makhluk hidupberasal dari makhluk hidup
yang ada sebelumnya. Teori ini didukung oleh beberapa penelitian.

a. Percobaan Francesco Redi

Pada tahun 1668, seorang dokter italia yang bernama francesco redi melakukan percobaan untuk
menunjukan bahwa ulat tidak muncul dari daging yang membusuk melainkan dari telur lalat. Pada
percobaannya, francesco redi menggunakan 2 buah toples yang berisi daging. Toples pertama diisi
daging dan ditutup dengan rapat. Toples kedua diisi dengan daging dan di biarkan terbuka. Setelah
didiamkan beberapa hari, daging pada toples pertama tidak mengandung ulat. Sebaliknya pada toples
kedua dagingnya mengandung ulat. Dari percobaan tersebut francesco redi menyimpulkan bahwa ulat
yang terdapat pada toples kedua berasal dari lalat. Lalat yang hinggap pada daging tersebut bertelur, dan
telurnya tersimpan dalam daging tersebut kemudian menetas dan menjadi ulat.

Hasil percobaan ini tidak dapat diterima oleh para pendukung teori abiogenesis, karena pada toples
pertama yang tertutup rapat udara tidak dapat masuk, sehingga kehidupan tidak dapat terjadi. Untuk
membuktikan kebenaran teorinya, maka francesco redi melakukan percobaan yang kedua. Pada
percobaannya kali ini daging diletakkan pada toples yang tidak ditutup dengan kain kasa sehigga udara
masih dapat masuk, tetapi lalat tidak dapat masuk. Hasil dari percobaan tersebut adalah daging
membusuk dan pada daging terdapat beberapa ulat. Kesimpulan yang diambl dari percobaan ini adalh
bahwa ulat tidak berasal dari daging yang membusuk melainkan dari lalat yang hinggap di kain kasa dan
telurnya jatuh di atas daging.
b. Percobaan Lazzaro Spallanzani

Penelitian mengenai biogenesis juga dilakukan oleh pendeta berkebangsaan italy, Lazzaro Spallanzani
pada tahun 1765. Ia mencoba membuktikan bahwa mikroorganisme yang ditemukan oleh
Leeuwwenhoek tidak muncul dengan sendirinya. Spallanzani melakukan percobaan dengan dua buah
labu yang berisi air kaldu nutrien yang dipanaskan. Labu pertama diisi air kaldu nutrien, yang dipanaskan
hingga suhu mencapai 15°C dan dibiarkan terbuka. Labu kedua diisi air nutrien, kemudian dipanaskan
hingga mendidih (100°C), dan disumbat dengan gabus. Sesudah itu kedua labu didinginkan dan
didiamkan selama satu minggu. Hasil percobaan ini adalah pada labu pertama air kaldu sedangkan pada
labu kedua air kaldu tetap jernih, tidak berbau, dan tidak mengandung mikroorganisme. Tetapi, jika
selanjutnya labu kedua dibiarkan terbuka maka setelah beberapa hari air kaldu menjadi keruh dan
berbau.

Dari percobaan spallanzani ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas mikroorganisme pada labu pertama
menyebabkan air kaldu menjadi berbau. Mikroorganisme ini berasal dari udara karena labu tidak
tertutup. Pada labu kedua tidak terjadi perubahan pada kaldu, karena mikroorganisme dari udara luar
tidak dapat masuk.

c. Percobaan Louis Pasteur

Penelitian spallanzani disempurnakan oleh Louis Pasteur, seorang ahli biokimia dan mikrobiologi dari
perancis. Pasteur juga mendidihkan gelas labu berisi kaldu, tetapi leher labu tidak di tutup rapat-rapat
melainkan dibentuk seperti huruf S atau leher angsa, sehingga ujungnya tetap terbuka (udara dapat
masuk).

Labu berleher angsa diisi dengan air kaldu nutrien, kemudian didihkan hingga steril. Setelah itu labu
didinginkan dan didiamkan. Setelah beberapa hari air kaldu dalam labu leher angsa tetap jernih,
meskipun udara dapat masuk kedalam tabung. Mikroorganisme yang ada di udara tidak dapat mencapai
air kaldu karena terjebak dalam leher labu yang panjang. Tetapi jika labu berleher angsa ini dimiringkan,
sehingga iar kaldu bersentuhan dengan udara yang terperangkap dileher labu, maka beberapa hari
kemudian air kaldu menjadi keruh.

Percobaan ini membuktikan bahwa mikroorganisme pada air kaldu berasal dari mikroorganisme yang
ada di udara,bukan berasal dari air kaldu

d. Teori Kosmozoa

Teori kosmozoa mengatakan bahwa kehidupan berasal dari tempat lain di alam semesta, misalnya dari
meteor yang jatuh. beberapa meteor memang mengandung molekul-molekul organik, namun datangnya
molekul di meteor tersebut dari angkasa luar tidak sama dengan datangnya kehidupan.

3. Pencentus teori evolusi

a. Jean Baptise de Lamarck (1744-1829)

ialah seorang ahli biologi prancis yang menjelaskan evolusi berdasarkan suatu gagasan bahwa perubahan
pada suatu individu disebabkan oleh lingkungan dan bersifat diturunkan; disebut teori Lamarckisme.

Contoh klasik yang digunakan untuk menggambarkan teori evolusi ini adalah jerapah memiliki leher yang
panjang karena kebiasaannya memakan daun-daun dari pohon.

Hipotesis Lamarckdiformulasikan sebelum era biologi modern. Pada saat itu teori sel belum dikenal, dan
diperlukan satu abad lagi sebelum peran gen-gen dan kromosom diketahui. Jadi tidaklah mengherankan
bahwa suatu teori yang tidak dapat dipertahankan dalam ilmu pengetahuan modern, diajukan pada
waktu itu.

b. Charles Robert Darwin (1809-1882)


Adalah seorang peminat ilmu alam dari inggris. Pada tahun 1831, ia mengikuti pelayaran HMS beagle
untuk memetakan jalur pelayaran. Selama pelayaran ini, daarwin banyak mengumpulkan fosil,batuan,
dan mengamati berbagai makhluk hidup yang ia jumpai. Ketika Beagle merapat di kepulauan galapagos
yang terpencil (1050 km dari daratan utama Amerika Selatan).

Setelah kembali ke inggris, Darwin kembali memikirkan ide-idenya tentang evolusi. Satu hal yang
mengganggunya adalah evolusi seharusnya terjadi dalam waktu yang lama, ratusan ribu hingga jutaan
tahun. Padahal pendapat yang populer di kalangan ahli geologi saat itu adalah bumi ini baru berusiia
6000 tahun. Darwin menemukan jawabannya dalam buku karangan Charles Lyell, Principles of Geology.

Sebelum Darwin mempublikasikan idenya tentang evolusi secara luas, ia menerima karangan ilmiah dari
Alfred Robert Wallace (1823-1913) yang melakukan penelitian di malaya. Tulisan Wallace tersebut sesuai
bengan buah pikiran Darwin sehingga mereka memutuskan untuk menerbitkan tulisan mereka bersama-
sama pada tahun 1858. Buku Darwin, The Original of Species, diterbitkan setahun setelah itu.

Setelah melalui pengamatan dan kajian yang mendalam, akhirnya darwin mengemukakan teori
evolusinya dalam bukunya yang berjudul On The Origin of Species by Means of Natural Selection atau
asal mula spesies yang terjadi melalui seleksi alam. Buku ini diterbitkan pada tanggal 24 November 1859.

Buku darwin tersebut mengandung dua teori utama. Pertama, spesies-spesies yang hidup sekarang ini
berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa lalu. Kedua, seleksi alam merupakan penyebab evolusi
adaptif. Dua teori utama darwin tersebut merupakan hasil observasi darwin sebagai berikut.

- Observasi Ke-1. setiap spesies memunyai kemampuan fertilisasi yang besar sehingga ukuran populasi
akan meningkat secara eksponensial bila setip individu yang dilahirkan berhasil melakukan reproduksi

- Observasi Ke-2. ukuran populasi cenderung menjadi stabil kecuali untuk fluktuasi musiman

- Observasi Ke-3. sumber daya alam terbatas

- Observasi Ke-4. individu-individu suatu populasi sangat berfariasi dalam hal ciri-ciri tubuh, namun tidak
ada dua individu yang benar-benar sama.

- Observasi Ke-5. kebanyakan variasi diwariskan pada keturunannya.

4. Teori evolusi lamarck versus teori evolusi weismann

Lamarck berpendapat bahwa makhluk hidup beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara
menggunakan organ tubunya, kemudian sifat atau fungsi organ tersebut diwariskan pada keturunannya.
Berdasarkan teori ini, menurut lamarck nenek moyang menjangan tidak bertanduk. Namun, dikarenakan
sering mengadu kepala maka tanduk tumbuh dikepala menjangan.

Teori lamarck ditentang oleh Weismann. Weismann berpendapat bahwa perubahan sel-sel tubuh akibat
pengaruh lingkungan tidak diwariskan pada keturunannya. Wweismann membuktikan teorinya dengan
menggunakan tikus. Weismann mengawinkan dua ekor tikus yang masing-masing ekornya telah
dipotong. Kemudian, anak-anak tikus yang sudah dewasa tersebut dipotong ekornya dan dikawinkan
dengan sesamanya. Hasilnya tetap anak-anak tikus yang berekor. Weismann melakukan percobaan ini
hingga 21 generasi tikus dan hasilnya tetap sama

5. FOSIL

Fosil merupakan sisa tubuh makhluk hidup yan telah membatu karena proses geologis yang
membentuknya, yaitu proses fisika dan proses kimia

a. Proses fisika. Proses fisika yang membentuk fosil misalnya proses yang menyebabkan bangkai
makhluk hidup mengalami pembekuan (tertimbun oleh salju abadi) dan pengeringan (tertimbun diatas
tanah yang kering sehingga mikroba dekomposer tidak dapat bekerja membusukan bangkai tersebut),
dan pengerasan (terperangkap oleh getah pohon). Proses fisika tersebut menyebabkan bangkai
mengalami pengawetan fisik.

b. Proses kimia. Proses kimia yang membentuk fosil misalnya adanya suatu zat pengawet alami
sehingga bangkai makhlik hidup tidak dapt didekomposisi oleh mikroba.

Fosil dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fosil biologis dan fosil sisa atau tanda kehidupan.

1. Fosil Biologis merupakan fosil tubuh makhluk hidup, baik yang utuh maupun yang tidak utuh.

2. Fosil Sisa atau tanda adanya kehidupan merupakan fosil yang berasal bukan dari bagian tubuh
makhluk hidup. Misal feses, jejak telapak kaki, alat atau perkakas.

Kegunaan fosil untuk evolusi adalah membantu rekonstruksi kehidupan di masa lalu. Namun demikian,
fosil memunyai beberapa kelemahan sebagai bukti evolusi. Kelemahan fosil yaitu rekaman fosil
umumnya mengalami daur biokimiawi yang menyebabkan bangkai makhluk hidup menjadi musnah
secara alami. Hanya karena faktor istimewa yanf diuraikan di atas menyebabkan dapat dijumpainya
suatu fosil. Umumnya bagian yang menjadi fosil adalah bagian yang keras seperti tulang, cangkang, dan
gigi-geligi. Bagian yang linak seperti daging dan darah segera membusuk secara alami, kecuali oleh
proses yang mengawetkannya.

Kelemahan lain dari penggunaan fosil sebagai bukti evolusi adalah yrytan fosil tidak selalu
menggambarkan urutan filogeni yang utuh. Selalu ada mata rantai yang hilang (missing link) tidak semua
bentuk transisi antara dua macam makhluk hidup dapat ditemukan. Meskipun demikiann terdapat fosil
yang lebih lengkap dan dapat menceritakan kembali urutan filogeni. Hal ini antara lain

1. Archaeptera, bentuk antara reptil purba dengan burung purba,

2. Seymoria, bentuk transisi antara amfibi purba dengan reptil purba,

D. MEKANISME EVOLUSI

Evolusi menunjukkan perubahan makhluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu yang lama dan
perlahan-lahan yang terjadi dari generasi ke generasi. Mekanisme evolusi berdasarkan tempat terjadinya
evolusi. Pertama, evolusi tidak terjadi di dalam individu. Contohnya, kalaupun manusia berasal dari
makhluk sebelum manusia (katakanlah sejenis kera), hendaknya jangan dibayangkan bahwa individu
kera berangsur-angsur berubah menjadi individu manusia. Kedua, evolusi terjadi di dalam populasi. Pada
peristiwa evolusi terjadi estafet pewarisan sifat orang tua kepada anak melalui ratusan bahkan ribuan
generasi populasi yang berbeda. Populasi itulah yang merupakan tempat terjadinya perubahan evolusi.

1. Mutasi Gen

Mutasi gen merupakan perubahan struktur kimia gen (DNA) yaitu pada basa nukleotidanya, yang
menyebabkan perubahan sifat pada suatu organisme dan bersifat menurun. Pemahaman mengenai
mutasi gen dapat dijelaskan lebih lanjut dengan mempelajari angka laju mutasi dan frekuensi gen dalam
populasi.

Angka laju mutasi merupakan angka yang menunjukkan banyaknya gen yang bermutasi dari seluruh
gamet yang dihasilkan oleh satu individu suatu spesies. Angka laju mutasi suatu spesies biasanya sangat
rendah, yaitu rata-rata 1 : 100.000. Hal ini berarti pada setiap 100.000 gamet terdapat satu gen yang
bermutasi. Meskipun angka laju mutasi sangat kecil, namun tetap menjadi salah satu mekanisme evolusi
yang penting. Alasannya : (1) setiap gamet dapat mengandung beribu-ribu gen; (2) setiap individu
mampu menghasilkan ribuan bahkan jutaan gamet; dan (3) jumlah tiap generasi dalam suatu populasi
individu sangat banyak.

Umumnya mutasi bersifat merugikan. Peluang terjadinya mutasi yang menguntungkan hanya sekitar 1 :
1.000, yang berarti pada setiap 1.000 kali mutasi, hanya ada satu mutasi yang menguntungkan.
Meskipun peluang mutasi yang menguntungkan kecil, namun karena jumlah generasi selama populasi
spesies tersebut hidup besar, maka jumlah mutasi yang menguntungkan juga besar.
Mutasi dikatakan menguntungkan kalau mutasi:

menghasilkan spesies yang adaptif dan

menghasilkan spesies yang mempunyai vitalitas (daya hidup) dan viabilitas (kelangsungan hidup) yang
tinggi.

Sebaliknya, mutasi dikatakan merugikan bila mutasi:

menghasilkan alel yang mengakibatkan mutasi letal (mematikan),

menghasilkan spesies yang tidak adaptif, dan (3) menghasilkan spesies yang mempunyai vitalitas rendah.

Mutasi yang menyebabkan timbulnya alel letal, misalnya alel letal yang bersifat resesif. Pengaruh gen
letal resesif ini hanya tampak bila berada dalam keadaan homozigot, namun tidak tampak pada keadaan
heterozigot. Gen resesif ini akan tetap ada dalam populasi dan seleksi alam hanya akan bekerja pada
individu-individu yang homozigot.

Perbandingan frekuensi (penyebaran) alel dominan yang non letal dan alel resesif yang letal dapat
diketahui dengan menghitung frekuensi alel populasinya. Atau, perbandingan frekuensi genotip
homozigot terhadap frekuensi genotip heterozigot pada gen non letal maupun gen letalnya dapat
diketahui dengan menghitung frekuensi gen (genotip) populasinya.

2. Frekuensi alel dan frekuensi gen (genotip) populasi.

· Frekuensi alel merupakan perbandingan alel satu dengan alel yang lainnya untuk suatu karakter
atau sifat tertentu (biasanya disimbulkan dengan satu huruf misalnya A, a) dalam suatu populasi.
Sebaliknya,

· Frekuensi gen merupakan perbandingan gen satu dengan gen yang lainnya untuk suatu karakter
atau sifat tertentu (biasanya disimbulkan dengan dua huruf misalnya AA, Aa, aa) dalam suatu populasi.
Setiap populasi mempunyai gene pool masing-masing. Gene pool populasi merupakan total seluruh
(kumpulan gen) di dalam suatu populasi pada suatu waktu tertentu.

Gene pool terdiri dari seluruh alel pada seluruh lokus gen pada seluruh individu dari populasi. Pada
spesies yang diploid, masing-masing lokusnya diwakilkan dua kali dalam genom suatu individu, yang
mungkin homozigot atau heterozigot untuk lokus-lokus yang homolog. Jika seluruh anggota suatu
populasi homozigot untuk alel yang sama, maka alel tersebut dikatakan sebagai alel yang tetap dalam
gene pool. Namun biasanya ada dua alel atau lebih untuk tiap gen, masing-masing mempunyai suatu
frekuensi relative (proporsi) tersendiri dalam gene pool.

E. ASAL USUL BURUNG DAN MAMALIA

· Asal usul burung

Para evolusionis tidak henti-hentinya membuat pernyataan palsu. Mereka menyatakan bahwa burung
berevolusi dari reptil. Salah satu bentuk transisi hipotesis yang mereka ajukan adalah
archaeopteryx.Archaeopteryxdikatakan sebagai hasil evolusi dari reptil. Akan tetapi timbul masalah
bagaimana membuat reptil yang di darat bisa terbang sebagaimana burung yang ada saat ini. Struktur
reptil sangat jauh berbeda dengan struktur burung yang khas. Misalnya saja sayap, sebagai ciri khas
burung, merupakan masalah besar bagi para evolusionis. Beragam pertanyaan yang muncul mengenai
sayaparchaeopteryx belum mampu terjawab oleh para evolusionis. Sangatlah tidak mungkin jika lengan
yang terdapat pada reptile dapat berubah menjadi sayap melalui mekanisme mutasi.

Jika hal itu terjadi, masih saja tidak cukup untuk membuat reptil yang ada di darat bisa terbang. Kita
ketahui bahwa burung tidak hanya membutukan sayap untuk bisa terbang. Burung memiliki struktur
khas pada tulang, paru-paru dan system peredaran darah. Tulang burung sangatlah ringan sehingga
memudahkannya saat terbang. Burung juga memiliki paru-paru yang sangat berbeda dibanding makhluk
lain. Selain itu, terdapat system peredaran darah yang sama pentingnya seperti sayap. Semua
mekanisme itu mustahil dimiliki oleh reptil. Karena itulah teori yang menyatakan bahwa organisme darat
berevolusi menjadi organisme terbang benar-benar menyesatkan. Kalaupun kisah ini kita anggap benar,
mengapa para evolusionis tidak menemukan fosil “bersayap setengah” atau “bersayap tunggal” untuk
mendukung kisah mereka?

· Asal usul mamalia

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, evolusionis menyatakan bahwa reptil adalah nenek moyang dari
burung. Belum selesai masalah tersbut, ternyata para evolusionis kembali mengenmukakan “ide gila”
nya. Kali ini mereka menyatakan bahwa reptile tidak hanya menjadi nenek moyang dari burung, tetapi
juga merupakan nenek moyang dari mamalia. Dari hal tersebut, kita dapat melihat tidak adanya
peningkatan cara berpikir dari para evolusionis. Entah apa yang mereka pikirkan sehingga masih saja
mengemukakan ide-ide yang tidak dapat diterima oleh akal sehat. Sebuah contoh perbedaan structural
antara reptile dan mamalia adalah struktur rahang mereka. Rahang mamalia hanya terdiri dari satu
tulang rahang dan gigi-gigi ditempatkan pada tulang ini. Sedangkan rahang reptil memiliki tiga tulang
kecil pada kedua sisinya. Satu lagi perbedaan mendasar, mamalia memiliki tiga tulang pada telinga
bagian tengah, sedangkan reptil hanya memiliki satu tulang pada bagian telinga.

· Skenario evolusi manusia

Darwinis menyatakan bahwa manusia modern saat ini berasal dari makhluk serupa kera. Menurut para
evolusionis, terdapat empat kategori dasar pada bentuk transisi antara manusia modern dan nenek
moyangnya. Empat kategori dasar tersebut adalah:

Ø Australophitechus

Ø Homo habilis

Ø Homo erectus

Ø Homo sapiens

Evolusionis menyebut Australopithecus adalah nenek moyang pertama dari manusia dan kera. Kemudian
mereka menggolongkan tahapan evolusi manusia selanjutnya sebagai “homo”. Menurut mereka
kelompok homo ini lebih berkembang dari australophitechus dan tidak terlalu berbeda dengan manusia
modern. Dan homo sapiens dikatakan sebagai bentuk terakhir dari tahapan evolusi manusia.

F. BANTAHAN-BANTAHAN TERHADAP TEORI EVOLUSI

Pada masa modern saat ini teori evolusi tidak berkembang begitu pesat seperti masa Darwin.
Teori evolusi mengalami kemunduran, dan bahkan kebuntuan. Pada saat ini banyak ilmuwan yang sudah
menentang teori tersebut. Hal itu dikarenakan para ilmuwan saat ini sudah memiliki pemikiran yang
kritis. Mereka melakukan berbagai penelitian untuk mengoreksi teori dan hukum yang sudah ditemukan
oleh ilmuwan pada zaman dulu. Teori evolusi pun tidak luput dari pengoreksian para ilmuwan saat ini.
Bahkan bisa dikatakan kalau teori evolusi adalah teori yang paling sering dikoreksi oleh para ilmuwan.
Dari pengoreksian tersebut, para ilmuwan telah menyatakan pendapat atau lebih tepatnya bantahan
mereka terhadap teori evolusi. Bukan hanya satu atau dua bagian dari teori evolusi, tetapi hampir semua
bagian dari teori tersebut telah dibantah. Bantahan-bantahan tersebut antara lain dari:

1. Catatan fosil.

Kendala utama dalam membuktikan teori evolusi selama ini adalah catatan fosil. Catatan fosil belum
pernah mengungkapkan jejak-jejak jenis peralihan hipotesis Darwin. Ketika lapisan bumi dan catatan fosil
dipelajari, terlihat bahwa semua makhluk hidup muncul bersamaan. Lapisan bumi tertua tempat fosil
makhluk hidup ditemukan adalah Kambrium, yang diperkirakan berusia 500-550 juta tahun.

Catatan fosil memperlihatkan, makhluk hidup yang ditemukan pada lapisan bumi periode Kambrium
muncul dengan tiba-tiba. Beragam makhluk hidup yang kompleks muncul begitu tiba-tiba, sehingga
literatur geologi menyebut kejadian ini sebagai “Ledakan Kambrium”. “Ledakan Kambrium” adalah satu-
satunya penjelasan mengenai kemunculan bentuk kehidupan yang sempurna secara tiba-tiba di bumi ini.
Catatan fosil juga membantah adanya transisi dari air ke darat. Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
transisi dari air ke darat adalah sebuah dongeng khayal yang dibuat-buat oleh para evolusionis. Tidak ada
satu fosil pun yang menunjukkan bahwa pernah terdapat makhluk separuh ikan-separuh amfibi.
Evolusionis telah menggali lapisan fosil selama kurang lebih 140 tahun untuk mencari bentuk hipotesis
yang mereka usulkan. Mereka telah menemukan jutaan fosil invertebrata dan jutaan fosil ikan, tetapi
tidak pernah menemukan satu bentuk peralihan pun antara invertebrata dan ikan.

Selain itu, catatan fosil juga membantah asal usul burung dan mamalia. Evolusionis mengatakan bahwa
burung dan mamalia berasal dari reptil. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, evolusionis mengatakan
bahwa terdapat seekor burung yang dinamakan archaeopteryx. Menurut para evolusionis,
archaeopteryx adalah hasil evolusi dari reptil. Namun beberapa fosil baru yang baru ditemukan
menggugurkan rekayasa tersebut. Pada tahun 1995 ditemukan fosil burung baru yang dinamai
confuciusornis.Usia fosil burung ini sama dengan archeopteyx, tetapi tidak bergigi. Burung ini tampak
sangat mirip dengan burung modern. Kenyataan ini menggugurkan semua anggapan evolusionis yang
menyatakan bahwa archeopteryx adalah nenek moyang dari semua burung.

2. Protein menggugat teori kebetulan

Jika kita berbicara tentang sel, maka kita tidak bisa meniggalkan satu bahasan utama yaitu protein.
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan kecil yang disebut asam amino yang tersusun
dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul ini merupakan bahan pembangun
sel hidup. Protein yang paling sederhana terdiri dari lima puluh asam amino, tetapi ada beberapa protein
yang terdiri dari ribuan asam amino. Teori evolusi yang menyatakan bahwa semua terjadi secara
kebetulan tidak bisa menjelaskan tentang keteraturan struktur protein. Protein terlalu rumit untuk
dijelaskan dengan teori kebetulan. Pembentukan protein secara kebetulan sangatlah tidak mungkin. Hal
ini telah dibuktikan dengan perhitungan statistik. Dan hasilnya perhitungan ini menghasilkan
“probabilitas nol” atau mustahil.

G. RUNTUHNYA TEORI EVOLUSI

Teori evolusi yang telah bertahan selama 150 tahun akhirnya runtuh. Perkembangan ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang biologi adalah salah satu penyebabnya. Biologi saat ini telah
berkembang begitu pesat. Bahkan dalam perkembangannya biologi berhasil mengungkap berbagai
permasalahan mengenai makhluk hidup. Permasalahan yang pada masa Darwin belum bisa dijawab kini
telah terjawab. Tapi seperti yang sudah dijelaskan di atas, berkembangnya ilmu biologi justru
menjadikan teori evolusi semakin terpojok dan akhirnya runtuh. Teori evolusi tidak tiba-tiba runtuh.
Tetapi keruntuhan teori ini disebabkan adanya berbagai pertanyaan yang tidak mampu terjawab oleh
tokoh evolusi hingga saat ini. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain:

1. Mengapa pernyataan “genom manusia 99% sama dengan genom kera” tidak benar?

Banyak sumber yang menyatakan bahwa manusia dan kera memiliki kesamaan sebesar 99% dalam
informasi genetik keduanya. Pernyataan ini adalah pernyataan yang menyesatkan. Sebuah studi di tahun
2002 Sebuah studi di tahun 2002 mengungkapkan bahwa propaganda evolusionis dalam perihal ini
adalah sepenuhnya tidak benar. Pernyataan evolusionis ini terutama terpusat pada simpanse, dan
menyatakan bahwa jenis kera inilah yang terdekat dengan manusia, dan oleh karena itu terdapat
hubungan kekerabatan di antara keduanya.

Manusia dan simpanse tidaklah "99% sama" seperti kata dongeng evolusionis. Kesamaan genetis
ternyata tak sampai 95%.Ahli biologi dari California Institute of Technology yang bernama Roy Britten
berkata dalam sebuah studi bahwa cara baru pembandingan gen memperlihatkan bahwa kesamaan
genetis antara manusia dan simpanse hanyalah 95%. Britten mengambil kesimpulan ini berdasarkan
sebuah program komputer yang membandingkan 780.000 dari 3 miliar pasang basa dari heliks DNA
manusia dengan yang ada pada simpanse. Ia menemukan lebih banyak ketidakcocokan daripada yang
ditemukan para peneliti sebelumnya, dan menyimpulkan bahwa sedikitnya 3,9 persen basa DNA adalah
berbeda.

2. Mengapa pernyataan bahwa dinosaurus berevolusi menjadi burung adalah mitos tidak ilmiah?
Teori evolusi bersandar pada komentar-komentar berprasangka dan pemutarbalikkan kebenaran untuk
menjelaskan kemunculan makhluk hidup dan seluruh keberagamannya. Teori evolusi menyatakan bahwa
nenek moyang dari burung adalah dinosaurus. Pernyataan ini memunculkan dua pertanyaan yang harus
dijawab. Pertama, "bagaimana dinosaurus mulai menumbuhkembangkan sayap?".Kedua, "mengapa
tidak ada jejak perkembangan semacam itu dalam catatan fosil?". Ada dua teori yang diajukan oleh
tokoh evolusi dalam masalah ini. Teori yang pertama disebut teori kursorial.

Menurut teori ini, dinosaurus berubah menjadi burung dengan cara melompat dari tanah ke udara untuk
menangkap serangga terbang. Sedangkan teori yang kedua disebut teori arboreal. Menurut teori
arboreal dinosaurus yang hidup di dahan pepohonan berubah menjadi burung karena berusaha
melompat dari dahan ke dahan. Tetapi kedua teori tersebut tetap saja tidak bisa digunakan sebagai
jawaban atas pertanyaan diatas. Untuk menutupi hal itu para tokoh evolusi mengajukan sebuah makhluk
yang disebut archaeopteryx. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, archaeopteryx dianggap sebagai
bentuk peralihan antara burung dan dinosaurus. Tetapi, kajian terakhir atas fosil archaeopteryx
menunjukkan bahwa penjelasan ini tidak memiliki dasar ilmiah. Archaeopteryx bukan bentuk peralihan,
melainkan spesies burung yang sudah punah, yang tidak jauh berbeda dengan burung modern. Studi
lanjutan mengenai fosil archaeopteryxtelah menjatuhkan landasan teori evolusi yang mengatakan
bahwa dinosaurus berevolusi menjadi burung. Kajian terbaru mengenai burung unta juga ikut
menggugurkan dongeng burung-dino.

3. Bagaimana struktur tubuh hewan purba meruntuhkan teori evolusi?

Dalam catatan fosil, makhluk hidup membentuk untaian atau rantai. Bila kita perhatikan rantai ini dari
makhluk paling purba sampai yang paling muda, tampaklah bahwa makhluk hidup muncul dalam bentuk
mikroorganisme, hewan laut tak bertulang belakang (invertebrata), ikan, amfibi, reptil, unggas, dan
mamalia. Pendukung teori evolusi membahas rantai ini dengan penuh praduga, sambil berupaya
menyajikannya sebagai bukti teori evolusi. Mereka menyatakan bahwa makhluk hidup berkembang dari
bentuk sederhana menuju bentuk yang lebih kompleks, dan selama proses ini berlangsung, beraneka
ragam makhluk hidup pun tercipta. Perkembangan makhluk hidup dari bentuk primitif ke bentuk
kompleks adalah praduga evolusionis yang tak benar sedikit pun. Profesor biologi asal Amerika, Frank L.
Marsh, yang mengkaji pernyataan kaum evolusionis, dalam bukunya “Variation and Fixity in Nature”
menyatakan makhluk hidup tak dapat disusun dalam sebuah urutan yang senantiasa bersambung tanpa
putus dari bentuk sederhana ke bentuk rumit.

Banyak fosil dari hewan purba yang bisa dijadikan fakta untuk meruntuhkan teori evolusi. Salah satu
contoh hewan purba yang sangat berpengaruh dalam keruntuhan teori evolusi adalah trilobita. Trilobita
yang termasuk filum Arthropoda, adalah makhluk sangat rumit dengan cangkang keras, memiliki tubuh
yang bersendi, dan organ-organ kompleks. Hewan ini memiliki mata yang sangat rumit. Mata trilobita
terdiri atas beratus-ratus faset kecil, yang masing-masing terdiri atas dua lapisan lensa. Begitu juga
dengan lalat yang memiliki mata juga rumit. Dan butuh insinyur yang handal dan kreatif pada saat ini
untuk bisa mengembangkan mata seperti itu. Sehingga kedua hewan ini sudah bisa digunakan sebagai
dasar untuk meruntuhkan teori evolusi. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa makhluk hidup tidak
berkembang dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks. Pada saat pertama kali muncul, makhluk
hidup sudah teramat kompleks.

4. Mengapa peristiwa metamorfosis bukanlah bukti kebenaran teori evolusi?

Metamorfosis adalah proses perkembangan yang dilakukan oleh beberapa makhkuk hidup.
Metamorfosis biasanya terjadi pada serangga. Mereka yang tak begitu memahami biologi, serta mereka
yang mendukung teori evolusi, kadang-kadang mencoba menggambarkan proses itu sebagai bukti
evolusi. Sumber-sumber yang menyatakan metamorfosis sebagai "contoh evolusi" adalah omong
kosong. Hal ini merupakan hasil propaganda dangkal dan sempit, yang bertujuan menyesatkan mereka
yang kurang paham tentang perihal ini, pendukung evolusi yang masih baru, serta guru-guru biologi
Darwinis yang tidak benar-benar tahu masalahnya.Metamorfosis merupakan proses yang sudah
direncanakan, dan tidak ada kaitannya dengan mutasi ataupun faktor kebetulan. Metamorfosis tidaklah
disebabkan oleh kebetulan. Penyebab proses ini adalah data genetis yang sudah menjadi bagian terpadu
makhluk tersebut sejak lahir.Penelitian ilmiah terakhir tentang metamorfosis telah menunjukkan bahwa
peristiwa metamorfosis adalah proses rumit yang dikendalikan oleh beberapa gen yang berlainan.Yang
terjadi dalam peristiwa metamorfosis adalah irreducible complexity (kerumitan tak tersederhanakan).

Proses metamorfosis terjadi melalui keseimbangan dan pewaktuan hormon yang sangat teliti, yang
dipengaruhi oleh beragam gen. Kesalahan terkecil sekali pun akan mengakibatkan kematian makhluk
hidup tersebut. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses serumit ini dapat terjadi secara kebetulan dan
bertahap. Karena kesalahan sekecil apa pun akan mengakibatkan kematian hewan tersebut. Sehingga
mustahil menjelaskan peristiwa ini dengan mekanisme "trial and error" (coba-coba) atau seleksi alam,
seperti pendapat evolusionis. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat bertahan berjuta-juta tahun, untuk
menunggu bagian tubuh yang diperlukannya muncul secara kebetulan.

5. Mengapa DNA tidak mungkin dijelaskan sebagai sebuah “kebetulan”?

Seperti yang sudah kita ketahui, DNA adalah sebuah materi yang membawa kode genetik. DNA berisi
informasi genetik yang berperan dalam pewarisan sifat. DNA dari satu sel manusia saja sudah berisi
informasi yang cukup untuk mengisi ensiklopedi yang terdiri dari sejuta halaman. Kita tidak mungkin
habis membacanya dalam seumur hidup. Jika seseorang mulai membaca satu kode DNA per detik, tanpa
henti, sepanjang hari, setiap hari, akan diperlukan waktu 100 tahun. Sebab, ensiklopedia tersebut berisi
hampir tiga miliar kode yang berbeda-beda. Jika kita tulis semua informasi DNA pada kertas, maka
panjangnya akan membentang dari Garis Katulistiwa mencapai Kutub Utara. Ini berarti sekitar 1000 jilid
buku, cukup untuk mengisi sebuah perpustakaan yang besar. Lebih dari itu, semua informasi ini
terkandung dalam inti setiap sel. Artinya, bila setiap individu terdiri dari sekitar 100 triliun buah sel, maka
akan terdapat 100 triliun versi dari perpustakaan yang sama.

Sisi menarik lainnya adalah semua makhluk hidup di planet ini telah diciptakan menurut paparan kode
yang ditulis dalam bahasa yang sama ini. Tidak ada bakteri, tumbuhan ataupun hewan yang tercipta
tanpa DNA. Terlihat jelas bahwa seluruh kehidupan muncul sebagai hasil berbagai pemaparan yang
menggunakan satu bahasa, dan berasal dari sumber pengetahuan yang sama.Hal ini membawa kita
kepada satu kesimpulan yang jelas. Semua kehidupan di bumi, hidup dan berkembang biak menurut
informasi yang diciptakan oleh satu kecerdasan tunggal. Hal ini menjadikan teori evolusi sama sekali tak
berarti. Sebabnya, dasar teori evolusi adalah "kebetulan", sedangkan peristiwa kebetulan tidak mampu
menciptakan informasi.

Anda mungkin juga menyukai