Anda di halaman 1dari 1

DAMPAK SINETRON REMAJA BAGI PELAJAR

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini, media masa menjadi suatu kebutuhan hampir pada seluruh masyarakat, kalangan atas, tengah,
dan bawah. Masyarakat membutuhkannya untuk tujuan mencari informasi, seperti berita, dan juga
hiburan. Salah satu media yang populer dan mudah diakses oleh hampir semua kalangan adalah
televisi. Data BPS (2006) menyebutkan bahwa 85,86% penduduk Indonesia mempunyai kemampuan
mengakses media televisi. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia masih menjadikan media
televisi sebagai media utama dalam mendapatkan informasi maupun hiburan. Media televisi
mempunyai daya tarik yang luar biasa, karena perangkat ini mampu memunculkan efek audio-visual
secara prima yang tidak didapatkan pada media komunikasi lainnya, sehingga segala informasi yang
tertayang pada layar televisi dapat dengan mudah ditangkap dan dicerna oleh pemirsa. Namun
sayangnya, televisi lebih banyak menyajikan hiburan dari pada informasi dan berita. Hiburan yang
disajikan ditelivisi pun kurang bersifat mendidik, misalnya kualitas cerita sinetron-sinetron yang
menghiasi layar televisi tidak menggambarkan realitas sesungguhnya. Tema yang diangkat seputar
permasalahan percintaan, mimpi, impian-impian kosong, atau tentang penderitaan seseorang, perebutan
harta kekuasaan dan pasangan, pelecehan terhadap tatanan moral dan budaya, perselingkuhan,
hubungan di luar pernikahan sampai dengan penghinaan terhadap orang tua, guru dan masyarakat
hingga menjamurnya tayangan berbau kekerasan maupun pornografi yang lolos sensor.efek negatif
kepada kelompok audiens rentan, yaitu anak-anak dan remaja. Hal ini dikarenakan banyak program
televisi yang ditujukan untuk anak-anak dan remaja yang cenderung berbahaya bagi mereka. Sebuah
penelitian yang melibatkan lebih dari 3.000 anak usia 3 tahun menemukan bahwa anak-anak yang
terlalu sering menonton TV, secara langsung atau pun tidak, akan berisiko untuk memamerkan
perilaku agresif,Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Wirodono (dalam Tambaruka pada tahun
2013) bahwa khalayak yang rentan terhadap pengaruh buruk media televisi yaitu anak-anak, remaja
dan kaum ibu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada anak-anak pengaruh buruk media televisi terutama
pada perkembangan otak, emosi, sosial dan kemampuan kognitif, sementara pada remaja menyebabkan
remaja tidak bisa mempelajari realitas kehidupan yang sesungguhnya karena berbagai tayangan
sinetron dengan tema remaja cenderung mengeksploitasi kehidupan remaja dari satu sisi. Komoditas ini
dikemas dalam bentuk tayangan sinetron, infotainment dan
aspek domestik seperti kuliner. Meskipun televisi dinilai oleh berbagai kalangan memiliki efek negatif
khususnya pada anak dan remaja, namun membatasi akses mereka terhadap televisi bukan hal yang
mudah karena mereka telah memiliki relasi yang kuat dengan televisi.berdasarkan survey komposisi
penonton televisi menurut usia, penonton anak usia 5 sampai 15 tahun menempati porsi yang cukup
besar, yaitu hampir 30%. Data YPMA (2006) menyebutkan bahwa dalam seminggu anak-anak di
Indonesia menyaksikan tayangan televisi rata-rata 35 sampai 45 jam, atau 1.560 sampai 1.820 jam
setahun . Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah penting dalam mendampingi dan mengawasi anak
terhadap pengaruh media TV. Namun kenyataan dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai anak
yang lebih sering menghabiskan waktu luangnya untuk menonton TV dari pada melakukan hal-hal
yang lain, sedangkan orang tua justru jarang dalam mendampingi dan mengawasi anak saat menonton
TV. Hal ini apabilaberlanjut secara terus menerus akan menjadikan anak jauh dari nilai-nilai kehidupan
yang penting seperti bagaimana cara berinteraksi yang baik dengan teman sebaya, belajar cara
bekerjasama, berkompromi dan berbagi dengan orang lain. Hal ini tentunya dibutuhkan peran orang tua
khususnya seorang ibu. Ibu sebagai orang yang dekat kepada anak dan mempunyai waktu luang lebih
banyak untuk berinteraksi secara langsung dengan anak. Seorang ibu perlu menjelaskan secara terbuka
baik dan buruknya mengenai media yang dikonsumsi anak seperti TV serta melakukan berbagai upaya
konkret dalam lingkungan keluarga agar anak mempunyai bekal yang memadai dalam menghadapi
media sehingga tidak terpengaruh dampak negatif dari mediaTV.Berdasarkan kecenderungan tersebut,
literasi media memiliki arti penting bagi masyarakat Indonesia, terutama anak-anak dan remaja , karena
tayangan yang tidak mendidik akan berdampak pada perkembangan anak ataupun remaja.

Anda mungkin juga menyukai