KELOMPOK 2
PRODI : KEBIDANAN S1
SEMESTER : III
ANGGOTA :
1. WULAN RATNA KUSUMA (1911060008)
2. MUTIARANI NUR FILANTI (1911060009)
3. PUTRI NUROCTAVIANI (1911060010)
4. SEPTIANA TUNJUNG SARI (1911060012)
5. REZKY AMALIAH (1911060013)
6. LALA AMALASARI (1911060014)
7. NADYA FANDINI PUTRI (1911060015)
8. EVA ARIE SARASWATI (1911060016)
JAHE (Zingiber officinale)
1. Deskripsi Herbal
Herbal adalah tanaman atau tumbuhan yang
mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam
pengobatan. Indonesia tercatat sebagai salah
satu negara yang memiliki kekayaan tumbuhan
yang melimpah.
Maka dari itu, Obat-obatan herbal dibuat dari
tumbuh-tumbuhan atau campuran dari ekstrak
tumbuh-tumbuhan untuk mengobati penyakit
atau menjaga kesehatan.
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang
yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan
obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung
di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan
senyawa keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku
Zingiberaceae (temu-temuan). Tinggi 30 cm sampai 1 m,
rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga.
Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ;
tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Jahe#:~:text=Jahe%20(Zingiber%20officinale)%
2C%20adalah,Zingiberaceae%20(temu%2Dtemuan)
.
2. Habitat
Jahe mudah tumbuh di tempat yang terbuka sampai ditempat yang agak
ternaung, di tanah padat, kering ataupun gembur, di kebun dan di
pekarangan. Dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian lebih dari
900 meter di atas permukaan laut. Tanaman jahe tumbuh optimal pada
struktur tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus. Tanaman
jahe tumbuh optimal pada tekstur tanah yang berpasir, liat berpasir dan
tanah laterik. Tanaman jahe tumbuh optimal pada naungan maksimal 30 %.
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan
laut, kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter.
Untuk bisa berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga
3000 mm per tahun, kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5
hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang digunakan untuk penanaman
jahe tidak boleh tergenang.
3. Kandungan Kimiawi
Sumber :
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/79751/BUDIDAYA-TANAMAN-JAHE/
5. Nama di Berbagai Daerah
Cara pengolahan Jahe yang diberikan adalah jehe emprit dalam bentuk
pipihan dan dicampurkan dengan air panas, dan dapat diberikan gula merah
sebagai pemanis dan diminum pada pagi hari.
• Jahe kering
Merupakan potongan jahe yang dikeringkan dengan irisan memotong
serat irisan tipis (digebing). Jenis ini sangat populer di pasar tradisional.
• Awetan jahe
Merupakan hasil pengolahan tradisional dari jahe segar. Yang paling
sering ditemui di pasaran adalah, tingting jahe (permen jahe), acar, asinan,
sirup, dan jahe instan. Beberapa jenis olahan jahe ini disukai konsumen dari
daerah Asia dan Australia.
• Bubuk jahe
Merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe
menggunakan teknologi industri, jahe dikeringkan
selanjutnya digiling dengan kehalusan butiran bubuk yang
ditentukan. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi,
minuman, alkohol dan jamu. Biasanya menggunakan bahan
baku jahe kering.
• Oleoresin jahe
Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe.
Warnanya cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga
35%.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Jahe
10. Cara Pemakaian
Takaran pemberian jahe sebanyak 13x dalam sebulan. Setiap pagi hari
sebanyak 3x selama 1 bulan.
Secara umum jahe memiliki komposisi yang terdiri dari air, serat,
karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin. Beberapa jenis mineral
dalam jahe yaitu kalsium, fosfor, dan zat besi. Vitamin dalam jahe antara
lain vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, dan vitamin C.
Namun komposisi jahe yang menyehatkan adalah :
• Kalori : 4,8
• Karbohidrat : 1,07 gr
• Serat : 0,12 gr
• Protein : 0,11 gr
• Lemak : 0,05 gr
• Gula : 0,1 gr
14.Khasiat
1. NAMA PENELITI
Zahra Basirat, Ali Moghadamnia, Meherdad
Kashifard, Athena sharifi- Razavi
( Judul : The Effect of Ginger Biscuit on Nusea
and Vomising in Early Preganancy
2.TUJUAN
Menegtahui efektifitas jahe dalam bentuk biscuit untuk pengobatan.
3. METODE
Subjek : Wanita hamil dengan mual dan muntah kehamilan , usia 19-
35th degan usia kehamilan 7-17 minggu kehamilan tanpa riwayat peyakit
lain yang menyebabkan mual muntah. Metodenya Setelah mendapat
persetujuan, subjeknya adalah secara acak dimasukkan ke dalam desain
double-blind untuk menerima baik jahe (n = 35) atau tidak mengandung
jahe (plasebo) (n = 30) biskuit. Setiap subjek diberikan 20 biskuit. Mereka
mengambil lima biskuit setiap hari selama empat hari. Waktu con sumsi
didasarkan pada permintaan pasien, terutama ketika mereka mengalami
mual. Jahe dan identik biskuit plasebo tampak disiapkan oleh seorang ahli
penganan di bawah pengawasan peneliti. Kemudian Subjek menilai
keparahan mual mereka dan mencatat jumlah episode muntah dalam 24
jam terakhir sebelum perawatan dan lagi selama 4 kali berturut-turut hari
sambil mengambil biskuit.
4.PEMBAHASAN
Subjek diacak dalam dua desain ble-blind dan dibagi menjadi dua
kelompok untuk mengambil biskuit. 0,5 g jahe sebagai bubuk halus
dimasukkan di setiap biskuit. Subjek menerima 5 biskuit jahe per hari atau
biskuit plasebo identik selama 4 hari. Mereka menilai tingkat keparahan mual
mereka menggunakan skala analog visual (VAS) dan mencatat jumlah episode
muntah kode dalam 24 jam sebelumnya dan lagi selama 4 hari berturut-turut.
Skala Likert lima item digunakan untuk lihat tingkat keparahan gejala mereka.
Rata-rata skor VAS hari 1 sampai 4 pasca terapi dikurangi baseline mual
menurun secara signifikan pada jahe (2,6 ± 1,77) dibandingkan dengan
kelompok plasebo (1,4 ± 1,62) (P = 0,01). Jumlah episode muntah juga
menurun pada jahe (0,96 ± 0,21) dan plasebo (0,62 ± 0,19), perbedaannya
tidak signifikan. Perbedaan yang signifikan terlihat pada variasi antar
kelompok per hari di kedua kelompok. Skala likert menunjukkan perbaikan
gejala pada kedua kelompok (P = 0,43)
5.KESIMPULAN
1.NAMA PENELITI
Ayu dwi putri , dewi andiani, haniarti usman
( judul : efektifitas pemberian jahe hangat dalam
mengurangi frekuensi mual muntah pada ibu
hamil trimester 1)
2.TUJUAN
Mengidentifikasi frekuensi morningsicnes dan
eektifitas pemberian jah hangat dalam mengurangi
frekuensi mual muntah pada ibu hamil trimester I.
3.METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
pra-eksperimen yang bersifat one grup
pretest-postest, dengan jumlah sampel sebanyak
34 orang. Analisis data menggunakan uji
paired sample t-test.
4.PEMBAHASAN
1.NAMA PENELITI
Caroline smith , caroline crowther, krystian
willson
Judul : A randomized controlled trial of ginger ,
to treat Nausea and vomiting in pregnancy
2.TUJUAN
Untuk memperkirakan apakah penggunaan jahe untuk
mengatasi mual atau muntah pada kehamilan setara
dengan pyridoxine hydrochloride (vitamin B6).
3.METODE
Sebuah percobaan ekuivalensi terkontrol secara acak
yang melibatkan 291 wanita hamil kurang dari 16 minggu
dilakukan di sebuah rumah sakit pendidikan di Australia.
Wanita mengonsumsi 1,05 g jahe atau 75 mg vitamin B6
setiap hari selama 3 minggu. Perbedaan dari skor awal
mual dan muntah diperkirakan untuk kedua kelompok
pada hari ke 7, 14, dan 21
4.PEMBAHASAN
Jahe setara dengan vitamin B6 dalam
mengurangi mual (perbedaan rata-rata 0,2,
interval kepercayaan 90% [CI] -0,3, 0,8), muntah-
muntah (perbedaan rata-rata 0,3; 90% CI -0,0,
0,6) dan muntah (perbedaan rata-rata 0,5; 90%
CI 0,0, 0,9), dirata-ratakan dari waktu ke waktu,
tanpa bukti efek yang berbeda pada 3 titik
waktu.
5.KESIMPULAN
Bagi wanita yang ingin meredakan mual,
muntah-muntah kering, dan muntah,
penggunaan jahe pada awal kehamilan akan
mengurangi gejalanya hingga setara dengan
vitamin B6
TERIMAKASIH …….