Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL PERCOBAAN

MENANAM TANAMAN VEGETATIF


JAHE

SMP Santo Carolus


Jalan Jemur Andayani XXI, Surabaya

1
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
MENANAM TANAMAN VEGETATIF
JAHE

Disusun Oleh:
Theresa Rezlya Rombe – 9A/36
I. TUJUAN

2
Penelitian yang saya laksanakan ini bertujuan untuk mengetahui salah satu

perkembangbiakan tumbuhan secara vegetatif, khususnya rhizoma pada jahe.

Selain itu saya juga ingin mencari tahu cara yang tepat untuk menanam jahe agar

bisa tumbuh dengan baik. Saya akan meneliti, media tanam apakah yang cocok

untuk menanam jahe, dan dalam kondisi bagaimana jahe tumbuh dengan baik.

Untuk itu saya juga akan mengamati pertumbuhan jahe secara periodik. Saya

mencoba menanam jahe melalui dua cara, yaitu:

1. Merendamnya ke dalam air bawang terlebih dahulu.

2. Langsung menanam bibit jahe pada media tanam tanah.

Dengan demikian saya akan mengetahui teknik menanam manakah yang lebih

cepat dan lebih baik untuk perkembangbiakan tanaman jahe.

II. KAJIAN TEORI

Tanaman Jahe

Jahe merupakan tumbuhan rimpang berbentuk jemari yang menggembung

di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas dalam jahe disebabkan senyawa keton

bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama

ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, Bahasa

Sanskertanya adalah singaberi. Jahe diperkirakan berasal dari India. Namun, ada

pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Tiongkok Selatan. Dari

India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara,

Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme,

jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi

3
komoditas yang populer di Eropa. Tanaman jahe bisa tumbuh subur di ketinggian

0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut. Untuk bisa berproduksi optimal,

dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun, kelembapan 80 persen

dan tanah lembap dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara tinggi. Tanah yang

digunakan untuk penanaman jahe tidak boleh tergenang oleh air.

Menurut Navvaro (2002), jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan

ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu:

1. Jahe putih atau kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak

rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung

dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bisa dikonsumsi baik saat

berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe

olahan.

2. Jahe putih atau kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit

ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu

dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar

daripada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, di samping seratnya

tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk diekstrak

oleoresin dan minyak atsirinya.

3. Jahe merah Jahe merah memiliki nama latin Zingiber officinale

var.rubrum. Jahe ini juga disebut jahe sunti. Jahe merah memiliki rasa

yang sangat pedas dengan aroma yang sangat tajam sehingga sering

dimanfaatkan untuk pembuatan minyak jahe dan bahan obat-obatan. Jahe

merah memiliki rimpang yang berwarna kemerahan dan lebih kecil

dibandingkan dua jenis jahe lainnya. .

4
Jahe banyak mengandung berbagai fitokimia dan fitonutrien. Beberapa zat

yang terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin,

damar, asam organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak

damar, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe

mengandung zingiberol, linaloal, kavikol, dan geraniol. Rimpang jahe kering per

100 gram bagian yang dapat dimakan mengandung 10 gram air, 10-20 gram

protein, 10 gram lemak, 40-60 gram karbohidrat, 2-10 gram serat, dan 6 gram abu.

Rimpang keringnya mengandung 1-2% gingerol. Kandungan gingerol dipengaruhi

oleh umur tanaman dan agroklimat tempat tumbuh tanaman jahe. Gingerol juga

bersifat sebagai antioksidan sehingga jahe bermanfaat sebagai komponen bioaktif

anti penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi melindungi lemak atau

membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan meningkatkan

kekebalan tubuh.

Dengan adanya kandungan-kandungan dalam jahe tersebut, jahe memiliki

beberapa manfaat bagi kesehatan tubuh. Diantaranya adalah meredakan pusing,

meredakan mual, nyeri menstruasi, meredakan stress, memperkuat imun, dan

mencegah kanker.

Lalu untuk perkembangbiakannya sendiri, rimpang jahe yang dipilih

adalah rimpang yang sudah cukup tua dan memiliki paling sedikit 2 – 3 mata

tunas. Jahe yang berukuran kecil seperti jahe merah dan jahe kecil ditanam dengan

jarak yang lebih rapat yakni 25 x 40 cm. Sementara jahe besar, seperti jahe gajah

ditanam dengan jarak 30 x 60 cm, menurut Muhlisah (2003). Sedangkan menurut

Santoso (2008) rimpang yang dipilih adalah rimpang yang diambil langsung dari

kebun, bukan jahe konsumsi yang biasa diperoleh di pasar, diambil dari tanaman

5
yang sehat dan berumur 12 bulan, memiliki berat 100 - 250 g per rimpang.

Rimpang tersebut dapat dipotong-potong dan masing-masing potongan sedikitnya

memiliki 3 mata tunas, Panjang 3 - 7 cm dan beratnya 25 - 80 g per potong. Bobot

benih untuk jahe putih kecil dan jahe merah sekitar 20 - 40 g/rimpang, sedangkan

jahe putih gajah sekitar 40 - 60 g/rimpang (Kardinan, 2003). Makin besar ukuran

bibit akan diperoleh pertumbuhan yang makin baik dan hasil makin tinggi. Bibit

siap di tanam diareal tanam bila tiap bibit minimal telah tumbuh satu mata tunas.

Pemeliharaan tanaman jahe pada dasarnya meliputi penyulaman,

penyiangan, pembumbunan dan pemupukan. Penyulaman paling baik dilakukan

seawal mungkin atau maksimal 15 hari setelah tanam, agar tanaman cepat

menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan tingkat pertumbuhan hasil sulaman

relatif seragam. Penyiangan pertama biasanya dilakukan ketika tanaman jahe

berumur 2 - 4 minggu, kemudian dilanjutkan 3 - 6 minggu sekali tergantung pada

kondisi gulma yang tumbuh. Pembumbunan bertujuan untuk menimbun rimpang

jahe yang muncul ke atas permukaan, pertama kali dilakukan pada waktu tanaman

jahe membentuk rimpang yang terdiri atas 3 - 4 batang semu.

Selain memperhatikan bibit yang akan ditanam, kita juga harus

memperhatikan media tanam yang akan digunakan. Media tanam tersebut harus

mampu menyimpan air dengan baik dan dalam kondisi gembur serta banyak

mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Media tanam merupakan

komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan

harus sesuai dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Media tanam bagi

tanaman tidak hanya berupa tanah. Seiring dengan perkembangan teknologi,

tanaman juga dapat ditumbuhkan dalam media buatan (sintesis). Pertanian

6
konvensional seperti yang kita kenal biasanya menggunakan media tanam alami

yang banyak kita jumpai di alam, misalnya humus/tanah lapisan atas (topsoil)

kompos, pasir kerikil dan sekam padi.

Letak dan Kondisi Geografis Surabaya

Kota Surabaya yang secara resmi berdiri sejak tahun 1293, terkenal

sebagai kota pelabuhan yang secara tidak langsung mengantarkan Surabaya

sebagai kota perdagangan dan jasa; serta merupakan jalur strategis yang

menghubungkan regional di tengah dan Timur Indonesia. Secara geografis Kota

Surabaya berada di 7° 9’ - 7° 21’ Lintang Selatan dan 112° 36’ - 112° 57’ Bujur

Timur, sebagian besar wilayah Kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan

ketinggian 3 - 6 meter di atas permukaan laut, sebagian lagi pada sebelah Selatan

merupakan kondisi berbukit-bukit dengan ketinggian 25 - 50 meter di atas

permukaan laut.

III. ALAT DAN BAHAN

Untuk pembudidayaan jahe, saya memilih membudidayakan jahe gajah

yang berlimpang besar dan gemuk. Untuk mebudidayakannya saya memerlukan

alat dan bahan sebagai berikut :

Alat

1. Sekop

2. Pisau

3. Talenan

7
4. Panci

5. Mangkok/wadah yang bagian dasarnya datar

6. Pot

Bahan

1. Tanah

2. Pupuk kompos

3. Sekam padi

4. Cangkang telur

5. Air

6. Bawang merah tiga siung

7. Satu rimpang jahe yang berimpang besar dan memiliki banyak mata tunas

VI. LANGKAH-LANGKAH

Cara 1 : Dengan Pembibitan Perendaman Air Bawang (Jahe A)

Pembibitan :

1. Sediakan air, satu rimpang jahe, mangkok, pisau, dan talenan.

2. Cincang bawang dan rebus dengan air secukupnya. Bisa juga merendam

cincangan bawang selama tiga jam. Apabila menggunakan air rebusan

bawang, tunggu air tersebut sampai dingin, agar tak merusak bibit jahe.

3. Potong jahe menjadi beberapa bagian, jangan sampai memotong mata

tunas jahe. Kupas sebagian kulit jahe di kedua sisi.

8
4. Tuangkan air bawang ke dalam mangkok setinggi 1 cm, rendam salah satu

sisi jahe yang telah dikupas.

5. Setiap hari balik jahe dan ganti air bawang dengan yang baru agar tidak

tumbuh jamur.

6. Rendam jahe selama lima hari atau hingga tunas pada jahe tumbuh.

Penanaman :

1. Siapkan pot/wadah menanam. Kemudian campur pupuk : kompos : sekam

padi dengan ukuran 2 : 2 : 1. Masukkan media tanam ke dalam wadah

sebanyak setengah ukuran wadah. Tidak perlu memadatkan media tanam.

2. Cuci cangkang telur supaya tidak ada sisa cangkang telur yang menempel,

hancurkan cangkang telur hingga menjadi serpihan.

3. Tanam jahe dengan mengarahkan tunas jahe ke atas agar jahe bisa tumbuh

dengan baik.

4. Tutupi jahe dengan media tanam hingga tunas tertutup, tidak perlu

memadatkan media tanam. Lalu taburkan cangkang telur di atas tanah.

5. Berikutnya air bawang bekas rendaman supaya tidak terbuang percuma,

disiramkan ke jahe yang sudah ditanam.

Perawatan :

1. Jahe yang sudah ditanam, diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari

secara tidak langsung.

2. Media tanam perlu dijaga kelembabpannya untuk itu perlu disirami

dengan air setiap media tanah terlihat kering.

9
3. Tanaman juga harus diperhatikan kebersihannya dari hama dan gulma.

Supaya tumbuh dengan baik.

Cara 2 : Tanpa Pembibitan (Jahe B)

Penanaman :

1. siapkan pot/wadah menanam. Kemudian campur pupuk : kompos : sekam

padi dengan ukuran 2 : 2 : 1. Masukkan media tanam ke dalam wadah

sebanyak setengah ukuran wadah. Tidak perlu memadatkan media tanam.

2. Cuci cangkang telur supaya tidak ada sisa cangkang telur yang menempel,

hancurkan cangkang telur hingga menjadi serpihan.

3. Potong jahe manjadi beberapa bagian, jangan sampai memotong mata

tunas jahe.

4. Tanam jahe dengan mengarahkan tunas jahe ke atas agar jahe bisa tumbuh

dengan baik.

5. Tutupi jahe dengan media tanam hingga tunas tertutup, tidak perlu

memadatkan media tanam. Lalu taburkan cangkang telur di atas tanah.

6. Lalu siram dengan air biasa agar tanah tidak kering.

Perawatan :

1. Jahe yang sudah ditanam, diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari

secara tidak langsung.

2. Media tanam perlu dijaga kelembabpannya untuk itu perlu disirami

dengan air setiap media tanah terlihat kering.

10
3. Tanaman juga harus diperhatikan kebersihannya dari hama dan gulma.

Supaya tumbuh dengan baik.

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1.

Data Pengamatan Pertumbuhan Rhizoma pada Jahe

NO. TANGGAL DATA KUANTITATIF DATA KUALITATIF


JAHE A JAHE B JAHE A JAHE B
1. 27/7/2020 Mulai Mulai Mulai Mulai

pembibitan menanam pembibitan menanam


2. 1/8/2020 Muncul Belum ada Tuas Belum ada

tunas perubahan berwarna perubahan

putih
3. 5/8/2020 Tinggi jahe Belum ada Batang agak Belum ada

adalah 2 cm perubahan miring perubahan


4. 7/8/2020 Tinggi 5 cm, Muncul satu Batang Tunas

tambah 1 tunas kecil kokoh berwarna

daun putih
5. 10/8/2020 Tinggi 8 cm Mulai Batang Tunas

tumbuh satu kokoh berwarna

tunas besar putih

kekuningan
6. 14/8/2020 Tinggi 10,5 Muncul Bating kokoh Sedikit pucat

cm sedikit di dan segar

atas

permukaan

11
tanah
7. 17/8/2020 Tinggi 13 Tinggi 3 cm Segar dan Daun

cm hijau melebar
8. 19/8/2020 Tinggi 15 Tinggi 5 cm Daun Jahe tumbuh

cm memanjang miring
9. 24/8/2020 Tinggi 16 Tinggi 7,5 Batang Berwarna

cm cm menebal hijau segar


10. 29/8/2020 Tinggi 17,5 Tinggi 10,5 Berwarna Berwarna

cm, daun cm, daun hijau muda hijau tua

berjumlah 4 berjumlah 2
Sumber: dokumen peneliti

Keterangan Tabel 1:

Jahe A : Jahe dengan Pembibitan

Jahe B : Jahe Tanpa Pembibitan

VI. PEMBAHASAN

1. Pemilihan Bibit

Pada penelitian pembudidayaan tanaman jahe, saya memilih jahe

gajah sebagai bibit karena jahe gajah mudah dikembangbiakkan pada

ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut. Hal itu sesuai

dengan letak geografis Kota Surabaya, yaitu 3 - 6 meter di atas permukaan

laut. Ukuran jahe yang saya pilih sepanjang 10 cm, memiliki banyak mata

tunas, dan besar. Saya memilih bibit rimpang yang berukuran cukup besar

12
karena bibit rimpang jahe yang besar akan lebih cepat untuk tumbuh dan

bisa menghasilkan kualitas panen jahe yang juga sehat dan besar-besar.

Gambar 1.

Bibit Jahe yang Dipilih

Sumber: dokumen pribadi

2. Pemilihan Media Tanam

Untuk pembudidayaan jahe gajah, media tanam yang saya pilih

adalah:

1. Tanah yang gembur.

Saya memilih media tanam tanah yang mampu menyimpan air

dengan baik dan dalam kondisi gembur serta banyak mengandung

unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.

2. Kompos pupuk kandang yang dicampur limbah daun.

Tanah yang baik ialah tanah yang remah atau granuler yang

mempunyai tata ruang udara yang baik sehingga aliran udara serta air

13
dapat masuk dengan baik. Tanah yang buruk adalah apabila butir-

butir tanah tidak melekat satu sama lain (pasir) atau saling melekat

(tanah liat). Karena itu saya memilih kompos yang mampu

merekatkan butir-butir tanah serta menjadi penyeimbang tingkat

kerekatan pada tanah, juga menyediakan hormon dan vitamin bagi

tanaman

3. Sekam padi.

Saya memilih sekam padi karena sekam padi dapat dimanfaatkan

sebagai mulsa. Mulsa adalah lapisan pelindung tanah yang diletakkan

di sekeliling tanaman. Pemberian mulsa bermanfaat untuk menjaga

kelembaban tanah, menghambat gulma dan disukai oleh makhluk-

makhluk renik yang ada didalam tanah.

4. Cangkang telur ayam.

Saya memilih cangkang telur ayam dikarenakan cangkang telur

dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan proses perkecambahan

dan juga proses pertumbuhan tanaman. Cangkang telur juga

bermanfaat sebagai pupuk karena kandungan kalsium pada cangkang

telur sekitar 90%, maka sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai

sumber nutrisi tanaman.

3. Pembibitan

Pembudidayaan jahe gajah yang saya lakukan menggunakan dua

metode, yaitu pembibitan dengan perendaman air bawang dan

penanaman langsung di media tanam. Kedua metode ini saya pilih

14
untuk membandingkan pembibitan terbaik dalam pembudidayaan jahe

gajah.

3.1. Pembibitan dengan Perendaman Air Bawang

Saya memilih metode pembibitan dengan air bawang karena

bawang mengandung hormon auksin yang dapat berperan dalam

merangsang pembesaran sel, pertumbuhan aksis longitudinal, dan

sintesis DNA kromosom pada tanaman. Fungsinya adalah untuk

merangsang pembentukan akar. Hormon ini juga berperan dalam

merangsang proses perkecambahan benih.

3.2. Penanaman Tanpa Pembibitan

Saya memilih metode kedua, yaitu penanaman langsung ke

media tanam untuk membandingkan kecepatan pertumbuhan bibit

jahe gajah.

4. Perawatan

Perawatan yang saya lakukan untuk kedua metode tidak ada

perbedaan di antaranya. Berikut adalah cara perawatan yang saya lakukan

pada kedua bibit jahe:

1. Menyiram Air

Saya lakukan untuk menjaga kelembaban media tanam.

2. Pemeriksaan Hama dan Gulma

15
Ketika muncul halma dan gulma, saya membersihkan tanaman

saya dari halma dan gulma.

3. Pengukuran Pertumbuhan Tanaman

Setiap tiga atau empat hari sekali saya melakukan pengukuran

pertumbuhan dan pemeriksaan kualitas tanaman jahe gajah.

4. Pemeriksaan Kondisi Media Tanam

Setiap hari saya memeriksa kepadatan dan kelembaban media

tanam. Apabila tanah terlalu padat saya membalik media tanam.

Saya juga menyiram media tanam bila sudah kering.

5. Hasil Pengamatan

Setelah melakukan pembibitan jahe gajah saya melakukan

pengamatan pertumbuhan secara periodik setiap tiga atau empat hari

sekali. Untuk mempermudah pengamatan saya memberi label jahe A untuk

jahe dengan pembibitan perendaman air bawang merah, dan jahe B untuk

jahe tanpa pembibitan.

Saya mulai melakukan pembibitan jahe A pada tanggal 27 Juli 2020.

Pada tanggal yang sama saya menanam jahe B pada media tanam. Dari

pembibitan tersebut saya melakukan penyiraman pada tanaman setiap

tanah terlihat kering. Setelah lima hari dari pembibitan yaitu tanggal 1

Agustus 2020, saya melakukan pengamatan pertama. Dari pengamatan

tersebut, jahe A mulai tumbuh tunas sedangkan jahe B belum mengalami

pertumbuhan tunas, dan tidak ada hama atau gulma yang mengganggu.

16
Pengamatan kedua saya lakukan pada tanggal 5 Agustus 2020. Hasil

pengamatan yaitu, jahe A memiliki tinggi 2 cm di atas tanah dan batang

yang miring. Pada jahe B masih belum ada pertumbuhan tunas. Pada

pengamatan ini saya tidak menemukan adanya hama dan gulma.

Di hari kesebelas atau pada tanggal 7 Agustus 2020 saya melakukan

pengamatan ketiga. Pada pengamatan ini jahe A sudah tumbuh setinggi 5

cm dan sudah memiliki satu helai daun. Jahe B mulai tumbuh tunas

berwarna putih kekuningan. Pada pengamatan ini belum ada hama maupun

gulma.

Pengamatan keempat saya laksanakan pada tanggal ke 10 Agustus

2020. Jahe A sudah setinggi 8 cm. Sedangkan jahe B tunasnya mulai

menggembung. Pada pengamatan ini belum ada hama maupun gulma.

Hari ke-18 tanggal 14 Agustus 2020 saya melakuka pengamatan

kelima. Jahe A sudah setinggi 10,5 cm dan memiliki batang yang kokoh

dan segar. Jahe B mulai muncul batang di atas permukaan tanah. Pada hari

ke-18 ini batang jahe A mulai muncul hama kutu putih sehingga saya

membasminya menggunakan air bawang putih.

Pengamatan keenam, tanggal 17 Agustus 2020 jahe A sudah

memiliki tiga helai daun.Tinggi jahe A adalah 13 cm. Sedangkan jahe B

memiliki tinggi 3 cm. Pada pengamata ini saya menemukan hama ulat

hongkong di dalam pot, tetapi hama tersebut tidak memakan daun jahe

saya.

Selanjutnya pada pengamatan ketujuh yang saya laksanakan pada

tanggal 19 agustus 2020 saya menemukan hama jangkrik yang memakan

17
daun jahe A. Walaupun daun dimakan jahe A masih dalam kondisi segar

dan baik-baik saja. Jahe A pada pengamatan ini memiliki tinggi 15 cm.

Sedangkan jahe B memiliki tinggi 5 cm dan mulai tumbuh daun.

Lalu pengamatan kedelapan saya lakukan pada tanggal 24 Agustus

2020. Jahe A memiliki tinggi 16 cm dan jahe B memiliki tinggi 7,5 cm.

Pada pengamatan ini saya tidak menemukan adanya hama dan gulma yang

mengganggu.

Pengamatan kesembilan pada tanggal 29 Agustus 2020. Pada

pengamatan ini jahe A memiliki tinggi 17,5 cm dan memiliki empat helai

daun. Sedangkan jahe B sudah setinggi 10,5 cm dan memiliki dua helai

daun. Pada pengamatan kesembilan ini saya tidak menemukan adanya

hama dan gulma yang mengganggu.

Sesekali saya memperhatikan adanya kutu putih pada batang jahe

dan saya segera membasminya menggunakan air bawang putih sebagai

pestisida alami. Hama lain yang mengganggu pertumbuhan jahe saya

adalah jangkrik dan ulat hongkong. Untuk membasmi hama-hama tersebut

saya menyingkirkannya dari tanaman saya.

Gambar 2.

Pengamatan Pertama Tanaman Vegetatif Jahe Gajah

18
Sumber: dokumen pribadi

Gambar 3.

Hasil Akhir Tanaman Vegetatif Jahe Gajah

Sumber: dokumen pribadi

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan mengenai

perkembangbiakan rhizome pada jahe gajah, maka ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Proses pembibitan rhizoma jahe penting untuk dilakukan, agar tanaman

jahe tumbuh dengan baik.

19
2. Penggunaan air rendaman bawang merah efektif untuk mempercepat

pertumbuhan bibit jahe. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan

kecepatan pertumbuhan antara jahe A dan jahe B.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Ainida. 2019. Cara Memilih Bibit Jahe Gajah yang Bagus dan Unggul.

https://ilmubudidaya.com/cara-memilih-bibit-jahe-gajah-yang-bagus-dan-

unggul (diakses tanggal 28 Agustus 2020)

Bappeda. 2013. Letak dan Kondisi Geografis Surabya.

http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-

kota-2013/kota-surabaya-2013.pdf (diakses tanggal 28 Agustus 2020)

20
Hatmoko, Widi. 2020. Mau Tau Sejarah dan Manfaat Jahe untuk Kesehatan, Baca Ini!

http://lensapena.id/2020/03/mau-tau-sejarah-dan-manfaat-jahe-untuk-

kesehatan-baca-ini/ (diakses tanggal 21 Agustus 2020)

Kurniawati N. 2010. Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur.

Bandung: Qanita

Lestariningsih, A. 2012. Meramu Media Tanam untuk Pembibitan. Yogyakarta:

Cahaya Atma Pustaka.

Muhlisah, F. 2001. Temu-temuan dan Empon-emponan. Yogyakarta: Kanisius.

Navarro, D.F., de Souza M.M., Neto R.A., Golin V., Niero R., Yunes R.A., Delle

M.F, dan Cechinel F.V. 2002. Phytochemical analysis and analgesic

properties of Curcuma zedoaria grown in Brazil. Phytomedicine, 9 (5), 427-

432

Paimin, F.B., dan Murhananto. (2002). Budidaya, Pengolahan, dan Perdagangan

Jahe. Jakarta: PT. Penebar Swadaya

P, Eko Yudi. 2019. Manafaat Kompos. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/

artikel/77438/Manfaat-Kompos/ (diakses tanggal 28 Agustus 2020)

Permanasari, I., B. Solfan dan A.R. Annisava. 2012. Dasar-dasar Agronomi.

Pekanbaru: Suska Press.

Ramlah. 2019. Mamfaatkan Sekam Padi Sebagai Media Tanah.

http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/84198/Mamfaatkan-Sekam-Padi-

Sebagai-Media-Tanam/ (diakses tanggal 28 Agustus 2020)

Rukmana, R. 2010. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Kanisius.

Santoso, H.B. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: AgroMedia

Pustaka.

21
Suranto, A. 2004. Khasiat & Manfaat Madu Herbal. Tangerang: Agromedia

Pustaka.

Usenkia, Steanus. 2019. Ektrak Bawang Merah Sebagai Zat Perangsang Tumbuh

Alam. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/86779/Ektrak-Bawang-

Merah--Sebagai-Zat-Perangsang-Tumbuh-Alami-/ (diakses tanggal 28

Agustus 2020)

Yulianti, Nur Fitriah. 2019. Pemanfaatan Cangkang Telur sebagai Pestisida dan

Pupuk Organik. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/82005/

PEMANFAATAN-CANGKANG-TELUR--SEBAGAI-PESTISIDA-DAN-

PUPUK-ORGANIK/ (diakses tanggal 28 Agustus 2020)

22

Anda mungkin juga menyukai