Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

FITOTERAPI
CABE JAWA

DISUSUN OLEH:
Kelompok 6
1. Lira Riski Kusuma W (1720343854)

2. Novialfi Sri Aryani D (1720343855)

3. Ponky Ary Wibowo (1720343856)

4. Prasdian Nur Choiri (1720343857)

5. Riawati Riantri Arna (1720343858)

6. Riaya Shally Retmana (1728343859)

7. Rosa Pangestika I. (1720343860)

FAKULTAS FARMASI
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
CABE JAWA (Piper retrofractum Vahl.)

Cabai jawa (Piper retrofractum Vahl.) adalah jenis rempah yang masih berkerabat
dengan lada dan kemukus, termasuk dalam suku sirih-sirihan atau Piperaceae. Klasifikasi
ilmiah cabe jawa adalah sebagai berikut;

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperaleas
Famili : Piperacea
Genus : Piper
Sumber : http://www.bertaniorganik.com//
Spesies : P. retrofractum
Nama binomial: Piper retrofractum Vahl.
Cabe jawa atau cabe jamu ini merupakan tanaman penghasil rempah dan fitofarmaka
yang penting baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan bumbu dan obat tradisional bagi
masyarakat maupun bagi industri makanan, minuman, jamu, dan obat. Beberapa aspek yang
perlu diperhatikan dalam pemanfaatan cabe jawa sebagai obat tradisional adalah sebagai
berikut :
A. Aspek Tinjauan Tanaman Habitat, Budidaya dan Pemanenan
Cabe jawa merupakan tanaman asli Asia Tenggara termasuk Indonesia. Berbagai
daerah mengusahakan tanaman ini dan menyebutnya dengan berbagai nama seperti cabe
panjang, lada panjang (Melayu), cabe jawa (Sunda), cabe jamu (Jawa), cabe jhamo, cabe
solah (Madura), cabia, cabian (Sulawesi). Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai
java long pepper.
Bentuk tanamannya seperti sirih, merambat, memanjat, membelit, dan melata.
Daunnya berbentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau
membulat, ujung daun runcing dengan bintik-bintik kelenjar. buahnya majemuk bulir,
bentuknya bulat panjang atau silindris, dan ujungnya mengecil. Buah yang belum tua
berwarna kelabu, kemudian menjadi hijau, selanjutnya kuning, merah, serta lunak. Rasanya
pedas dan tajam aromatis.
Batang cabe jawa beruas-ruas, berkayu, dan tumbuh memanjat dengan akar lekat
pada buku batang ortotrop. Akar-akar lekat bercabang rapat dan mampu melekat sangat kuat
meskipun di dinding beton atau di batu cadas. Cabang ortotrop beruas 6-8 cm dan kalau
sudah dewasa berbintik kasar. Cabang plagotrop tumbuh menyamping, beruas lebih pendek
yaitu antara 4-7 cm, dan merupakan cabang penghasil buah. Dari pangkal batang utama dapat
tumbuh cabang yang tumbuh merambat di tanah membentuk cabang tanah (sulur cacing).
Cabang ini beradaptasi di tanah, berakar adventif pada setiap bukunya, berdaun dan
berbatang yang lebih kecil daripada cabang biasa. Apabila menemukan tempat memanjat,
maka cabang ini akan berangsur kembali menjadi cabang ortotrop normal dan membentuk
pohon baru. Tukulan dari biji tumbuh sebagai sulur cacing yang merayap di tanah sampai
menemukan rambatan dan tumbuh membentuk cabang buah. Varietas cabe jawa yang
beradaptasi pada habitat batubatu besar untuk merambat memiliki akar lekat yang lebih kuat.
Haryudin dan Rostiana (2009) melaporkan adanya variasi bentuk buah yaitu bulat
panjang (conical), bulat pendek (globular), panjang pipih (filiform), dan panjang kecil
(cylindrical) dengan ukuran juga bervariasi. Karakter daun juga sangat bervariasi bila dilihat
dari panjang daun, lebar daun, tebal daun, panjang tangkai daun dan jumlah daun per cabang,
namun yang paling mudah dibedakan adalah bentuk daun yang lanset atau bulat dengan
ukuran yang bervariasi dari kecil sampai besar.

Tumbuhan asli Indonesia ini populer sebagai tanaman obat pekarangan dan tumbuh
pula di hutan-hutan sekunder dataran rendah (hingga 600m di atas permukaan laut). Cabai
jamu dapat tumbuh di lahan ketinggian 0-600 meter dari permukaan laut (dpl), dengan curah
hujan rata-rata 1.259-2.500 mm per tahun. Tanah lempung berpasir, dengan struktur tanah
gembur dan berdrainase baik, merupakan lahan yang cocok untuk budidaya cabai jamu.
Tanaman itu memiliki keunggulan dapat tumbuh di lahan kering berbatu. Keberadaan tanggul
batu di pematang tegalan dapat dijadikan media merambatnya cabai jamu secara alami. Di
kebun pinggir pantai tanaman ini tidak tumbuh dengan baik, cabang dan daunnya renggang,
buahnya sedikit, kemungkinan terkait dengan tingginya salinitas tanah.

Tanaman cabe jawa dikenal mempunyai daya adaptasi yang tinggi, yaitu dapat
ditanam pada tanah dengan rentang pH asam sampai basa, tanah yang kurang subur, berbatu,
dan iklim yang kering. Tumbuh baik pada berbagai panjatan seperti pohon randu, dadap,
gamal, kelor, dan kenari, bahkan dapat tumbuh baik di pohon hutan sengon. Di India tanaman
ini hidup liar dan dipanen dari hutan atau dibudidayakan di kebun lada, dan dapat tumbuh
dengan baik pada tanah berkapur. Untuk mendukung pertumbuhan yang optimum tanaman
cabe jawa membutuhkan lengas tanah yang cukup yaitu 80-100% dari kapasitas lapang.

Cabe jawa dapat diperbanyak menggunakan biji, stek cabang panjat, stek cabang
tanah, dan stek cabang buah. Berikut adalah salah satu contoh cara pembudidayaan cabai
jawa :

1. Persiapan Bibit Cabe Jawa


o Sebelum melakukan penanaman cabe jawa, hal pertama yang harus kita lakukan
adalah mempersiapkan benih. Benih yang akan kita gunakan bisa berbentuk biji
maupun stek batang.
o Untuk pembenihan lewat stek, bagian tanaman yang akan kita stek bisa diambil
dari sulur vertikal (sulur panjat) maupun sulur tanah, tapi yang terbaik adalah dari
sulur panjat karena bagian ini mudah membentuk cabang.
o Calon batang untuk stek sebaiknya diambil dari tanaman yang telah berumur 2
tahun, memiliki sifat-sifat baik yaitu berbuah banyak, tidak terserang penyakit,
batang kokoh, subur dan sehat.
o Potongan batang yang kita stek tersebut kemudian kita tanam di polybag.
2. Persiapan Lahan
o Sebelum memulai penanaman cabe jawa siapkan dulu lahan yang akan kita
gunakan untuk budidaya. Lahan sebaiknya milik sendiri bukan lahan sengketa.
Lahan yang akan kita tanami bisa berupa sawah atau lahan kebun.
o Buat parit atau selokan dengan kedalaman kurang lebih 30 cm diantara calon
lubang tanam. Panjang parit mengikuti panjang lahan. Parit gunanya untuk
mengurangi kadar air dalam tanah. Kadar air dalam tanah yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan cabe jawa menghitam, busuk dan mati. Namun jika lahan berupa
tanah berpasir maka tidak perlu membuat selokan atau parit.
3. Persiapan Batang Rambatan
o Mengingat tanaman cabe jawa merupakan jenis tanaman merambat sehingga tiang
panjat menjadi hal yang sangat penting. Tiang panjat yang kita gunakan bisa dari
tiang beton dengan tinggi minimal 2 meter atau dari batang tanaman hidup seperti
seno, kelor ramban/ yodium, atau dari pohon randu. Jarak penancapan tiang
minimal 1,5 m x 1,5 m.
o Tanaman cabe jawa jika sudah berumur 3 bulan pertumbuhannya sangat cepat. Jika
tiang panjat menggunakan batang tanaman, sebaiknya pemasangan tiang panjat
dilakukan jauh-jauh hari. Sehingga saat penanaman cabe jawa tiang panjat sudah
mulai bersemi.
4. Penanaman Cabe Jawa
Jika semua persiapan sudah selesai langkah selanjutnya adalah penanaman cabe jawa.
o Sebelum menanam, buat terlebih dahulu lubang tanam di bawah tiang panjat
dengan ukuran 30 x 30 cm, dengan kedalaman kurang lebih 20 cm.
o Beri pupuk kompos/kandang dengan dosis 1-1,5 kg per lubang.
o Taburi kapur dolomit untuk menjaga keasaman tanah.
o Biarkan selama satu minggu
o Tanam bibit cabe jawa dengan cara melepaskannya secara perlahan-lahan dari
polybag.
o Sebelum ditanam, cabe jamu yang ada di polybag disiram terlebih dahulu.
o Kemudian polybag pada bibit ditekan-tekan dengan perlahan agar media tanah
dalam polybag mengeras.
o Selanjutnya robek polybag tersebut menggunakan silet atau gunting
o Lepaskan plastik polybag dari bibit, kemudian masukkan bibit ke dalam lubang
tanam
o Kemudian benamkan bibit tersebut sampai tanah sampai media tanah pada polybag
tertutup semua
o Siram bibit cabe jamu dengan air secukupnya
o Tutupi beri naungan bibit tersebut menggunakan pelepah pisang yang berbentuk
segitiga selama 1 bulan. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan bibit dari kontak
langsung dengan cahaya matahari. Karena bibit masih rentan layukarena sinar
matahari
o Kemudian siram tanaman 1 sampai 2 hari sekali.
5. Pemupukan Tanaman Cabe Jawa
Pemupukan dilakukan pada saat tanaman cabe jawa berusia 3 bulan dari masa tanam.
Pemupukan yang terbaik menggunakan kombinasi pupuk organik dan anorganik.
Berikut ini panduan pemupukan tanaman cabe jawa:
a. Pupuk organik
o Pemupukan untuk tanaman usia <1 tahun = 5 kg/pohon/tahun, komposisi pupuk
kandang.
o Pemupukan untuk tanaman usia >1 tahun = 10 kg/pohon/tahun, komposisi pupuk
kandang
o Pemupukan untuk tanaman usia >2 tahun = 15 kg/pohon/tahun, komposisi pupuk
kandang
b. Pupuk anorganik
o Pemupukan untuk tanaman usia <1 tahun = 50 gram/pohon/tahun, komposisi urea,
SP-36,KCL perbandingan (1:1:1)
o Pemupukan untuk tanaman usia >1 tahun = 50 gram/pohon/tahun, komposisi urea,
SP-36,KCL perbandingan (1:1:2)
o Pemupukan untuk tanaman usia >2 tahun = 75 gram/pohon/tahun, komposisi urea,
SP-36,KCL perbandingan (2:1:2)
6. Penempelan Sulur
Penempelan sulur dimulai sejak bibit baru ditanam. Untuk menempelkan sulur
sebaiknya menggunakan pelepah pisang yang sudah kering atau gedebok pisang.
Pelepah atau gedebok pisang dalam beberapa bulan akan putus karena pelapukan
sehingga tidak mengganggiu pertumbuhan tanaman.
7. Perawatan
Perawatan tanaman cabe jawa meliputi penyiraman, penyiangan, dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman.

o Lakukan pembersihan atau penyiangan terhadapa gulma-gulma yang mengganggu


tanaman.
o Pada saat musim kemarau lakukan penyiraman ekstra agar tanaman tidak
mengalami kekeringan yang dapat menyebabkan kematian.
o Untuk membantu mengurangi penguapan berikan sisa batang padi/ damen atau
serabut kelapa yang ditumpuk mengelilingi tanaman. Bisa juga menggunakan
batang pohon pisang.
o Pada saat musim hujan jangan lupa bersihkan parit agar saluran air menjadi lancar
dan tidak terjadi genangan.
o Pangkas daun tiang panjat yang sudah membesar untuk meningkatkan intensitas
cahaya masuk ke tanaman.
o Lakukan pengendalian segera jika terdapat hama-hama yang mengganggu
tanaman.

8. Pemanenan
Umumnya tanaman cabe jawa akan mulai berbuah setelah berumur 1-1,5 tahun. Namun
tanaman cabe beberapa pembudidaya ada yang pernah berbuah pada umur 6 bulan. Jika
buah sudah berwarna semburat merah sekitar 25-50% buah siap untuk dipanen. Cara
pemanenannya dapat dilakukan dengan cara memetik buah satu persatu. Untuk
menjangkau buah yang di atas atau tidak terjangkau tangan pergunakan tangga
sehingga tidak merusak tanaman.
Hasil produksi rata-rata tanaman cabe muda sekitar 2-3 kg per tanaman atau setara 0,5
kg buah kering. Untuk tanaman dewasa hasil produksi mencapai 4-5 kg per tanaman
atau setara 1,5 kg buah kering.

B. Aspek Aktivitas dan Kandungan Kimia


Buah cabe jawa mengandung minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat,
asam tetrahidropiperat, undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N-isobutyl decatrans-2
trans-4 dienamida, sesamin, eikosadienamida, eikosatrienamida, guinensia,
oktadekadienamida, protein, karbohidrat, gliserida, tannin, kariofelina. Kandungan piperin
sekitar 2% dan minyak atsiri sekitar 1%. Minyak atsiri buah cabe jawa mengandung 3
komponen utama yaitu -caryophyllene (17%), pentadecane (17,8%) dan - bisabollene
(11,2%).
Kandungan piperin cabe jawa lebih rendah daripada Piper nigrum dan P. longum
namun lebih tinggi daripada P. cubeba dan P. betle. Buahnya yang dikeringkan merupakan
simplisia yang digunakan dalam pembuatan berbagai jenis jamu, sehingga disebut juga
sebagai cabe jamu. Efek farmakologis adalah bersifat analgetik (penghilang rasa sakit),
afrodisiak (penambah syahwat), diaforetik (peluruh/penghilang keringat), karminatif
(pembuang angin), sedatif (obat menenangkan, meredakan), hematinik dan antelmintik (obat
cacing). Buah cabe jawa memberi efek penghilang rasa nyeri atau sakit (analgesik). Piperidin
dari buah cabe jawa dilaporkan mempunyai efek anti-obesitas.
C. Aspek Metode Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Aktif.
Senyawa piperin merupakan senyawa metabolit sekunder golongan alkaloid pada
Cabe Jawa (Retrofracti Fructus Vahl). Isolasi senyawa piperin dalam cabe jawa dapat
dilakukan dengan metode kromatografi kolom dengan menggunakan penjerap silica gel,
eluen n- heksan dan etil asetat. Kemudian dilakukan evaluasi isolat dengan kromatografi lapis
tipis. Kemudian dilakukan KLT terhadap eluat yang didapat dari kromatografi kolom untuk
menentukan keberadaan senyawa piperin ini . Pengembang yang digunakan adalah n heksan
dan etil asetat. Eluat yang dilakukan KLT hanya eluat ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25, dan
ke-30. Penjerap yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak merupakan
campuran pelarut n-heksan : etil asetat ( 8 : 2 ). Hasil dari KLT dilihat dibawah sinar UV 366
nm.
Sebelum diisolasi, dilakukan skrining fitokimia dari Retrofracti Fructus. Skrining
ini bertujuan untuk melihat kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam Retrofracti
Fructus. Retrofracti Fructus menunjukkan hasil positif mengandung alkaloid jika terbentuk
endapan putih dengan penambahan pereaksi Mayer dan endapan jingga coklat dengan
penambahan pereaksi Dragendorf.
Tahap awal isolasi piperin dari cabe jawa ini adalah pembuatan simplisia.
Simplisia Retrofracti Fructrus dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 500
gram. Penghalusan ini bertujuan untuk mendapat serbuk kasar Retrofracti Fructus. Serbuk
Retrofracti Fructus kemudian dimaserasi dengan menggunakan etanol 90% selama 3x24 jam.
Ekstraksi dilakukan dengan maserasi dikarenakan senyawa isolat piperin
merupakan senyawa yang termolabil sehingga ekstraksi yang dilakukan pun secara dingin,
yakni dengan maserasi. Maserasi menggunakan pelarut etanol karena etanol dapat melarutkan
alkaloid. Selain itu, etanol merupakan pelarut semipolar, yang dapat melarutkan senyawa
polar dan senyawa nonpolar. Di dalam maserator, diberi kapas yang berfungsi untuk
menyaring agar serbuk kasar simplisia tidak ikut masuk ke dalam penampung.

Filtrat dari ekstraksi yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan


rotatory evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental kemudian diuji
menggunakan KLT dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak n-heksan:etil asetat
(7:3). KLT harus dilakukan dalam chamber yang telah jenuh dengan pengembang. Kejenuhan
dapat ditentukan dari rasa hangat yang terasa didalam chamber. Hasil yang didapat dilihat
dibawah sinar UV 366 nm. Berdasarkan literatur, alkaloid piperin mempunya Rf 0,3.
Ekstrak kental yang didapat kemudian di fraksinasi dengan Ekstraksi Cair-Cair
(ECC). Prinsip dari ECC adalah Like dissolved like, yaitu senyawa yang polar akan
cenderung larut dengan pelarut yang polar, sedangkan senyawa yang nonpolar akan
cenderung larut pada pelarut yang nonpolar. Pelarut yang digunakan adalah air sebagai
pelarut polar, etil asetat sebagai pelarut semipolar, dan n-heksan sebagai pelarut nonpolar.
Ekstrak kental yang didapat dilarutkan dalam sedikit etanol terlebih dahulu baru kemudian
ditambah dengan pelarut air dan pelarut n-heksan. Setelah itu corong pisah dikocok sambil
dibuka penutupnya untuk menghilangkan gas yang terbentuk. Kemudian di diamkan sampai
terjadi pemisahan dan fraksi n-heksan yang berada pada fase bawah ditampung. Selanjutnya
ditambah dengan pelarut etil asetat dan corong pisah dikocok kembali dan didiamkan sampai
terjadi pemisahan lagi. Lalu fraksi etil asetat dan fraksi air masing-masing ditampung.
Dari fraksinasi dengan ECC didapatkan 3 jenis fraksi, yakni fraksi n-heksan, fraksi
etil asetat dan fraksi air. Setiap fraksi ini di KLT dengan menggunakan penjerap silika gel GF
254 dan fase gerak campuran pelarut n-heksan : etil asetat (8 : 2). Fraksi yang diduga
mengandung piperin kemudian diuapkan dengan rotatory evaporator untuk mendapatkan
fraksi yang kental.

Fraksi kental yang ditimbang dikeringkan menggunakan silika gel dengan


perbandingan 1 : 1. Selanjutnya dilakukan isolasi dengan menggunakan metode kromatografi
kolom. Kolom yang digunakan setinggi 30 cm. Penjerap yang digunakan adalah silika gel
yang dibuat dalam bentuk bubur dan dimasukkan ke dalam kolom sampai setinggi 20 cm.
Eluen yang digunakan adalah campuran pelarut n-heksan : etil asetat ( 8 : 2 ). Setiap eluat
yang keluar ditampung dalam botol vial. Isolasi dengan menggunakan metode kromatografi
kolom ini menghasilkan 30 eluat di dalam botol vial dengan masing-masing eluat sebanyak 5
ml.
Selanjutnya dari ke-30 eluat ini di ambil eluat ke-5, ke-10, ke-15, ke-20, ke-25 dan
ke-30 untuk dilakukan KLT. KLT ini bertujuan untuk melihat senyawa isolat piperin berada
pada eluat ke berapa. Penjerap yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak
merupakan campuran pelarut n-heksan : etil asetat ( 8 : 2 ). Pengembangan dilakukan dalam
chamber yang telah jenuh dengan pengembang.
Selanjutnya, pada eluat yang diduga mengandung isolat piperin dilakukan KLT 2
arah untuk melihat kemurnian dari isolat yang di dapat. Prinsipnya adalah dengan melihat
spot yang terbentuk pada pelat silika dengan menggunakan 2 perbandingan pengembang
yang berbeda. Dua sistem fase gerak yang sangat berbeda kepolarannya dapat digunakan
secara berurutan sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang
mempunyai tingkat polaritas yang berbeda. Pengembang pertama yang digunakan adalah
campuran n-heksan : etil asetat ( 8 : 2 ).
D. Aspek Pemanfaatan Empiris dan Ilmiah
Cabe jawa tanaman asli Indonesia dan banyak ditanam di Jawa dan Sumatera.
Herbalis memakainya sebagai antipiretik, disentri, diare, lemah syahwat, tekanan darah
rendah, influenza, batuk, migren, sakit kuning, demam. Pemakaian luar untuk encok dan
param sesudah melahirkan. Buahnya juga dimanfaatkan sebagai obat rematik, pegal linu, dan
peluruh keringat. Akar cabe jawa untuk obat sakit gigi dan membersihkan darah dalam rahim
setelah melahirkan. Penyakit lain yang bisa ditanggulangi: radang mulut, stroke, pencernaan
terganggu, dan nyeri pinggang. Perempuan hamil dilarang mengkonsumsi ramuan dengan
komposisi cabe jawa di dalamnya. Dalam farmakologi China disebut tumbuhan ini memiliki
rasa pahit, pedas dan hangat.

Efek farmakologi ini diperoleh dari penggunaan seluruh tanaman yang dikeringkan
dengan jalan diangin-anginkan. Segar : daun dan biji.
1. Gangguan pencernaan
Buah cabe jawa kering sebanyak 5 gr ditumbuk halus. Tambahkan madu
secukupnya sambil diaduk merata, lalu diminum sekaligus.
2. Sakit gigi
Daun cabe jawa yang segar sebanyak 5 lembar dicuci lalu ditumbuk. Seduh
dengan 1/2 gelas air panas. Selagi hangat disaring, airnya dipakai untuk kumur-
kumur.
3. Kejang perut
Daun cabe jawa segar sebanyak 3 lembar dicuci lalu ditumbuk. Seduh dengan 1
gelas air panas. Selagi hangat disaring. Kemudian diminum sekaligus
4. Demam
Buah cabe yang kering sebanyak 3-4 g digiling halus, lalu diseduh dengan 1/2
gelas air panas. Kemudian minumlah bersama ampasnya selagi hangat.
5. Rasa lemah (neurashenia)
Cabe jawa 6 butir, rimpang alang-alang 3 batang, rimpang lempuyang jari,
daun ambiloto genggam, gula enau 3 jari. Dicuci dan dipotong-potong
seperlunya, di rebus dengan 4 gelas air sampai tersisa 2 gelas. Setelah dingin
disaring lalu diminum. Sehari 3x gelas.
6. Masuk angin.
Cabe jawa 3 btir, daunpoko (Mentha arvensis javanica Bl) genggam, adun
kesumba keling (Bixaorellana L) genggam, gulaenau 3 jari, dicuci bersih lalu
direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 gelas. Sehari 3 x gelas.
7. Obatkuat. Membersihkan rahim sehabis melahirkan.
Akar kering 3 gr ditumbuk halus, seduh dengan air panas, minum. Sehari sekali.
8. Pencernaan terganggu, batuk, bronchitis, ayan, demam sehabis melahirkan,
penguat lambung, paru dan jantung, tekanan darah rendah, hidung berlendir.
Buah mentah 6 gr yang kering ditumbuk halus, ditambah madu secukupnya.
9. Obat kumur.
Daun 3 lembar ditumbuk, diseduh dengan 1 gelas air panas, untuk kumur-kumur.
10. Pereda kejang perut.
Daun3 lembar ditumpuk, diseduh dengan 1 gelas air, minum.
11. Obaturus-urus untuk penderita penyakit hati.
Lempuyang ditumbuk, lalu diperas dan di minum dengan paling banyak3 buah
cabe jawa.

Efek farmakologi buah cabe jawa antara lain aktivitas antioksidan (Chanwitheesuk
et al., 2005) dan potensial untuk mengobati malaria (Sudhanshu et al., 2012), antimikroba
(Khan and Siddiqui, 2007), antibakteri (Phatthalung et al. 2012), aktivitas depresan syaraf
pusat (Wo et al., 1979), antikanker (Bidarisugma, 2011), antidiabetes (Coman et al., 2012)
serta merangsang perkembangan dan aktivitas organ-organ reproduksi laki-laki (efek
androgenik).
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman obat unggulan untuk dilakukan uji klinik
(Dewoto, 2007) antara lain terkait dengan efek farmakologisnya sebagai afrodisiak
(Rahardjo, 2010). Kajian efek androgenik buah cabe jawa sudah banyak dilakukan baik pada
hewan percobaan maupun pada manusia. Ekstrak etanol 70% buah cabe jawa yang diteliti
efek androgeniknya pada anak ayam jantan, pada dosis 3,75 mg/100 g mempunyai respon
tidak beda nyata dengan bahan standar metiltestosteron (Andriol) dosis 500 mg/100g
(Wahjoedi et al., 2004). Ekstrak etanol 97% buah cabe jawa meningkatkan jumlah sel
germinal tikus putih jantan (Mutiara et al., 2013), dan memiliki efek afrodisiaka pada libido
tikus jantan (Rahmawati and Bachri, 2012). Uji klinik pengaruh ekstrak cabe jawa terhadap
efek androgenik pada manusia telah dilakukan. Badan POM RI (2010) memasukkan buah
cabe jawa sebagai sumber sediaan afrodisiaka dari obat asli Indonesia.

E. Aspek Pengembangan Produk Komersial.


Produk obat tradisional cabe jawa yang beredar di pasaran saat ini masih terbatas
pada sediaan jamu. Contoh jamu yang mengandung cabe jawa antara lain :
1. Cabe Puyang (Al-Ghurobah)
Cabe jawa atau biasa disebut sebagai cabe jamu (Piper retrofractum Vahl. syn. P.
longum) adalah kerabat lada dan termasuk dalam suku sirih-sirihan atau Piperaceae.
Sedangkan sebutan Puyang adalah untuk Lempuyang atau lempuyang wangi (Zingiber
zerumbet, sin. Z. aromaticum) yang merupakan rimpang yang biasa digunakan untuk
campuran jamu tradisional. Kombinasi yang tepat antara keduanya dibarengi dengan bahan
lainnya menjadikan "Cabe Puyang" mendapat tempat dihati masyarakat Indonesia sebagai
resep tradisional yang banyak manfaatnya.
Khasiat Cabe Puyang:
Melancarkan darah Haid dan Nifas
Mengobati encok dan pegal linu
Menghindarkan kesemutan, serta keluhan badan panas dingin atau demam
Sangat baik untuk masa awal kehamilan untuk mencegah risiko keguguran.
Aturan Minum:
Seduh dengan air panas 1 sachet untuk 200 ml (1 gelas)
Untuk pengobatan minum 3 kali sehari setelah makan
Untuk menjaga kesehatan minum 2 kali sehari pagi dan menjelang tidur.
2. Kapsul Cabe Jawa (Herbal Indo Utama)
Khasiat :
Menambah Stamina Dan Kebugaran
Meningkatkan kesuburan Pria
Mengatasi Lemah Syahwat
Meredakan Encok, Pegal Linu, Rematik
Menghangatkan Tubuh dan Mengusir Dingin
Mengatasi Tekanan Darah Rendah
Meredakan Influensa, Batuk dan Migren

3. Komplit (Sidomuncul)
Jamu Pegel Linu Komplit dapat mengurangi pegal dan linu karena :
Mengandung bahan anti nyeri dan radang (merica bolong, cabe jawa, jahe,
lempuyang wangi, lengkuas, beras kencur).
Mengandung bahan yang mengendorkan otot (merica bolong, cabe jawa,
lempuyang wangi, rimpang teki, kencur)
Mengandung bahan yang anti lelah (ginseng).
Mengandung bahan yang merupakan tonik (ginseng, rimpang teki).
Mengandung bahan yang menambah nafsu makan (merica bolong, lempuyang
wangi, jahe, kencur, rimpang teki).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa cabe jawa berpotensi digunakan sebagai


fitofarmaka. Moeloek et al. (2010) melaporkan bahwa ekstrak buah cabe jawa pada dosis 100
mg/hari dapat bersifat/bertindak sebagai fitofarmaka androgenik, yakni dapat meningkatkan
kadar hormon testosteron darah dan libido pada pria hipogonad serta bersifat aman.
Penelitian tersebut menggunakan desain single blind study dengan subjek laki-laki
hipogonad. Didapatkan hasil bahwa cabe jawa dapat meningkatkan kadar testosteron darah
pada 7 dari 9 laki-laki hipogonad (78%), ekstrak cabe jawa dosis 100 mg/hari tidak dapat
menurunkan kadar FSH dan LH pada laki-laki hipogonad, terhadap PSA dan berat badan
laki-laki hipogonad, bersifat androgenik lemah dan dapat meningkatkan frekuensi koitus laki-
laki hipogonad.
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Vol. 5. Jakarta. 132 hlm.
Evizal, R. 1996. Pembibitan cabe jawa menggunakan setek pendek. Seri Monografi LP Unila
(4):68- 78.
Evizal, R. 2013. Tanaman Rempah dan Fitofarmaka. Fakultas Pertanian Unila. Bandar
Lampung.
Haryudin, W. dan O. Rostiana. 2009. Karakteristik morfologi tanaman cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl.) di beberapa sentra produksi. Bul. Littro. 20(1): 1-10.
Haryudin, W. dan O. Rostiana. 2011. Stabilitas karakteristik Morfologi 10 Cabe Jawa (Piper
retrofractum Vahl.) di Kebun Percobaan Cikampek. Bul. Littro. 22(1): 13 - 22.
Jamal, Y., P. Irawati, A. Fathoni, A. Agusta. 2013. Chemical constituents and antibacterial
effect of essential oil of javaness pepper leaves (Piper retrofractum Vahl.). Media
Litbangkes 23(2): 65-72.
Moeloek, N., S,W. Lestari, Yurnadi, dan B.Wahjoedi. 2010. Uji klinik ekstrak cabe jawa
(Piper Retrofractum Vahl) sebagai fitofarmaka androgenik pada laki-laki hipogonad.
Majalah Kedokteran Indonesia 60(6): 255-262.
Mutiara, U.G., Sutyarso, S. Mustofa. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Cabe Jawa (Piper
retrofractum Vahl.) dan Zinc (Zn) Terhadap Jumlah Sel Germinal Testis Tikus Putih
Jantan (rattus norvegicus). Medicinal Journal of Lampung University. 2(5): 147-
155.
Rahardjo, M. 2010. Tanaman obat afrodisiak. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri 16(2): 8-12.
Rahmawati, N. and M.S. Bachri. 2012. The aphrodisiac effect and toxicity of combination
Piper retrofractum L, Centella asiatica, and Curcuma domestica infusion. Health
Science Indonesia 3(1): 19-22.
Ruhnayat, A., R.S. Muljati dan W. Haryudin. 2011. Respon tanaman cabe jawa produktif
terhadap pemupukan di Sumenep Madura. Bul. Littro 22(2): 136-146.
Vinay, S., K. Renuka, V. Palak, C.R. Harisha, and Prajapati. 2012. Pharmacognostical and
phytochemical study of Piper Longum L. and Piper retrofractum Vahl. Journal of
Pharmaceutical and Scientific Innovation 1(1): 62-66.
Wahjoedi, B., Pudjiastuti, Adjirni, B. Nuratmi, dan Y. Astuti. 2004. Efek androgenik ekstrak
etanol cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) pada anak ayam. Jurnal Bahan Alam
Indonesia 3(2): 201- 204.
Zuchri, A. 2008. Habitus dan penciri cabe jamu (Piper retrofractum Vahl.) spesifik Madura.
Agrovigor 1(1): 39-44.

Anda mungkin juga menyukai