Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FITOTERAPI

DAUN THE HIJAU

Di susun oleh:

1. Kiki Mauliawati (418054)


2. Icha Wahyuni Oktavia (418053)
3. Eka Lidia Sari (418050)
4. Andry Sistian Pratama (418046)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2020 / 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang


MahaKuasa, karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah tentang “Daun Teh Hijau” Pembuatan
makalah ini, dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dalam
mencapaitujuan mata kuliah Farmakologi sehingga para mahasiswa mampu
meningkatkan wawasan dan pengetahuannya.

Dalam penulisan isi makalah ini masih jauh dari sempurna serta masih
perlu dikembangkan lebih lanjut lagi sebagaimana mestinya, mungkin hal ini
dikarenakan faktor kemampuan dan lain sebagainya yang menghambat proses
pembuatannya, namun untuk memenuhi tugas penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk perbaikan dan
kesempurnaan isi dari makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan
konstribusi positif dan bermakna dalam proses pembelajaran.Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Semarang, 5 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1LatarBelakang ....................................................................................1

1.2 Tujuan ...............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................4

2.1 Profil Tumbuhan Teh Hijau ........................................................4


2.2 Morfologi Tanaman ....................................................................6
2.3 Klasifikasi dan Karakteristik Teh Hijau......................................6
2.4 Kandungan Kimia Teh Hijau ......................................................7
2.5 Efek Biologis Teh Hijau ............................................................9
2.6 Manfaat The Hijau Sebagai Anti Obesitas..................................9
2.7 Efek samping dari penggunaan the hijau…………………….10

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................11

BAB IV PENUTUP .....................................................................................14

4.1Kesimpulan.......................................................................................14

4.2.Saran................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obesitas merupakan salah satu permasalahan kesehatan global
yang berkaitandengan peningkatan morbiditas dan angka kematian karena
komplikasi lanjutannya berupa diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular,
dan kanker (endometrium, payudara, dan kolon). Obesitas menjadi
masalah kesehatan bukan hanya di negara maju, melainkan juga di negara
berkembang (Ellulu et al., 2014). Bahkan, di negara dengan prevalensi
nutrisi kurang masih cukup tinggi seperti beberapa negara di Asia dan
Sub-Saharan Afrika. Adanya obesitas menyebabkan permasalahan
malnutrisi menjadi dua kali lipat (Roemling & Qaim, 2012).
Prevalensi obesitas mengalami peningkatan yang signifikan. World
Health Organization (WHO) menyebutkan data global dunia individu
dewasa yang mengalami berat badan lebih (overweight) sebesar satu
milyar dan 300 juta di antaranya mengalami obesitas. Ng et al. (2014) juga
melaporkan bahwa prevalensi individu berat badan lebih dan obesitas
meningkat dalam tiga dekade terakhir secara global. Proporsijumlah
individu dewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)≥ 25 kg/m2 antara
tahun 1980- 2013 yaitu 28,8%-36,9% pada pria, dan dari 29,8%-38% pada
wanita.Menurut Papalia Olds, Feldma dan Rice (dalam Utomo, G.T 2012)
ada tiga penyebab obesitas yakni, faktor fisiologis, faktor psikologis dan
faktor kecelakaan. Pada faktor kecelakaan dapat terjadi kerusakan pada
salah satu bagian otak sistem pengontrol yang mengatur perilaku makan
terletak pada suatu bagian otak yang disebut hipotalamus sebuah
kumpulan inti sel dalam otak yang langsung berhubungan dengan bagian-
bagian lain otak dan kelenjar dibawah otak. Dua bagian hipotalamus yang
mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang
menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan); hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan

1
(pemberhentian atau pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan
bahwa bila kerusakan terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan
menjadi rakus dan kegemukan.

Salah satu penelitian ekperimental untuk mengatasi obesitas yaitu


melihat efek teh hijau terhadap penurunan berat badan. Teh hijau
mengandung flavonoid kelas polifenol yang disebut catechin, yang
meliputi epigallocatechin gallate (EGCG), epikatekin galat, dan galat
gallocatechin, EGCG dianggap katekin yang paling aktif secara
farmakologi. Beberapa penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa
konsumsi kronis ekstrak teh hijau (GTE) dapat meningkatkan kinerja
latihan, meningkatkan oksidasi lemak dan mencegah obesitas pada tikus
C57BL/6J. Setelah air, teh adalah minuman yang paling banyak
dikonsumsi di seluruh dunia denganCkonsumsi per kapita 120 ml/hari.
Dari 76-78% teh yang dihasilkan dan dikonsumsi di seluruh dunia adalah
teh hitam 20%, teh hijau 22%, dan sisanya 2% adalah teh Oolong (Lipton
Institute of Tea). Teh telah lama dikenal sebagai minuman yang
bercitarasa khas dan berkhasiat bagi kesehatan. Budaya minum teh telah
dimulai sejak tahun 2737 SM di Cina. Sedangkan di Indonesia, teh dikenal
sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda yang bernama Dr. Andreas
Cleyer membawanya ke Indonesia (Syah, 2006).
Pengobatan tradisional China menganjurkan minum teh hijau
untuk mencegah berbagai penyakit atau tubuh terhindar dari
permasalahan.13 Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian terbaru pada
manusia yang menyatakan bahwa teh hijau mungkin ikut menyumbang
pencegahan dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan bentuk-
bentuk kanker, kesehatan oral, dan fungsi psikologis seperti hipertensi,
berat badan, antibakteri, dan lain-lain.14 Sebuah penelitian yang dilakukan
di Universitas Tohoku Jepang pada tahun 2006 dan dicantumkan di
Journal of the American Medical Association menyimpulkan bahwa teh
hijau dapat mengurangi angka kematian akibat penyakit

2
kardiovaskular.Teh hijau juga mengandung polifenol utama dalam daun
teh, yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, yaitu catechin yang mampu
mengurangi risiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan
menghambat pertumbuhan sel kanker paru- paru, kanker usus, terutama sel
kanker kulit.13 Catechin juga dapat membantu kelancaran proses
pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi cairan
pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu
dalam proses penurunan berat badan.
Rahasia utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak
pada tiga komponen/bahan utamanya, yaitu epigallocatechin gallate
(EGCG) Caffein, dan L- theanine. EGCG yaitu antioksidan yang dapat
menstimulasi metabolisme tubuh kita. Kita dapat membakar lemak hanya
dengan duduk dan minum teh. Jadi, dengan minum teh dapat
meningkatkan gelombang otak neurotransmitter dan metabolisme tubuh
yang dapat meningkatkan energi dan menurunkan nafsu atau selera makan.
EGCG dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak yang
pada akhirnya dapat membantu menurunkan berat badan. Caffein adalah
stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat badan. Namun,
caffein memiliki efek samping dalam kesehatan, yaitu dapat meningkatkan
gula darah dan insulin(Murase dkk, 2009).

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini dalah untuk mengetahui manfaat the hijau
sebagai penurunan berat badan (obesitas).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teh Hijau

Tanaman (daun) teh (Camellia sinensis) adalah spesies tanaman


yang daun dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh. Teh adalah
bahan minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak negara serta
berbagai lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh hijau memiliki nama
ilmiah Camellia sinensis dan telah dianggap memiliki anti-kanker, anti-
obesitas, anti-aterosklerosis, antidiabetes dan efek antimikroba (Ahmad et
al, 2014). Berikut klasifikasi the hijau :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobinta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Theales

Famili : Theaceae

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis (L) (Putra, 2015).

4
Gambar 2.1 Daun Teh Hijau

Sumber : Kress, 2011

Sejarah perkembangan teh Teh telah lama dikenal sebagai minuman


bercita rasa khas dan berkhasiat bagi kesehatan. Budaya minum teh berasal
dari Cina sejak tahun 2373 sebelum masehi, tepatnya pada masa Kaisar
Shen Nung berkuasa. Kaisar Shen Nung juga dikenal sebagai bapak
tanaman obat tradisional cina saat itu (Syah, 2006).

Di Jepang, dikenal upacara minum teh. Serangkain upacara ini


diawali dengan pembersihan teko penyajian, memasak air, menuang teh
hijau ke dalam teko. Menuang air panas kedalamnya; mengaduk sampai
rata dan berbuih, serta menyajikannya pada tamu rata cara khas Jepang.
Meskipun upacara ini tampak sederhana, tetapi ada suatu getaran ritual
yang membuat upacara minum teh ini menjadi suatu seni yang bertahan
selama berabad-abad. Namun, bukan ritual itu yang membuat teh
berkhasit, tetapi kandungan kimia seperti katekin yang membuat teh
berkhasiat bagi kesehatan (Syah, 2006)

Tanaman ini mulanya merupakan tanaman Asia Timur yang


tumbuh sebagai batang rimbun. Saat ini tanaman tersebut telah ditemukan
di seluruh bagian Asia, Timur Tengah dan sebagian Afrika. Bukti-bukti
arkeologis menunjukkan bahwa manusia sudah menggunakan rebusan
daun teh sejak ribuan tahun yang lalu. Teh saat ini merupakan minuman
terbanyak setelah air putih yang dikonsumsi masyarakat. Ratusan juta

5
masyarakat dunia minum teh dan penelitian menunjukkan bahwah teh
hijau (Camellia sinensis) khususnya mempunyai efek menguntungkan
dalam kesehatan (Agoes, 2002).

Munculnya teh di Indonesia berasal ketika Dr. Andreas Cleyer,


seorang berkebangsaan Belanda, yang membawa bibit tanaman teh untuk
dijadikan tanaman hias pada tahun 1686. Mulai tahun 1728 bibit teh dari
Cina mulai dibudidayakan di pulau Jawa, Usaha tersebut baru berhasil
pada tahun 1824, saat Dr. Van Siebold, yang meneliti teh di Jepang,
mempromosikan bibit teh asal Jepang. Sementara perkebunan teh di
Indonesia baru dimulai tahun 1828 dan dipelopri oleh Jacobson (Soraya,
2002).

Produk teh yang dikonsumsi terbesar dan terpopuler di Indonesia


adalah teh hitam. Namun, seiring dengan perkembangan pangsa pasar, teh
hijau kini menjadi produk unggulan dan berbagai kelebihan yang dimiliki.
Kini minuman 7 teh hijau dalam kemasan sudah marak di pasaran setelah
sebelumnya minuman teh kemasan yang beredar adalah teh hitam, seperti
teh botol dan teh kotak (Syah, 2006).

2.2 Morfologi Tanaman

Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal dari famili theaceae,


merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 - 15 meter di
alam bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri. Daun dari
tanaman ini berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar
sekitar 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan
diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan
dua-dua (Mahmood et al., 2010). Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan
terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan ukuran sebesar
kacang (Mahmood et al., 2010).

2.3 Klasifikasi dan Karakteristik Teh Hijau

6
Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari daerah pantai sampai
pegunungan. Di pegungunan Assam (India), teh ditanam pada ketinggian
lebih dari 2000 m dpl (di atas permukaan laut). Namun, perkebunan teh
umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim sejuk.
Meskipun dapat tumbuh subur di daratan rendah, tanaman teh hijau tidak
akan memberikan hasil dengan mutu baik, semakin tinggi daerah
penanaman teh semakin tinggi mutunya.

Tanaman teh memerlukan kelembaban tinggi dengan temperatur 13-


29,5 C (Soraya, 2002). Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman
teh (Camellia sinensis) melalui proses pengolahan tertentu. Secara umum
berdasarkan cara/poses pengolahan tertentu. Teh dapat diklasifikasikan
menjadi empat jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, teh putih dan teh hitam.
Teh hijau dibuat dengan cara meninaktifasi enzim oksidase / fenolase yang
ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau penguapan
menggunakan uap panas, buat dengan cara memanfaatkan terjadinya
oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam dibuat
dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatis terhadap
kandungan katekin teh. Sementara, teh oolong dihasilkan melalui proses
pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling penggulungan
daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena
itu, teh oolong disebut sebagai teh semi-fermentasi, yang memiliki
karakteristik khusus dibandingkan teh hitam dan teh hijau (Hartoyo,
2003).

Keunggulan teh hijau terletak pada kandungan kimianya seperti


polifenol. Polifenol dalam teh hijau mampu mengurangi risiko penyakit
kanker. Kemampuan antioksidannya membantu mengontrol aktivitas
radikal bebas, yakni senyawa tidak stabil yang dapt merusak sel dan
berdampak sebagai sumber penyakit. Efek radikal bebas tidak hanya
menyebabkan penyakit kanker, tetapi juga menimbulkan efek buruk
lainnya seperti penuaan dini (Soraya, 2002).

7
2.4 Kandungan Kimia Teh Hijau

Kandungan Kimia dalam 100 gram teh No Komponen Jumlah 1


Kalori 17 Kj 2 Air 75-80% 3 Polifenol 25% 4 Karbohidrat 4% 5 Serat
27% 6 Pektin 6% 7 Kafein 2,5-4,5% 8 Protein 20% (Syah, 2006).

Komposisi senyawa-senyawa dalam teh hijau sangatlah kompleks


yaitu protein (15-20%); asam amino seperti teanine, asam aspartat, tirosin,
triptofan, glisin, serin, valin, leusin, arginin (1-4%); karbohidrat seperti
selulosa, pektin, glukosa, fruktosa, sukrosa (5-7%); lemak dalam bentuk
asam linoleat dan asam linolenat; sterol dalam bentuk stigmasterol;
vitamin B, C, dan E; kafein dan teofilin; pigmen seperti karotenoid dan
klorofil; senyawa volatile seperti aldehida, alkohol, lakton, ester, dan
hidrokarbon; mineral dan elemen-elemen lain seperti Ca, Mg, Mn, Fe, Cu,
Zn, Mo, Se, Na, P, Co, Sr, Ni, K, F, dan Al (5%) (Cabrera et al.,2006).

Teh telah dilaporkan memiliki lebih dari 4000 campuran bioaktif


dimana sepertiganya merupakan senyawa-senyawa polifenol. Polifenol
merupakan cincin benzene yang terikat pada gugus-gugus hidroksil.
Polifenol dapat berupa senyawa flavonoid ataupun non-flavonoid. Namun,
polifenol yang ditemukan dalam teh hampir semuanya merupakan
senyawa flavonoid (Sumpio, 2006).

Senyawa flavonoid tersebut merupakan hasil metabolisme sekunder


dari tanaman yang berasal dari reaksi kondensasi cinnamic acid bersama
tiga gugus malonyl-CoA. Banyak jenis-jenis flavonoid yang ada di dalam
teh, tetapi yang memiliki nilai gizi biasanya dibagi menjadi enam
kelompok besar (Mahmood et al., 2010).

Jenis-Jenis flavonoid Flavonoid Contoh Flavanol EGCG, EG and


katekin Flavonols Kaempferol and Quersetin Anthocyanidin Malvidine,
Cyanidin and Delphinidine Flavon Apigenin and Rutin Flavonon Miresitin
Isoflavonoid Genistein and Biochanin (Mahmood et al., 2010).

8
Flavonoid merupakan kandungan zat bioaktif yang terdapat didalam
teh. flavonoid yang ditemukan pada teh terutama berupa flavanol dan
flavonol. Katekin merupakan flavanoid yang termasuk dalam kelas
flavanol. Adapun katekin teh yang utama adalah epicatechin (EC),
epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), dan epigallocatechin
gallate (EGCG). Katekin sendiri memiliki sifat tidak berwarna, larut air,
serta membawa sifat pahit dan sepat (Hartoyo, 2003).

2.5 Efek Biologis Teh Hijau

Katekin adalah senyawa dominan dari polifenol teh hijau yang


merupakan senyawa larut dalam air, tidak berwarna, dan memberikan rasa
pahit. Flavanol sebagai antioksidan pada daun teh terdiri dai atas quersetin,
kaemferol, dan miresetin. Sekitar 2-3% bagian teh yang larut dalam air
merupakan senyawa flavanol. Sekitar 14 glikosida mirisetiin, quersetin,
dan kaemferol dalam teh segar (Syah, 2006).

Karakteristik katekin adalah adalah putih dan memiliki titik leleh


245oC dengan tekanan uapnya 1 mm Hg pada 750C. Katekin memiliki
sifat kimianya semsitif terhadap oksigen, sensitif terhadap cahaya (dapat
mengalami perubahan warna apabila mengalami kontak langsung dengan
udara terbuka) dan substansi yang dihindari adalah unsur oksidasi, asam
klorida, asam anhidrida, basa, dan asam nitrit. Larut dalm air hangat, stabil
dalam kondisi agak asam atau netral dan katekin memiliki pH optimum 4-
8 (Syah, 2006).

9
2.6 Manfaat The Hijau Sebagai Anti Obesitas

Teh hijau terbukti dapat menurunkan berat badan, hal ini terlihat
dalam penelitian yang dilakukan oleh Dullo et al (1999) pada pria muda
yang berbadan sehat yang diberi ekstrak teh hijau yang mengandung
kafein dan polifenol terutama EGCG, didapatkan peninggian pengeluaran
energi (energy expenditure) selama 24 jam, karena EGCG menstimulasi
termogenesis dan oksidasi lemak yang berimplikasi terhadap penurunan
berat badan. EGCG menghambat aktifitas asetil KoA karboksilase dalam
siklus biosintesis asam lemak, sehingga dapat menurunkan akumulasi
triasilgliserol (trigliserida) pada jaringan lemak.12,13Katekin (EGCG)
mempunyai efek hipokolesterolemik, karena EGCG menekan absorpsi
kolesterol di dalam usus.

2.7 Efek samping dari penggunaan the hijau sebagai anti obesitas

Tanin yang ada dalam teh hijau bisa meningkatkan asam lambung
meningkat sehingga dapat menyebabkan sakit perut, mual, dan sembelit.
Dengan demikian, mengonsumsi teh hijau saat perut kosong harus
dihindari. Minum teh hijau dalam dosis tinggi dapat berbahaya karena
mengurangi peyerapan zat besi dari makanan.

10
BAB III
PEMBAHASAN

Tumbuhan alam telah digunakan oleh banyak orang sebagai


alternatif dari obat-obatan kimiawi. Mereka menggunakan tumbuhan alam
untuk mengobati penyakit ringan, seperti demam, batuk, flu dan juga
treatment penyakit lain salah satunya yaitu treatment obesitas
menggunakan teh hijau. Untuk memperoleh hasil yang ideal harus pandai
dan cermat dalam membuat formula tanaman obat. Formula yang
digunakan dalam pengobatan haruslah sesuai dengan kondisi pasien yang
berobat. kondisi pasien sangat berkaitan dengan dosis dan tingkat
keberhasilan dalan pengobatan herbal.

Teh hijau memberikan efek positif terhadap penurunan penanda


obesitas baik secara in vitro (Cunha et al.,2013) maupun in vivo(Wu et
al.,2003). Penelitian ini menggunakan teh hijau sebagai intervensi diet
pada kelompok obesitas maupun kelompok dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) normal. Desain dua kelompok tersebut dibuat untuk mengetahui
pengaruh konsumsi teh hijau bagi orang obesitas dan orang dengan IMT
normal. Seluruh subyek penelitian dipastikan tidak memiliki masalah
metabolisme glukosa melalui screening awal pemeriksaan Gula Darah

11
Sewaktu (GDS). Hasil uji beda antara rerata IMT sebelum mengkonsumsi
teh hijau dengan setelah mengkonsumsi teh hijau menunjukkan perbedaan
yang signifikan pada kelompok obesitas, sedangkan pada kelompok
kontrol menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan. Adanya
penurunan IMT secara signifikan pada kelompok obesitas sesuai dengan
beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya efek anti
obesitas teh hijau.

Sedangkan berdasarkan Department of Food Science and Human


Nutrition of Iow a State University (ISU) di AmesIowa, Amerika Serikat,
kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses
penurunan berat badan adalah 316mg/hari. Epigallocatechin gallate
(EGCG) merupakan kandungan katekin terbesar di dalam teh hijau yang
diketahui memiliki efek baik bagi kesehatan. EGCG menghambat
proliferasi sel adiposa dan diferensiasi pada sel 3T3-L1, meningkatkan
oksidasi lemak, meningkatkan penggunaan energi (Kim & Kim, 2013).
Selain mekanisme tersebut, jalur yang memungkinkan efek anti obesitas
teh hijau yaitu melalui peningkatan produksi adiponektin. Adiponektin
diketahui memiliki efek antagonis dengan biomarkerobesitas, melalui jalur
inhibisi Erk, peningkatan proliferasi peroxisome proliferator-activated
receptor γ (PPARγ), dan peningkatan ekspresi PPARγ (Tian et al., 2013).
Hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan rasio
lingkar pinggang dan panggul baik sebelum konsumsi teh hijau maupun
setelah konsumsi teh hijau, pada kelompok obesitas maupun kelompok
kontrol.

Menurut Stevens et al. (2008), perubahan IMT tidak berkaitan


dengan perubahan rasio lingkar pinggang dan panggul sehingga meskipun
pada penelitian ini terdapat perbedaan IMT secara signifikan antara
kelompok obesitas dan kelompok kontrol serta terjadi perbedaan
signifikan antara IMT sebelum dan sesudah mengkonsumsi teh hijau, hal
tersebut tidak berkaitan dengan perubahan rasio lingkar pinggang dan

12
panggul. Selain itu, ada variabel lain yang diduga berpengaruh dalam
perubahan parameter obesitas yaitu usia. Semakin bertambah usia
seseorang, maka rasio lingkar pinggang dan panggul juga bertambah
(Stevens et al., 2008).

Berdasarkan Rick Hursel dan Margriet S didalam The American


Journal of Clinical Nutrition, kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk
membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 270mg/hari dan
jumlah caffein yang dibutuhkan adalah 150mg/hari. Sedangkan
berdasarkan Tomonori Nagaoet all dalamJournal American Society for
Clinical Nutrition dan berdasarkan Monique N.Gilbert dalam Nutrition
Science News, kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu
dalam proses penurunan berat badan adalah 690mg/hari. Studi tersebut
dalam 12 minggu/3bulan menunjukkan bahwa catechin (EGCG) pada teh
hijau dapat mengurangi berat badan,lingkar perut, dan persentase lemak
tubuh tanpa mengurangi atau mengganti pola makan dan aktivitas fisiknya.
Dengan 690mg/hari catechin selama 12 minggu,dapat mengurangi total
berat badan ±3kg, mengurangi lingkar perut hingga ±3,3cm,serta
mengurangi persentase lemak tubuh±1,5kg (Gilbert,2006). Dari beberapa
penelitian tersebut,dosis EGCG yang lebih rendah memiliki keefektifan
yang sama dengan dosis EGCG yang lebih tinggi dalam penurunan berat
badan. Namun,dosis EGCG yang lebih rendah membutuhkan waktu yang
lebih lama dalam proses penurunan berat badan tersebut.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga
komponen/bahan utamanya,yaitu epigallocatechin gallate (EGCG)
Caffein,dan L-theanine. EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi
metabolisme tubuh kita. Kita dapat membakar lemak hanya dengan duduk
dan minum teh. Jadi, dengan minum the dapat meningkatkan gelombang
otak neurotransmitter dan metabolisme tubuh yang dapat meningkatkan
energi dan menurunkan nafsu atau selera makan. Dengan 690mg/hari
catechin selama12 minggu,dapat mengurangi total berat badan ±3
kg,mengurangi lingkar pinggang hingga ±3,3cm,serta mengurangi
persentase lemak tubuh±1,5kg.

14
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya butuhkan demi
penulisan yang baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ellulu, M., Abed, Y., Rahmat, A., Ranneh, Y., Ali, Faisal. (2014).
Epidemiology of obesity in developing countries: challenges and
prevention. HOAJ: 1-6.

Murase T, Misawa K, Haramizu S, and Hase T. “Catechin-Induced


Activation of The LKB1/AMP - Activated Protein Kinase
Pathway”. Biological Science Laboratories, J Biochem Parmachol
[internet]. 2009 [diakses tanggal 31 Maret 2009]; 78(1);78-84.

Ng, Marie., Fleming, T., Robinson, M., Thomson, B., Graetz, N.,
Margono, C et al. 2014. Global, regional, and national prevalence
of overweight and obesity in children and adults during 1980–
2013: a systematic analysis for the Global Burden of Disease
Study 2013. Lancet, 384: 766-781.

15
Roemling, C., & Qaim, M. 2012. Obesity trends and determinants in
Indonesia. Appetite, 58: 1005-1013.

Syah. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta: AgroMedia


Pustaka;
2006.

16

Anda mungkin juga menyukai