Zat lycopene (C40H56) adalah suatu zat pigmen kuning tua sampai merah tua yang
digolongkan ke dalam kelompok karotenoid dan fitonutrisi. Zat ini dapat ditemukan dalam
beberapa buah-buahan dan sayuran yang berwarna merah seperti tomat, jeruk bali,
semangka, dan pepaya. Lycopene inilah yang menghasilkan warna merah pada tomat.
antioksidan tinggi, Antioksidan tersebut mampu menetralisir dan mencegah bahaya radikal
bebas dari hasil metabolisme tubuh. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak
stabil dan sangat reaktif karena mengandung ≥ 1 elektron yang tidak berpasangan. Untuk
mencapai kestabilan, radikal bebas akan bereaksi dengan molekul sekitarnya untuk
memperoleh pasangan elektron. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh
sehingga menyebabkan kerusakan sel yang dapat mengakibatkan beberapa penyakit seperti
jantung, kanker (terutama kanker prostat), katarak, penurunan sistem imun, infertilitas,
penuaan dini, serta penyakit lainnya. Untuk mencegah terjadinya akumulasi radikal bebas
pembentukan radikal bebas baru di dalam tubuh dengan menjadi penyumbang elektron untuk
elektron radikal bebas sehingga menjadi berpasangan serta menghentikan kerusakan dalam
tubuh. Sedangkan tomat mengandung zat antioksidan alami (Lycopene) yang efektif dalam
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan difusivitas membran sel. Kemampuan Lycopen
menetralisir radikal bebas 100 kali lebih efisien daripada vitamin E (Evi Sulastri, dkk, 2017).
Adapun sifat fisis Lycopene menurut Dewi Maulida (2010) sebagai berikut:
Indikator Lycopene
Nama IUPAC (6E,8E,10E,12E,14E,16E,18E,20E,22E,24E,26E)-
2,6,10,14,19,23,27,31-Octamethyldotriaconta-
2,6,8,10,12,14,16,18,20,22,24,26,30- tridecaene
Rumus Molekul C40H56
Berat Molekul 536,873 gram/mol
Warna Merah Terang
Bentuk Kristal
Titik Leleh 172-173oC
Titik didih Terdekomposisi
Kelarutan Dalam Air Tidak Larut
lycopene dalam tomat akan meningkat serta lebih mudah diserap oleh tubuh jika tomat telah
mengalami proses pengolahan menjadi jus, pasta tomat, sari tomat, dan lain-lain. Penelitian
tersebut melibatkan 19 orang sehat sebagai responden (10 pria dan 9 wanita) dengan rentang
usia 25-40 tahun. Penelitian terdiri atas 4 fase, dimana pada fase pertama para responden
menghindari konsumsi tomat dalam bentuk apapun, baik tomat segar, produk olahannya,
maupun sumber lycopene lainnya. Selama 3 fase berikutnya, responden diberi asupan
lycopene dalam bentuk kapsul dengan dosis yang berbeda-beda (0.75mg atau 150mg per
hari). Kadar lycopene dalam darah para responden diukur dan dibandingkan dengan kadar
lycopene dalam darah para responden yang tidak mengkonsumsi lycopene dalam kapsul.
Alih-alih mengonsumsi lycopene dalam kapsul, responden diberikan 540 ml (+ 2 gelas) jus
tomat per hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar lycopene lebih tinggi ditemukan
pada responden yang mengkonsumsi jus tomat, sekaligus membuktikan bahwa lycopene
diserap tubuh dengan lebih baik jika diproses menjadi jus daripada jika dikonsumsi langsung
dalam bentuk alaminya. Kadar lycopene dalam tubuh menjadi 2,5 kali lebih tinggi setelah
konsumsi pasta tomat daripada setelah konsumsi tomat segar (Johnson et. al., 1997). Ketika
tidak memengaruhi penyerapan ß-karoten. Hasil penelitian tersebut didukung oleh sifat
bioavailability yang meningkat setelah pemasakan. Maka produk olahan omat memiliki
lebih banyak lycopene yang bersifat bioavailable daripada tomat segar (Shi, Le Maguer,
2000). Hal itu terjadi karena lycopene terikat dengan struktur sel tomat dan perubahan suhu
dalam proses pebgolahan dapat melepaskan lycopene dari struktur sel tersebut (Tsang,
2005). Untuk mendukung teori di atas, berikut ini merupakan tabel perbandingan antara
kandungan lycopene dalam buah segar dan berbagai produk olahan tomat menurut Tsang
Tabel 2.3 Kandungan Lycopene Buah Segar dan Olahan Tomat (Tsang, 2005 ; Arab dan
Steck, 2000)