Anda di halaman 1dari 26

NAMA: NURAINA

NPM : 15.18.083

1. FORMYCO cream 10gr


Formulasi : ketokonazol 20 mg/ g
Indikasi : Tinea corporis (kurap pada badan), tinea cruris (kurap lipat paha),
tinea versicolor (panu), tinea manus (seperti kutu air tapi pada tangan), tinea pedis
(kutu air), & kandidiasis kulit, dermatitis seboroik.
Kontra indikasi: Hipersensitif
Dosis : Oleskan sehari 1-2 kali
Pabrik : Sanbe Farma
Harga : Rp.14.300
Golongan obat : Keras
Menurut FI Edisi IV
1) Ketokonazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lenih dari
102,0% C26H22Cl2N4O4 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
2) Identifikasi spektrum serapan imframerah zat yang telah di keringkan dab
di dispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya
pada panjang gelombang yang sama seperti pada ketokonazol BPFI
3) Jarak lebur (1021) antara 148 dan 152
Uji kestabilan fisik :
Prosedur Uji Stabilitas Fisik Krim :
a. Elevated Temperature
Pengujian ini dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi selama
kenaikan suhu. Pada setiap kenaikan suhu 100C akan mempercepat
reaksi dua atau tiga kalinya, namun secara praktis pernyataan ini agak
terbatas karena suhu tinggi akan menyebabkan perubahan lain yang
tidak pernah terjadi pada suhu normal (Cannel, 1985).
b. Elevated Humidities
Pengujian ini untuk menguji kualitas kemasan produk. Apabila terjadi
perubahan pada produk karena pengaruh kelembaban, menandakan
kemasannya tidak memberikan perlindungan yang cukup (Cannel,
1985).
c. Cycling Test
Tujuan dari uji ini adalah sebagai simulasi produk selama proses
distribusi dalam kendaraan yang pada umumnya jarang dilengkapi
dengan alat pengontrol suhu (Sanjay, dkk., 2003). Oleh karena itu,
pada uji ini dilakukan pada suhu atau kelembaban pada interval waktu
tertentu sehingga produk dalam kemasannya akan
mengalami stress yang bervariasi dari pada stress statis. Misalnya
dengan menyimpan sediaan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu
menyimpannya pada suhu 40oC selama 24 jam, waktu penyimpanan
pada dua suhu yang berbeda tersebut dianggap sebagai satu siklus dan
dilakukan selama 12 hari. Perlakuan selama 12 hari tersebut akan
menghasilkan stress yang lebih tinggi dari pada menyimpan pada suhu
4oC atau 40oC saja (Cannel, 1985). Apabila tiga siklus selama
proses cycling tidak terjadi perubahan yang signifikan, dapat diartikan
bahwa produk stabil selama proses distribusi (Sanjay, dkk., 2003).

d. Centrifugal Test
Tujuan dilakukan centrifugal test adalah untuk mengetahui terjadinya
pemisahan fase dari emulsi. Sample disentrifugasi pada kecepatan
3800 rpm selama 5 jam atau 5000-10000 rpm selama 30 menit. Hal ini
dilakukan karena perlakuan tersebut sama dengan besarnya pengaruh
gaya gravitasi terhadap penyimpanan krim selama setahun.
Sentrifugasi pada kecepatan tinggi dapat mengubah bentuk globul fase
internal yang terdispersi dan memicu terjadinya koalesen (Cannel,
1985).

Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik sediaan krim adalah :

1. Organoleptis atau penampilan fisik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan atau pemisahan emulsi,
timbulnya bau atau tidak, bentuk sediaan dan perubahan warna. Organoleptis dapat
diidentifikasi dengan penginderaan normal tanpa bantuan alat.

2. Pengukuran pH
Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena jika krim
memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit yang bersisik, sedangkan jika pH
terlalu asam maka beresiko menimbulkan iritasi kulit.

3. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui luas penyebaran krim pada kulit.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatkan beban dapat menggambarkan
suatu karakteristik pada krim (Voight, 1994). Daya sebar sediaan semisolid dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid (Garg, dkk., 2002). Semistiff adalah sediaan
semisolid yang memiliki viskositas tinggi, sedangkan semifluid adalah sediaan semisolid
yang memiliki viskositas rendah. Pada semistiff syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5
cm2, dan untuk semifluid adalah 5-7 cm2.

4. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada tempat
aplikasinya. Daya lekat basis berhubungan dengan lamanya kontak antara basis dengan kulit,
dan kenyamanan penggunaan basis. Basis yang baik mampu menjamin waktu kontak yang
efektif dengan kulit sehingga tujuan tercapai. Nilai uji daya lekat yang baik untuk krim
adalah 2 300 detik (Betageri dan Prabhu, 2002).

5. Uji Daya Proteksi

Uji daya proteksi ditujukan untuk menilai apakah basis krim yang digunakan mampu
melindungi kulit dari pengaruh luar. Semakin lama waktu yang dibutuhkan indikator PP
bereaksi dengan KOH, menunjukkan semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan.

6. Diameter Globul

Perubahan dalam ukuran globul rata-rata atau distribusi ukuran globul merupakan tolak ukur
penting untuk mengevaluasi emulsi, dimana pada emulsi keruh, diameter globul berkisar
antara 0,110 m. Ukuran partikel merupakan indikator utama kecenderungan
terjadinya creaming atau cracking (Martin, dkk., 1993).

Cara Pembuatan Krim :

Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat
pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.

Bahan-bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim, antara lain:

- Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
- Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

1. Zatberkhasiat
- Minyak
- Air
- Pengemulsi
- Bahan Pengemulsi : Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol,
stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan
tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan
stabilitas sediaan.
- Bahan Pengawet :Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben
(nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk
mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan
akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Lachman, 1994).

METODE PEMBUATAN KRIM :


Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).

STABILITAS SEDIAAN KRIM

Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Anief, 1994).

Bahan Tambahan :

1. Acid Stearic (FI III hal. 57)

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, atau kuning pucat, mirip
lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.

2. Triaethanolamin (FI IV hal.1203)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan
dengan air dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Surfaktan, emulgator. Kadar 2-4%.

3. Adeps Lanae (FI IV hal. 57-58)

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter
dan kloroform.

Khasiat : Basis krim.

4. Paraffin Liquidum (FI III hal. 474)

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.

Khasiat : Penggunaan laksativum.

Nipagin/ Methylis Parabenum (FI IV hal. 551)

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.

Kelarutan :Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Preservatif atau pengawet. Kadar 0,12-0,18%

2. FUCICORT Cream 5gr


Formulasi : Asam fusidat 2%, betametason valerat 0,1%
Indikasi : inflamasi dermatosis dimana infeksi bakteri terjadi atau sering terjadi
Kontra indikasi: Penyakit kulit karena virus, dermatitis perioral, acne rosacea, infeksi
jamur kulit dan kondisi ulceratif
Dosis : Sehari 2-3 kali
Pabrik : Darya-Varia/ Leo Pharma
Golongan obat : Keras
Fucicort : Rp. 45.900

Acidum fusidicum ( FI Edisi IV)


Pemerian : Serbuk hablur, putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 5 bagian etanol,
dalam 4 bagian kloroform, dan dalam 60 bagian eter.
Identifikasi : A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah di keringkan
dan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya
pada panjang gelombang yang sama seperti pada Asam Fusidat BPFI.
B. Lakukan penetapan seperti yang tertera pada senyawa sejenis. Totolkan
secara terpisah masing-masing 5l larutan dalam etanol P yang mengandung
(1) zat uji 0,20% dan (2) Dietanolamin Fusidat BPI 0,24%: bercak utama yang
diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang di peroleh dari larutan (2).
Betamethasone dipropionate (FI Edisi IV)
Pemerian : Serbuk, putih sampai putih krem; tidak berbau.
Kelarutan :Tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton dan dalam
kloroform; agak sukar larut dalam etanol.
Identifikasi :
- Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan pada suhu 1050
selama 3 jam dan didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Betametason Dipropionat BPFI.
- Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi.
Totolkan 10 l larutan dalam kloroform P yang mengandung zat uji 1 mg per
ml dan Betametason Dipropionat BPFI 1 mg per ml pada lempeng silika gel P
setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah
dijenuhkan dengan fase gerak kloroform P-aseton (7:1) dan biarkan fase gerak
menguap. Amati bercak di bawah cahaya UV 254 nm : Harga Rf bercak utama
larutan sesuai dengan larutan.
Uji kestabilan fisik :
Prosedur Uji Stabilitas Fisik Krim :
a. Elevated Temperature
Pengujian ini dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi selama kenaikan
suhu. Pada setiap kenaikan suhu 100C akan mempercepat reaksi dua atau tiga
kalinya, namun secara praktis pernyataan ini agak terbatas karena suhu tinggi akan
menyebabkan perubahan lain yang tidak pernah terjadi pada suhu normal (Cannel,
1985).
b. Elevated Humidities
Pengujian ini untuk menguji kualitas kemasan produk. Apabila terjadi perubahan
pada produk karena pengaruh kelembaban, menandakan kemasannya tidak
memberikan perlindungan yang cukup (Cannel, 1985).
c. Cycling Test
Tujuan dari uji ini adalah sebagai simulasi produk selama proses distribusi dalam
kendaraan yang pada umumnya jarang dilengkapi dengan alat pengontrol suhu
(Sanjay, dkk., 2003). Oleh karena itu, pada uji ini dilakukan pada suhu atau
kelembaban pada interval waktu tertentu sehingga produk dalam kemasannya
akan mengalami stress yang bervariasi dari pada stress statis. Misalnya dengan
menyimpan sediaan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu menyimpannya pada suhu
40oC selama 24 jam, waktu penyimpanan pada dua suhu yang berbeda tersebut
dianggap sebagai satu siklus dan dilakukan selama 12 hari. Perlakuan selama 12
hari tersebut akan menghasilkan stress yang lebih tinggi dari pada menyimpan
pada suhu 4oC atau 40oC saja (Cannel, 1985). Apabila tiga siklus selama
proses cycling tidak terjadi perubahan yang signifikan, dapat diartikan bahwa
produk stabil selama proses distribusi (Sanjay, dkk., 2003).
d. Centrifugal Test
Tujuan dilakukan centrifugal test adalah untuk mengetahui terjadinya pemisahan
fase dari emulsi. Sample disentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam
atau 5000-10000 rpm selama 30 menit. Hal ini dilakukan karena perlakuan
tersebut sama dengan besarnya pengaruh gaya gravitasi terhadap penyimpanan
krim selama setahun. Sentrifugasi pada kecepatan tinggi dapat mengubah bentuk
globul fase internal yang terdispersi dan memicu terjadinya koalesen (Cannel,
1985).

Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik sediaan krim adalah :

7. Organoleptis atau penampilan fisik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan atau pemisahan emulsi,
timbulnya bau atau tidak, bentuk sediaan dan perubahan warna. Organoleptis dapat
diidentifikasi dengan penginderaan normal tanpa bantuan alat.

8. Pengukuran pH

Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena jika krim
memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit yang bersisik, sedangkan jika pH
terlalu asam maka beresiko menimbulkan iritasi kulit.

9. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui luas penyebaran krim pada kulit.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatkan beban dapat menggambarkan
suatu karakteristik pada krim (Voight, 1994). Daya sebar sediaan semisolid dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid (Garg, dkk., 2002). Semistiff adalah sediaan
semisolid yang memiliki viskositas tinggi, sedangkan semifluid adalah sediaan semisolid
yang memiliki viskositas rendah. Pada semistiff syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5
cm2, dan untuk semifluid adalah 5-7 cm2.

10. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada tempat
aplikasinya. Daya lekat basis berhubungan dengan lamanya kontak antara basis dengan kulit,
dan kenyamanan penggunaan basis. Basis yang baik mampu menjamin waktu kontak yang
efektif dengan kulit sehingga tujuan tercapai. Nilai uji daya lekat yang baik untuk krim
adalah 2 300 detik (Betageri dan Prabhu, 2002).

11. Uji Daya Proteksi


Uji daya proteksi ditujukan untuk menilai apakah basis krim yang digunakan mampu
melindungi kulit dari pengaruh luar. Semakin lama waktu yang dibutuhkan indikator PP
bereaksi dengan KOH, menunjukkan semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan.

12. Diameter Globul

Perubahan dalam ukuran globul rata-rata atau distribusi ukuran globul merupakan tolak ukur
penting untuk mengevaluasi emulsi, dimana pada emulsi keruh, diameter globul berkisar
antara 0,110 m. Ukuran partikel merupakan indikator utama kecenderungan
terjadinya creaming atau cracking (Martin, dkk., 1993).

Cara Pembuatan Krim :

Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat
pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.

Bahan-bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim, antara lain:

- Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
- Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

2. Zatberkhasiat
- Minyak
- Air
- Pengemulsi
- Bahan Pengemulsi : Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol,
stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan
tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan
stabilitas sediaan.
- Bahan Pengawet :Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben
(nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk
mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan
akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Lachman, 1994).

METODE PEMBUATAN KRIM :

Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).

STABILITAS SEDIAAN KRIM

Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Anief, 1994).

Bahan Tambahan :

5. Acid Stearic (FI III hal. 57)

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, atau kuning pucat, mirip
lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.

6. Triaethanolamin (FI IV hal.1203)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan
dengan air dingin.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Surfaktan, emulgator. Kadar 2-4%.

7. Adeps Lanae (FI IV hal. 57-58)

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter
dan kloroform.

Khasiat : Basis krim.

8. Paraffin Liquidum (FI III hal. 474)

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.

Khasiat : Penggunaan laksativum.

Nipagin/ Methylis Parabenum (FI IV hal. 551)

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.

Kelarutan :Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Preservatif atau pengawet. Kadar 0,12-0,18%

3. FUCIDIN Cream 5gr


Formulasi : Krim asam fusidat 2%, salep Na Fusidat 2%
Indikasi : Infeksi karena staphylococcus, sterptococcus atau lainnya
Dosis : Oleskan sehari 2-3 kali
Pabrik : Darya-Varia/LEO Pharma
Golongan obat : Keras
Harga : Rp. 35.640
Acidum fusidicum ( FI Edisi IV)
Pemerian : Serbuk hablur, putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 5 bagian etanol,
dalam 4 bagian kloroform, dan dalam 60 bagian eter.
Identifikasi : A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah di keringkan
dan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya
pada panjang gelombang yang sama seperti pada Asam Fusidat BPFI.
B. Lakukan penetapan seperti yang tertera pada senyawa sejenis. Totolkan
secara terpisah masing-masing 5l larutan dalam etanol P yang mengandung
(1) zat uji 0,20% dan (2) Dietanolamin Fusidat BPI 0,24%: bercak utama yang
diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang di peroleh dari larutan (2).
Uji kestabilan fisik :
Prosedur Uji Stabilitas Fisik Krim :
a. Elevated Temperature
Pengujian ini dilakukan untuk melihat perubahan yang terjadi selama
kenaikan suhu. Pada setiap kenaikan suhu 100C akan mempercepat
reaksi dua atau tiga kalinya, namun secara praktis pernyataan ini agak
terbatas karena suhu tinggi akan menyebabkan perubahan lain yang
tidak pernah terjadi pada suhu normal (Cannel, 1985).
b. Elevated Humidities
Pengujian ini untuk menguji kualitas kemasan produk. Apabila terjadi
perubahan pada produk karena pengaruh kelembaban, menandakan
kemasannya tidak memberikan perlindungan yang cukup (Cannel,
1985).
c. Cycling Test
Tujuan dari uji ini adalah sebagai simulasi produk selama proses
distribusi dalam kendaraan yang pada umumnya jarang dilengkapi
dengan alat pengontrol suhu (Sanjay, dkk., 2003). Oleh karena itu,
pada uji ini dilakukan pada suhu atau kelembaban pada interval waktu
tertentu sehingga produk dalam kemasannya akan
mengalami stress yang bervariasi dari pada stress statis. Misalnya
dengan menyimpan sediaan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu
menyimpannya pada suhu 40oC selama 24 jam, waktu penyimpanan
pada dua suhu yang berbeda tersebut dianggap sebagai satu siklus dan
dilakukan selama 12 hari. Perlakuan selama 12 hari tersebut akan
menghasilkan stress yang lebih tinggi dari pada menyimpan pada suhu
4oC atau 40oC saja (Cannel, 1985). Apabila tiga siklus selama
proses cycling tidak terjadi perubahan yang signifikan, dapat diartikan
bahwa produk stabil selama proses distribusi (Sanjay, dkk., 2003).

d. Centrifugal Test
Tujuan dilakukan centrifugal test adalah untuk mengetahui terjadinya
pemisahan fase dari emulsi. Sample disentrifugasi pada kecepatan
3800 rpm selama 5 jam atau 5000-10000 rpm selama 30 menit. Hal ini
dilakukan karena perlakuan tersebut sama dengan besarnya pengaruh
gaya gravitasi terhadap penyimpanan krim selama setahun.
Sentrifugasi pada kecepatan tinggi dapat mengubah bentuk globul fase
internal yang terdispersi dan memicu terjadinya koalesen (Cannel,
1985).

Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik sediaan krim adalah :

1. Organoleptis atau penampilan fisik


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan atau pemisahan emulsi,
timbulnya bau atau tidak, bentuk sediaan dan perubahan warna. Organoleptis dapat
diidentifikasi dengan penginderaan normal tanpa bantuan alat.

2. Pengukuran pH

Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena jika krim
memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit yang bersisik, sedangkan jika pH
terlalu asam maka beresiko menimbulkan iritasi kulit.

3. Uji Daya Sebar

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui luas penyebaran krim pada kulit.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatkan beban dapat menggambarkan
suatu karakteristik pada krim (Voight, 1994). Daya sebar sediaan semisolid dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid (Garg, dkk., 2002). Semistiff adalah sediaan
semisolid yang memiliki viskositas tinggi, sedangkan semifluid adalah sediaan semisolid
yang memiliki viskositas rendah. Pada semistiff syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5
cm2, dan untuk semifluid adalah 5-7 cm2.

4. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada tempat
aplikasinya. Daya lekat basis berhubungan dengan lamanya kontak antara basis dengan kulit,
dan kenyamanan penggunaan basis. Basis yang baik mampu menjamin waktu kontak yang
efektif dengan kulit sehingga tujuan tercapai. Nilai uji daya lekat yang baik untuk krim
adalah 2 300 detik (Betageri dan Prabhu, 2002).

5. Uji Daya Proteksi

Uji daya proteksi ditujukan untuk menilai apakah basis krim yang digunakan mampu
melindungi kulit dari pengaruh luar. Semakin lama waktu yang dibutuhkan indikator PP
bereaksi dengan KOH, menunjukkan semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan.

6. Diameter Globul

Perubahan dalam ukuran globul rata-rata atau distribusi ukuran globul merupakan tolak ukur
penting untuk mengevaluasi emulsi, dimana pada emulsi keruh, diameter globul berkisar
antara 0,110 m. Ukuran partikel merupakan indikator utama kecenderungan
terjadinya creaming atau cracking (Martin, dkk., 1993).

Cara Pembuatan Krim :

Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat
pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.

Bahan-bahan Penyusun Krim

Formula dasar krim, antara lain:

- Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
- Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).

Bahan-bahan penyusun krim, antara lain:

3. Zatberkhasiat
- Minyak
- Air
- Pengemulsi
- Bahan Pengemulsi : Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol,
stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan
tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan
stabilitas sediaan.
- Bahan Pengawet :Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben
(nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk
mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan
akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Lachman, 1994).

METODE PEMBUATAN KRIM :


Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).

STABILITAS SEDIAAN KRIM

Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Anief, 1994).

Bahan Tambahan :

9. Acid Stearic (FI III hal. 57)

Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, atau kuning pucat, mirip
lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan, untuk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.

10. Triaethanolamin (FI IV hal.1203)

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berbau kuat amoniak.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan
dengan air dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Surfaktan, emulgator. Kadar 2-4%.

11. Adeps Lanae (FI IV hal. 57-58)

Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter
dan kloroform.

Khasiat : Basis krim.

12. Paraffin Liquidum (FI III hal. 474)

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.

Khasiat : Penggunaan laksativum.

Nipagin/ Methylis Parabenum (FI IV hal. 551)

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.

Kelarutan :Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Preservatif atau pengawet. Kadar 0,12-0,18%

4. Theosal tab @ 100


Formulasi: teofilin 150 (50mg), salbutamol 1mg (0,5 mg) tiap tablet
Indikasi : bronkodilator pada asma bronkial, bronkitis akut atau kronis
Harga : Rp. 10.500,-
Pabrik : Dexa Medica

Teofilin
Pemerian: serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa pahit;stabil di udara.
Kelarutan : sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas;
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam amonium
hidroksida; agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam
eter.
Identifikasi: A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah di keringkan
dan di dispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada teofilin BPFI.
B. Waktu retensi relatif puncak utama terhadap buku internal dari larutan
uji sesuai dengan larutan baku yang di peroleh pada penetapan kadar (FI
E.IV).
Salbutamol
Pemerian : serbuk hablur, putih
Kelarutan: agak sukar larut dalam air; larut dalam etanol; melebur pada
suhu lebih kurang 1560
Identifikasi : A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah di keringkan
dan di dispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada salbutamol BPFI
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam asam klorida 0,1 N (1
dalam 12.500) menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti salbutamol BPFI
Penetapan kadar : timbang seksama lebih kurang 400 mg, larutkan dalam
50 ml asam asetat glasial P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV
menggunakan indikator 2 tetes kristal violet LP. Lakukan penetapan
blanko (FI E.IV).
Prosedur
1. Pembuatan Tablet Metode Kempa Langsung
Dipersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, sebelum bahan
ditimbang maka diayak terlebih dahulu. Bahan yang telah diayak
dan ditimbang ( teofilin, starch Rx, Na-starch glyconat, talcumdan
asam stearat) dimasukkan kedalam plastic untuk mengalami
proses pencampuran, semua bahan dikocok dalam plastic sampai
homogen. Bahan-bahan yang telah tercampur homogen dan telah
dievaluasi serbuk, kemudian dimasukkan kedalam alat kempa
langsung untuk memulai pembuatan tablet dengan metode
kempa langsung.

5. Thiamin 50 mg Tab @ 1000 GKF


Komposisi : tiamin HCl
Indikasi : beriberi, polineuritis, penyakit ssp, penyakit jantung organik, anoreksia,
kehamilan, laktasi.
Dosis : 25-100 mg/ hari
Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih, bau khas lemah. Jika bentuk anhidrat
terpapar udara dengan cepat menyerap air lebih kurang 4%. Melebur pada suhu lebih
kurang 2488o .
Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam eter dan dalam benzena
Identifikasi : A. Gerus sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 10 mg zat,
dengan 10 ml NaOH 0,5 N, saring. Gunakan 5ml filtrat dan lanjutkan menurut cara
yang tertera pada identifikasi B dalam injeksi tiamin hidroklorida, mulai dengan
kemudian tambahkan 0,5 ml kalium heksasianoferat (III) LP... terjadi reaksi
spesifik.
B. gerus sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih kurang 10 mg zat, dengan 10 ml
air, saring. Filtrat memenuhi pengujian berikut:
- Pada 2 ml tambahkan iodium LP: terbentuk endapan coklat merah.
- Pada 2 ml tambahkan raksa (II) klorida LP; terbentuk endapan putih.
- Menunjukkan reaksi klorida cara A, B, dan C seperti yang tertera pada uji
identifikasi umum
C. Pada sisa filtrat yang diperoleh dari identifikasi B, tambahkan 1 ml timbal (II)
asetat LP dan 1 ml NaOH 2,5 N: terjadi warna kuning. Panaskan campuran di atas
tangas uap selama beberapa menit: warna berubah menjadi coklat, dan jika di
biarkan, terbentuk endapan timbal (II) sulfida yang memisah.
Penetapan kadar: larutan baku buat seperti yang tertera pada larutan baku dalam
penetapan kadar tiamin. Larutan uji masukkan tidak kurang dari 20 tablet ke
dalam labu yang sesuai, isi separuh labu dengan asam klorida0,2 N, panaskan di
atas tangas uap sambil sering di kocok hingga tablet larut atau hancur.
Didinginkan, pindahkan isi labu ke dalam labu tentukur, encerkan dengan asam
klorida 0,2N sampai tanda. Jika campuran tidak jernih, sntrifus atau saring melalui
kertas saring yang tidak menjerap tiamin. Encerkan sejumlam filtrat secara
kuantitatif dan bertahap dengan asam klorida 0,2 N hingga kadar tiamin 0,2 g per
ml.
Tablet tiamin hcl mengandung tidak lebih dari 95 tidak kurangnya 115 dari yang tertera

Identifikasi

A. Penimbang tablet tiamin yg dihaluskan menjadi serbuk harus kuanti yang setara
dengan 10 mg tiamin hcl dengan 10 NaOH 0,5 N dan di saring dengan menggunakan
5 ml bagian dari filtrat. Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi tiamin hcl (hal
751). Proses awal dengan menambahkan 0,5 ml potasium ferisianid. Reaksi
spesifikasi diamati.
B. 2ml bagian di pisahkan dan di siapkan untuk tes pendahuluan. Dan respon identifikasi
tiamin hcl (hal751)
Kerapuhan(934) tablet tiamin hcl adalah 30 menit
Keseragaman (941) tablet tiamin hcl adalah memenuhi persyaratan dari keseragam
tablet yang di tentukan
Pengujian kadar logam.
Tidak lebih dari 20 tablet tiamin hcl di masukkan dalam labu ukur larutan asam
potasium klorit (hal 909) dan di panaskan di atas penangas dengan pengocokan
sampai tambelt larut atau hancur oleh karena itu di peroleh dispersi. Pindahkan ke
dlam labu volumetrik dan di encerkan dengan larutan asam potasium klorit dan di
adkan. Jika campuran tidak jernih lakukan sentrifuse atau di saring dengan kertas
saring untuk menyaring tiamnin. Encerkan aliquot yang jernih dengan larutan asam
potasium klorit hingga garis tanda untuk membuat larutan tercampur sesuai dengan
0,2 mcg setiap ml dari tiamin hcl. Pengujian kadar logam menggunakan prosedur
yang telah di tentukan dari prosedur pengujian kadar logam yang di tentukan (hal
909) (usp)

Prosedur Pembuatan
1. Pencampuran fasa dalam : Ayak zat aktif (vitamin B1) bahan pengikat (Avicel PH 102),
penghancur (Starch 1500), dan pengisi (Laktosa) sebelum dicampur menggunakan ayakan
mesh 30. Tuang semua bahan kedalam wadah baskom. Aduk homogen selama 5 menit.
2. Pencampuran Akhir : Masukan granul fasa dalam kedalam kantong plastik, tambahkan
kedalamnya bahan penghancur (starch 1500), glidan (Talk) dan anti adheren (Mg Stearate)
yang telah di ayak dengan mesh 30. Kocok kantung plastik selama 10 menit hingga homogen.
Jenis Zat Nama Zat

Zat aktif Vitamin B1


Pengikat Avicel PH 102
Penghancur Starch 1500
Pengisi Lactosa
Glidan / anti Talk
Adheren Mg Stearate

Metode Pembuatan Tablet


Dalam pembuatan formulasi Vitamin B1 ini menggunakan metode
Granulasi Basah :
Metode Pengujian
1. Evaluasi Granul
a. Uji Kelembab atau Moisture Contents (MC)
Kadar lembab granul diukur dengan alat moisture contents tester.
Kadar lembab semakin lama akan semakin kecil sampai menunjukkan
kandungan lembab yang konstan. Ditimbang sejumlah 5 gram granul,
kemudian diletakkan dicawan alat uji. Cawan diletakkan pada alat uji dan
lampu MC dikondisikan pada suhu 80C - 90C selama 15 menit. Dicatat
kadar lembab granul setelah suhu konstan. Batas kandungan lembab granul
yaitu 2 - 4% (Ansel, 1989 : 255).
b. Uji Daya Alir
Ditimbang 100 g granul, dimasukkan ke dalam corong yang tertutup ujung
tangkainya. Tutup pada ujung tangkai dibuka dan granul dibiarkan
mengalir keluar sampai habis. Dicatat waktu alirnya dari saat tutup dibuka
sampai seluruh granul habis. Kecepatan alir granulat dikatakan baik, bila
waktu yang diperlukan 100 g granulat untuk mengalir tidak lebih dari 10
detik( Siregar et.al., 1992:39).
c. Sudut Diam
Sejumlah granul ditimbang 100 g dimasukkan ke dalam alat penguji sudut
diam yaitu berupa tabung kaca yang ditengahnya dilengkapi dengan suatu
lingkaran. Alat tersebut diisi dengan granul sampai penuh dan diratakan.
Tutup tabung dibuka, dibiarkan keluar, sisa granul pada alat akan
membentuk kerucut kemudian tinggi kerucut diukur. Persyaratan sudut
diam granul adalah tidak lebih dari 400(Lachman et.al., 1994:685).
Keterangan :
:Sudut diam granul
h :Tinggi kerucut
r : Jari-jari kerucut
a. Pengetapan
Ditimbang sejumlah granul dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml, diukur
volumenya (Vo). Granul dalam gelas ukur tersebut ditap dengan motorized
tapping device sebanyak 20 kali atau selama 4 menit kemudian diukur
volumenya (Vt). Persyaratan pengetapan granul adalah tidak lebih dari
20% (Siregar et.al., 1992:39).
Keterangan :
Vo :Volume awal granul sebelum pengetapan
Vt :Volume granul setelah pengetapan

Tabel 1.Kriteria Kompresibilitas


Nilai (%) Kriteria
5-15 Baik ekali
12-16 Baik
18-21 Agak baik
23-35 Buruk
33-38 Sangat buruk
>40 Sangat sangat buruk
(Siregar dan Wikarsa, 2010 : 35)

2. Evaluasi Tablet
1. Keseragaman Bobot
Ditimbang 20 tablet satu persatu, hitung bobot rata-ratanya dan
penyimpangan bobot tiap tablet terhadap bobot rata-ratanya. Persyaratan
keseragaman bobot tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A dan tidak satupun tablet yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari kolom B. Bila tidak
mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satupun tablet
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan pada kolom A dan tidak satupun tablet yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom
B.
Tabel 2.Keseragaman Bobot Tablet
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
25 mg 15 30
26 mg- 150 mg 10 20
151 mg- 300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 mg 5 10
(Depkes RI, 1979 : 7)

2. Keseragaman Kandungan
Tetapkan kadar 10 satuan satu per satu seperi pada penetapan kadar dalam
masing-masing monografi, kecuali dinyatakan lain dalam uji keseragaman
kandungan. persyaratan kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, memenuhi syarat jika jumlah zat aktif dalam masing-masing
dari 10 sediaan terletak antara 85,0%-115,0% dari yang tertera pada etiket
(Depkes RI,1995: 999).
3. Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas
kerapuhan agar tahan terhadap guncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan pengapalan (Lachmanet.al., 1994: 651).
Alat untuk menetapkan kekerasan tablet adalah hardness tester. Kekuatan
tekanan minimum untuk tablet adalah sebesar 4kg (Ansel, 1989: 255).
4. Keregasan Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan
permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan
abrasi pada permukaan tablet. Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet
semakin besar harga presentasi kerapuhan, maka semakin besar harga
tablet yang hilang. Alat yang digunakan yaitu Friability Tester (Sulaiman,
2007:200). Friabilitas (kerapuhan) tidak melebihi 0,8% (Voigt, 1994:222).
5. Waktu Hancur
Supaya komponen obat seluruhnya dapat diabsorbsi dalam saluran cerna
maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya dalam cairan tubuh
untuk dilarutkan. Alat yang digunakan yaitu Disintegrator Tester. Kecuali
dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih
dari 60 menit untuk tablet bersalut gula atau bersalut selaput (Depkes RI,
1979:7).
Tablet Vitamin B1 memenuhi syarat waktu hancur jika tidak lebih dari
30 menit (Depkes RI, 1995:785).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2010). ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 44. Jakarta: Penerbit PT.ISFI
Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 2010. Farmakope Indonesia, edisi III . Jakarta :
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 2010. Farmakope Indonesia, edisi IV . Jakarta :
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Rebuplik Indonesia.1978. Formularium Nasional, edisi II. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Hardjosaputra,dkk.(2008). DOI (Data Obat di Indonesia). Edisi 11. PT. Muliapurna
Jayaterbit: Jakarta.
The United States Pharmacopeia. The Nasional Formulari 23. Volume I. United States
Pharmacopeia Convention Inc.: Washington, D.C
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-
praktikum.html#ixzz4vakg7MML
http://tiawidianti18.blogspot.co.id/2015/12/laporan-praktikum-farmasetika.html
http://tiawidianti18.blogspot.co.id/2015/12/laporan-praktikum-farmasetika.html

Anda mungkin juga menyukai