NPM : 15.18.083
d. Centrifugal Test
Tujuan dilakukan centrifugal test adalah untuk mengetahui terjadinya
pemisahan fase dari emulsi. Sample disentrifugasi pada kecepatan
3800 rpm selama 5 jam atau 5000-10000 rpm selama 30 menit. Hal ini
dilakukan karena perlakuan tersebut sama dengan besarnya pengaruh
gaya gravitasi terhadap penyimpanan krim selama setahun.
Sentrifugasi pada kecepatan tinggi dapat mengubah bentuk globul fase
internal yang terdispersi dan memicu terjadinya koalesen (Cannel,
1985).
Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik sediaan krim adalah :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan atau pemisahan emulsi,
timbulnya bau atau tidak, bentuk sediaan dan perubahan warna. Organoleptis dapat
diidentifikasi dengan penginderaan normal tanpa bantuan alat.
2. Pengukuran pH
Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena jika krim
memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit yang bersisik, sedangkan jika pH
terlalu asam maka beresiko menimbulkan iritasi kulit.
Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui luas penyebaran krim pada kulit.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatkan beban dapat menggambarkan
suatu karakteristik pada krim (Voight, 1994). Daya sebar sediaan semisolid dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid (Garg, dkk., 2002). Semistiff adalah sediaan
semisolid yang memiliki viskositas tinggi, sedangkan semifluid adalah sediaan semisolid
yang memiliki viskositas rendah. Pada semistiff syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5
cm2, dan untuk semifluid adalah 5-7 cm2.
Uji daya lekat krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada tempat
aplikasinya. Daya lekat basis berhubungan dengan lamanya kontak antara basis dengan kulit,
dan kenyamanan penggunaan basis. Basis yang baik mampu menjamin waktu kontak yang
efektif dengan kulit sehingga tujuan tercapai. Nilai uji daya lekat yang baik untuk krim
adalah 2 300 detik (Betageri dan Prabhu, 2002).
Uji daya proteksi ditujukan untuk menilai apakah basis krim yang digunakan mampu
melindungi kulit dari pengaruh luar. Semakin lama waktu yang dibutuhkan indikator PP
bereaksi dengan KOH, menunjukkan semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan.
6. Diameter Globul
Perubahan dalam ukuran globul rata-rata atau distribusi ukuran globul merupakan tolak ukur
penting untuk mengevaluasi emulsi, dimana pada emulsi keruh, diameter globul berkisar
antara 0,110 m. Ukuran partikel merupakan indikator utama kecenderungan
terjadinya creaming atau cracking (Martin, dkk., 1993).
Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat
pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
- Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
- Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
1. Zatberkhasiat
- Minyak
- Air
- Pengemulsi
- Bahan Pengemulsi : Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol,
stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan
tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan
stabilitas sediaan.
- Bahan Pengawet :Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben
(nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk
mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan
akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Lachman, 1994).
Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Anief, 1994).
Bahan Tambahan :
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, atau kuning pucat, mirip
lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan
dengan air dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter
dan kloroform.
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan :Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.
Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik sediaan krim adalah :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan atau pemisahan emulsi,
timbulnya bau atau tidak, bentuk sediaan dan perubahan warna. Organoleptis dapat
diidentifikasi dengan penginderaan normal tanpa bantuan alat.
8. Pengukuran pH
Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena jika krim
memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit yang bersisik, sedangkan jika pH
terlalu asam maka beresiko menimbulkan iritasi kulit.
Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui luas penyebaran krim pada kulit.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatkan beban dapat menggambarkan
suatu karakteristik pada krim (Voight, 1994). Daya sebar sediaan semisolid dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid (Garg, dkk., 2002). Semistiff adalah sediaan
semisolid yang memiliki viskositas tinggi, sedangkan semifluid adalah sediaan semisolid
yang memiliki viskositas rendah. Pada semistiff syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5
cm2, dan untuk semifluid adalah 5-7 cm2.
Uji daya lekat krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada tempat
aplikasinya. Daya lekat basis berhubungan dengan lamanya kontak antara basis dengan kulit,
dan kenyamanan penggunaan basis. Basis yang baik mampu menjamin waktu kontak yang
efektif dengan kulit sehingga tujuan tercapai. Nilai uji daya lekat yang baik untuk krim
adalah 2 300 detik (Betageri dan Prabhu, 2002).
Perubahan dalam ukuran globul rata-rata atau distribusi ukuran globul merupakan tolak ukur
penting untuk mengevaluasi emulsi, dimana pada emulsi keruh, diameter globul berkisar
antara 0,110 m. Ukuran partikel merupakan indikator utama kecenderungan
terjadinya creaming atau cracking (Martin, dkk., 1993).
Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat
pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
- Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
- Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
2. Zatberkhasiat
- Minyak
- Air
- Pengemulsi
- Bahan Pengemulsi : Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol,
stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan
tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan
stabilitas sediaan.
- Bahan Pengawet :Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben
(nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk
mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan
akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Lachman, 1994).
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).
Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Anief, 1994).
Bahan Tambahan :
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, atau kuning pucat, mirip
lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan
dengan air dingin.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter
dan kloroform.
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan :Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
d. Centrifugal Test
Tujuan dilakukan centrifugal test adalah untuk mengetahui terjadinya
pemisahan fase dari emulsi. Sample disentrifugasi pada kecepatan
3800 rpm selama 5 jam atau 5000-10000 rpm selama 30 menit. Hal ini
dilakukan karena perlakuan tersebut sama dengan besarnya pengaruh
gaya gravitasi terhadap penyimpanan krim selama setahun.
Sentrifugasi pada kecepatan tinggi dapat mengubah bentuk globul fase
internal yang terdispersi dan memicu terjadinya koalesen (Cannel,
1985).
Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik sediaan krim adalah :
2. Pengukuran pH
Krim sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5-6,5 karena jika krim
memiliki pH yang terlalu basa akan menyebabkan kulit yang bersisik, sedangkan jika pH
terlalu asam maka beresiko menimbulkan iritasi kulit.
Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui luas penyebaran krim pada kulit.
Permukaan penyebaran yang dihasilkan dengan meningkatkan beban dapat menggambarkan
suatu karakteristik pada krim (Voight, 1994). Daya sebar sediaan semisolid dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu semistiff dan semifluid (Garg, dkk., 2002). Semistiff adalah sediaan
semisolid yang memiliki viskositas tinggi, sedangkan semifluid adalah sediaan semisolid
yang memiliki viskositas rendah. Pada semistiff syarat daya sebar yang ditetapkan adalah 3-5
cm2, dan untuk semifluid adalah 5-7 cm2.
Uji daya lekat krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada tempat
aplikasinya. Daya lekat basis berhubungan dengan lamanya kontak antara basis dengan kulit,
dan kenyamanan penggunaan basis. Basis yang baik mampu menjamin waktu kontak yang
efektif dengan kulit sehingga tujuan tercapai. Nilai uji daya lekat yang baik untuk krim
adalah 2 300 detik (Betageri dan Prabhu, 2002).
Uji daya proteksi ditujukan untuk menilai apakah basis krim yang digunakan mampu
melindungi kulit dari pengaruh luar. Semakin lama waktu yang dibutuhkan indikator PP
bereaksi dengan KOH, menunjukkan semakin baik daya proteksi krim yang dihasilkan.
6. Diameter Globul
Perubahan dalam ukuran globul rata-rata atau distribusi ukuran globul merupakan tolak ukur
penting untuk mengevaluasi emulsi, dimana pada emulsi keruh, diameter globul berkisar
antara 0,110 m. Ukuran partikel merupakan indikator utama kecenderungan
terjadinya creaming atau cracking (Martin, dkk., 1993).
Bagian lemak dilebur diatas penangas air, kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat
pengemulsi, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim.
- Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak
lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
- Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat,
Na setostearil alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
3. Zatberkhasiat
- Minyak
- Air
- Pengemulsi
- Bahan Pengemulsi : Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan
pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol,
stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan, bahan-bahan
tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan
stabilitas sediaan.
- Bahan Pengawet :Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben
(nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk
mempertahankan pH sediaan Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan
akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Lachman, 1994).
Sediaan krim dapat menjadi rusak bila terganggu sistem campurannya terutama disebabkan
oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu
sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan (Anief, 1994).
Bahan Tambahan :
Pemerian : Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, atau kuning pucat, mirip
lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter dan
dengan air dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter
dan kloroform.
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak
berbau, hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
dan dalam eter P.
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan :Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter.
Teofilin
Pemerian: serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa pahit;stabil di udara.
Kelarutan : sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas;
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam amonium
hidroksida; agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam
eter.
Identifikasi: A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah di keringkan
dan di dispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada teofilin BPFI.
B. Waktu retensi relatif puncak utama terhadap buku internal dari larutan
uji sesuai dengan larutan baku yang di peroleh pada penetapan kadar (FI
E.IV).
Salbutamol
Pemerian : serbuk hablur, putih
Kelarutan: agak sukar larut dalam air; larut dalam etanol; melebur pada
suhu lebih kurang 1560
Identifikasi : A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah di keringkan
dan di dispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada salbutamol BPFI
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam asam klorida 0,1 N (1
dalam 12.500) menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti salbutamol BPFI
Penetapan kadar : timbang seksama lebih kurang 400 mg, larutkan dalam
50 ml asam asetat glasial P, titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV
menggunakan indikator 2 tetes kristal violet LP. Lakukan penetapan
blanko (FI E.IV).
Prosedur
1. Pembuatan Tablet Metode Kempa Langsung
Dipersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, sebelum bahan
ditimbang maka diayak terlebih dahulu. Bahan yang telah diayak
dan ditimbang ( teofilin, starch Rx, Na-starch glyconat, talcumdan
asam stearat) dimasukkan kedalam plastic untuk mengalami
proses pencampuran, semua bahan dikocok dalam plastic sampai
homogen. Bahan-bahan yang telah tercampur homogen dan telah
dievaluasi serbuk, kemudian dimasukkan kedalam alat kempa
langsung untuk memulai pembuatan tablet dengan metode
kempa langsung.
Identifikasi
A. Penimbang tablet tiamin yg dihaluskan menjadi serbuk harus kuanti yang setara
dengan 10 mg tiamin hcl dengan 10 NaOH 0,5 N dan di saring dengan menggunakan
5 ml bagian dari filtrat. Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi tiamin hcl (hal
751). Proses awal dengan menambahkan 0,5 ml potasium ferisianid. Reaksi
spesifikasi diamati.
B. 2ml bagian di pisahkan dan di siapkan untuk tes pendahuluan. Dan respon identifikasi
tiamin hcl (hal751)
Kerapuhan(934) tablet tiamin hcl adalah 30 menit
Keseragaman (941) tablet tiamin hcl adalah memenuhi persyaratan dari keseragam
tablet yang di tentukan
Pengujian kadar logam.
Tidak lebih dari 20 tablet tiamin hcl di masukkan dalam labu ukur larutan asam
potasium klorit (hal 909) dan di panaskan di atas penangas dengan pengocokan
sampai tambelt larut atau hancur oleh karena itu di peroleh dispersi. Pindahkan ke
dlam labu volumetrik dan di encerkan dengan larutan asam potasium klorit dan di
adkan. Jika campuran tidak jernih lakukan sentrifuse atau di saring dengan kertas
saring untuk menyaring tiamnin. Encerkan aliquot yang jernih dengan larutan asam
potasium klorit hingga garis tanda untuk membuat larutan tercampur sesuai dengan
0,2 mcg setiap ml dari tiamin hcl. Pengujian kadar logam menggunakan prosedur
yang telah di tentukan dari prosedur pengujian kadar logam yang di tentukan (hal
909) (usp)
Prosedur Pembuatan
1. Pencampuran fasa dalam : Ayak zat aktif (vitamin B1) bahan pengikat (Avicel PH 102),
penghancur (Starch 1500), dan pengisi (Laktosa) sebelum dicampur menggunakan ayakan
mesh 30. Tuang semua bahan kedalam wadah baskom. Aduk homogen selama 5 menit.
2. Pencampuran Akhir : Masukan granul fasa dalam kedalam kantong plastik, tambahkan
kedalamnya bahan penghancur (starch 1500), glidan (Talk) dan anti adheren (Mg Stearate)
yang telah di ayak dengan mesh 30. Kocok kantung plastik selama 10 menit hingga homogen.
Jenis Zat Nama Zat
2. Keseragaman Kandungan
Tetapkan kadar 10 satuan satu per satu seperi pada penetapan kadar dalam
masing-masing monografi, kecuali dinyatakan lain dalam uji keseragaman
kandungan. persyaratan kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, memenuhi syarat jika jumlah zat aktif dalam masing-masing
dari 10 sediaan terletak antara 85,0%-115,0% dari yang tertera pada etiket
(Depkes RI,1995: 999).
3. Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta tahan atas
kerapuhan agar tahan terhadap guncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan pengapalan (Lachmanet.al., 1994: 651).
Alat untuk menetapkan kekerasan tablet adalah hardness tester. Kekuatan
tekanan minimum untuk tablet adalah sebesar 4kg (Ansel, 1989: 255).
4. Keregasan Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan
permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan
abrasi pada permukaan tablet. Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet
semakin besar harga presentasi kerapuhan, maka semakin besar harga
tablet yang hilang. Alat yang digunakan yaitu Friability Tester (Sulaiman,
2007:200). Friabilitas (kerapuhan) tidak melebihi 0,8% (Voigt, 1994:222).
5. Waktu Hancur
Supaya komponen obat seluruhnya dapat diabsorbsi dalam saluran cerna
maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya dalam cairan tubuh
untuk dilarutkan. Alat yang digunakan yaitu Disintegrator Tester. Kecuali
dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam
tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih
dari 60 menit untuk tablet bersalut gula atau bersalut selaput (Depkes RI,
1979:7).
Tablet Vitamin B1 memenuhi syarat waktu hancur jika tidak lebih dari
30 menit (Depkes RI, 1995:785).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2010). ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 44. Jakarta: Penerbit PT.ISFI
Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 2010. Farmakope Indonesia, edisi III . Jakarta :
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 2010. Farmakope Indonesia, edisi IV . Jakarta :
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Rebuplik Indonesia.1978. Formularium Nasional, edisi II. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan
Hardjosaputra,dkk.(2008). DOI (Data Obat di Indonesia). Edisi 11. PT. Muliapurna
Jayaterbit: Jakarta.
The United States Pharmacopeia. The Nasional Formulari 23. Volume I. United States
Pharmacopeia Convention Inc.: Washington, D.C
http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/laporan-
praktikum.html#ixzz4vakg7MML
http://tiawidianti18.blogspot.co.id/2015/12/laporan-praktikum-farmasetika.html
http://tiawidianti18.blogspot.co.id/2015/12/laporan-praktikum-farmasetika.html