Anda di halaman 1dari 46

Biofarmasetika Sediaan Kulit

Nurdeniyati Tampubolon, S.Farm


Anatomi Dan Fisiologi Kulit
Struktur Kulit

1. Kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang


paling luar,
2. Kulit jangat (dermis, korium atau kutis), dan
3. Jaringan penyambung di bawah kulit (tela
subkutanea, hipodermis atau subkutis)
Fisiologi Kulit

a) Kulit Ari (epidermis)


Epidermis melekat erat pada dermis
karena secara fungsional epidermis
memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar
sel dari plasma yang merembes melalui
dinding-dinding kapiler dermis ke dalam
epidermis.
Bagian Kulit Ari
Lapisan tanduk (stratum corneum),
Lapisan bening (stratum lucidum)
Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Lapisan benih (stratum germinativum atau
stratum basale)
b) Kulit Jangat (dermis)
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa
dalam kulit jangat, memungkinkan
membedakan berbagai rangsangan dari luar.
Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi
tertentu, seperti saraf dengan fungsi
mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan,
panas, dan dingin.
Bagian Kulit Jangat

Kelenjar keringat
Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan
membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari
tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh
panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat
tertentu.
Kelenjar palit
pada kulit kepala, kelenjar palit menghasilkan
minyak untuk melumasi rambut dan kulit Kepala.
Kantong rambut
Ujung-ujung saraf peraba
c) Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah
kulit (hipodermis)
Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai
bantalan atau penyangga benturan bagi
organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk
kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Pembuluh Darah Yang Melewati Tiap
Lapisan Kulit
Menurut Elizabeth J., Corwin, (1975), pembuluh
darah yang berada di tiap lapisan kulit :
a) Epidermis
Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah.
b) Dermis
Diseluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf
sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut,
serta kelenjar keringat dan palit (sebasea). Pembuluh
darah didermis menyuplai makanan dan oksigen
dermis dan epidermis, dan membuang produk sisa.
Dalam dermis, pembuluh darah (kelanjutan
dari pembuluh darah yang lebih besar lebih
dalam tubuh) cabang yang kecil dan pembuluh
darah yang lebih kecil yang menutupi seluruh
area kulit. Pelebaran dan penyempitan (dilatasi
dan penyempitan) pembuluh darah terjadi
sebagai respon terhadap perubahan suhu, untuk
membentuk suatu mekanisme penting untuk
mengendalikan suhu tubuh. Dilatasi hasil
pembuluh darah dalam kulit menjadi merah
jambu, atau bahkan merah seperti merona atau
ketika suhu naik
Komponen dan Karakteristik Tiap
Lapisan Kulit
komponen dan karakteristik tiap lapisan kulit
adalah sebagai berikut :
a) Epidermis
Epidermis melekat erat pada dermis karena
secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat
makanan dan cairan antar sel dari plasma yang
merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis
ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan
atas lima lapisan kulit, yaitu :
Lapisan tanduk (stratum corneum),
Lapisan tanduk sebagian besar terdiri atas
keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut
dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-
bahan kimia, dikenal dengan lapisan horny.
Lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang
mudah terlepas dan digantikan sel baru setiap 4
minggu, karena usia setiap sel biasanya 28 hari.
Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil,
dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah
terjadinya penguapan air dari lapisan kulit lebih
dalam sehingga mampu memelihara tonus dan
turgor kulit. Lapisan tanduk memiliki daya serap
air yang cukup besar.
Lapisan bening (stratum lucidum)
Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga
lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan
tanduk, dan dianggap sebagai penyambung
lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan
bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang
kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga
dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini
sangat tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari
lapisan bening.
Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Lapisan berbutir (stratum granulosum)
tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk
kumparan yang mengandung butir-butir
dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan
berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas
pada kulit telapak tangan dan kaki.
Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga
lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling
berhubungan dengan perantaraan jembatan-
jembatan protoplasma berbentuk kubus. Setiap sel
berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut
protein. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut
banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan
kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju
terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk
peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan
pengantaran butir-butir melanin.
Lapisan benih (stratum germinativum atau
stratum basale)
Lapisan benih (stratum germinativum atau
stratum basale) merupakan lapisan terbawah
epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak
(silinder) dengan kedudukan tegak lurus
terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak
ini bergerigi dan bersatu dengan lamina
basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu
struktur halus yang membatasi epidermis
dengan dermis.
Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis
bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel
tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas,
akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan
benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells,
melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen
melanin kulit.
b) Kulit Jangat (dermis)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung
saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut,
kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah
bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor
pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar
kandung rambut, terus-menerus membelah dalam
membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang
menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan
minyak yang mencapai permukaan kulit melalui
muara kandung rambut.
Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya
dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit.
Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan
antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di
kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di
telapak tangan dan telapak kaki. Pada dasarnya
dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis
yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali
ke bentuk semula dan serat protein ini yang
disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut
juga jaringan penunjang, karena fungsinya adalah
membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga
kekeringan dan kelenturan kulit.
Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi
di kulit jangat dapat menimbulkan cacat
permanen, hal ini disebabkan kulit jangat
tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri
sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di dalam
lapisan kulit jangat terdapat dua macam
kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar
palit.
Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus
(bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada
permukaan kulit, membentuk pori-pori
keringat. Kelenjar keringat mengatur suhu
badan dan membantu membuang sisa-sisa
pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi
dan obat-obat tertentu.
Kelenjar palit
Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut.
Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit.
Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh
terutama pada bagian muka. Pada kulit kepala,
kelenjar palit menghasilkan minyak untuk melumasi
rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang
dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau
kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel
rambut mengecil.
c) Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah
kulit (hipodermis)
Lapisan ini terutama mengandung jaringan
lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat.
Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai
bantalan atau penyangga benturan bagi
organorgan tubuh bagian dalam, membentuk
kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak
bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling
tebal di daerah pantat dan paling tipis
terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi
tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah
kulit juga menurun. Bagian tubuh yang
sebelumnya berisi banyak lemak, akan
berkurang lemaknya dan akibatnya kulit akan
mengendur serta makin kehilangan kontur.
Faktor Yang Mempengaruhi Liberasi,
Disolusi, Serta Absorbsi Obat
berbagai faktor yang mempengaruhi proses LDA
obat pada pemberian secara perkutan.
a) Penyerapan (Absorbsi)
Sampai saat ini secara keseluruhan dari proses
penyerapan secara perkutan obat, belum diketahui.
Kajian yang telah dilakukan hanya terbatas pada
faktor-faktor yang dapat mengubah ketersediaan
hayati zat aktif yang terdapat dalam sediaan yang
dioleskan pada kulit, seperti :
Lokalisasi Sawar (Barrier)
Kulit mengandung sejumlah tumpukan
lapisan spesifik yang dapat mencegah masuknya
bahan-bahan kimia dan hal ini terutama
disebabkan oleh adanya lapisan tipis lipida pada
permukaan, lapisan tanduk dan lapisan epidermis
malfigi. Pada daerah ini, ditemukan juga suatu
celah yang berhubungan langsung dengan kulit
bagian dalam yang dibentuk oleh kelenjar
sebasea yang membatasi bagian luar dan cairan
ekstraselular. Lapisan lipida dapat ditembus
senyawa-senyawa lipofilik dengan cara difusi dan
adanya kolesterol menyebabkan senyawa yang
larut dalam air dapat teremulsi.
Jalur Penembusan (Absorbsi)
Penembusan = penetrasi = absorbsi
perkutan, terdiri dari pemindahan obat dari
permukaan kulit ke stratum corneum,
dibawah pengaruh gradien konsentrasi, dan
berikutnya difusi obat melalui stratum
corneum yang terletak dibawah epidermis,
melewati dermis dan masuk kedalam mikro
sirkulasi.
Jumlah total daya difusi (Rkulit) untuk
penembusan melalui kulit dijelaskan oleh
Chen sbb :
R = Rsc + Re + Rpd
Dimana :
R = Daya difusi
sc = stratum corneum
E = epidermis
pd = lapisan papilla dari dermis
Kulit, karena sifat impermeabilitasnya
maka hanya dapat dilalui oleh sejumlah
senyawa kimia dalam jumlah yang sedikit.
Penembusan molekul dari luar ke bagian
dalam kulit secara nyata dapat terjadi, baik
secara difusi melalui lapisan tanduk (stratum
corneum) maupun secaradifusi melalui
kelenjar sudoripori atau organ pilosebasea.
Penahanan Dalam Struktur Permukaan Kulit
dan Penyerapan Perkutan
Surfaktan anionik dan kationik juga
tertahan di lapisan tanduk atau, adanya
muatan ion merupakan penyebab terjadinya
pembentukan ikatan ionik dengan protein dari
keratin.Intensitas penahanan akan berbanding
lurus dengan ukuran dan muatan kation atau
anion. Akibat pengikatan ini maka umumnya
surfa
b) Faktor fisiologik yang mempengaruhi penyerapan
perkutan
Keadaan dan Umur Kulit
Kulit utuh merupakan suatu sawar (barrier) difusi
yang efektif dan efektivitasnya berkurang bila terjadi
perubahan dan kerusakan pada sel-sel lapisan
tanduk.Pada keadaan patologis yang ditunjukkan
oleh perubahan sifat lapisan tanduk (stratum
corneum); dermatosis dengan eksim, psoriasis,
dermatosis seborheik, maka permiabilitas kulit akan
meningkat.
Aliran Darah
Perubahan debit darah ke dalam kulit secara
nyata akan mengubah kecepatan penembusan
molekul. Pada sebahagian besar obat obatan,
lapisan tanduk merupakan faktor penentu pada
proses penyerapan dan debit darah selalu cukup
untuk menyebabkan senyawa menyetarakan diri
dalam perjalanannya. Namun, bila kulit luka atau
bila dipakai cara iontoforesis untuk zat aktif, maka
jumlah zat aktif yang menembus akan lebih
banyak dan peranan debit darah merupakan
faktor yang menentukan.
Tempat pengolesan
Jumlah yang diserap untuk suatu molekul
yang sama, akan berbeda dan tergantung
pada susunan anatomi dari tempat
pengolesan: kulit dada, punggung, tangan
atau lengan. Perbedaan ketebalan terutama
disebabkan oleh ketebalan lapisan tanduk
(stratum corneum) yang berbeda pada setiap
bagian tubuh, tebalnya bervariasi antara 9 pm
untuk kulit kantung zakar sampai 600 pin
untuk kulit telapak tangan dan telapak kaki.
Kelembaban dan Temperatur
Pada keadaan normal, kandungan air
dalam lapisan tanduk rendah, yaitu 5-15%,
namun dapat ditingkatkan sampai 50%
dengan cara pengolesan pada permukaan kulit
suatu bahan pembawa yang dapat
menyumbat: vaselin, minyak atau suatu
pembalut impermeabel.
Evaluasi Biofarmasetika Sediaan
Evaluasi sediaan (baik salep, krim, gel)
yang diberikan melalui kulit pada umumnya
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan organoleptis
Pengamatan meliputi perubahan warna,
bau (ketengikan), konsistensi, dan terjadinya
pemisahan fase. Pengamatan dilakukan tiap
minggu selama 5 minggu.
2. Pemeriksaan homogenitas
Pengamatan dilakukan secara visual
dengan mengoleskan krim pada lempeng
kaca, kemudian dilihat warnanya seragam
atau tidak. Pengamatan dilakukan tiap minggu
selama 5 minggu.
3. Uji viskositas
Viskositas krim ditetapkan dengan
viscotester VT-04E (Rion CO, Ltd), rotor no 1.
Pengamatan dilakukan tiap minggu selama 5
minggu.
4. Uji daya sebar
Setengah gram krim diletakkan di pusat
antara 2 lempeng gelas, dimana lempeng
sebelah atas ditimbang terlebih dahulu
kemudian diletakkan diatas krim dan biarkan
selama 1 menit. Di atasnya diberi beban 150
g, dibiarkan 1 menit dan diukur diameter
sebarnya. Pengamatan dilakukan tiap minggu
selama 5 minggu.
5. Uji waktu lekat
Gelas objek ditandai 4 x 2,5 cm kemudian
sebanyak 0,25 g krim diletakkan di titik tengah
uasan tersebut dan ditutup dengan gelas
objek lain. Beri beban 1 kg selama 5 menit.
Kedua gelas objek yang telah saling melekat 1
sama lain dipasang pada alat uji yang diberi
beban 80 gram. Setelah itu dicatat waktu yang
diperlukan hingga dilakukan tiap minggu
selama 5 minggu.
7. Pemeriksaan pH
Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan kertas pH merk universal.
Pengamatan dilakukan setelah pembuatan
krim yaitu pada minggu ke-0 dan minggu ke-5.
Evaluasi ketersediaan hayati obat
yang diberikan melalui kulit
a) Studi difusi in vitro
Berdasarkan dari penilaian biofarmasetik obat-
obatan yang diberikan melalui kulit, maka sesudah
dilakukan uji kekentalan bentuk sediaan,
ketercampuran, pengawetan, selanjutnya dilakukan uji
pelepasan zat aktif in vitro, dengan maksud agar dapat
ditentukan bahan pembawa yang paling sesuai
digunakan untuk dapat melepaskan zat aktif di tempat
pengolesan. Ada beberapa metoda, yang dapat
dilakukan di antaranya adalah
- Difusi sederhana dalam air atau difusi dalam gel
- Dialysis melalui membran kolodion atau selofan
b) Studi penyerapan (absorbsi)
Penyerapan perkutan dapat diteliti
berdasarkan dua aspek utama yaitu penyerapan
sistemik dan lokalisasi senyawa dalam strukiur
kulit. Dengan cara in vitro dan in vivo dapat
dipastikan lintasan penembusan dan tetapan
permeabilitas, serta membandingkan efektivitas
dari berbagai bahan pembawa. Absorbsi perkutan
telah lama diteliti baik secara in vivo dengan
mempergunakan senyawa radioaktif atau dengan
tehnik in vitro mempergunakan sayatan kulit
manusia.
Kondisi Yang Memungkinkan Dan Tidak
Memungkinkan Untuk Digunakan Sediaan
Topikal
a) Kondisi yang memungkinkan
Digunakan pada kulit sebagai pelindung atau
untuk obat.
Memungkinkan untuk pemakaian yang merata
dan cepat pada permukaan kulit yang luas
Sebagai pelembut atau pelicin untuk kulit.
Digunakan untuk menghilangkan iritasi atau
hanya untuk pijit.
Digunakan untuk melemaskan otot-otot yang
kaku
b) Kondisi yang tidak memungkinkan
Tidak digunakan untuk luka yang terbuka
Tidak dapat digunakan pada kulit yang pecah
atau lecet sebab mungkin menimbulkan iritasi
yang berlebihan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai