Anda di halaman 1dari 33

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Integumen

A. Pengertian kulit

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi
permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga lubang-
lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.

B. Lapisan kulit

1. Epidermis

a) Stratum korneum.

Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng, kering, tidak
berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung zat keratin.

b) Stratum lusidum.

Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan
ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti
suatu pipa yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum
lusidum.

c) Stratum granulosum.

Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan inti ditengah dan
sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau gabungan keratin dengan hialin.
Lapisan ini menghalangi benda asing, kuman dan bahn kimia masuk ke dalam tubuh.
d) Stratum spinosum/stratum akantosum.

Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm terdiri
dari 5-8 lapisan . sel-selnya disebut spinosum karena jika dilihat di bawah mikroskop,
sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai
tanduk (spina). Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar.
Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan
beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal telapak kaki. Disebut akantosum sebab sel-
selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada hubungan antara sel yang lain
yang disebut intercelulair bridges atau jembatan interselular.

e) Stratum Basal/Germinativum.

Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian basal/basis, stratum


germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir
yang halus disebut butir melanin warna.

Sel tersebut disusun seperti pagar pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut
terdapat suatu membran disebut membran basalis, sel-sel basalis dengan membran
basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis dengan dermis.

Ternyata batas ini tidak datar tapi bergelombang, pada waktu korium menonjol pada
epidermis tonjolan ini disebut papilla kori (papilla kulit). Dipihak lain epidermis
menonjol kea rah korium, tonjolan ini disebut Rute Ridges atau rete peg = prosessus
inter papilaris.

2. Dermis.

Struktur lapisan dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh
membrane basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tapi batas ini tidak
jelas hanya diambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.

Dermis terdiri dari 2 lapisan:


 Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar).

 Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).

Batas antara pars papilaris dengan pars retikularis adalah bagian bawahnya
sampai ke subkutis. Baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari serabut-
serabut yaitu serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut retikulus.

Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang berbeda.

Serabut kolagen, untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastic untuk
memberikan kelenturan pada klit, dan retikulus terdapat terutama disekitar kelenjar dan
folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.

Unsur sel:

Unsur utama sel dermis adalah fibroblast, makrofag, dan terdapat sel lemak yang
berkelompok. Disamping itu ada juga sel jaringan ikat bercabang dan berpigmen pada
lingkungan epidermis yang banyak mengandung pigmen misalnya areola mammae dan
sekitar anus.

Serat otot:

Serat otot polos dijumpai di dalam dermis tersusun membentuk berkas


dihubungkan dengan folikel rambut (muskulus erector fili) bertebaran diseluruh dermis
dalam jumlah yang cukup banyak pada kulit, putting susu, penis, skrotum dan sebagian
perenium.

3. Subkutis

Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan ini
berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan
intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin.

Lapisan lemak ini disebut perikulus adiposus, yang tebalnya tidak sama pada tiap-
tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).
Guna perikulus adiposus adalah sebagai Shok breker = pegas/bila tekanan trauma
mekanis yang menimpa pada kulit, Isolator panas atau untuk mempertahankan suhu,
penimbun kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Di bawah subkutis terdapat
selaput otot kemudian baru terdapat otot.

C. Jaringan kulit

Kulit disebut juga integument atau kutis yang tumbuh dari dua macam jaringanyaitu
jaringan epitelyang menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang
menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam).

D. Kelenjar-Kelenjar kulit.
Kelenjar kulit meliputi kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan kelenjar mamae.
a) Kelenjar sebasea.
Kelenjar ini berhubungan dengan folikel rambut yang bermuara dalam sebuah
folikel rambut. Kelenjar yang tidak berhubungan dengan folikel rambut bermuara
langsung ke permukaan kulit seperti yang terdapat pada glans penis, labium minus, dan
kelenjar tarsalia pada kelopak mata.
Kelenjar ini terletak dalam dermis dan tidak terdapat pada kulit telapak kaki dan tangan.
Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar sebasea terutama terjadi selama pubertas di
bawah control hormone, sekresi sebum terjadi terus menerus dan bermanfaat untuk
pemeliharaan kesehatan kulit.
b) Kelenjar keringat.
Kelenjar keringat adalah kelenjar tubular bergelung yang tidak bercabang;
terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis dan gendang
telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan kaki. Bagian
sekretorisnya terletak di dalam dermis atau hypodermis dan bergabung membentuk
massa tersendiri.
Duktusnya keluar menuju epidermis dan berjalan berkelok-kelok menyatu dengan
epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai permukaan kulit. Tempat bermuaranya
disebut pori keringat. Terdapat 2 macam kelenjar keringat yaitu kelenjar keringat ekrin
dan apokrin.
1) Kelenjar keringat ekrin.
Tersebar diseluruh kulit tubuh, kecuali kulup penis bagian dalam dan telinga luar,
telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Badan kelenjar terdapat diantara perbatasan
kulit ari (epidermis) dan kulit dermis. Salurannya berkelok-kelok keluar dan berada
pada lapisan jangat yang berjalan lurus ke pori-pori keringat.
2) Kelenjar keringat apokrin.
Kelenjar keringat yang besar dan hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit putting
susu, kulit sekitar alat kelamin dan dubur.
Kelenjar ini terletak lebih dalam dan saluran keduanya berbelok-belok kemudian
lurus menuju epidermis dan bermuara pada folikel rambut.
c) Kelenjar payudara (glandula mamae).
Glandula mamae termasuk kelenjar kulit karena berasal dari lapisan ektodermal
yang secara fungsional termasuk sistem reproduksi. Kelenjar ini terletak di atas fasia
pektoralis superfisilis yang dihubungkan dengan perantaraan jaringan ikat longgar dan
jaringan lemak. Kelenjar ini melekat erat dengan kulit diatasnya. Disekitar putting susu
(papila mamae) terdapat reticulum kutis yang tumbuh dengan baik dan dinamakan
ligamentum suspensorium. Ke dalam putting susu bermuara 15-20 duktuli laktiferus.
Disekitar papilla mamae terdapat areala mamae yang mengandung kelenjar sebasea
montgomeri (glandula areola mammae) yang berfungsi untuk melindungi dan
melicinkan putting susu pada waktu bayi mengisap. Pada wanita yang tidak hamil dan
tidak menyusui, alveoli tampak kecil dan padat berisi sel-sel granular. Pada waktu
hamil, alveoli akan membesar dan sel-sel membesar.

E. Pigmentasi kulit.

Warna kulit ditentukan oleh faktor warna kulitnya sendiri. Kandungan karoten (pigmen)
darah pada pembuluh darah, dermis memberikan warna kemerahan dan kandungan pigmen
melanin memberikan bayangan coklat.

Melanin terletak di dalam lapisan basal dan bagian bawah lapisan taju yang dibuat oleh
epidermis khusus yaitu melanosit yang bertebaran diantara keratinosit lapis basal dan lapis
taju dalam folikel rambut dan jaringan ikat dermis. Perbedaan warna kulit disebabkan oleh
karena perbedaan jumlah dan ukuran melanosom di dalam keratinosit.
pigmentasi kulit tergantung dari berbagai faktor yaitu keturunan, hormone, dan lingkungan.
Faktor genetic mempengaruhi ukuran satuan melanin epidermis. Hormone pemacu malanosit
MSH (melanosit stimulating hormon) merangsang perpindahan melanosom ke dalam
cabang-cabang sitoplasma melanosit dan keratinosit. Faktor lingkungan seperti ultraviolet
meningkatkan kegiatan enzim melanosit serta meningkatkan produksi melanin dan
penimbunannya di dalam keratinosit sehingga kulit menjadi coklat.

F. Pembuluh darah.

Pembuluhdarah kulit terdiri dari 2 anyaman pembuluh darah nadi yaitu:

1) Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar.

Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari
anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap papilla kori.

2) Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam.

Anyaman ini terdapat antar korium dan subkutis, anyaman ini memberikan
cabang-cabang pembuluh nadi kea lat-alat tambahan yang terdapat di korium.

Dalam hal ini percabangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang terdapat pada
lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi pembuluh darah balik/vena
yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman pembuluh darah balik yang ke dalam.

Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena diperkirakan 1/5 dari darah
yang beredar malalui kulit. Disamping itu pembuluh darah pada kulit sangat cepat
menyempit/melebar oleh pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyaeri dan
emosi, penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara reflek.
G. Saraf kulit.

Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang
terdiri dari saraf-saraf motorik dan saaf sensorik.

Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit,
sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau
kulit. Pada kulit ujung-ujung, saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam kegiatan
untuk menerima rangsangan.

Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri banyak terdapat di
epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan
suatu organ.

H. Pelengkap kulit.

a. Kuku.

Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan


dorsal falang terkhir jaringan dan jari kaki. Strukturnya berhubungan dengan dermis dan
epidermis.

1) Struktur kuku.

Alat kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis yang tepat di


bawahnya menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas dan diapit oleh
lipatan kulit yang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku terdiri dari sisik
epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas. Badan kuku berwarna bening
sehingga kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler darah di dalam dasr
kuku.

Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng kuku
sebgai epikondrium atau kutikula.

Bagian dari kuku, terdiri dari:

 Ujung kuku atas ujung batas.


 Badan kuku yang merupakan bagian yang besar.

 Akar kuku (radik).

2) Pertumbuhan kuku.

Dengan bertambahnya sel-sel baru dalam akar, kuku menghasilkan geseran


lambat lempeng kuku di atas dasr kuku. Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5 mm
perminggu.

b. Rambut.

Rambut merupakan benang keratin elastic yang berkembang dari epidermis dan
tersebar disekujur tubuh kecuali telapak kaki dan telapak tangan, permukaan dorsal
falang distal, lingkung lubang dubur dan urogenital. Setiap rambut mempunyai batang
yang bebas dan akan yang tertanam dalam kulit.

Akar rambut dibungkus oleh folikel rambut yang berbentuk dari bagian yang bersal dari
epidermis (epitel) dan bagian yang berasal dari dermis (jaringan ikat).

1) Struktur rambut:

Medula. Merupakn bagian tengah rambut yang longgar terdiri dari 2-3 lapis sel
kubis yang mengkerut satu sam lain, dan dipisahkn oleh ruang berisi udara.

Korteks. Merupakan bagian utama rambut yang terbentuk dari beberapa lapis sel
gepeng, panjang, dan berbentuk gelombang yang membentuk keratin keras.

Kutikula. Terdapat pada permukaan, selapis sel tipis, jernih dan kutikula tidak berinti,
kecuali yang terdapat pada akar rambut.

2) Folikel rambut.

Folikel rambut merupakan selubung yang terdiri dari sarung jaringan ikat bagian
luar (sarang akar dermis) yang berasal dari dermis dan sarung akar epitel bagian
dalam berasal dari epidermis. Folikel yang mengembung membentuk bulbus rambut
dan berhubungan dengan papilla di tempat persatuan akar rambut dan selubungnya.
3) Sarung akar asal dermis.

Lapisan paling luar berkas serat kolagen kasar yang berjalan memanjang sesuai
dengan lapisan reticular dermis.

Lapisan tengah lebih tebal sesuai dengan lapisan papilla dermis. Lapisan dalam
berupa sabk homogeny sempit yang disebut glassy, membrane basal di bawah
epidermis. Sarung akar rambut luar mempunyai selapis sel polygonal yang
menyerupai sel-sel stratum spinosum epidermis.

Sedangkan sarung akar rambut dalam merupakan sarung berat tanduk yang
membungkus akar rambut yang sedang tumbuh, menghasilkan keratin lunak, juga
ditemukan pada epidermis.

4) Susunan rambut:

a) Batang rambut, merupakan bagian rambut yang terdapat di luar kulit. Kalau
dilihat potongan sebuah rambut dari luar ke dalam :

(1) Selaput rambut (kutikula), merupakan lapisan yang paling luar dan terdiri
dari sel-sel tandukyang tersusun disasak dengan baik.

(2) Kulit rambut.

Korteks rambut merupakan lapisan kulit yang paling tebal dan terdiri dari lapisan
tanduk berbentuk kumparan yang tersusun memanjang dan mengandung butir-butir
mielin.

(3) Sumsum rambut (medula), merupakan bagian yang paling dalam yang
dibentuk oleh sel tanduk dan bentuknya seperti anyaman dengan rongga yang berisi
udara.

(4) Akar rambut

Merupakan bagian rambut yang tertanam miring dalam kulit dan terselubung oleh
kandung rambut (folikel rambut). Akar rambut ini tertanan amat dalam hingga dapat
mencapai lapisan hypodermis.
Akar rambut terdiri dari:

- Kandung rambut yaitu tabung yang menyelubungi akar rambut mulai dari
permukaan kulit samapai pada bagian umbi rambut.
- Papil rambut, merupakan bagian bawah folikel rambut yang berbentuk lonjong
seperti telur yang ujung bawahnya terbuka dan berisi jaringan ikat tanpa serabut
elastic.
- Umbi rambut (tunas rambut) merupakan bagian akar rambut yang melebar dan
merupakan sel bening yang terus menerus bertambah banyak dan berkembang
secara mitosis.

(5) Otot penegak rambut

Muskulus erector pili merupakan otot penegak rambut yang terdiri dari otot polos
yang terdapat pada kandung rambut dengan perantaraan serabut elastic. Bila otot ini
berkontraksi, rambut akan tegak dan kelenjar akan mengalami kompresi sehingga
isinya akan didorong keluar untuk melumas rambut.

(6) Pertumbuhan rambut.

Pertumbuhan rambut terjadi sebagai hasil mitosis sel-sel matriks yang berasal dari
epidermis dan belum berdiferensiasi yang terletak di atas sekitar puncak papilla
rambut. Sel-sel pada dasar folikel menjadi sarung akar rambut luar sel-sel matriks
rambut merupakan tratum malpigi epidermis yang akhirnya menjadi sel-sel ber zat
tanduk. Rambut mempunyai masa pertumbuhan tertentu yaitu untuk rambut kepala 0-
3 tahun dan bulu mata 3-4 bulan.

I. Kulit sebagai indera peraba.

Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, di kulit berbeda-beda menurut
ujung saraf yang dirangsang, panas, dingin, dan sakit ditimbulkan karena tekanan yang dalam
dan rasa yang berat dari suatu benda misalnya mengenai otot dan tulang.

Panca indera peraba terdapat pada kulit disamping itu kulit juga sebagai pelepas panas
yang ada pada tubuh, kulit menutupi dan berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi
rongga-rongga dan lubang-lubang. Kulit mempunyai banyak ujung-ujung saraf peraba yang
menerima rangsangan dari luar diteruskan kepusat saraf di otak.

Sensasi indera peraba dari kulit.

Sensasi kulit terdiri dari rasa, raba, tekanan, panas, dingin, dan rasa sakit. Reseptor-
reseptor tersebar luas pada lapisan epitel dan jaringan ikat tubuh manusia. Reseptor masing-
masing berbeda-beda, yang terbanyak adalah reseptor rasa sakit, kemudian sensasi raba,
dingin, dan panas.

Reseptor yang terletak di lapisan epitel, ditemukan pada mukos mulut dan traktus
respiratorius untuk rasa raba dan rasa sakit, dan jaringan pitel gepeng berlapis-lapis pada
bagian akar rambut. Reseptor yang terletak pada jaringan ikat sangat banyak terletak pada
kulit dibawah lapisan mukosa disekitar sendi, pleura, endokardium, peritoneum, dan lain-
lain.

Rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf di dalam kulit berbeda-
beda menurut ujung saraf yang dirangsang panas, dingin, sakit, semua perasaan ini berlainan.
Di dalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu yaitu tempat perabaan sensitive terhadap
dingin dan sakit. Perasaan yang disebabkan tekanan yang sangat dalam dan rasa yang
memungkinkan seseorang menentukan dan menilai berat suatu benda timbul pada struktur
lebih dalam misalnya pada otot dan sendi.

J. Fungsi kulit

Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan
hidup secara umum yaitu:

I. Fungsi proteksi.

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya
terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol,
karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan
infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap
gangguan fisis. Melanosit turutberperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari
dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).

Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit
terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit
antara PH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel kulit
yang telah mati melepaskan diri secara teratur.

II. Fungsi absorbs.

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembapan, dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah
diantara sel, menembus sel-sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih
banyak melalui sel-sel epidermis.

III. Fungsi kulit sebagai pengatur panas.

Suhu tubuh tetap stabil messkipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas,
medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk
suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada
dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas
dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan
tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin,
hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan
pembuluuh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit
mendapat nutrisi yang cukup baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis
(asetilkolin).

IV. Fungsi ekskresi.

Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau zat sisa
metabolism dalam tubuh berupa NaCl, urea, asamurat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan
berminyak yang melindungikulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.

V. Fungsi persepsi.

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons


terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin
diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papilla dermis dan markel renvier,
sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak
jumlahnya didaerah yang erotik.

Reaksi putih.

Bila ujung suatu objek ditekan perlahan-lahan pada kulit, garis tekanan menjadi
pucat (reaksi putih). Rangsangan mekanik menimbulkan konstriksi sfingter kapiler dan
darah mengalir keluar dari kapiler, respons ini tampak kira-kira 15 detik.

Tripel Respons.

Bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang runcing, sebagian reaksi putih
terdapat kemerahan. Pada tempat tersebut diikuti pembengkakan, bintik kemerahan
sekitar luka yang disebabkan dilatasi kapiler merupakan suatu respons langsung dari
kapiler terhadap tekanan. Pembengkakan local disebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler dan venolus. Kemerahan karena dilatasi arteriola dan denarvasi karena hambatan
saraf menimbulkan rasa nyeri.
Hiperemia Aktif.

Hiperemia aktif yaitu kelainan jumlah darah dalam suatudaerah yang dihidupkan
kembali setelah periode penyumbatan atau tekanan. Respons pembuluh darah yang
terjadi pada organ dalam kulit darah mengalir dalam pembuluh darah yang melebar
membuat kulit menjadi sangat merah karena efek lokal hipoksia dan dipengaruhi oleh zat
kimia.

K. EFLORESENSI Kulit

Efloresensi adalah suatu keadaan yang bisa diamati dengan mata telanjang. misalnya
seorang pasien datang dengan keluhan gatal dan terdapat bintik-bintik merah dipunggung, nah
sebelum mendiagnosa seorang dokter pasti melihat dulu bagaimana efloresensinya. dari kasus
diatas "bintik-bintik merah" itu yang dikatakan efloresensi.

berikut beberapa macam efloresensi

1.Makula

makula adalah perubahan warna kulit yang tegas, ukuran dan bentuknya bervariasi,

tanpa adanya peninggian atau cekungan. di bawah ini merupakan contoh dari efloresensi. gb :
makula

2. Papula

papula adalah peninggian kulit solid, dengan diameter < 0,5 cm

3. Nodul

Nodul adalah peninggian kulit batas jelas dengan ukuran lebih dari 0,5 cm

dan lebih dalam dari papul,sehingga terdapat di dermis dan subcutis.

4. Vesikel

vesikel merupakan peninggian kulit berbatas tegas berisi cairan , nah apabila

vesikel ini pecah dan menyebar menjadi bula. vesikel ini merupakan
efloresensi pada penderita cacar air.

5. Bula

bula ini pengertianna sama dengan vesikel tapi ukurannya lebih besar dari vesikel

6. Pustula

vesikel yang berisi nanah, ini terjadi pada kulit yang meradang

7 urtika

urtika merupakan peninggian kulit datar di bagian dermis bagian atas, sehingga

terjadi edema ( bengkak ) sifat dari urtika ini adalah gatal (pruritus), cepat hilang

dan juga cepat timbul pori-pori melebar, dan warna pucat.

8. Plak

merupakan merupakan peninggian yang relatif terjadi di daerah yang lebih luas

dibanding dengan tingginya permukaan kulit. plak ini terjadi karena karetinisa

sinya cepat.

9. Skuama

merupakan partikel epidermal kering atau berminyak, tipis, dan dilapisi masa

keratin skuama ini disebut ketombe.

10.Sikatrik ( Skars)

merupakan pembentukan jaringan baru, dimana pada sikatrik ini banyak

terdapat jaringan ikat sikatri ii sebagai proses penggantian jaringan yang

rusak karena penyakitatau trauma


11. Likenifikasi

disebut sebgai penebalan kulit

12. Erosi

hilangnya lapisan kulit sebatas epidermis, dan kalau sembuh tidak terjadi

jaringa parut

13.Ekskrosi

hilangnya lapisan kulit sampai ke stratum papilar, dan ada bintik-bintik pendaran.

ekskrosi ini biasanya terjadi karena garukan.

14. Ulkus

hilangnya kontuinitas jaringan sampai dermis atau ke jaringan yg lebih dalam

2.2 Definisi Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi “Myobacterium
Leprae” yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa
mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis
kecuali susunan saraf pusat. Pada kebanyakan orang yang terinfeksi dapat asimtomatik,
namun sebagian kecil memperlihatkan gejala dan mempunyai kecenderungan untuk menjadi
cacat, khususnya pada tangan dan kaki.

2.3 Etiologi

Bakteri penyebab penyakit kusta dalah “Myobacterium Leprae” yang ditemukan oleh GH
Armauer Hansen, seorang sarjana dari Norwegia pada tahun 1873. Bakteri ini bersifat tahan
asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 mikron dan lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya
berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang
bersuhu dingin dan dapat dikultur dalam media buatan. Bakteri ini juga dapat menyebabkan
infeksi sistemik pada binatang armadilo.
Secara skematik struktur “Myobacterium Leprae” terdiri dari :

a. Kapsul
Disekeliling organisme terdapat suatu zona transparan elektron dari bahan berbusa
atau vesikular, yang diproduksi dan secara struktur khas bentuk Myobacterium
Leprae. Zona transparan ini terdiri dari dua lipid, phthioceroldimycoserosate, yang
dianggap memegang peranan protektif pasif, dan suatu phenolic glycolipid, yang
terdiri dari tiga molekul gula hasil metilasi yang dihubungkan melalui molekul fenol
pada lemak (phthiocerol). Trisakarida memberikan sifat kimia yang unik dan sifat
antigenik yang spesifik terhadap “Myobacterium Leprae”

b. Dinding sel
Dinding sel terdiri dari dua lapis, yaitu :
1. Lapisan luar bersifat transparan elektron dan mengandung lipopolisakarida yang
terdiri dari rantai cabang arabinogalactan yang diestrerifikasi dengan rantai
panjang asam mikolat, mirip dengan yang ditemukan pada myobacteria lainnya.
2. Dinding dalam terdiri dari peptidoglycan; karbohidrat yang dihubungkan melalui
peptida-peptida yang memiliki rangkaian asam amino yang mungkin spesifik
untuk Myobacterium Leprae walaupun peptida ini terlalu sedikit untuk digunakan
sebagai antigen diagnostik.
c. Membran
Tepat dibawah dinding sel, dan melekat padanya adalah suatu membran yang khusus
untuk transport molekul-molekul kedalam dan keluar organisme. Membran terdiri
dari lipid dan protein. Protein sebagian besar berupa enzim dan secara teori
merupakan target yang baik untuk kemoterapi. Protein ini juga dapat membentuk
antigen protein permukaan yang diekstraksi dari dinding sel Myobacterium Leprae
yang sudah terganggu dan dianalisa secara luas
d. Sitoplasma
Bagian dari sel mengandung granul-granul penyimpanan, material genetik asam
deoksiribonukleat (DNA), dan ribosom yang merupakan protein yang penting dalam
translasi dan multiplikasi. Analisis DNA berguna dalam mengkonfirmasi identitas
sebagai Myobacterium Leprae dari myobacteria yang diisolasi dari armadillo liar, dan
menunjukkan bahwa Myobacterium Leprae, walaupun berbeda secara genetik, terkait
erat dengan M. Tuberculosis dan M. Scrofulaceum.

2.4 Klasifikasi
Setelah seseorang didiagnosis menderita kusta, maka untuk tahap selanjutnya harus
ditetapkan tipe atau klasifikasinya. Penyakit kusta dapat diklasifikasikan berdasarkan
menifestasi klinis (jumlah lesi, jumlah saraf yang terganggu), hasil pemeriksaan bakteriologi,
pemeriksaan histopatologi dan pemeriksaan imunologi.
Terdapat banyak jenis klasifikasi penyakit kusta diantaranya adalah klasifikasi Madrid,
klasifikasi Ridley-Jopling, dan menurut WHO :
a. Klasifikasi Madrid
Pada klasifikasi ini penyakit kusta dibagi atas Indeterminate (I), Tuberculoid (T),
Borderline-Dimorphous (B), Lepromatous (L). Klasifikasi ini merupakan klasifikasi
paling sederhana berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan bakteriologis, dan
pemeriksaan histopologi.
b. Klasifikasi Ridley-Jopling
Pada klasifikasi ini penyakit kusta adalah suatu spektrum klinis mulai dari daya
kekebalan tubuhnya rendah pada suatu sisi sampai mereka yang memiliki kekebalan yang
tinggi terhadap M.leprae di sisi yang lainnya. Kekebalan seluler (cell mediated imunity =
CMI) seseorang yang akan menentukan apakah dia akan menderita kusta apabila individu
tersebut mendapat infeksi M.leprae dan tipe kusta yang akan dideritanya pada spektrum
penyakit kusta. Sistem klasifikasi ini banyak digunakan pada penelitian penyakit kusta,
karena bisa menjelaskan hubungan antara interaksi kuman dengan respon imunologi
seseorang, terutama respon imun seluler spesifik. Kelima tipe kusta menurut Ridley-
Jopling adalah tipe Lepromatous (LL), tipe Borderline Lepromatous (BL), tipe Mid- 1,4
Borderline (BB), tipe Borderline Tuberculoid (BT), dan tipe Tuberculoid (T).
c. Klasfikasi menurut WHO
Pada tahun 1982, WHO mengembangkan klasifikasi untuk memudahkan pengobatan di
lapangan. Dalam klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya dibagi menjadi 2 tipe yaitu
tipe Pausibasiler (PB) dan tipe Multibasiler (MB). Sampai saat ini Departemen Kesehatan
Indonesia menerapkan klasifikasi menurut WHO sebagai pedoman pengobatan penderita
kusta. Dasar dari klasifikasi ini berdasarkan manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan
bakteriologi.

Tabel 1. Pedoman utama dalam menentukan klasifikasi / tipe penyakit kusta menurut
WHO

Tanda utama Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)


Bercak kusta. Jumlah 1 sampai dengan 5 Jumlah lebih dari 5
Penebalan saraf tepi yang Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
disertai dengan gangguan
fungsi (gangguan fungsi
bisa berupa kurang/mati
rasa atau kelemahan otot
yang dipersarafi oleh saraf
yang bersangkutan.
Pemeriksaan bakteriologi. Tidak dijumpai basil tahan Dijumpai basil tahan asam
asam (BTA negatif) (BTA positif)
Tabel 2. Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi menurut
WHO (1982) pada penderita kusta

Kelainan kulit dan hasil Pausibasiler (PB) Multibasiler (MB)


pemeriksaan
1. Bercak (makula) mati rasa
a. Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil
b. Distribusi Unilateral atau bilateral Bilateral simetris
asimetris
c. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat
d. Batas Tegas Kurang tegas
e.Kehilangan rasa pada Selalu ada dan tegas Biasanya tidak jelas, jika
bercak ada, terjadi pada yang sudah
lanjut
f.Kehilangan kemampuan Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika
berkeringat, rambut rontok ada, terjadi pada yang sudah
pada bercak lanjut
2. Infiltrat
a. Kulit Ada, Tidak ada kadang-kadang tidak ada
b. Membran mukosa Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang tidak
ada
c. Ciri-ciri Central healing - Punched out lession
- Madarosis
-Ginekomasti
-Hidung pelana
- Suara sengau
d. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
e. Deformitas Terjadi dini Biasanya asimetris

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis biasanya menunjukkan gambaran yang jelas pada stadium yang lanjut
dan diagnosis cukup ditegakkan dengan pemeriksaan fisik saja. Penderita kusta adalah
seseorang yang menunjukkan gejala klinis kusta dengan atau tanpa pemeriksaan
bakteriologik dan memerlukan pengobatan
Untuk mendiagnosis penyakit kusta perlu dicari kelainan-kelainan yang berhubungan
dengan gangguan saraf tepi dan kelainan-kelainan yang tampak pada kulit. Untuk itu dalam
menentukan diagnosis kusta perlu mencari tanda-tanda utama yaitu:
1. Lesi kelainan kulit yang mati rasa. Kelainan kulit atau lesi dapat berbentuk bercak
keputihan (hypopigmentasi) atau kemerah merahan (eritemtous) yang mati rasa
2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan saraf ini
merupakan akibar dari inflamasi kronis saraf tepi (neuritis perifer)ngangguan fungsi saraf
ini bisa berupa:
a. Ganguan fungsi saraf sensorik (mati rasa)
b. Gangguan fungsi motorik kelemahan atau kelumpuhan
c. Gangguan saraf otonom: kulit kering dan retak-reta

Pathway

Myobacterian Leprae

Penularan: Droplet infections atau kontak dengan kulit

Masuk dalam pembuluh darah dan sel Schwan saraf

Sistem Imun Seluler (SIS)


Makrofag aktif
Lesi/ bercak 1-5 Lesi/ bercak >5

Penebalan saraf tepi dengan Penebalan saraf tepi dengan


gangguan fungsi pada 1 gangguan fungsi pada >1
saraf saraf

BTA (-) BTA (-)

Pause Basiler (PB) Multi Basiler (MB)

Gangguan saraf tepi


Saraf motorik Saraf otonom Saraf sensorik

Kelemahan otot Gg kelenjar keringat, Fibrosis


minyak airan darah

Tangan/ kaki melemah Penebalan saraf

Kulit kering atau bersisik


Jari bengkok atau kaku Anestesia
Gatal-gatal
MK : Intoleransi Aktifitas Trauma atau cedera
Terjadi luka
Terjadi luka
MK : Kerusakan Integritas
Kulit
MK : Nyeri

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis yang dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Gambaran klinik ejalan klinik tersebut diantara lain:
a. Lesi kulit menjadi lebih merah dan membengkak
b. Nyeri, dan terdapat pembesaran saraf tepi
c. Adanya tanda-tanda kerusakan saraf tepi, gangguan sensorik maupun motorik
d. Demam dan malaise
e. Kedua tangan dan kaki membengkak
f. Munculnya lesi-lesi baru pada kulit

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah sebagai
berikut:

2. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Bakteriologi
3. Pemeriksaan histopologi
Dari pemeriksaan ini ditemukan gambaran berupa infiltrate limfosit yang meningkat
sehingga terjadi odema dan hiperemi.
4. Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan serologis kusta yang kini banyak dilakukan cukup banyak manfaatnya,
khususnya dalam segi seroepidemiologi kusta di daerah endemik. Selain itu
pemeriksaan ini dapat membantu diagnosis kusta pada keadaan yang meragukan
karena tanda-tanda klinis dan bakteriologis tidak jelas. Karena yang diperiksa adalah
antibodi spesifik terhadap basil kusta maka bila ditemukan antibodi dalam titer yang
cukup tinggi pada seseorang maka patutlah dicurigai orang tersebut telah terinfeksi
oleh M.leprae. Pada kusta subklinis seseorang tampak sehat tanpa adanya penyakit
kusta namun di dalam darahnya ditemukan antibodi spesifik terhadap basil kusta
dalam kadar yang cukup tinggi.

2.7 Penatalaksanaan
a. Tipe PB (Pausebasiler)
Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa:
Rifampisin 600mg/bulan dengan tablet 100mg/hari. Pengobatan 6 dosis diselesaikan
dalam 6-9 bulan dan setelah selasai minum 6 dosis dinyatakan RFT (Release From
Treatment) meskipun secara klinis lesinya masih aktif
b. Tipe MB (multibasiler)
Rifampisin 600mg/bulan. Klofazimin 300mg/bulan dilanjut dengan 50mg/hari. DDS
100mg/hari. Pengobatan 24 dosis diselesaikan dalam waktu maksimal 36 bulan
sesudah selesai minum 24 dosis dinyatakan RFT meskipun lesi masih aktif dan
pemeriksaan bakteri positif.
c. Dosis untuk anak
Umur dibawah 10 tahun: 50mg/2 kali/ minggu, umur 11-14 tahun: 100mg/bulan dan
50mg/3 kali/minggu, DDS: 1-2mg/kgBB, Rifampisin:10-15mg/kgBB
d. Pengobatan MTD
Metode rom adalah pengobatan mtd. Menurut who paien kusta tipe PB dengan lesi
hanya 1 cukup diberikan dosis tunggal rifampisin 600mg, ofloksasim 400mg dan
minosiklin 100mg dan pasien langsung dinyatakan RFT, sedangkan untuk tipe PB
dengan lesi 2-5 lesi diberikan 6 dosis dalam 6 bulan. Untuk tipe MB diberikan
sebagai obat alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak 24 dosis dalam 24 jam.
e. Putus obat
Pada pasien kusta tipe PB yang tidak minum obat sebanyak 4 dosis dari yang
seharusnya maka dinyatakan DO, sedangkan pasien kusta tipe MB dinyatakan DO
bila tidak minum obat 12 dosis dari yang saharusnya.

Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas pasien
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Status Pernikahan :
6. Agama :
7. Pendidikan :
8. Pekerjaan :
9. No. RM :
10. Tgl MRS :
11. Tgl. Pengkajian :
12. Dx. Medis : Kusta

2. Status kesehatan saat ini


1. Keluhan utama saat masuk RS :
Pasien mengatakan adanya bercak merah pada kaki kanan
2. Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan adanya bercak merah pada kaki kanan sejak 1 minggu yang
lalu, terasa gatal, nyeri, dan panas dan merasakan daerah kaki sulit untuk
digerakkan
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan pada keluarga tidak ada yang mengalami penyakit menurun,
menular dan menahun.

4. Pola Aktivitas Latihan

Pola aktifitas –latihan Rumah Rumah sakit


Makan/ minum 0 2
Mandi 0 2
Berpakaian 0 2
Toileting 0 3
Mobilitas ditempat tidur 0 2
Naik tangga 0 4
Berjalan 0 4
Pemberian skor 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3 = dibantu orang
lain + alat bantu, 4= tidak mampu
5. Pola Nutrisi Metabolik

Kegiatan Rumah Rumah sakit


Jenis diit atau makanan Tidak ada TKTP
Frekuensi /pola 3 x sehari 3 x sehari
Porsi yang di habiskan 1 porsi ½ porsi
Komposisi menu Nasi, sayur, lauk pauk Nasi tim, sayur, lauk pauk
Pantangan Tidak ada pantangan Faktor pemicu kekambuhan
Napsu makan Baik Menurun
Fluktuasi BB 6 bulan 60 kg 60 kg
terakhir
Jenis minuman Air putih, teh, kopi Air putih
Frekuensi/pola 4x sehari 4 x sehari
Gelas yang di habiskan 8 gelas 6 gelas
Sukar menelan Tidak Tidak
Pemakaian gigi palsu Tidak Tidak
Riwayat masalah Tidak ada Tidak
penyembuhan luka

2. Pola Eliminasi

BAB Rumah Rumah Sakit


Frekuensi/pola 1 x sehari 1 x sehari
Konsistensi Padat Padat
Warna/ bau Kuning dan khas Kuning dan khas
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi/pola 6 x sehari 4x sehari
Konsistensi Cair Cair
Warna/ bau Kuning dan khas Kuning dan khas
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

2. Pola Istirahat Tidur


Pola istirahat tidur rumah Rumah sakit
Tidur siang lamanya 2 jam 2 jam
Jam ….s/d…. 13.00-15.00 Tidak teratur
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Tidak puas
Tidur malam
Tidur lamanya 6 jam 5 jam
Jam…..s/d…. 22.00-04.00 Tidak teratur
Kenyamanan setelah tidur Nyaman Nyaman
Kesulitan Tidak ada Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Umum

Keadaan Umum : Lemah


Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : TTV : TD : 120/80 mmHg S : 380C
RR : 20 x/mnt N: 8 x/mnt

2. Head to toe

1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala Bulat, Lesi (-), berwarna hitam, tidak ada benjolan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Palpebra oedema -/-, konjungtiva tidak anaemis, sklera anikterik, pupil
isokor, reflek cahaya (+/+)
3. Hidung
Inspeksi : simetris, polip hidung (-), cuping hidung (-), lesi (-), bersih
4. Telinga
Inspeksi : Serumen (-), mastoid (-)
5. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, lesi (-), sianosis (-)
6. Leher
Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Paru
Inspeksi : bentuk dada Normal chest, pergerakan napas kiri dan kanan
simetris,frekuensi pernafasan normal
Palpasi : Taktil fremitus seimbang
Perkusi :Vesikuler
Auskultasi : ronchi (-), wheezing (-)
8. Abdomen :
Inspeksi : warna kulit normal, tidak terdapat penonjolan pada kuadran abdomen
Palpasi : tidak ada terdapat nyeri tekan
Perkusi : terdengar bunyi tymphani
Auskultasi : bising usus normal
9. Ekstremitas : tidak terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah
10. Integument : Turgor kulit > 2 detik, CRT < 2 detik , hipopigmentasi(+), bercak
eritem (+), infiltrasi(+), kering, tebal dan pecah-pecah

Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MAS.KEP


1 DS : Myobacterian Leprae Kerusakan
Pasien mengatakan pada bagian kulit kaki integritas kulit
Penularan: Droplet
kanan terlihat menakutkan.
infections atau kontak
dengan kulit
DO :
Masuk dalam pembuluh
- Terdapat lesi pada kaki pasien
darah dan sel Schwan
sebelah kanan saraf
- Terdapat hipopigmentasi
Sistem Imun Seluler
- Bercak eritmen
(SIS)
- Infiltrasi dan nodul
- Kering, tebal dan pecah-pecah Makrofag aktif

Fagosiosis

Pembentukan sel epitel

Pembentukan tuberkol

Gangguan saraf tepi

Gg kelenjar keringat,
minyak airan darah

Kulit kering atau bersisik

Gatal-gatal

Terjadi luka

Kerusakan Integritas
Kulit
2 DS : Myobacterian Leprae Nyeri
Pasien mengatakan nyeri pada kaki
Penularan: Droplet
- P : nyeri karena luka pada kaki
infections atau kontak
- Q: nyeri seperti tercubit-cubit dengan kulit
- R: nyeri pada kaki
Masuk dalam pembuluh
- S: skala nyeri 5
darah dan sel Schwan
- T: nyeri hilang timbul saraf
DO :
Sistem Imun Seluler
Pasien tampak tidak nyaman dan
(SIS)
menyeringai kesakitan
Makrofag aktif

Fagosiosis

Pembentukan sel epitel

Pembentukan tuberkol

Gangguan saraf tepi

Fibrosis

Penebalan saraf

Trauma atau cedera

Nyeri
3 DS : Myobacterian Leprae Intoleransi
Pasien mengatakan tidak mampu aktifitas
Penularan: Droplet
melakukan aktifitas sehari-hari dengan
infections atau kontak
mandiri dengan kulit

Masuk dalam pembuluh


DO :
darah dan sel Schwan
- Kebutuhan pasien dibantu keluarga saraf
- Pasien tampak lemah dan lemas
Sistem Imun Seluler
(SIS)

Makrofag aktif

Fagosiosis

Pembentukan sel epitel

Pembentukan tuberkol
Gangguan saraf tepi

Kelemahan otot

Tangan/ kaki melemah

Jari bengkok atau kaku

Intoleransi Aktifitas

Diagnosa Keperawatan :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi jaringan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

INTERVENSI

Diagnosa NOC : NIC : Rasional


Keperawatan
Kerusakan 1. Menunjukkan 1. Kaji/catat 1. Memberikan
integritas kulit regenerasi warna lesi, inflamasi dasar
berhubungan jaringan perhatikan jika tentang terjadi
dengan lesi dan 2. Tidak ada lepuh ada jaringan proses inflamasi
proses inflamasi atau maserasi nekrotik dan dan atau
pada kulit kondisi sekitar mengenai
Tujuan : 3. Eritemia kulit luka sirkulasi daerah
Setelah dan eritemia di 2. Berikan yang terdapat lesi
dilakukan sekitar luka perawatan 2. Menurunkan
tindakan minimal khusus pada terjadinya
keperawatan daerah yang penyebaran
3x24 jam terjadi inflamasi pada
diharapkan inflamasi jaringan sekitar
proses inflamasi 3. Evaluasi warna 3. Mengevaluasi
berhenti dan lesi dan perkembangan
berangsur jaringan yang lesi dan inflamasi
membaik terjadi dan
inflamasi mengidentifikasi
perhatikan terjadinya
adakah komplikasi
penyebaran 4. Kulit yang terjadi
pada jaringan lesi perlu
sekitar perawatan
4. Bersihkan lesi khusus untuk
dengan sabun mempertahankan
waktu kebersihan lesi
direndam 5. Tekanan pada
5. Istirahatkan lesi bisa
bagian yang menghambat
terdapat lesi proses
dari tekanan penyembuhan
6. Konsultasi
pada dokter
tentang
implementasi
pemberian
makanan dan
nutrisi untuk
meningkatkan
potensi
penyembuhan
luka

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi
“Myobacterium Leprae” yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial,
mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan saraf pusat. Pada kebanyakan orang yang
terinfeksi dapat asimtomatik, namun sebagian kecil memperlihatkan gejala dan
mempunyai kecenderungan untuk menjadi cacat, khususnya pada tangan dan kaki.

3.2 Saran
Untuk menanggulangi penyebaran penyakit kusta, hendaknya pemerintah mengadakan
suatu program pemberantasan kusta yang mempunyai tujuan sebagai penyembuhan
pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat serta memutuskan mata rantai penularan dari
pasian kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain untuk menurunkan insiden
penyakit.

Anda mungkin juga menyukai