Anda di halaman 1dari 403

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA KEMAYORAN JAKARTA
PERIODE 05 AGUSTUS - 27 SEPTEMBER 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

DISUSUN OLEH :

ABDUL AZIZ 1843700473


NOVIA PUTRIASI 1843700275
ANATRI LAMENA DESSY 1843700307
NITA APRI PASKALIANTI 1843700326
CORRY STEPHANIE SULASTRA 1843700383
FEBRI JUSTAN 1843700371
KATARINA TEDA 1843700340
NELLA YULIA MARPAUNG 1843700330

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA KEMAYORAN JAKARTA
PERIODE 1 05 AGUSTUS – 27 SEPTEMBER 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

DISUSUN OLEH :

ABDUL AZIZ 1843700473


NOVIA PUTRIASI 1843700275
ANATRI LAMENA DESSY 1843700307
NITA APRI PASKALIANTI 1843700326
CORRY STEPHANIE SULASTRA 1843700383
FEBRI JUSTAN 1843700371
KATARINA TEDA 1843700340
NELLA YULIA MARPAUNG 1843700330

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing Fakultas Pembimbing PKPA


Universitas 17 Agustus 1945 RS Mitra Keluarga Kemayoran

(Fetri Charya Munarsih, M.Farm., Apt) (Fransisca Linawati, S.Farm., Apt)

Koordinator PKPA
Universitas 17 Agustus 1945

(Rabima, M.Farm., Apt)

ii
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Apoteker, baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di Universitas lain.
2. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian penyusun, tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.
3. Dalam laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
penyusun bersedia menerima sanksi akademik serta sanksi lainnya sesuai
peraturan perundang-undangan dan norma akademik yang berlaku di
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta, September 2019


Yang Membuat Pernyataan

Penulis

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kemayoran Jakarta Periode 05 Agustus – 27 September 2019 dengan baik.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu
syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Studi Apoteker Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta.
Dalam melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker penulis mendapat
banyak bantuan, berupa bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak. Penulis
sangat bersyukur dan mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Diana Laila Ramatillah, M.Farm., Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
2. Ibu Sylvia Rizky Prima, M.Farm., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
3. Ibu Fetri Charya Munarsih, M.Farm., Apt. selaku Dosen Pembimbing di
Universitas 17 Agustus 1945 yang telah memberikan bimbingan, arahan dan
perhatiannya kepada kami selama penulisan laporan ini.
4. Ibu Fransisca Linawati, S.Farm., Apt. selaku Pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran Jakarta
yang selalu memberikan bantuan dan bimbingan.
5. Seluruh staf dan karyawan Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran Jakarta
yang telah memberikan bantuan dan perhatian selama pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker.
6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Pendidikan Profesi Apoteker
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta atas ilmu dan bantuan yang diberikan
selama ini.
7. Kedua orang tua, adik-adik dan seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil selama menyelesaikan studi dan
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.

ii
8. Teman satu tim Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA), serta teman - teman
Apoteker angkatan XL Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta dan kepada
semua pihak yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi,
bimbingan, perhatian dan kerjasama yang baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan laporan ini masih
memiliki banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dan memotivasi sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga
laporan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dapat bermanfaat bagi
semua kalangan.

Jakarta, September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
SURAT PERNYATAAN ............................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1.2 Sejarah Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran ......................
1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran ............
1.4 Klasifikasi Rumah Sakit .............................................................
1.5 Indikator Rumah Sakit ...............................................................
1.6 Tujuan PKPA .............................................................................
1.7 Manfaat PKPA ...........................................................................
1.8 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker ......................................................................................
Bab II FARMASI RUMAH SAKIT ..........................................................
2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit .................................................
2.2 Visi dan Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kemayoran Struktur Organisasi Rumah Sakit Mitra
Keluarga Kemayoran ...............................................................
2.3 Kebijakan Pelayanan IFRS Mitra Keluarga Kemayoran .........
2.4 Sistem Distribusi ......................................................................
2.5 Pelayanan Farmasi Klinik .......................................................
2.6 Materi Khusus ..........................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................
3.1 Rumah sakit mitra keluarga kemayoran ..................................
3.2 instalasi Farmasi Rumah Sakit Mitra Kemayoran ..................
3.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, ALKES, dan BHMP ...............

ii
3.4 Pelayanan Farmasi Klinik .......................................................
3.5 Kegiatan Penunjang Medis Lainnya .......................................
3.6 Pengolahan Limbah .................................................................
BAB IV PENUTUP ....................................................................................
4.1 Kesimpulan .............................................................................
4.2 Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................
TUGAS KHUSUS ......................................................................................

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Klasifikasi Limbah Padat Rumah Sakit Menurut MENKES ...........


Tabel 2 Klasifikasi Limbah Padat Rumah Sakit Menurut WHO ...................

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RS Mitra Keluarga Kemayoran ................................................


Lampiran 2. Struktur Organisasi Mitra Keluarga Kemayoran ......................
Lampiran 3. Tempat Penyimpanan Obat Kemoterapi...................................
Lampiran 4. Tempat Penyimpanan Obat High Alert ....................................
Lampiran 5. Alat CSSD ................................................................................
Lampiran 6. Tempat Pengolahan Limbah Rumah Sakit ...............................
Lampiran 7 Resep dan Etiket ........................................................................
Lampiran 8.Form Bukti Serah Terima Obat yang dibawa pasien dari
rumah .........................................................................................
Lampiran 9. Form Daftar Pemberian Obat ...................................................
Lampiran 10. Form Pemberian Informasi Obat Pasien Pulang.....................
Lampiran 11. Form Rekonsiliasi Obat ..........................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang
Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
pasal 1 ayat 1 tentang kesehatan, Kesehatan merupakan hak asasi manusia
dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan
citacita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Pancasila dan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pelayanan
kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dan atau masyarakat (UU RI No. 36 Tahun 2009).
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang di jamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dalam
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan adalah rumah sakit. Rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (UU RI No.44 Tahun 2009).
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, ALKES, dan BHMP
yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik (Permenkes No. 72 Tahun 2016).

ii
Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat.
tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu. pelayanan
kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang
berorientasi kepada produk (Drug Oriented) menjadi paradigma baru yang
berorientasi pada pasien (Patient Oriented) dengan filosofi pelayanan
kefarmasian (Pharmaceutical Care) (Permenkes No. 72 Tahun 2016).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit atau fasilitas
di rumah sakit yang merupakan tempat dilakukannya semua kegiatan
kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Kegiatan
yang dilakukan oleh IFRS meliputi penyediaan perbekalan farmasi,
peracikan, penyaluran obat kepada pasien, pemberian informasi mengenai
obat (PIO) serta pengawasan penggunaan obat. IFRS di pimpin oleh seorang
Apoteker yang bertanggung jawab, kompeten, profesional, berpengalaman
dan dibantu oleh sejumlah staf sesuai dengan keahliannya.
Apoteker sebagai tenaga profesi di rumah sakit memiliki peran yang
penting dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, terutama dalam bidang
kefarmasian. Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi
produk menjadi orientasi pasien, untuk itu kompetensi apoteker perlu
ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut dapat
di implementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum.
Dengan demikian, para apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi
tuan rumah di negara sendiri. Agar dalam memberikan pelayanan
kefarmasian dengan baik dirumah sakit seorang apoteker harus memiliki
kemampuan profesional maka perlu diselenggarakan suatu pelatihan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi calon apoteker dengan cara mengamati
secara langsung seluruh kegiatan yang dilakukan di rumah sakit terutama di
instalasi farmasi.

ii
Berdasarkan hal tersebut, maka Fakultas Farmasi Universitas 17
Agustus 1945 bekerja sama dengan rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran
Jakarta Pusat untuk menyelenggarakan program praktek kerja profesi
apoteker di rumah sakit. Pelaksanaannya dimulai dari tanggal 05 Agustus
2019 sampai dengan 27 September 2019, yang terdiri dari serangkaian
kegiatan yang meliputi pengarahan, peninjauan lapangan, pelaksanaan tugas
khusus serta presentasi tugas.
1. 2 Sejarah Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran Jakarta Pusat
Rumah sakit Mitra Kemayoran berlokasi di Jakarta Pusat tepatnya di
wilayah Kemayoran. Rumah sakit ini telah berfungsi sejak tanggal 8 januari
1998 yang dimulai sebagai pelayanan rumah sakit umum, namun, seiring
dengan berjalannya waktu, satu demi satu peralatan modern ditambahkan dan
dilengkapi. Saat ini, rumah sakit Mitra Kemayoran telah memiliki berbagai
peralatan canggih dan modern dalam bidang bedah, terutama bedah-bedah
canggih dan rumit. Baik minimal invasive serta bedah mikro dan pelayanan
spesifik lain seperti bedah batu ginjal. Sebagai bukti komitmen akan
pelayanan yang baik, kami juga senantiasa dipantau oleh badan internasional
yang independen yang dibuktikan dengan sertifikat ISO 9000 : 2000. Pemilik
rumah sakit Mitra Kemayoran perseroan tebatas yaitu PT. Karya Sukses
Mandiri, PT. Karya Sukses Mandiri didirikan berdasarkan AKTA No. 4
tanggal 7 Agustus 1992 yang dibuat dihadapan Ny. Eveline Suriahudaja
Komig. SH-Notaris dibogor yang telah mendapatkan persetujuan dari Mentri
Kehakiman RI dibawah No C2-8354HT.01.Th.92 tanggal 7 Oktober 1992
dan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 13
tanggal 25 Juli 2008 yang dibuat di hadapan Ny. Tjong Trisnawati, SH -
Notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari menteri Hukum dan
Ham RI No. AHU-54838.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal 25 Agustus 2008.

ii
1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran
1.3.1 Visi
Menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
terbaik dan penuh kasih sayang kepada pasien serta keluarga.
1.3.2 Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan terpadu sesuai kebutuhan
pasien dan keluarga.
2. Mengerjakan pekerjaan dalam tim yang profesional, dinamis,
inovatif, dan berdedikasi tinggi.
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana disemua
bidang secara terus menerus / berkesinambungan.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis.
1.4 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi Rumah
Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan, Sumber Daya Manusia, Jenis Peralatan,
Bangunan dan Prasarana. Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada semua bidang dan jenis penyakit,
sedangkan Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit atau kekhususan
lainnya. Rumah Sakit Mitra Kemayoran Jakarta Pusat termasuk rumah sakit
umum kelas B.
Rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah sakit umum kelas A Menurut Permenkes No. 56 Tahun 2014
tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit, pelayanan rumah sakit
umum tipe A paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan
kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang
klinik, pelayanan penunjang non klinik, dan pelayanan rawat inap.
Pelayanan medik rumah sakit tipe A paling sedikit terdiri dari pelayanan

ii
gawat darurat, 4 pelayanan medik spesialis dasar, 5 pelayanan medik
spesialis penunjang, 11 pelayanan medik spesialis lain, 16 pelayanan
medik subspesialis dan 7 pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
Sumber manusia rumah sakit umum tipe A terdiri dari tenaga
medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan
tenaga non kesehatan. Sedangkan untuk tenaga kefarmasian yang
diperlukan paling sedikit terdiri dari 1 apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi rumah sakit, 5 apoteker yang bertugas di rawat jalan dibantu 10
Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), 5 apoteker yang bertugas di rawat
inap dibantu 10 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), 1 apoteker di instalasi
gawat darurat dibantu oleh 2 TTK, 1 apoteker di ruang ICU (Intensive
Care Unit) yang dibantu 2 TTK, 1 apoteker sebagai koordinator
penerimaan dan distribusi serta 1 apoteker sebagai koordinator produksi.
Pelayanan kefarmasian pada rumah sakit tipe A meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dan pelayanan farmasi klinik. Peralatan rumah sakit tipe A paling sedikit
terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan,
rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi,
laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi
gizi dan kamar jenazah (PMK No 56 Tahun 2014).
2. Rumah Sakit Umum Kelas B
Pelayanan pada rumah sakit umum tipe B menurut Permenkes No
56 Tahun 2014 paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan
kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang
klinik, pelayanan penunjang non klinik, dan pelayanan rawat inap.
Pelayanan medik rumah sakit tipe B paling sedikit terdiri dari pelayanan
gawat darurat, 4 pelayanan medik spesialis dasar, 5 pelayanan medik
spesialis penunjang, 8 pelayanan medik spesialis lain, 2 pelayanan medik
subspesialis dan 3 pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
Sumber manusia rumah sakit umum tipe B terdiri dari tenaga
medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan

ii
tenaga non kesehatan. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri dari 1
apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit, 4 apoteker yang
bertugas di rawat jalan dibantu 8 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), 4
apoteker yang bertugas di rawat inap dibantu 8 TTK, 1 apoteker di
instalasi gawat darurat dibantu oleh 2 TTK, 1 apoteker di ruang ICU
(Intensive Care Unit) yang dibantu 2 TTK, 1 apoteker sebagai koordinator
penerimaan dan distribusi serta 1 apoteker sebagai koordinator produksi.
Pelayanan kefarmasian pada rumah sakit tipe B meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dan pelayanan farmasi klinis. Peralatan rumah sakit tipe B paling sedikit
terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan,
rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi,
laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi
gizi dan kamar jenazah.
3. Rumah sakit umum kelas C
Pelayanan pada rumah sakit umum tipe C menurut Permenkes No
56 Tahun 2014 paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan
kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang
klinik, pelayanan penunjang non klinik, dan pelayanan rawat inap. Rumah
sakit umum tipe C harus memiliki pelayanan medik paling sedikit terdiri
dari pelayanan gawat darurat, 4 pelayanan medik umum,, 4 pelayanan
medik spesialis dasar, 3 pelayanan medik spesialis penunjang, 1 pelayanan
medik spesialis lain, 1 pelayanan medik subspesialis dan 1 pelayanan
medik spesialis gigi dan mulut.
Sumber manusia rumah sakit umum tipe C terdiri dari tenaga
medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan
tenaga non kesehatan. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri dari 1
apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit, 2 apoteker yang
bertugas di rawat jalan dibantu 4 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), 4
apoteker yang bertugas di rawat inap dibantu 8 Tenaga Teknis

ii
Kefarmasian (TTK), 1 apoteker sebagai koordinator penerimaan dan
distribusi serta 1 apoteker sebagai koordinator produksi.
Pelayanan kefarmasian pada rumah sakit tipe C meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dan pelayanan farmasi klinis. Peralatan rumah sakit tipe C paling sedikit
terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan,
rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi,
laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi
gizi dan kamar jenazah.
4. Rumah sakit umum kelas D
Rumah sakit tipe D dibedakan menjadi dua yaitu rumah sakit
umum kelas D dan rumah sakit umum kelas D pratama. Pelayanan pada
rumah sakit umum kelas D menurut Permenkes No. 56 Tahun 2014 paling
sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan
keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan
penunjang non klinik, dan pelayanan rawat inap. Rumah sakit tipe D harus
memiliki pelayanan medik yang paling sedikit terdiri dari pelayanan gawat
darurat, 4 pelayanan medik umum, 2 pelayanan medik spesialis dasar dan
2 pelayanan medik spesialis penunjang.
Sumber manusia rumah sakit umum tipe D terdiri dari tenaga
medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan
tenaga non kesehatan. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri dari 1
apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit, 1 apoteker yang
bertugas di rawat jalan dan dirawat inap dibantu 2 Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK), 1 apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi
dan produksi.
Pelayanan kefarmasian pada rumah sakit tipe D meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dan pelayanan farmasi klinis. Peralatan rumah sakit tipe D paling sedikit
terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan,
rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi,

ii
laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik, farmasi, instalasi
gizi dan kamar jenazah.
Rumah sakit umum kelas D pratama didirikan dan diselenggarakan
untuk menjamin ketersediaan dan meningkatkan aksesibilitas masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan tingkat dua. Rumah sakit umum kelas D
pratama hanya dapat didirikan dan diselenggarakan di daerah tertinggal,
perbatasan atau kepulauan sesuai degan ketentuan perundang-undangan.
Selain itu Rumah Sakit Umum kelas D Pratama dapat juga didirikan di
kabupaten/kota, apabila memenuhi kriteria seperti belum tersedis rumah
sakit di kabupaten/kota yang bersangkutan. Rumah sakit yang telah
beroperasi di kabupaten/kota yang bersangkutan kapasitasnya belum
mencukupi atau lokasi rumah sakit yang telah beroperasi sulit dijangkau
secara geografis oleh sebagian penduduk di kabupaten/kota yang
bersangkutan.
1.5 Indikator Rumah Sakit
Beberapa indikator pelayanan di rumah sakit, antara lain:
1. Average Length of Stay (AVLOS) : Rata-rata lamanya pasien di rawat
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seseorang pasien indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisien, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai
AVLOS yang ideal antara 6-9 hari.
Rumus :
Jumlah lama dirawat
Jumlah Pasien keluar (hidup + mati)
2. Bed Turn Over (BTO) : Angka perputaran tempat tidur
BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
beberpa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.
Idealnya dalam satu tahin, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :

ii
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Jumlah tempat tidur
3. Gross Death Rate (GDR)
GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar, idealnya kurang dari 45% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya
X1000%
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
1.6 Tujuan PKPA
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit adalah :
1. Untuk Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi
dan tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah
sakit.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di rumah sakit.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker umtuk meihat dan
mempelajari strategi dan pengembangan rumah sakit.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di rumah sakit terutama di bidang farmasi klinis.
1.7 Manfaat PKPA
Manfaat praktek kerja profesi apoteker (PKPA) di rumah sakit :
1. Mengetahui, memahami peran, fungsi dan tanggung jawab apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di
rumah sakit.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di rumah sakit.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

ii
1.8 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Mitra
Keluarga Kemayoran Jakarta, dilaksanakan dari tanggal 05 Agustus – 27
September 2019.

ii
BAB II
FARMASI RUMAH SAKIT

2.1 Instalasi Farmasi Rumah sakit


Berdasarkan PERMENKES RI No.72 tahun 2016, definisi Instalasi
Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan harus dikepalai oleh
seorang apoteker yang merupakan Apoteker Penanggung Jawab seluruh
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien. Standar pelayanan kefarmasiaan di Rumah Sakit meliputi:
pengeloaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinis.
Instalasi Farmasi RS Mira Kemayoran Jakarta merupakan suatu
bagian/unit/divisi atau fasilitas di rumah sakit tempat penyelenggaraan semua
kegiatan atau pelayanan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah
sakit. Pelayanan kefarmasian tersebut meliputi pelayanan farmasi klinik dan
non klinik, dibawah pimpinan seorang Apoteker yang disebut Kepala Instalasi
dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bidang Pelayanan
Penunjang. Instalasi Farmasi RS memiliki 53 tenaga kerja yang terdiri dari 1
orang kepala instalasi, 11 orang apoteker, 40 orang TTK, dan 1 orang tenaga
umum.
2.2 Visi dan Misi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran
2.2.1 Visi
Menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
terbaik dan penuh kasih sayang kepada pasien serta keluarga.

ii
2.2.2. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan terpadu sesuai kebutuhan pasien
dan keluarga.
2. Mengerjakan pekerjaan dalam tim yang profesional, dinamis,
inovatif, dan berdedikasi tinggi.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana/prasarana disemua
bidang secara terus menerus / berkesinambungan.
5. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan harmonis

ii
2.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran Jakarta Pusat

Jakarta 27 September 2019


Mengetahui

( )
2.4 Kebijakan Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kemayoran
2.4.1 Kebijakan pelayanan instalasi farmasi rumah sakit Mitra Keluarga
Kemayoran Jakarta Pusat meliputi :
1. Pelayanan instalasi farmasi terutama untuk pasien rumah sakit baik
rawat inap maupun rawat jalan.
2. Setiap permintaan obat harus memakai resep dokter.
3. Pemberian obat untuk rawat jalan dilakukan setelah ada transaksi di
kasir.
4. Pemberian obat untuk rawat inap dilakukan terlebih dahulu dan
pembayaran dilakukan ketika pasien akan pulang.
5. Pelayanan instalasi farmasi dibuka 24 jam.
6. Untuk resep rawat jalan dibawa (diserahkan) oleh pasien atau
keluarganya sendiri dan untuk resep rawat inap diserahkan oleh
perawat ruangan masing-masing.
7. Semua obat/alkes harus diperiksa ulang sebelum diserahkan kepada
pasien/perawat yang meliputi antara lain : nama pasien, no MR,
dosis, cara pemakaian. Penyerahan obat untuk rawat inap harus ada
tanda tangan atau paraf dari perawat yang menerima obat.
8. Kalibrasi timbangan harus terjadwal dan dilaksanakan secara rutin.
9. Pemeliharaan alat-alat farmasi juga harus dilaksankan secara rutin.
10. Semua staff instalasi farmasi harus menjaga kebersihan dan kualitas
kerja.
11. Mekanisme rapat instalasi farmasi rumah sakit sebagai berikut :
a. Rapat Bulanan dihadiri oleh: apoteker, Tenaga Teknis
Kefarmasian, administrasi, dan pekarya.
b. Rapat insendentil diadakan apabila ada kejadian yang harus
cepat diselesaikan.

14
2.4.2 Tujuan pelayanan farmasi :
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan
biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedia.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etika profesi
3. Melaksanakan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai obat.
4. Memberikan manfaat kepada pasien rumah sakit, menyediakan sediaan
farmasi yang bermutu untuk pasien rawat jalan dan rawat inap dan
menjamin praktek kefarmasian yang professional dan memelihara etika
profesi.
2.4.3 Tugas pokok dan fungsi Pengelolaan perbekalan farmasi
1. Tugas pokok :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi.
d. Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
f. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
2. Fungsi pengelolaan perbekalan farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
yang merupakan proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan
yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan
dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memparbaharui standar
obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam
Komite Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan
efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.

ii
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran,
untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan
membuat, mengubah bentuk untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
rumah sakit.
2.4.4 Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
1. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien yang meliputi kajian
persyaratan administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratan klinis.
2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
3. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga
pasien.

ii
6. Melakukan evaluasi penggunaan obat (EPO).
7. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
8. Melaporkan setiap kegiatan.
2.4.5 Sistem pelayanan farmasi
Sistem pelayanan farmasi di rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran
adalah sistem pelayanan satu pintu artinya seluruh perbekalan farmasi yang
digunakan di seluruh bagian rumah sakit (Poli, Instalasi dan Ruangan)
berasal dari instalasi farmasi rumah sakit. Waktu Pelayanan 5 shift dalam
waktu 24 jam dengan jumlah apoteker 11 orang dan tenaga teknis
kefarmasian berjumlah 36 orang. Cakupan pelayanan Instalasi farmasi
rumah sakit memberikan pelayanan kepada:
a. Pasien rawat jalan umum dan asuransi.
b. Pasien gawat darurat umum dan pasien rawat inap umum.
c. Pasien rawat inap umum dan asuransi
2.4.6 Administrasi dan pengelolaan
Dalam menjalankan tugas setaip harinya instalasi farmasi berpatokan
pada bagan struktur organisasi, uraian tugas dan prosedur pelayanan yang
jelas dan dipahami oleh semua karyawan.
1. Pengembangan staf dan program pendidikan
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bidang kesehatan Instalasi Farmasi merupakan salah satu bidang
yang berkembang pesat.
Dengan perkembangan tersebut diharapkan pelayanan Instalasi
farmasi mutunya semakin tinggi dan semakin meningkat. Sedangkan
untuk menangani pelayanan farmasi tersebut, tentu saja dibutuhkan
tenaga yang professional dan handal, menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi. Hal tersebut harus didukung oleh Sumber
Daya Manusia (SDM).
Untuk meningkatkan dan mengembangkan para stafnya Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS) mempunyai program sebagai berikut:

ii
a. Apoteker Penanggung Jawab Untuk mengantisipasi perkembangan
IPTEK dalam bidang kefarmasian Apoteker di pandang perlu untuk
dapat meningkatkan kemampuan diri sehingga menjadi tenaga yang
professional. Dalam pelaksanaannya Apoteker Penanggung Jawab
harus mengikuti hal-hal sebagai berikut:
1. Mengikuti kursus/seminar
2. Mengikuti kongres Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
3. Mengikuti pertemuan ilmiah.
b. Tenaga Teknis Kefarmasian
Sejalan mengantisipasi perkembangan IPTEK dalam bidang
kefarmasian maka untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
ditempuh upaya upaya antara lain:
1. Mengikuti seminar kursus yang dilakukan oleh intern Rumah
Sakit
2. Mengikuti seminar kursus yang dilakukan diluar Rumah Sakit.
c. Administrasi
Dalam rangka mengantisipasi frekuensi pasien yang semakin
meningkat kecepatan pelayanan harus didukung oleh proses
administasi yang efektif dan efesiensi. Upaya yang dilakukan
mengikuti pelatihan pelatihan yang diadakan rumah sakit.
2.5 SOP / Sistem Distribusi
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan atau menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan
atau pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan
ketepatan waktu. Rumah sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat
menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai di unit pelayanan.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara :
1) Sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock) Pada sistem floor
stock pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

ii
habis pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh
instalasi farmasi. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan, dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas
farmasi yang mengelola (diatas jam kerja) maka pendistribusiannya
didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan. Setiap hari dilakukan
serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi
dari penanggung jawab ruangan.
2) Sistem resep perorangan Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai berdasarkan resep perorangan atau pasien
rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
3) Sistem unit dosis Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan
dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis
atau pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
4) Sistem kombinasi Sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai bagi pasien rawat inap dengan
menggunakan kombinasi a+b atau b+c atau a+c. Sistem distribusi Unit
Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap
mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau resep individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang
atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada dan
metode sentralisasi atau desentralisasi.
2.6 Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinis merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life) terjamin. Pelayanan farmasi klinik meliputi :

ii
1. Pengkajian dan pelayanan resep
Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah
terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan
kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep
sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan
klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Pelayanan resep
dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep,
penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (Medication Error).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, kegiatan pengkajian
resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan
klinis.
a. Persyaratan administrasi pada resep meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien.
2. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan atau unit asal resep.
b. Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah obat.
3. Stabilitas.
4. Aturan dan cara penggunaan.
c. Persyaratan klinis pada resep meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
4. Kontra indikasi.
5. Interaksi obat.

ii
2. Penelusuran riwayat penggunaan obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat atau sediaan farmasi lain
yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh
dari wawancara atau data rekam medik atau pencatatan penggunaan obat
pasien.
a. Tahapan penelusuran riwayat penggunaan obat :
1. Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam
medik atau pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui
perbedaan informasi penggunaan obat.
2. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan
oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan
jika diperlukan.
3. Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD).
4. Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat.
5. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam
menggunakan obat.
6. Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan
7. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat
yang digunakan.
8. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat
9. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat
10. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat
bantu kepatuhan minum obat.
11. Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa
sepengetahuan dokter.
12. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan
alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.
b. Kegiatan pada penelusuran riwayat penggunaan obat

ii
1. Penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien atau
keluarganya.
2. Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat
pasien
c. Informasi yang harus didapatkan pada penelusuran riwayat
penggunaan obat
1. Nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan,
frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan obat
2. Reaksi obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi
3. Kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang
tersisa).
3. Rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi
pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error)
seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien
dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan, serta
pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer
dan sebaliknya.
a. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
1. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan
pasien
2. Mengidentifikasi tidak sesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter
3. Mengidentifikasi tidak sesuaian akibat tidak terbacanya instruksi
dokter.
b. Tahap proses rekonsiliasi obat yaitu:
1. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan
akan digunakan pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi,

ii
rute, obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan dan dihentikan,
riwayat alergi pasien serta efek samping obat yang pernah terjadi.
Khusus untuk data alergi dan efek samping obat, dicatat tanggal
kejadian, obat yang menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan
efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan. Data
riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien,
daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam medik
atau medication chart. Data obat yang dapat digunakan tidak
lebih dari 3 bulan sebelumnya, semua obat yang digunakan oleh
pasien baik resep maupun obat bebas termasuk herbal harus
dilakukan proses rekonsiliasi.
2. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah,
sedang dan akan digunakan. Discrepancy atau ketidak cocokan
adalah bilamana ditemukan ketidak cocokan atau perbedaan
diantara data-data tersebut. Ketidak cocokan dapat pula terjadi
bila ada obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau diganti
tanpa ada penjelasan yang di dokumentasikan pada rekam medik
pasien. Ketidak cocokan ini dapat bersifat disengaja (intentional)
oleh dokter pada saat penulisan resep maupun tidak disengaja
(unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada
saat menuliskan resep.
Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan
ketidak sesuaian dokumentasi, bila ada ketidak sesuaian maka
dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam. Hal lain yang harus
dilakukan oleh apoteker adalah:
a. Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut di sengaja
atau tidak disengaja
b. Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau
pengganti

ii
c. Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi obat.
d. Komunikasi, melakukan komunikasi dengan pasien dan atau
keluarga pasien atau perawat mengenai perubahan terapi
yang terjadi. Apoteker bertanggung jawab terhadap informasi
obat yang diberikan.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak
bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter,
apoteker kepada perawat, dan apoteker kepada profesi kesehatan lainnya
serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit. apoteker harus mampu
memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-
kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, cara
penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO
yaitu sumber daya manusia, tempat dan perlengkapan.
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) bertujuan untuk :
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan, dilingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah
Sakit
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat atau sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi
3. Menunjang penggunaan obat yang rasional.
2. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO) meliputi:
1. Menjawab pertanyaan
2. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, news letter
3. Menyediakan informasi bagi tim farmasi dan terapi sehubungan dengan
penyusunan formularium rumah sakit

ii
4. Bersama dengan tim penyuluhan kesehatan rumah sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
5. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya
6. Melakukan penelitian.
5. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran
terkait terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap
disemua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan
dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang
efektif memerlukan kepercayaan pasien dan atau keluarga terhadap
apoteker. Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil
terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki, dan
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan
kemananan penggunaan obat bagi pasien (patient safety).
a. Secara khusus konseling obat bertujuan untuk :
1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien
2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat
4. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
obat dengan penyakitnya
5. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
6. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat
7. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
hal terapi
8. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
9. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat
sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan
mutu pengobatan pasien.
b. Kegiatan dalam konseling obat meliputi:

ii
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien
2. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan
obat melalui, Three Prime Question, antara lain:
a. Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda?
b. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
anda?
c. Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah anda menerima terapi obat tersebut?
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan member kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan
masalah pengunaan obat
5. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman
pasien
6. Dokumentasi.
c. Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling obat :
1. Kriteria Pasien:
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal,
ibu hamil dan menyusui)
b. Pasien dengan terapi jangka panjang atau penyakit kronis (TB,
DM, epilepsi, dan lain-lain)
c. Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortikosteroid dengan tapering down/off)
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, phenytoin)
e. Pasien yang menggunakan banyak obat (poli farmasi)
f. Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
2. Sarana dan Peralatan:
a. Ruangan atau tempat konseling
b. Alat bantu konseling (kartu pasien atau catatan konseling)

ii
6. Visite
Visite Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait obat, memantau terapi obat dan Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD), meningkatkan terapi obat yang rasional dan
menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional
kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah
keluar Rumah Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan
program Rumah Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan visite apoteker
harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai
kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medik atau sumber
lain.
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang
mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Tujuan Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah
meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang
Tidak Dikehendaki (ROTD).
a. Kegiatan dalam Pemantauan Terapi Obat (PTO) meliputi :
1. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons
terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
2. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
3. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.
b. Tahapan Pemantauan Terapi Obat (PTO):
1. Pengumpulan data pasien.
2. Identifikasi masalah terkait obat.
3. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
4. Pemantauan.
5. Tindak lanjut.

ii
6. Faktor yang harus diperhatikan dalam melaksanakan Pemantauan
Terapi Obat (PTO) yaitu kemampuan penelusuran informasi dan
penilaian kritis terhadap bukti terkinidan terpercaya (Evidence Best
Medicine), kerahasiaan informasi dan kerjasama dengan tim
kesehatan lain (dokter dan perawat).
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan
pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang
tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. Faktor yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan Monitoring Efek Samping Obat
(MESO) yaitu kerjasama dengan Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat
serta ketersediaan formulir monitoring efek samping obat.
a. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) bertujuan :
1. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama
yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat (ESO)
yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau
mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya Efek Samping Obat
(ESO).
4. Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
5. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
b. Kegiatan pemantauan dan pelaporan Efek Samping Obat (ESO):
1. Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ESO)
2. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko
tinggi mengalami Efek Samping Obat (ESO)
3. Mengevaluasi laporan Efek Samping Obat (ESO) dengan algoritma
Naranjo

ii
4. Mendiskusikan dan mendokumentasikan Efek Samping Obat (ESO)
di Panitia Farmasi dan Terapi
5. Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi
penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif
dan kuantitatif.
a. Tujuan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) yaitu:
1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat
2. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu
3. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat
4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat
b. Kegiatan praktek Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) meliputi:
1. Mengevaluasi pengggunaan obat secara kualitatif
2. Mengevaluasi pengggunaan obat secara kuantitatif.
10. Dispensing sediaan steril
a. Penyiapan nutrisi parenteral
Penyiapan nutrisi parenteral merupakan kegiatan pencampuran
nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara
aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan,
formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.
1. Kegiatan dalam dispensing sediaan khusus yaitu :
a. Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin,
mineral untuk kebutuhan perorangan.
b. Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.
2. Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi.
b. Sarana dan peralatan.
c. Ruangan khusus
d. Lemari pencampuran Biological Safety Cabine.
e. Kantong khusus untuk nutrisi parenteral.

ii
b. Penanganan sediaan sitostatik
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat
kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan
pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada
keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari
efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri,
mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses
pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara
operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai
prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.
1. Kegiatan dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi :
a. Melakukan perhitungan dosis secara akurat.
b. Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai.
c. Mencampukan sediaan obat kanker sesuai dengan protokol
pengobatan.
d. Mengemas dalam kemasan tertentu.
e. Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku.
2. Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai.
b. Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet.
c. HEPA filter.
d. Alat Pelindung Diri (APD).
e. Sumber daya manusia yang terlatih.
f. Cara pemberian obat kanker.
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan
interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari
dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan
dari apoteker kepada dokter. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah
(PKOD) bertujuan mengetahui kadar obat dalam darah dan memberikan
rekomendasi kepada dokter yang merawat.

ii
a. Kegiatan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) meliputi :
1. Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan
Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
2. Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan
Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
3. Menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
dan memberikan rekomendasi.
2.7 Materi Khusus
1. Definisi rumah sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2014 tentang Perizinan dan Klasifikasi Rumah Sakit,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif.
2. Tugas dan fungsi rumah sakit
Berdasarkan Undang-Undang RI No.44 pasal 4 Tahun 2009, rumah
sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 pasal 5 Tahun 2009, untuk
menjalankan tugas, rumah sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.

ii
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
3. Persyaratan rumah sakit
Berdasarkan undang-undang RI no. 44 pasal 4 Tahun 2009 tentang
rumah sakit, persyaratan lokasi didirikannya Rumah Sakit harus
memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan, dan
tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan rumah sakit meliputi upaya pemantauan lingkungan,
upaya pengelolaan lingkungan dan/atau dengan analisis mengenai dampak
lingkungan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Bangunan rumah sakit harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan yang paripurna, pendidikan dan pelatihan, serta
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Bangunan yang harusnya ada di Rumah Sakit adalah sebagai
berikut :
a. Rawat jalan
b. Ruang rawat inap
c. Ruang gawat darurat
d. Ruang operasi
e. Ruang tenaga kesehatan
f. Ruang radiologi
g. Ruang laboratorium
h. Ruang sterilisasi
i. Ruang farmasi
j. Ruang pendidikan dan latihan
k. Ruang kantor dan administrasi
l. Ruang ibadah, ruang tunggu
m. Ruang menyusui
n. Ruang mekanik

ii
o. Ruang dapur
p. Laundry
q. Kamar jenazah
r. Taman
s. Pengolahan sampah
t. Pelataran parkir yang mencukupi.
Prasarana rumah sakit menurut sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit meliputi:
a. Instalasi air.
b. Instalasi mekanikal dan elektrikal.
c. Instalasi gas medic.
d. Instalasi uap.
e. Instalasi pengelolaan limbah.
f. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
g. Petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat.
h. Instalasi tata udara.
i. Sistem informasi dan komunikasi.
j. Ambulan.
4. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
a. Definisi
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik indonesia
No 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah
sakit , instalasi farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah
sakit. Pengorganisasian instalasi farmasi harus mencakup
penyelenggaraan sengelolaan sediaan farmasi, Alat Kesehatan (alkes),
dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), pelayanan farmasi klinik dan
manajemen mutu.

ii
b. Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Tugas instalasi farmasi berdasarkan peraturan menteri
kesehatan republik Indonesia No. 72 Tahun 2016 tentang standar
pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi :
1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan
profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi.
2. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.
3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan
risiko.
4. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.
5. Berperan aktif dalam panitia farmasi dan terapi.
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan
pelayanan kefarmasian.
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
c. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia No
72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit ,
fungsi instalasi farmasi meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, mulai pemilihan hingga
pencatatan dan pelaporan serta memberikan pelayanan farmasi klinik
dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.
d. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di

ii
rumah sakit, standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi
standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis Pakai harus dilaksanakan secara
multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian, dan administrasi.
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan atau pedoman diagnosa
dan terapi.
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang telah
ditetapkan.
c. Pola penyakit.
d. Efektifitas dan keamanan.
e. Pengobatan berbasis bukti.
f. Mutu.
g. Harga.
h. Ketersediaan di pasaran.
Formularium rumah sakit disusun mengacu kepada
formularium nasional. Formularium rumah sakit merupakan daftar
obat yang disepakati staf medis, disusun oleh panitia farmasi dan
terapi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. formularium
rumah sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi

ii
obat, dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap
formularium rumah sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi
sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah sakit. Penyusunan dan
revisi formularium rumah sakit dikembangkan berdasarkan
pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar
dihasilkan formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan
dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
Tahapan proses penyusunan formularium rumah sakit yaitu :
a. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf
Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau
standar pelayanan medik.
b. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi.
c. Membahas usulan tersebut dalam rapat komite atau tim farmasi
dan terapi, jika diperlukan dapat meminta masukan dari para
spesialis.
d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite atau Tim
Farmasi dan Terapi (KFT), dikembalikan ke masing-masing
SMF untuk mendapatkan umpan balik.
e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF.
f. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam formularium
rumah sakit.
g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi.
h. Melakukan edukasi mengenai formularium rumah sakit kepada
staf dan melakukan monitoring.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk formularium rumah
sakit:
a. Mengutamakan penggunaan obat generik.
b. Memiliki rasio manfaat risiko (benefit - risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan

ii
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh
pasien.
g. Memiliki rasio manfaat biaya (benefit - cost ratio) yang
tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
2. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil
kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan
untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat di pertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain.
a. Metode konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi
didasarkan pada data konsumsi perbekalan farmasi periode
yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi pedoman
pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
b. Metode epidemiologi Metode epidemiologi adalah perhitungan
kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit,
perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu (lead time).
c. Metode kombinasi Metode kombinasi merupakan gabungan
metode konsumsi dan metode epidemiologi disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus
mempertimbangkan :
1. Anggaran yang tersedia.
2. Penetapan prioritas.

ii
3. Sisa persediaan.
4. Data pemakaian periode yang lalu.
5. Waktu tunggu pemesanan.
6. Rencana pengembangan.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif
harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat dengan
harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang di butuhkan, penyesuaian antara
kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses
pengadaan, dan pembayaran. Memastikan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan mutu dan
spesifikasi yang di persyaratkan maka jika proses pengadaan
dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus
melibatkan tenaga kefarmasian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai antara lain :
a. Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data
Sheet (MSDS).
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
harus mempunyai nomor izin edar.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 tahun kecuali untuk
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
tertentu (vaksin, reagensia dan lain-lain) atau pada kondisi
tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan. Rumah sakit
harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok

ii
obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan
mendapatkan obat saat instalasi farmasi tutup.
4. Pembelian
Untuk rumah sakit pembelian sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai harus sesuai dengan
ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku, yaitu :
a. Pembelian dengan tawar menawar
Metode dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan
biasanya dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.
b. Pembelian langsung
Pembelian dilakukan dalam jumlah kecil untuk item yang
perlu segera tersedia. Harga untuk item tertentu relatif lebih
mahal dibanding pada pembelian dengan metode lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
a. Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat.
b. Persyaratan pemasok.
c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
d. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
e. Produksi sediaan farmasi.
Instalasi farmasi dapat memproduksi sediaan tertentu
apabila:
a. Sediaan farmasi tidak ada di pasaran.
b. Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri.
c. Sediaan farmasi dengan formula khusus.
d. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil atau
repacking.
e. Sediaan farmasi untuk penelitian.
f. Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan atau
harus dibuat baru (recenter paratus).

ii
5. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik. Penerimaan barang harus
disertai faktur pembelian, yang sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan terhadap faktur tersebut dengan melihat alamat
distributor, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), nomor telepon
yang menunjukkan keaslian faktur. Alur penerimaan barang
meliputi :
a. Petugas gudang memeriksa dan menerima fisik barang (segel,
nomor batch sediaan dengan yang tercantum pada faktur,
kemasan dari sediaan, bentuk sediaan, jumlah, keadaan fisik
obat, tanggal kadaluarsa) dari PBF sesuai dengan Surat Pesanan
dan faktur barang.
b. Membuat tanda terima penerimaan barang (stempel gudang dan
tanda tangan penanggung jawab gudang) di faktur barang.
c. Menyimpan dan membukukan barang masuk dalam kartu stok
barang.
d. Membuat tanda terima penyerahan barang yang ditandatangani
oleh penerima barang dan distempel serta dicatat.
6. Penyimpanan
Setelah barang diterima di instalasi farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan
harus dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasidan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan,

ii
dan bahan medis habis pakai. Komponen yang harus diperhatikan
antara lain:
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan
obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama,
tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluarsa dan
peringatan khusus.
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan
kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting.
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit
perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi
label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.
d. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan
dapat diidentifikasi.
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa obat disimpan
secara benar dan diinspeksi secara periodic
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang harus disimpan terpisah yaitu:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api
dan diberi tanda khusus bahan berbahaya.
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikatdan diberi
penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis
gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari
tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas
medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas
terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai dan disusun secara alfabetis dengan

ii
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In
First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip Look Alike
Sound Alike (LASA)atau Norum, tidak ditempatkan berdekatan dan
harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat. Rumah sakit harus dapat
menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk kondisi
kegawat daruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan
terhindar dari penyalah gunaan dan pencurian. Pengelolaan obat
emergensi harus menjamin :
a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi
yang telah ditetapkan.
b. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk
kebutuhan lain.
c. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.
d. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluarsa.
e. Dilarang dipinjam untuk kebutuhan lain.
7. Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi
yang tidak memenuhi standar atau ketentuan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan
inisiatif sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan
tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk
yang izin edarnya dicabut oleh menteri. Pemusnahan dilakukan

ii
untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
bila :
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
b. Telah kadaluarsa.
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.
d. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan terdiri dari:
a. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang akan dimusnahkan.
b. Menyiapkan berita acara pemusnahan.
c. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan
kepada pihak terkait.
d. Menyiapkan tempat pemusnahan.
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
sediaan serta peraturan yang berlaku.
8. Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat. Pengendalian
dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai dapat dilakukan oleh instalasi farmasi
harus bersama dengan komite atau tim farmasi dan terapi di rumah
sakit. Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai adalah untuk :
a. Penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit.
b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi.

ii
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan atau kekosongan, kerusakan,
kadaluarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai adalah:
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (Slow
Moving)
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam
waktu tiga bulan berturut-turut ( Death Stock )
c. Stok Opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
9. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan
berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang
sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri dari:
a. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian,
pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai. Pelaporan dibuat secara periodik
yang dilakukan instalasi farmasi dalam periode waktu tertentu
(bulanan, triwulan, semester atau pertahun). Jenis-jenis
pelaporan yang dibuat yaitu :
a) Laporan keuangan yang telah dikeluarkan oleh IFRS.
b) Mutasi perbekalan farmasi.
c) Penulisan resep generik dan non generik. Pelaporan
psikotropik dan narkotik.
d) Stok opname.
e) Pendistribusian berupa jumlah dan rupiah.

ii
f) Penggunaan obat program.
g) Pemakaian perbekalan farmasi jaminan kesehatan bagi
masyarakat tidak mampu.
h) Kepatuhan pada formularium.
i) Penggunaan obat terbesar.
j) Penggunaan antibiotik.
k) Kinerja.
Pencatatan dilakukan untuk :
a) Persyaratan kementerian kesehatan atau BPOM.
b) Dasar akreditasi rumah sakit.
c) Dasar audit rumah sakit.
d) Dokumentasi farmasi.
Pelaporan dilakukan sebagai :
a) Komunikasi antara level manajemen.
b) Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai
kegiatan di instalasi farmasi.
c) Laporan tahunan.
b. Administrasi keuangan
Apabila instalasi farmasi harus mengelola keuangan maka
perlu menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi
keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan
analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan
laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua
kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin atau tidak rutin
dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan.
c. Administrasi penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan
penyelesaian terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa,
rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat
usulan penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

ii
medis habis pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
d. Sumber daya manusia, sarana dan peralatan
1. Sumber daya manusia Instalasi farmasi harus memiliki
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan
beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai
sasaran dan tujuan instalasi farmasi. Ketersediaan jumlah
tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di rumah
sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan
perizinan rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri.
2. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) Berdasarkan
pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi Sumber Daya
Manusia (SDM) instalasi farmasi diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian.
b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari operator
komputer atau teknisi yang memahami kefarmasian,
tenaga administrasi dan pekarya atau pembantu
pelaksana.
3. Persyaratan sumber daya manusia (SDM)
Pelayanan kefarmasian harus dilakukan oleh apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian yang
melakukan pelayanan kefarmasian harus di bawah supervisi
apoteker. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian harus
memenuhi persyaratan administrasi seperti yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Ketentuan terkait jabatan fungsional di instalasi
farmasi diatur menurut kebutuhan organisasi dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. instalasi farmasi harus
dikepalai oleh seorang apoteker yang merupakan apoteker

ii
penanggung jawab seluruh pelayanan kefarmasian di rumah
sakit. Kepala instalasi farmasi diutamakan telah memiliki
pengalaman bekerja di instalasi farmasi minimal 3 tahun.
4. Beban kerja dan kebutuhan
a. Beban kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan
faktor-faktor yang berpengaruh pada kegiatan yang
dilakukan, yaitu:
1) Kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy Rate
(BOR).
2) Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan
(manajemen, klinik dan produksi).
3) Jumlah resep atau formulir permintaan obat
(floorstock) per hari.
4) Volume sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai.
b. Penghitungan beban kerja
Penghitungan kebutuhan apoteker berdasarkan
beban kerja pada pelayanan kefarmasian di rawat inap
yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan
pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian
resep, penelusuran riwayat penggunaan obat,
rekonsiliasi obat, pemantauan terapi obat, pemberian
informasi obat, konseling, edukasi dan visite, idealnya
dibutuhkan tenaga apoteker dengan rasio 1 apoteker
untuk 30 pasien.
Penghitungan kebutuhan apoteker berdasarkan
beban kerja pada pelayanan kefarmasian di rawat jalan
yang meliputi pelayanan farmasi menajerial dan
pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian
resep, penyerahan obat, pencatatan penggunaan obat

ii
dan konseling, idealnya dibutuhkan tenaga apoteker
dengan rasio 1 apoteker untuk 50 pasien. selain
kebutuhan apoteker untuk pelayanan kefarmasian rawat
inap dan rawat jalan, maka kebutuhan tenaga apoteker
juga diperlukan untuk pelayanan farmasi yang lain
seperti di unit logistik medik/distribusi, unit produksi
steril atau aseptic dispensing, unit pelayanan informasi
obat dan lain-lain tergantung pada jenis aktivitas dan
tingkat cakupan pelayanan yang dilakukan oleh instalasi
farmasi.
Selain kebutuhan apoteker untuk pelayanan
kefarmasian di rawat inap dan rawat jalan, diperlukan
juga masing-masing 1 orang apoteker untuk kegiatan
pelayanan kefarmasian di ruang tertentu, yaitu:
a) Unit gawat darurat.
b) Intensive Care Unit (ICU) atau Intensive Cardiac
Care Unit (ICCU) atau Neonatus Intensive Care
Unit (NICU) atau PediatricIntensive Care Unit
(PICU).
c) Pelayanan informasi obat.
5. Pengembangan staf dan program pendidikan
Setiap staf di rumah sakit harus diberi kesempatan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
peran kepala instalasi farmasi dalam pengembangan staf
dan program pendidikan meliputi:
a) Menyusun program orientasi staf baru, pendidikan dan
pelatihan berdasarkan kebutuhan pengembangan
kompetensi SDM.
b) Menentukan dan mengirim staf sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan (tugas dan tanggung jawabnya)
untuk meningkatkan kompetensi yang diperlukan.

ii
c) Menentukan staf sebagai narasumber / pelatih /
fasilitator sesuai dengan kompetensinya.
6. Penelitian dan pengembangan.
Apoteker harus didorong untuk melakukan
penelitian mandiri atau berkontribusi dalam tim penelitian
mengembangkan praktik pelayanan kefarmasian di rumah
sakit. Apoteker yang terlibat dalam penelitian harus
mentaati prinsip dan prosedur yang ditetapkan dan sesuai
dengan kaidah-kaidah penelitian yang berlaku. Instalasi
farmasi harus melakukan pengembangan pelayanan
kefarmasian sesuai dengan situasi perkembangan
kefarmasian terkini. Apoteker juga dapat berperan dalam
uji klinik obat yang dilakukan di rumah sakit dengan
mengelola obat-obat yang diteliti sampai dipergunakan oleh
subyek penelitian dan mencatat Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD) yang terjadi selama penelitian.
7. Sarana dan peralatan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah
sakit harus didukung oleh sarana dan peralatan yang
memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian
yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan sistem
pelayanan Rumah Sakit, dipisahkan antara fasilitas untuk
penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung kepada
pasien, peracikan, produksi dan laboratorium mutu yang
dilengkapi penanganan limbah. Peralatan yang memerlukan
ketepatan pengukuran harus dilakukan kalibrasi alat dan
peneraan secara berkala oleh balai pengujian kesehatan
dan/atau institusi yang berwenang. Peralatan harus
dilakukan pemeliharaan, didokumentasi, serta dievaluasi
secara berkala dan berkesinambungan.
8. Sarana

ii
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas
dan kuantitas agar dapat menunjang fungsi dan proses
pelayanan kefarmasian, menjamin lingkungan kerja yang
aman untuk petugas, dan memudahkan sistem komunikasi
rumah sakit. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di
Instalasi Farmasi, terdiri dari :
a) Ruang kantor / administrasi Ruang kantor / administrasi
terdiri dari ruang pimpinan, ruang staf, ruang
kerja/administrasi tata usaha dan ruang pertemuan.
b) Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai.
Rumah sakit harus mempunyai ruang penyimpanan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan,
serta harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
sinar atau cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan
untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas,
terdiri dari :
1. Kondisi umum untuk ruang penyimpanan obat jadi,
obat produksi, bahan baku obat dan alat kesehatan.
2. Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan obat
termolabil, bahan laboratorium dan reagensia,
sediaan farmasi yang mudah terbakar dan obat atau
bahan obat berbahaya (narkotik atau psikotropik).
c) Ruang distribusi
Ruang distribusi harus cukup untuk melayani
seluruh kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai rumah sakit. Ruang distribusi
terdiri dari:

ii
1. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan,
dimana terdapat ruang khusus atau terpisah untuk
penerimaan resep dan peracikan.
2. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat
secara sentralisasi maupun desentralisasi di
masingmasing ruang rawat inap.
d) Ruang konsultasi atau konseling Obat ruang konsultasi
atau konseling obat harus ada sebagai sarana untuk
apoteker memberikan konsultasi atau konseling pada
pasien dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
kepatuhan pasien. Ruang konsultasi atau konseling
harus jauh dari hiruk pikuk kebisingan lingkungan
rumah sakit dan nyaman sehingga pasien maupun
konselor dapat berinteraksi dengan baik. Ruang
konsultasi atau konseling dapat berada di Instalasi
Farmasi rawat jalan maupun rawat inap.
A. Ruang pelayanan informasi obat (PIO) Pelayanan
informasi obat dilakukan di ruang tersendiri dengan
dilengkapi sumber informasi dan teknologi komunikasi,
berupa bahan pustaka dan telepon.
1. Ruang produksi
Persyaratan bangunan untuk ruangan
produksi harus memenuhi kriteria yang telah diatur
oleh menteri kesehatan antara lain lokasi jauh dari
pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah,
terdapat sarana perlindungan dari banjir, cuaca dan
rembesan air, rancangan bangunan disesuaikan
dengan alur barang dam memiliki Luas ruangan
minimal 2 kali daerah kerja + peralatan, dengan
jarak setiap peralatan minimal 2,5 m.
2. Ruang Aseptic Dispensing

ii
Ruang aseptic dispensing harus memenuhi
persyaratan:
a. Ruang bersih: kelas 10.000 (dalam Laminar Air
Flow = kelas 100).
b. Ruang atau tempat penyiapan:kelas 100.000.
c. Ruang antara:kelas 100.000.
d. Ruang ganti pakaian:kelas 100.000.
e. Ruang atau tempat penyimpanan untuk sediaan
yang telah disiapkan
Tata ruang harus menciptakan alur kerja yang
baik sedangkan luas ruangan disesuaikan
dengan jenis dan volume kegiatan. Ruang
aseptic dispensing harus memenuhi spesifikasi :
3. Lantai
Permukaan datar dan halus, tanpa
sambungan, keras, resisten terhadap zat kimia dan
fungi, serta tidak mudah rusak.
4. Dinding
Permukaan rata dan halus, terbuat dari bahan
yang keras, tanpa sambungan, resisten terhadap zat
kimia dan fungi, serta tidak mudah rusak, sudut-
sudut pertemuan lantai dengan dinding dan langit-
langit dengan dinding dibuat melengkung dengan
radius 20–30 mm, serta colokan listrik datar dengan
permukaan dan kedap air dan dapat dibersihkan.
5. Plafon
Penerangan, saluran dan kabel dibuat di atas
plafon, dan lampu rata dengan langit-langit atau
plafon dan diberi lapisan untuk mencegah
kebocoran udara.

ii
a. Pintu rangka terbuat dari stainles steel. Pintu
membuka ke arah ruangan yang bertekanan
lebih tinggi.
b. Aliran udara menuju ruang bersih, ruang
penyiapan, ruang ganti pakaian dan ruang antara
harus melalui HEPA filter dan memenuhi
persyaratan kelas 10.000. Pertukaran udara
minimal 120 kali per jam.
c. Tekanan udara di dalam ruang bersih adalah 15
pascal lebih rendah dari ruang lainnya
sedangkan tekanan udara dalam ruang
penyiapan, ganti pakaian dan antara harus 45
pascal lebih tinggi dari tekanan udara luar.
d. Temperatur suhu udara diruang bersih dan ruang
steril, dipelihara pada suhu 16-25° C.
e. Kelembaban relatif 45-55%.
f. Ruang bersih, ruang penyangga, ruang ganti
pakaian steril dan ruang ganti pakaian kerja
hendaknya mempunyai perbedaan tekanan udara
10-15 pascal.
6. Laboratorium farmasi
Dalam hal instalasi farmasi melakukan kegiatan
penelitian dan pengembangan yang membutuhkan
ruang laboratorium farmasi, maka harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Lokasi terpisah dari ruang produksi dan
konstruksi bangunan dan peralatan tahan asam,
alkali, zat kimia dan pereaksi lain (inert), aliran
udara, suhu dan kelembaban sesuai persyaratan.
b. Tata ruang disesuaikan dengan kegiatan dan alur
kerja

ii
c. Perlengkapan instalasi (air, listrik) sesuai
persyaratan
d. Ruang produksi non steril.
e. Ruang penanganan sediaan sitostatik.
f. Ruang pencampuran/pelarutan/pengemasan
sediaan yang tidak stabil.
g. Ruang penyimpanan nutrisi parenteral.
Fasilitas penunjang dalam kegiatan pelayanan di
Instalasi Farmasi, terdiri dari:
a. Ruang tunggu pasien.
b. Ruang penyimpanan dokumen atau arsip resep
dan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang rusak.
c. Tempat penyimpanan obat di ruang perawatan.
d. Fasilitas toilet, kamar mandi untuk staf.
7. Peralatan
Fasilitas peralatan harus memenuhi syarat
terutama untuk perlengkapan peracikan dan
penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril,
maupun cair untuk obat luar atau dalam. Fasilitas
peralatan harus dijamin sensitif pada pengukuran
dan memenuhi persyaratan, peneraan dan kalibrasi
untuk peralatan tertentu setiap tahun.
Peralatan yang paling sedikit harus tersedia :
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan
pembuatan obat baik steril dan nonsteril maupun
aseptik atau steril.
b. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip.
c. Kepustakaan yang memadai untuk
melaksanakan pelayanan informasi obat.
d. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika.

ii
e. Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk
obat yang termolabil.
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem
pembuangan limbah yang baik.
g. Alarm.
e. Evaluasi mutu pelayanan kefarmasian
Pengendalian mutu adalah mekanisme kegiatan
pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan,
secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi
peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan
mekanisme tindakan yang diambil. Melalui pengendalian mutu
diharapkan dapat terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan
kefarmasian yang berkesinambungan.
Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan
kegiatan yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang
berjalan maupun yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan ini
untuk menjamin pelayanan kefarmasian yang sudah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan
kegiatan yang akan datang. Pengendalian mutu pelayanan
kefarmasian harus terintegrasi dengan program pengendalian
mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dilaksanakan
secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian
meliputi :
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara
monitoring dan evaluasi untuk peningkatan mutu sesuai
target yang ditetapkan.
b. Pelaksanaan, yaitu monitoring dan evaluasi capaian
pelaksanaan rencana kerja (membandingkan antara capaian

ii
dengan rencana kerja) dan memberikan umpan balik
terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu melakukan
perbaikan kualitas pelayanan sesuai target yang ditetapkan
dan meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah
memuaskan.
Tahapan program pengendalian mutu:
a. Mendefinisikan kualitas pelayanan kefarmasian yang
diinginkan dalam bentuk kriteria.
b. Penilaian kualitas pelayanan kefarmasian yang sedang
berjalan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan
bila diperlukan.
d. Penilaian ulang kualitas pelayanan kefarmasian.
e. Up date kriteria.
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan
diperlukan indikator, suatu alat atau tolak ukur yang hasil
menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan. Indikator dibedakan menjadi :
a. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang
digunakan untuk mengukur terpenuhi tidaknya standar
masukan, proses, dan lingkungan.
b. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang
ditetapkan untuk mengukur tercapai tidaknya standar
penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan.
Indikator atau kriteria yang baik adalah yang sesuai dengan
tujuan, informasinya mudah didapat, singkat, jelas, lengkap dan
t idak menimbulkan berbagai interpretasi dan rasional. Dalam
pelaksanaan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian
dilakukan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi yang harus
dapat dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi sendiri atau

ii
dilakukan oleh tim audit internal. Monitoring dan evaluasi
merupakan suatu pengamatan dan penilaian secara terencana,
sistematis dan terorganisir sebagai umpan balik perbaikan
sistem dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.
Monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan terhadap seluruh
proses tata kelola sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai sesuai ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, dibagi menjadi 3
jenis program evaluasi, yaitu:
a. Prospektif adalah program dijalankan sebelum pelayanan
dilaksanakan, contoh: standar prosedur operasional dan
pedoman.
b. Konkuren adalah program dijalankan bersamaan dengan
pelayanan dilaksanakan, contoh: memantau kegiatan
konseling apoteker, peracikan resep oleh tenaga teknis
kefarmasian.
c. Retrospektif adalah program pengendalian yang dijalankan
setelah pelayanan dilaksanakan, contoh: survei konsumen,
laporan mutasi barang, audit internal.
Evaluasi mutu pelayanan merupakan proses pengukuran,
penilaian atas semua kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah
sakit secara berkala. Kualitas pelayanan meliputi teknis
pelayanan, proses pelayanan, tata cara atau standar prosedur
operasional, waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan.
Metode evaluasi yang digunakan, terdiri dari :
a. Audit (pengawasan) dilakukan terhadap proses hasil
kegiatan apakah sudah sesuai standar.
b. Review (penilaian) terhadap pelayanan yang telah
diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan resep
c. Survei untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan
angket atau wawancara langsung.

ii
d. Observasi terhadap kecepatan pelayanan misalnya lama
antrian, ketepatan penyerahan obat.
f. Unit Sterilisasi Central Sterile Supply Departement (CSSD)
Central Sterile Supply Departement (CSSD) atau pusat
sterilisasi merupakan salah satu dari mata rantai yang penting
agar dapat mengendalikan infeksi dan mempunyai peran dalam
upaya menekan kejadian infeksi terutama infeksi nosokomial,
hal ini dikarenakan CSSD adalah bagian di institusi pelayanan
kesehatan (rumah sakit) yang mengurus suplai dan peralatan
bersih atau steril. Pembentukan CSSD berdasarkan pada
kebijakan departement kesehatan republik Indonesia yang
menyatakan bahwa CSSD sebagai salah satu upaya dalam
pengendalian infeksi di rumah sakit dan merupakan salah satu
mata rantai yang penting untuk Perencanaan dan Pengendalian
Infeksi (PPI).
Central Sterile Supply Departement adalah departemen
dalam rumah sakit yang menyediakan bahan atau sediaan dan
alat-alat steril secara profesional kepada semua departemen
terspesialisasi. Departemen ini khusus melayani ruang
perawatan, klinik, laboratorium khusus seperti Cardiac
Catherization Laboratory (laboratorium katerisasi jantung) dan
ruang operasi. Instalasi pusat sterilisasi juga merupakan unit
pelayanan nonstruktural yang berfungsi memberikan pelayanan
sterilisasi yang sesuai dengan standar atau pedoman dan
memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit.
a. Tujuan pelayanan CSSD adalah:
1) Menyediakan kebutuhan rumah sakit, sediaan atau
peralatan kamar operasi dan unit yang membutuhkan
peralatan steril.
2) Menyelenggarakan proses dekontaminasi dan sterilisasi
peralatan di rumah sakit dan menjamin bahwa seluruh

ii
alat atau barang dengan tingkat sterilisasi yang sama
sesuai standar yang telah ditetapkan.
3) Menyelenggarakan standarisasi dalam proses
dekontaminasi, pengemasan atau pengepakan sampai
dengan sterilisasi.
4) Memelihara dan melakukan inventarisasi persediaan
peralatan yang ada serta peralatan di unit kerja CSSD
secara akurat.
5) Memelihara efektivitas secara akurat terhadap berbagai
proses pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi.
6) Memberikan kontribusi dalam mengembangkan
pelayanan mutu di rumah sakit yang terkait dengan
pengendalian infeksi.
b. Ruangan pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruang yaitu:
1) Ruang dekontaminasi
Tempat terjadinya proses penerimaan barang atau
alat-alat kotor, dekontaminasi atau pembersihan.
Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah
pencemaran mikroorganisme atau substansi lain yang
berbahaya sehingga aman untuk penangan lebih lanjut.
2) Ruang pengemasan alat
Tempat dilakukannya pengemasan alat dan
dilakukan pengecekan alat untuk lebih mengetahui
kelengkapan serta kondisi alat tersebut.
3) Ruang proses linen
Tempat dilakukannya pemeriksaan linen, yang
dikemas untuk persiapan sterilisasi.
4) Ruang sterilisasi
Tempat dilakukannya proses sterilisasi alat atau
bahan dengan menggunakan autoklaf, oven dan sinar
UV.

ii
5) Ruang penyimpanan sterilisasi
Tempat penyimpanan semua alat atau bahan yang
telah melalui proses sterilisasi untuk kemudian siap
didistribusikan ke ruangan yang memerlukan.
Jenis-jenis indikator yang digunakan pada proses
sterilisasi di ruang CSSD yaitu :
1) Indikator biologi, berupa bakteri Bacillus
sterothernophyllus, proses kerjanya indikator tersebut
dimasukkan ke dalam autoclave, dipanaskan sesuai
pada waktu melakukan sterilisasi, setelah itu dilihat
adanya perubahan warna, jika bakteri dan media
berwarna hitam, maka bakteri tersebut mau artinya
dengan baik.
2) Indikator kimia yang berbentuk selotif bergaris, terdiri
dari indikator internal dan indikator eksternal. Indikator
internal digunakan untuk mengevaluasi produk yang
telah disterilkan, tetapi belum masuk ke tahap
pengemasan, perubahan warna yang terjadi pada
indikator ini adalah dari warna coklat menjadi hitam,
sedangkan indikator eksternal untuk produk yang telah
dikemas, perubahan warna yang terjadi adalah dari
putih menjadi cokelat.
3) Indikator fisika atau mekanik berupa tombol dan
monitor yang berada pada alat sterilisasi.
c. Sterilisasi
Sterlisasi yaitu suatu proses membunuh segala
bentuk kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sampel
atau contoh, alat-alat atau lingkungan tertentu. Teknik
sterilisasi antara lain dapat dilakukan dengan cara fisik,
yang diantaranya meliputi metode pemanasan dengan uap

ii
air dengan pegaruh tekanan dan metode pemanasan secara
kering.
1) Metode pemanasan
Dengan uap air dan pengaruh tekanan benda yang
akan disterilkan diletakkan diatas lempengan saringan
dan tidak langsung mengenai air di bawahnya.
Pemanasan dilakukan hingga air mendidih
(diperkirakan pada suhu 1000C) pada tekanan 15 lb
temperatur mencapai 1210C. Organisme yang tidak
berspora dapat dimatikan dalam tempo 10 menit saja.
Banyak jenis spora hanya dapat mati dengan
pemanasan 1000C selama 30 menit tetapi ada beberapa
jenis spora dapat bertahan pada temperatur ini selama
beberapa jam. Spora-spora yang dapat bertahan selama
10 jam pada temperatur 1000C dapat dimatikan hanya
dalam waktu 30 menit apabila air yang mendidih ini
ditambah dengan Natrium Carbonat (Na2CO3).
2) Metode pemanasan secara kering
Metode pemanasan kering dilakukan pada
temperatur antara 160-1800C. Pada temperatur ini akan
menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan
jaringan. Hal ini disebabkan terjadinya auto oksidasi
sehingga bakteri patogen dapat terbakar. Pada sistem
pemanasan kering terdapat udara yang merupakan
penghantar panas yang buruk sehingga sterilisasi
melalui pemanasan kering memerlukan waktu cukup
lama, rata-rata waktu yang diperlukan 45 menit. Pada
temperatur 1600C memerlukan waktu 1 jam, sedangkan
pada temperatur 1800C memerlukan waktu 30 menit.
10. Pengolahan limbah rumah sakit

ii
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan
sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
masyarakat tersebut. Rumah sakit sebagai salah satu upaya
peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari balai pengobatan
dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit
lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi,
dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Selain membawa dampak positif bagi masyarakat, yaitu
sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga
memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak
negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan,
yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.
Limbah rumah sakit terbagi 3 macam yaitu:
1. Limbah cair artinya semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radio
aktif yang berbahaya bagi kesehatan,
2. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang
berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti
insenerator, dapur, perlengkapan generator dan anastesi,
3. Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan limbah padat nonmedis.
4. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, bahan-bahan yang beracun, infeksius, atau bahan
yang berbahaya. Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung,
maka jenis limbah medis dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Limbah benda tajam adalah limbah objek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol
yang dapat mendorong atau menusuk kulit. Benda tajam

ii
yang terbuang berpotensi terkontaminasi darah, cairan atau
bahan yang berbahaya, beracun dan infeksius.
2) Limbah infeksius adalah limbah yang dihasilkan dari isolasi
penyakit menular, limbah laboratorium yang berkaitan
dengan pemeriksaan mikorbiologi dan ruang isolasi penyakit
menular
3) Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi dengan
obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik
4) Limbah farmasi adalah limbah yang berasal dari obat
kadaluarsa, obat yang terbuang dan obat yang tidak
diperlukan lagi serta limbah yang dihasilkan selama
produksi obat-obatan
5) Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan
radioisotop yang berasal dari penggunaan medis.
5. Limbah non medis Limbah non medis rumah sakit digolongkan
berdasarkan unit penghasil dan kegunaan desain pembuangan.
Pengertian sampah menurut sifatnya yaitu:
1) Sampah : sebagian bahan tidak berguna atau bahan yang
terbuang
2) Refuse : sampah padat yang meliputi garbage, rubbish, ash,
dan bangkai binatang.
3) Garbage : sampah mudah busuk dari makanan
4) Rubbish : sampah yang tidak mudah membusuk Abu :
residu dari hasil pembakaran
5) Sampah biologi : sampah yang langsung dihasilkan dari
diagnosis dan tindakan terhadap pasien.
1. Klasifikasi limbah
Klasifikasi limbah padat dibagi menjadi lima kategori limbah
padat, limbah radioaktif, limbah yang sangat infeksius, limbah

ii
infeksius, patologi dan anatomi, limbah sitotoksik, kimia dan
limbah farmasi.
No Warna Tipe Limbah
1 Hitam Non Medis
2 Merah Radioaktif
3 Kuning Infeksius, Patologi Dan Anatomi
4 Ungu Sitotoksik
5 Coklat Kimia Dan Farmasi
Tabel 2.1 Klasifikasi limbah padat rumah sakit berdasarkan
menteri kesehatan Indonesia
No Warna Tipe Limbah
1 Hitam Non Medis
2 Merah Limbah medis dengan peralatan tajam
3 Biru Limbah medis dengan peralatan tajam
4 Kuning Radioaktif
5 Hijau Kimia
Tabel 2.2 Klasifikasi limbah padat rumah sakit berdasarkan
Who

ii
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran


Rumah sakit Mitra Kemayoran berlokasi di Jakarta Pusat tepatnya di
wilayah Kemayoran.Rumah sakit ini telah berfungsi sejak tanggal 8 Januari
1998 yang dimulai sebagai pelayanan rumah sakit umum, namun, seiring
dengan berjalannya waktu, peralatan modern ditambahkan dan dilengkapi.
Saat ini, Rumah sakit Mitra Kemayoran telah memiliki berbagai peralatan
canggih dan modern dalam bidang bedah, terutama bedah-bedah canggih dan
rumit. Baik minimal invasive serta bedah mikro dan pelayanan spesifik lain
seperti bedah batu ginjal (ESWL).
Sebagai bukti komitmen akan pelayanan yang baik, kami juga senantiasa
dipantau oleh badan internasional yang independen yang dibuktikan dengan
sertifikat ISO 9000:2000.
Pemilik Rumah sakit Mitra Kemayoran perseroan tebatas yaitu PT.
Karya Sukses mandiri, PT. Karya Sukses mandiri didirikan berdasarkan
AKTA No. 4 tanggal 7 Agustus 1992 yang dibuat dihadapan Ny. Eveline
Suriahudaja Komig. SH-Notaris dibogor yang telah mendapatkan persetujuan
dari Mentri Kehakiman RI dibawah No C2-8354HT.01.Th.92 tanggal 7
Oktober 1992 dan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan
Akta No. 13 tanggal 25 Juli 2008 yang dibuat di hadapan Ny. Tjong
Trisnawati, SH - Notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari
menteri Hukum dan Ham RI No.AHU-54838.AH.01.02. Tahun 2008 tanggal
25 Agustus 2008.
3.2 Instalasi Farmasi Rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran
Pelayanan kefarmasian rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran meliputi
2 kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat managerial berupa pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta
kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut sudah sesuai dengan

ii
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit.
3.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
Logistik farmasi di rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran dipimpin
oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di rumah sakit Mitra
Keluarga Kemayoran yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya.
Hal ini sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
3.3.1 Pemilihan perbekalan farmasi
Pemilihan perbekalan farmasi adalah kerjasama / kolaboratif yang
mempertimbangkan baik kebutuhan dan keselamatan pasien maupun
asas cost-effectivenness. Untuk obat yang bersifat reguler dapat
ditambahkan kedalam formularium ditengah periode atau sebelum
waktunya melakukan review (formularium sisipan).
Daftar obat yang telah disetujui dan disahkan oleh direktur rumah
sakit Mitra Keluarga Kemayoran untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran dalam buku
formularium rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran.Buku
formularium yang sedang berlaku disahkan melalui Surat Keputusan
Direktur tentang pemberlakuan buku formularium rumah sakit Mitra
Keluarga Kemayoran.
3.3.2 Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi
Perencanaan perbekalan farmasi mengacu kepada formularium dan
daftar alat kesehatan rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran pengadaan
perbekalan farmasi dilakukan beradasarkan :
1. Data pemakaian perbekalan farmasi tahun lalu.
2. Sisa persediaan yang mengacu pada hasil stock opname.
3. Pola penyakit yang sedang terjadi (metode epidemiologi).

ii
4. Rencana pengembangan.
Rencana pengadaan perbekalan farmasi disusun setiap tahun dan
kemudian diuraikan menjadi rencana pengadaan / pembelian
bulanan.Usulan pengadaan perbekalan farmasi diajukan kepada RKAP
(Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) unit farmasi rumah sakit Mitra
Keluarga Kemayoran pada tahun berikutnya. Pengadaan dilakukan
dengan cara pembelian atau pengadaan langsung dari pemasok atau
distributor yang memiliki hubungan kerjasama. Dengan memperhatikan
berbagai ketentuan yang telah ditetapkan, seperti penyesuaian jenis,
jumlah dan kebutuhan, pengadaan dilakukan dengan menarik sistem
defecta.Petugas pengadaan akan membuat surat pesanan ke distributor
sebagai bukti pemesanan.
Tujuan dari pengadaan adalah untuk memperoleh obat yang
dibutuhkan dengan harga layak, mutu baik, pengiriman obat yang
terjamin dan tepat waktu, berjalan lancar dan tidak memerlukan waktu
dan tenaga yang berlebihan .
3.3.3 Penerimaan perbekalan farmasi
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan medis habis pakai yang datang
diperiksa kesesuainnya dengan faktur / surat jalandan Surat pesanan.
Setiap penerimaan perbekalan farmasi dari suplier, petugas penerima
barang mengecek nama, Jenis dan jumlah barang yang diterima, tanggal
kadaluwarsa barang, nomor bacth dan kualitas barang (keutuhan
kemasan, wadah / botol tidak pecah/rusak). Barang yang datang disertai
dengan berita acara penerimaan barang.Petugas gudang memasukkan
data perbekalan farmasi yang baru datang ke dalam computer.
Perbekalan farmasi yang kadaluwarsa kurang dari dua tahun tidak
dapat diterima kecuali ada perjanjian khusus dengan supplier yang
menyatakan bahwa barang tersebut dapat dikembalikan jika tidak habis
dan sudah mencapai masa kadaluwarsanya dan untuk obat yang fast
moving jika kadaluwarsa kurang dari dua tahun dapat diterima.

ii
3.3.4 Penyimpanan perbekalan farmasi
Penyimpanan Perbekalan farmasi umum disimpan sesuai persyaratan
dan standar kefarmasian dimana Penyimpanan perbekalan yang telah
sesuai atau lulus dalam pemeriksaan, dilakukan di gudang induk.
Penyimpanan perbekalan telah dilakukan dengan baik, dimana sistem
penyimpanan perbekalan farmasi disusun berdasarkan sistem First In
First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO), di tata berdasarkan
bentuk sediaan, farmakologinya dan jenisnya (padat atau cair) alfabetis,
jenis perbekalan farmasi, kestabilan, sifat perbekalan farmasi seperti
High Alert. Selain itu, penyimpanan di gudang induk disusun
berdasarkan sistem alfabetis dengan memperhatikan obat yang tegolong
dalam daftar obat Look Alike Sound Alike (LASA). Obat-obat yang
tergolong LASA dengan bentuk dan pengucapan yang mirip
penyimpanannya harus dipisahkan atau diberi jarak dengan dua atau tiga
obat yang lain pada wadah yang bertuliskan “LASA”. Obat-obatan High
Alert, pada tempat penyimpanan ditandai dengan garis berwarna merah
dan diberi tanda yang bertuliskan “High Alert”.
Penyimpanan obat dengan golongan narkotika dan psikotropika telah
disimpan dalam lemari khusus dan terpisah dari obat lainnya, lemari
harus berkunci ganda yang harus dalam keadaan terkunci dengan baik
saat setelah pengambilan. Pada setiap ruangan atau lemari telah tersedia
grafik monitoring suhu, yang terpantau dengan baik, untuk obat
golongan narkotika dan psikotropika dilaporkan secara online
menggunakan sistem pelaporan narkotika dan psikotropika (SIPNAP)
dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Kota Jakarta dan Balai POM
Jakarta.
3.3.5 Pendistribusian perbekalan farmasi
Bentuk perdistribusian perbekalan farmasi di instalasi farmasi rumah
sakit Mitra Keluarga Kemayoran adalah desentralisasi melalui depo-
depo farmasi yang tersebar di rumah sakit yang terdiri depo OK (Kamar
Operasi), Depo rawat jalan dan depo rawat inap.Dengan adanya bentuk

ii
pendistribusian desentralisai ini diharapkan dapat mengefisienkan
penggunaan obat dan mengurangi masalah terkait obat, dan untuk
memaksimalkan komunikasi dan kontribusi farmasi dengan tenaga
kesehatan lainnya dan juga pasien.
Untuk perbekalan farmasi ke apotik mengacu pada defecta pada
apotek, kemudian gudang mengeluarkan perbekalan farmasi disertai
dengan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan berita cara serah terima
perbekalan farmasi yang ditanda tangani oleh petugas digudang farmasi
dan apotek. SBBK dibuat rangkap, asli untuk gudang dan salinannya
untuk unit kerja terkait.
3.3.5.1 Pelayanan farmasi rawat jalan
Pelayanan farmasi rawat jalan berada di lantai 1. Lantai 1
beroperasi selama 24 jam yang terbagi dari 5 shift, shift 1 (07.00
WIB - 14.00 WIB), shift 2 (14-00 WIB - 21.00 WIB), shift 3
(21.00 WIB - 07.00 WIB) dan terdapat shift middle pagi (09.00
WIB - 16.00 WIB) dan shift middle sore (16.00 WIB - 23.00
WIB) jam dengan jumlah apoteker 12 orang dan tenaga teknis
kefarmasian berjumlah 40 orang. Farmasi rawat jalan menerima
resep online, resep manual dari poli klinik dan juga resep fax dari
dokter praktek di rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran.
3.3.5.2 Pelayanan resep non tunai (asuransi)
Pasien mengambil nomor antrian untuk berobat pada masing-
masing poli klinik yang dituju.Setelah pasien selesai melakukan
pemeriksaan di poli klinik, kemudian dokter menuliskan resep
elektronik ke dalam sistem komputer yang terhubung langsung
secara online kebagian farmasi apotek rawat jalan. Kemudian
petugas farmasi akan memvalidasi resep terhadap penulisan resep
dan pemberian jumlah obat apakah obat-obat yang diresepkan
merupakan obat kronik atau non kronik. Jika obat yang
diresepkan oleh dokter merupakan obat kronik makadiberikan
untuk 30 hari, dan petugas farmasi melihat histori dari

ii
pengambilan obat kronik tersebut, apakah waktu pengambilan
obat sudah sesuai atau belum, jika sudah sesuai makan petugas
farmasi melakukan pengecekan terhadap ketersediaan obat.
Kemudian petugas farmasi mengkonfirmasi kepada dokter
penulis resep bila ada yang meragukan (resep tidak lengkap atau
tidak jelas) mengenai obat yang akan disiapkan. Setelah resep
diinput dan obat disiapkan, setiap obat yang telah disiapkan harus
diberikan etiket obat yang mencantumkan identitas pasien (nama
pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis), nama obat, dosis atau
konsentrasi, tanggal penyiapan, dan tanggal kadaluwarsa (bila
obat dikeluarkan dari kemasan aslinya). Setelah obat selesai
disiapkan dilakukan pemeriksaan akhir, kemudian dilakukan
penyerahan obat ke pasien dengan disertai pemberian informasi
obat. Pasien akan diminta untuk menandatangani, memberikan
nama dan alamat jelas diatas resep setelah obat diserahkan.
3.3.5.3 Pelayanan farmasi rawat jalan pasien tunai
Alur pelayanan resep tunai kurang lebih sama dengan resep
non tunai, yang membedakan adalah pasien membayar sendiri
biaya obatnya. Pada farmasi rawat jalan rumah sakit Mitra
Keluarga Kemayoran, pembayaran resep pasien umum langsung
pada kasir. Resep obat yang sudah selesai dilayani dalam satu
shift pelayanan, dikumpulkan dalam satu packing yang diberi
tanda berupa tanggal pelayanan dan shift pelayanan. Untuk resep
non tunai (asuransi) setiap hari berkas dikirim kebagian piutang
untuk proses pengklaiman. Arsip resep disimpan dalam kardus
yang diberi tanda berupa lokasi pelayanan arsip tanggal, bulan
dan tahun periode arsip.
Perhitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja
pada pelayanan kefarmasian di rawat jalan idealnya dibutuhkan
tenaga kerja dengan rasio 1 apoteker untuk 50 pasien.Namun

ii
pada kenyataannya jumlah apoteker di rawat jalan belum
memenuhi sesuai dengan peraturan yang ada.
3.3.5.4 Pelayanan farmasi rawat inap
Sistem distribusi obat dan bahan medis habis pakai di rawat
inap adalah Unit Dose Dispensing (UDD).Untuk depo rawat
inap, distribusi obat menggunakan sistem UDD serta dilengkapi
dengan trollers emergency untuk masing-masing ruang
perawatan, dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan
pemakaian obat dan alkes masing-masing pasien. Sistem
distribusi UDD adalah sistem distribusi perbekalan farmasi yang
disiapkan untuk kebutuhan sehari dalam bentuk kemasan unit
yang disediakan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.Obat-obat
yang sudah dikemas dan di cek oleh petugas farmasi obat
tersebut di ambil oleh petugas perawat ruangan yang di serahkan
oleh apoteker.
Pasien rawat inap yang memiliki riwayat pengobatan
sebelumnya menyerahkan obat-obat yang sedang dikonsumsinya
kepada petugas farmasi, kemudian petugas farmasi mencatat
pada profil farmasi pasien.Setelah Dokter yang merawat pasien
melakukan visite, maka dilakukan rekonsiliasi obat oleh petugas
farmasi dan dicatat pada form rekonsiliasi obat, untuk kemudian
dilakukan penyiapan oleh petugas farmasi.
Jika mendapat pasien rawat inap yang meninggal obat-obat
yang terlanjur sudah disiapkan di Rumah sakit tetapi tidak
terpakai karena meninggal dilakukan retur billing pemakaian
obat atas nama pasien tersebut. Sehingga hanya membayar apa
yang dipakai saja. Untuk pasien rawat inap yang mendapatkan
terapi tambahan dari obat sebelumnya biasanya dilakukan oleh
tenaga perawat dengan pengimputan profil obat tambahan sesuai
persetujuan dari dokter penanggung jawab pasien.Sedangkan
pasien yang dinyatakan boleh pulang oleh Dokter maka petugas

ii
farmasi menginput/billing obat pulang dan menyiapkan obat
pulang.
Kemudian petugas farmasi melakukan konseling terhadap
pasien atau keluarga pasien yang akan pulang meliputi cara
pemakaian obat, informasi terkait penggunaan obat. Sistem
penyimpanan obat di Depo rawat inap, disimpan berdasarkan
bentuk sediaan.Pada Depo rawat inap penyimpana obat sudah
diatur berdasarkan farmakologi kombinasi alfabetis.
3.3.5.5 Instalasi Gawat Darurat ( IGD )
Untuk instalasi gawat darurat di rumah sakit Mitra Keluarga
Kemayoran, memakai alur peresepan obat ruang yang
pergantiannya tiap kali pakai, dan dilengkapi troly emergency.
3.3.5.6 Pemusnahan dan penarikan
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang tidak dapat digunakan di
rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran sesuai dengan ketentuan
dan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan dilakukan
setiap bulan sesuai bulan expired date obat, yang dilaporkan ke
management.
3.3.6 Pengendalian
Di rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran sudah dilakukan
pengendalian sediaan farmasi dan alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yaitu dengan :
1. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan ( slow
moving).
2. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut (death stock).
3. Stock opname yang masih dilakukan setiap bulan.

ii
3.4 Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik yang terdapat standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit yang sudah dilakukan di rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran
antara lain :
3.4.1 Pelayanan resep Instalasi farmasi rumah sakit Mitra Keluarga
Kemayoran melakukan pelayanan resep non tunai (asuransi) dan resep
tunai di apotek rawat jalan lantai 1.
3.4.2 Rekonsiliasi obat Pasien yang baru masuk ruang rawat inap akan dicek
obat-obat yang pernah digunakan pasien meliputi nama obat, dosis dan
frekuensi lalu dibandingkan dengan terapi yang didapat pada rawat
inap. Obat-obat tersebut ditulis dalam form rekonsiliasi obat.
3.4.3 kegiatan Pemantauan obat pasien yang dilakukan di instalasi farmasi
rumah sakit mitra keluarga kemayoran di lakukan pada pasien rawat
inap dengan mencatat obat-obat yang digunakan oleh pasien selama
pasien berada di rawat inap kemudian memantau reaksi obat apakah
menimbulkan efek terapi atau kegagalan terapi yang mengakibatkan
medication error.
3.4.4 Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan Informasi Obat yang
dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoram
dilakukan saat menyerahkan obat kepada pasien oleh Apoteker maupun
Tenaga Teknis Kefarmasian.
3.4.5 Konseling Kegiatan konseling yang dilakukan di Instalasi Farmasi
rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran umumnya dilakukan pada
pasien rawat inap yang akan pulang. Untuk pasien rawat jalan juga
dilakukan konseling.Pasien yang dikonseling antara lain pasien
Geriatri, pasien dengan penyakit kronis dan pasien dengan polifarmasi,
pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah, pasien yang
menggunakan obat-obat dengan indeks terapi sempit.
3.5 Kegiatan Penunjang Medis lainnya
Central Sterile Supply Departement (CSSD) di Rumah Sakit Mitra
Keluarga Kemayoran merupakan suatu unit di Rumah Sakit atas

ii
penyelenggaraan proses sterilisasi mulai dari pencucian atau dekontaminasi,
pengepakan sampai sterilisasi peralatan bedah dan peralatan lainnya dari unit
yang melakukan tindakan pembedahan atau tindakan lain yang memerlukan
sterilisasi dari unit lainnya seperti ICU, ICCU, NICU, PICU, HCU, PERINA,
IGD, ruang rawat inap, dan poli bersalin. Instalasi ini berperan penting dalam
kegiatan sterilisasi segala barang yang digunakan untuk operasi.

3.6 Pengolahan Limbah


Pengolahan limbah di rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran
dilakukan oleh unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Limbah yang
dihasilkan oleh rumah sakit berupa limbah padat, cair dan gas. Pengolahan
limbah di RS Mitra Kemayoran sudah dilakukan sesuai prosedur yang berlaku
dengan memilah dan mengelompokkan limbah sesuai warna kantong plastik.
Untuk limbah medis dikumpulkan pada kantong plastik kuning. Limbah non
medis dikumpulkan pada kantong plastik hitam dilakukan setiap hari oleh
petugas kebersihan rumah sakit untuk sampah domestik, sementara limbah
padat medis dan non medis dilakukan oleh instalasi sanitasi lingkungan dan
K3. Untuk limbah B3 dikumpulkan pada bak khusus yang disimpan di tempat
terpisah kemudian diserahkan pada pihak ke tiga atau kepada PT. Sarana Tirta
Alamindo dan untuk jarum suntik bekas pakai dibuang di safety box warna
kuning.
Pengelolahan limbah cair yang diharapkan menghasilkan limbah cair
yang ramah lingkungan telah diterapkan oleh IPAL rumah sakit Mitra Keluarga
Kemayoran dengan baik mulai dari pengumpulan limbah dari berbagai tong-
tong besar lalu dilakukan pengendapan dari aerob, anaerob sampai penjernihan
air limbah yang sudah lolos pengecekan pH, bakteri dan sebagainya yang siap
dialirkan kesaluran air sekitar. Pengecekan dilakukan setiap bulan untuk
memastikan kualitas air hasil pengolahan baik dari K3 atau bekerjasama
dengan pihak ketiga yaitu PT. Sarana Tirta Alamindo.

ii
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilaksanakan di rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran yang berlangsung
dari tanggal 05 Agustus 2019 – 27 September 2019 maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran merupakan rumah sakit umum
swasta tipe B yang memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
2. Instalasi farmasi rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran berada di
bawah Direktur Penunjang Medik.
3. Instalasi farmasi rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran
menyelenggarakan kegiatan perencanaan, pengadaan, distribusi dan
penyimpanan obat serta alat kesehatan. Di samping itu juga melayani
penerimaan resep dari pasien rawat inap dan rawat jalan.
4. Sistem distribusi di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran
menggunakan sistem Unit Dose Dispensing dan Floor Stock untuk di
rawat inap, sedangkan untuk dirawat jalan menggunakan sistem resep
perorangan.
5. Pola pengadaan obat di rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran melalui
pemesanan langsung ke distributor berdasarkan pada pola penyakit dan
formularium obat, kebutuhan rutin, sisa stok, dan permintaan dari
bagian-bagian lain.
6. Rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran memiliki Central Steril
Supply Department (CSSD) yang sudah tersentralisasi dibawah Instalasi
Kamar Bedah sedangkan untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit hanya
menyediakan alat kesehatan atau peralatan steril yang digunakan sekali
pakai.

ii
7. Pola pengolahan limbah di Rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran
sudah cukup baik, ramah terhadap lingkungan dan tidak mencemari
lingkungan sekitarnya.
8. Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran
sudah berjalan sebagaimana mestinya, akan tetapi karena keterbatasan
sumber daya manusia yang belum memadai di Instalasi Farmasi rumah
sakit Mitra Keluarga Kemayoran, maka point dalam farmasi klinik
belum terealisasi sepenuhnya misalnya Visite secara mandiri ke pasien,
pelaksanaan Mekanisme efek samping obat (MESO) dan pemantauan
kadar obat dalam darah (PKOD).
4.2. Saran
Ada beberapa saran yang diberikan dalam hasil dari Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah sakit Mitra Keluarga Kemayoran ini,
antara lain :
1. Perlu adanya penambahan apoteker agar penerapan pelayanan farmasi
klinik lebih sempurna, sehingga visite, konseling, evaluasi pemantauan
obat (EPO), Mekanisme efek samping obat (MESO) dan pemantauan
kadar obat dalam darah (PKOD) ke pasien bisa berjalan dengan baik.
2. Dalam melaksanakan pelayanan Farmasi Klinik, Apoteker perlu ikut
berperan dalam pelaksanaan patient oriented. Dalam hal ini, Apoteker
ikut mengunjungi pasien bersama Dokter dan melakukan evaluasi
penggunaan obat untuk pasien rawat inap dan pasien pulang rawat inap.
3. Perlunya tempat penampungan sampah organik, non organik dan beracun.
4. Disediakan rak khusus untuk tenaga farmasi menyimpan makanan dan
minuman, agar tidak terkontaminasi dengan bahan-bahan campuran
meracik obat.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan, dan Penyajian Data Rumah Sakit. Depkes
RI Tahun 2000.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Pedoman
Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply Department/CSSD) di
Rumah Sakit.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Farmasi Rumah Sakit dan Klinik
Tahun 2016 tentang Modul Bahan Ajar Farmasi Klinik.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/524/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Formularium Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Perizinan Dan Klasifikasi Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016. Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan
prekursor.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 tahun 2010 tentang Prekursor.
Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

ii
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.

ii
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran

ii
Lampiran 2 Skema Struktur Organisasi Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kemayoran

Lampiran 3 Kulkas khusus untuk penyimpanan obat kemoterapi

ii
Lampiran 4 Kulkas High Alert Dan Rak Penyimpanan Obat High Alert

ii
Lampiran 5 Kulkas khusus Untuk Penyimpanan Vaksin dan Obat
Suppositoria

ii
Lampiran 6 Alat CSSD (Central Sterile Supply Departement)

ii
ii
Lampiran 6 indikator Strip Steril dan Alat-Alat Yang Sudah Di Sterilkan

Lampiran 7 Pencampuran Obat Sitostatika

ii
Lampiran 8 Tempat pengolahan limbah rumah sakit

ii
ii
Lampiran 9 Resep elektronik, non elektronik & etiket RS Mitra Keluarga
Kemayoran

ii
Lampiran 10 Form Bukti Serah Terima Obat yang dibawa pasien dari
rumah

ii
Lampiran 11 Form Daftar Pemberian Obat

89
Lampiran 10 Lanjutan

ii
Lampiran 11 Form Pemberian Informasi Obat Pasien Pulang

ii
Lampiran 12 Form Rekonsiliasi Obat

ii
RESEP 1

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Angelina

Jakarta, 06 September 2019

R/ Isoprinosine 500 Mg No X
S 3 dd 1
R/ Imboost Force No X
S 1 dd 1

Pro : X TN
Tgl Lahir :-
No. RM : 606XX
Alamat :-

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis obat (perhitungan √
dosis)

93
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf √
Dokter

3. PertimbanganKlinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √

ii
4 Reaksi Obat Yang Tidak di √
Inginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan √
Obat
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Isoprinosine Imboost Force
Nama Generik Methisoprinol Imboost Force
Indikasi Infeksi virus: influenza, campak, parotitis Membantu memperbaiki daya tahan tubuh dan
(mumps), varisela, hepatitis A, demam membantu meredakan gejala selesma.
berdarah.
K.I - Penyumbatan autoimun
Dosis 3 kali sehari 500 mg 1 kali sehari
Golongan Antivirus Vitamin
Efek Samping - Hati-hati bila digunakan pada penderita kelainan
ginjal dan hati
Cara Pakai Oral Oral
Literatur MIMS online 2019

96
Resep 2

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Rachel Noviana Tommy

Jakarta, 06 September 2019

R/ Cefadroxil 500 Mg No XV
S 3 Dd 1
R/ Zegavit Tab No X
S 2 Dd 1
R/ Cataflam D 50 Mg No Xv
S 3 Dd 1
R/ Ponstan 500 Mg No Xv
S 3 Dd 1

Pro : X Ny
Tgl lahir : 31 Maret 1975
No. Rm : 604XXX
Alamat :-

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

97
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf √
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di √
Inginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan √
Obat
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada Resep
NamaObatPadaResep
Cefadroxil Zegavit Cataflam Ponstan
Nama Cefadroxil Zegavit Kalium Diklofenak Asam Mefenamat
Generik
Indikasi Infeksi bakteri. Kekurangan vitamin Terapi akut & kronik Meredakan nyeri ringan hingga
dan mineral, tanda-tanda dan gejala- sedang.
menurunnya daya gejala AR, OA &
tahan tubuh. spondilitisankilosa.
K.I Hipersensitif terhadap - Perdarahan, Tukak GI atau penyakit
cefadroksil atau ulserasi/perforasiGI, inflamasi pada saluran cerna atas
cefalosporin lain. gangguan hati, gagal atau bawah. Gagal hati atau
ginjal dan jantung; nyeri ginjal. Bronkospasme, rhinitis
perioperatif pada bedah alergi, dan urtikaria jika diterapi
pintas arteri koroner dengan aspirin atau AINS lain.
(CABG). Wanita Hamil
dan menyusui.
Dosis 1-2 gram 1 kali sehari > 12 th: sehari 1 100-150 mg terbagi Dosis Awal 500 mg, dilanjutkan
atau dibagi menjadi 2x kaplet, sesudah dalam 2-3 dosis. 250 mg/6 jam, bila perlu.

100
sehari makan. Maksimal 150 mg/hari.
Golongan Antibiotik Vitamin Obat Anti Inflamasi Non Analgesik (Non Opiat)
Steroid (OAINS) &Antipiretik
Efek Dispepsia, mual, - Sakit kepala, pusing, Mual, muntah, dan diare telah
Samping muntah, diare; alergi vertigo; mual, muntah, dilaporkan beberapa kali.
disfungsi hati, demam. diare, dispepsia, nyeri Agranulositosis dan anemia
Eritemamultiforme, perut, kembung, hemolitik dapat terjadi dengan
sindrom Stevens- anoreksia, nyeri dosis terus menerus jangka
Johnson, penyakit epigastrium; panjang ≥2000 mg setiap hari.
serum, artralgia. peningkatan kadarenzim
Berpotensi Fatal: transaminase; ruamkulit.
Reaksi anafilaksis.
Cara Pakai Oral Oral Oral Oral
Literatur MIMS online 2019

ii
Resep 3

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. KurniawanTjahajadi
SIP : 2/2.102/31.71.03.1002/-1.779.E/E/2017

Jakarta, 06 September 2019

R/ Rillus Chew Tab No X


S 2 Dd 1 Pc
R/ Lancid 30 Mg No X
S 2 Dd 1 Pc
R/ Xepazym Tab No XII
S 3 Dd 1 Pc
R/ Daryazinc Syr I
S 2 Dd 5 Cc Pc

Pro : X NY
Tgllahir : 07 September 1965
No. RM : 554720
Alamat :-
1. Kajian Resep Sesuai Farmasetik
NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidaksesuai
1. NamaObat √
2. JumlahObat √
3. BentukSediaan √
4. StabilitasObat √
5. Kompatibilitas √
6. AturanPakai √
7. Cara Pemberian √
8. DosisObat √
(PerhitunganDosis)

102
2. Kajian Sesuai Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal Penulisan √
Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal Penulisan √
Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di √
Inginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan √
Obat
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada Resep
NamaObatPadaResep
Rillus Chew Lancid Xepazym Daryazinc
Nama Generik Rillus Chew Lansoprazole Xepazym Zinc sulfate monohydrate
Indikasi Sebagai suplemen utk Pengobatan tukak Perut kembung seperti Sebagai terapi komplemen
membantu kesehatan saluran duodenum, tukak pada aerofagia, teruntuk cairan rehidrasi oral;
pencernaan. lambung jinak, refluks insufisiensi pankreas, untuk mengganti cairan tubuh
esofagus. gangguan hati, empedu, yang hilang dan mencegah
lambung dan usus, dehidrasi
perut kembung pasca
bedah, flatulensi,
sindrom gastro-kardiak.
Persiapan untuk
radiografi abdomen
termasuk kelenjar
empedu dan ginjal,
radiografi pada segmen
lumen, kolumna
vertebra & pelvis.

105
K.I Wanita hamil dan menyusui. Hipersensitivitas. - -
Dosis 2 kali sehari, sesudah makan 2 kali sehari, sebelum 3 kali sehari, sesudah 2 kali sehari 1 sendok makan,
makan makan sesudah makan
Golongan Regulator Gastrointestinal, Antiulserasi Digestan Antidiare
Antiflatulendan
Antiinflamasi
EfekSamping - Sakit kepala, diare, Konstipasi, diare, nyeri Muntah, mengurangi kadar
reaksi anafilaktoid, perut, reaksi alergi, lipoprotein plasma
astenia, edema iritasi bukal, atau
perianal.
Cara Pakai Oral Oral Oral Oral
Literatur MIMS online 2019

ii
RESEP 4

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Tedi Utomo


SIP: 40/2.104/31.71.03/-1779.3/e/2017
Jakarta 04 September 2019
R/ Guarposid 5 mg NO X
S 3 dd 1 Tablet ac
R/ Pepzol 40 mg No X
S 2 dd 1 Tablet
R/ Fucoidan No X
S 3 dd 1
R/ Neciblok Susp No I
S 3 dd 1 C

Pro : TN X
Umur : 39 Tahun
No RM : 484xxx
Alamat : JL. Cemara 2
No HP : 08734XXX

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √

107
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomenda
Sesuai Tidak si
Dosis √
Interaksi Obat √
Pemilihan Obat √
Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
Kontraindikasi √
Ketepatan Indikasi √
Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
Ketepatan lama Pengguna Obat √
Terdapatnya Duplikasi √
Terdapatnya Polifarmasi √
Terdapatnya Alergi Obat √
Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama generik, Indikasi, Kontra Indikasi, Dosis Maksimal, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai, Literatur
Nama Obat Pada Resep
Guarposid Pepzol 40 mg Fucoidan Neciblok Suspensi
Nama Cisapride 5mg Pantoprazole 40 mg Fucoidan 100 mg Sucralfate 500 mg/ 10 ml
Generik/komposisi
Indikasi Dewasa: untuk Gangguan pencernaan Memelihara Pengobatan jangka pendek
mengatasi gangguan yang membutuhkan kesehatan Lambung (sampai 8 minggu) pada
motilitas reduksi asam dengan meningkatkan duodenar ucler
gastrointestinal, lambung; tukak ketebalan mukosa
khususnya gastroparesis. lambung dan usus lambung,
Anak-anak: untuk halus; reflux esofagitis memberikan efek
refluks gastroesofagal sedang dan berat, sitoprotektif pada
berat, apabila terapi lain eradikasih.pylory pada ulkus/luka2 lambung
tidak berhasil tukak peptik dengan terhadap asam
kombinasi 2 antibiotik lambung & pepsin,
meningkatkan
produksi faktor
pertumbuhan untuk
terapi ulkus lambung
& mencegah adhesi
& kolon H. pylori

Kontra indikasi Bila tindakan stimulasi Osteoporosis, patah hipersensitifitas Penderita yang hipersensitif
saluran cerna tulang, gastritis atrofi, terhadap komponen obat ini.
membahayakan; jumlah rendah
kehamilan dan magnesium dalam
menyusui darah, vitamin B12
Dosis Dewasa: Dosis awal Dws: Sindrom 1 kali sehari 100 mg Umumnya bagi orang

110
adalah 5 mg 3-4 kali zolinger-ellison: 80mg dewasa 10 Ml 4 kali sehari,
sehari. Dosis dapat sekali sehari GERD, sewaktu lambung kosong( 1
ditingkatkan sampai Tukak Lambung: 20- jam sebelum makan ddan
maksimum 40 mg/hari, 40mg sekali sehari tidur)
dalam 3-4 kali Pencegahan tukak
pemberian. Anak: Dosis lambung : 20mg sekali
awal 0,2 mg/kg BB 3-4 sehari Infeksi H.
kali sehari. Dosis dapat Pylori: 40mg dua kali
ditingkatkan sampai sehari
maksimum 0,8 mg/kg
BB perhari dan tidak
melebihi 20 mg/hari.
Dosis untuk anak
sebaiknya tidak
melebihi 5 mg setiap
kali minum.
Untuk gangguan hati
atau ginjal: dosis
dikurangi menjadi ½ kali
dosis harian yang
direkomendasikan. Obat
diminum 15 menit
sebelum makan dan
ketika akan tidur malam.
Setiap 2 minggu
pemakaian dilakukan
evaluasi oleh dokter.
Golongan Gastrointestinal Proton pump Inhibitor Supplement Antiulcerant

ii
(PPI)
Efek samping Kram abdomen dan Perubahan berat bada, Diare, mual muntah, tidak
diare; sakit kepala dan mual, muntah, diare, nyaman diperut, mengantuk
pusing; kejang; efek pusing, kelelahan, pening, nyeri punggung dan
ekstrapiramidal dan nyeri sendi, sulit tidur sakit kepala.
peningkatan frekuensi
berkemih; fungsi hati
tidak normal (mungkin
kholestatis); aritmia
ventrikel (termasuk
torsades de pointes).
Cara Pakai Oral Oral Oral Oral
Literature Pusat Informasi Obat ISO Indonesia volume MIMS 2019 ISO Indonesia volume 49 -
Nasional Indonesia 49 -2014 s/d 2015 2014 s/d 2015

ii
RESEP 5

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. F. Eliana Taufik


SIP: 66/2.104/31.71.03/-1779.3/e/2017
Jakarta 02 September 2019
R/ Janumet 50/500 mg No LX
S 2 dd 2 Kapsul PC Pagi-Sore
R/ Amlodipin 5 mg No LX
S 1 dd 2 Tablet
R/ Atorvastatin 20 mg No XXX
S 1 dd 1 PC Malam
R/ Urdahex 250 mg No XL
S 2 dd 1 PC Pagi-Sore

Pro : NY JS
Umur : 47Tahun
No RM : 079xxx
Alamat : JL. Melati II
No HP :0897XXXX

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √

113
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomenda
Sesuai Tidak si
Dosis √
Interaksi Obat √
Pemilihan Obat √
Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
Kontraindikasi √
Ketepatan Indikasi √
Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
Ketepatan lama Pengguna Obat √
Terdapatnya Duplikasi √
Terdapatnya Polifarmasi √
Terdapatnya Alergi Obat √
Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama generik, Indikasi, Kontra Indikasi, Dosis Maksimal, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai, Literatur

Nama Obat Pada Resep


Janumet Amlodipin Atorvastatin Urdahex
Nama Generik/Komposisi Sitagliptin 50 mg, Amlodipin 5 mg Atorvastatin Asam Ursodeoksikolat
Metformin HCl 500
mg
Indikasi Sebagai penunjang Hipertensi, profilaksis sebagai terapi pelarutan batu
diet & olahraga angina tambahan pada diet empedu, sirosis
untuk memperbaiki untuk mengurangi empedu primer
kontrol Glikemik peningkatan kolesterol
pada DM tipe-2 total, c-LDL,
yang tidak terkontrol apolipoprotein B dan
baik dengan trigliserida pada pasien
Metformin atau dengan
Sitagliptin saja, atau hiperkolesterolemia
pasien yang sudah primer; kombinasi
mendapatkan hiperlipidemia;
kombinasi hiperkolesteolemia
Sitagliptin & heterozigous dan
Metformin homozigous familial
ketika respon terhadap
diet dan pengukuran
non farmakologi
lainnya tidak
mencukupi.
Kontra Indikasi Hipersensitifitas Hipersensitifitas Hipersesnsitifitas batu radio-opak, batu
terhadap CCB kolesterol yang

116
dihidropiridin, syok mengalami kalsifikasi,
kardiogenik, angina batu radiolusen,
pectoris tidak stabil, pigmen empedu;
stenosis aorta yang kolesistitis akut yang
signifikan tidak mengalami
remisi, kolangitis,
obstruksi biliar batu
pankreas atau fistula
biliar gastrointestinal;
kehamilan (lihat
Lampiran 4), kandung
empedu tidak
berfungsi; penyakit
radang dan kondisi
lain dari usus halus;
kolon yang
menganggu sirkulasi
enterohepatik garam-
garam empedu;
penderita dengan
kalsifikasi batu
empedu
Dosis Dosis bersifat Dosis awal 1x5 Hiperkolesterolemia pelarutan batu
individual, dosis mg/hari Dosis primer dan empedu, 8-12 mg/kg
harian maximal : maksimal : 10 hiperlipidemia bb sehari dalam dosis
Sitagliptin 100 mg mg/hari campuran, biasanya 10 tunggal menjelang
& Metformin 2 g. Pasien lanjut usia atau mg sekali sehari, bila tidur atau dalam 2
Pasien yang tidak gangguan fungsi hati perlu dapat dosis terbagi sampai

ii
terkontrol baik dosis awal 1x2,5 ditingkatkan dengan selama 2 tahun, obat
dengan Metformin mg/hari interval 4 minggu diminum bersama
saja : dosis awal hingga maksimal 80 dengan susu atau
lazim 2 x sehari mg sekali sehari. Anak makanan; pengobatan
Sitagliptin 50 mg + 10-17 tahun: dosis dilanjutkan selama 3-4
dosis Metformin awal 10 mg sekali bulan setelah batunya
yang sudah sehari (pengalaman melarut.
dikonsumsi. terbatas dengan dosis Sirosis empedu
diatas 80 mg sehari); primer: 10-15 mg/kg
Hiperkolesterolemia bb sehari dalam 2-4
turunan, dosis awalnya dosis terbagi.
10 mg sehari, Pemutusan pemberian
tingkatkan dengan asam ursodeoksikolat
interval 4 minggu selama 4 minggu
sampai 40 mg sekali berarti pengobatan
sehari; bila perlu, harus dimulai lagi dari
tingkatkan lebih lanjut awal
sampai maksimal 80
mg sekali sehari (atau
dikombinasi dengan
resin penukar anion
pada
hiperkolesterolemia
turunan heterozigot).
Anak 10-17 tahun
hingga 20 mg sekali
sehari (pengalaman
terbatas dengan dosis

ii
lebih besar).
Golongan Antidiabetik Calcium Chanel Dislipidemia golongan Saluran Kemih
Blocker (CCB) Statin
Efek Samping Gejala asidosis Hipotensi, edema, lihat keterangan di mual, muntah, diare,
laktat ringan, tremor, aritmia, atas; juga insomnia, kalsifikasi batu
seperti: nyeri otot takikardia,. angio udema, empedu; pruritus,
atau kelemahan, anoreksia, asthenia, ruam kulit, kulit
mati rasa atau rasa neuropati perifer, kering, keringat
dingin di lengan dan alopesia, pruritus, dingin, rambut rontok,
kaki, kesulitan ruam, impoten, sakit gangguan pencernaan
bernapas, nyeri dada, hipoglikemik makanan, rasa logam,
perut, mual dengan dan hiperglikemik. nyeri abdominal,
muntah, denyut kolesistitis, konstipasi,
jantung lambat atau stomatitis, flatulen,
tidak teratur, pusing, pusing, lelah, ansietas,
atau merasa sangat depresi, gangguan
lemah atau lelah tidur, atralgia, mialgia,
Kencing lebih nyeri punggung,
sedikit dari biasanya batuk, rinitis.
atau tidak sama
sekali
Cara Pakai Oral Oral Oral Oral
Literature Basic Pharmacology Pusat Informasi Obat Pusat Informasi Obat
& Drug Notes Nasional Indonesia Nasional Indonesia

ii
Resep 6

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Roy Edward K. FICS, SpOT


SIP: 1.2.02.3173.1302/13014/11.16.2
Jakarta 06 September 2019
R/ Celocid 500 mg NO XIV
S 2 dd 1
R/ Forres 50 mg No XIV
S 2 dd 1 Tablet
R/ Mexphram No XIV
S 2 dd 1
R/ Lansoprazole 30 mg No XV
S 2 dd 1

Pro : NY X
Umur : 37 Tahun
No RM : 598xxx
Alamat : Perum. Simpruk
No HP : 081289xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √

120
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomenda
Sesuai Tidak si
Dosis √
Interaksi Obat √
Pemilihan Obat √
Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
Kontraindikasi √
Ketepatan Indikasi √
Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
Ketepatan lama Pengguna Obat √
Terdapatnya Duplikasi √
Terdapatnya Polifarmasi √
Terdapatnya Alergi Obat √
Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama generik, Indikasi, Kontra Indikasi, Dosis Maksimal, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai, Literatur
Nama Obat Pada Resep
Celocid Forres Mexphram Lansoprazole
Nama Generik/ Komposisi Cefuroksim Eperisone HCl Meloxicam Lansoprazole
Aksetil 500 mg
Indikasi infeksi bakteri gram Pengobatan Nyeri & radang pada Tukak lambung, tukak
positif dan gram simtomatik terkait penyakit reumatik, duodenum,gard,hipersekre
negatif musculoskeletal/ osteoartritis yang si patologis.
kejang otot. memburuk (jangka
pendek)
Kontra Indikasi Alergi terhadap Kontraindikasi riwayat hipersensitivitas Penderita yang
antibiotik golongan terhadap pasien meloxicam atau OAINS hipersensitif terhadap
sefalosporin. riwayat lain, tukak peptik aktif, lansoprazole
hipersensitifitas gangguan ginjal berat,
terhadap epirison hcl gangguan hati berat
Dosis oral: Untuk sebagian Dewasa : 3xsehari 50 Dosis Osteoartritis Tukak lambung dan duo
besar kasus, mg sehari 7,5 mg. denum 15-30 mg perhari
termasuk infeksi rheumatoid arthritis selama 4sampai 8
saluran napas atas sehari 15 mg minggu.pemelihaaran 15
dan bawah: 250 mg mg perhari. Gard;30 mg
dua kali sehari. sehari selama 4 -8 minngu.
Untuk kasus berat, Hipersekresi patalogi;
dapat ditingkatkan Dosis awal 60 mg sekali
dua kali lipat. sehari.
Infeksi saluran
kemih: 125 mg dua
kali sehari. Untuk
pielonefritis: 250
mg dua kali sehari.

123
Gonore: 1 gram
dosis tunggal.
ANAK di atas 3
bulan: 125 mg dua
kali sehari. Untuk
otitis media pada
anak lebih dari 2
tahun dapat
diberikan 250 mg
dua kali sehari.
Golongan Antibiotic Pelemas otot Skeletal Obat Anti Inflamasi Non Protom pump inhibitor
Steroid (OAINS cox)
Efek Samping diare dan kolitis Kelemahan otot, Dispepsia, mual, Urtikaria.mual dan
yang disebabkan pusing, insomnia, muntah, nyeri perut, muntah,konstipasi,kembun
oleh antibiotik kantuk, gemetar pada konstipasi, kembung, g dan nyeri duo denum
(keduany a karena ekstremitas, disfungsi diare, anemia, ruam dan nyeri abdomen, lesu
penggunaan dosis nyeri otot dan sendi,
hati atau ginjal, kulit, edema, sakit
tinggi), mual dan padangan kabur.
perubahan kepala.
muntah, rasa tidak
enak pada saluran hematologis, ruam,
cerna, sakit kepala, gangguan GI,
reaksi alergi berupa gangguan kencing.
ruam, pruritus,
urtikaria, serum
sickness-like
reactions dengan
ruam, demam dan
artralgia,
anafilaksis,
sindroma Stevens-
Johnson, nekrolisis

ii
epidermal toksis,
gangguan fungsi
hati, hepatitis
transien dan
kolestatik jaundice;
eosinofil, gangguan
darah
(trombositopenia,
leukopenia,
agranulositosis,
anemia aplastik,
anemia hemolitik);
nefritis interstisial
reversibel, gangguan
tidur, hiperaktivitas,
bingung, hipertonia
dan pusing, nervous
Cara Pakai Oral Oral Oral Oral
Literature Pusat Informasi MIMS 2019 ISO Indonesia volume Basic Pharmacology &
Obat Nasional 49 Drug Notes
Indonesia

ii
Resep 7

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Dyah Widyarti


SIP: 4/2.102/31.71.03.1002/-1779.3/e/2017
Jakarta 06 September 2019
R/ Etorvel 60 mg NO XV
S 2 dd 1 Tablet dc
R/ Lagas No XV
S 2 dd 1 Tablet ac
R/ Osfit No LX
S 2 dd 1
R/ Oscal 0,5 mcg kapsul No XXX
S 1 dd 1

Pro : NY X
Umur : 87 Tahun
No RM : 606xxx
Alamat :Jl. Nalo No.26
No HP :0857xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √

ii
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi

No Uraian Pada Resep


Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √

ii
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama generik, Indikasi, Kontra Indikasi, Dosis Maksimal, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai, Literatur
Nama Obat Pada Resep
Etorvel 60 mg Lagas Osfit Oscal 0,5 mcg
Nama Etoricoxib 60 mg Lansoprazole Osfit Calcitriol
Generik/komposisi
Indikasi NSAID, adalah Pengobatan jangka - Osteoporosis pasca
penghambat siklo- pendek pada ulkus - Suplementasi untuk menopause
oksigenase-2 (COX-2) duodenum, Benign membantu - Pasien-pasien predialisa,
selektif. Tindakan anti- ulkus gaster, dan memelihara kesehatan Dialisa,
inflamasi dan refluks esophagitis tulang Hipoparatiroidisme.
analgesiknya ditunjukkan
oleh penghambatan
sintesis prostaglandin
melalui penghambatan
COX-2.

Kontra indikasi Hipersensitif. Pasien Hipersensitif - Garam kalsium dan Tidak boleh diberikan
dengan tukak lambung magnesium pada pasien hiperkalsemia,
aktif atau perdarahan mempengaruhi toksisitas vitamin D, dan
gastrointestinal, penyakit absorpsi antibiotik Hipersensitivitas.
radang usus, gagal jantung sehingga akan
kongestif (NYHA II-IV), mempengaruhi efek
hipertensi yang tidak antibiotik - Jangan
terkontrol atau dengan diminum bersamaan
tekanan darah tinggi dengan suplemen besi,
secara terus-menerus (> karena absorpsinya
140/90 mmHg), penyakit bersifat kompetitif -
jantung iskemik, penyakit Jangan diberikan

ii
arteri perifer, penyakit bersamaan dengan diet
arteri serebrovaskular, kaya serat dan kopi.
riwayat bronkospasme,
rinitis akut, polip hidung,
edema angioneurotik,
urtikaria atau reaksi tipe
alergi setelah minum
aspirin, NSAID termasuk
penghambat COX-2.
Anak-anak dan remaja
<16 tahun. Ggn ginjal
(CrCl <30 mL / mnt) dan
ggn hati berat (Child-
Pugh ≥10). Kehamilan.

ii
Dosis Dewasa: PO Osteoartritis 2 kali sehari 1 kapsul 1 kali sehari 1 tablet 2 kali sehari 1 kapsul
30 mg sekali sehari, dapat sebelum makan setelah makan setelah makan
meningkat menjadi 60 mg
sekali sehari sesuai
kebutuhan. Ankylosing
spondylitis; Artritis
reumatoid 60 mg sekali
sehari, dapat meningkat
menjadi 90 mg sekali
sehari sesuai kebutuhan.
Setelah pasien stabil
secara klinis, dapat
mengurangi dosis hingga
60 mg sekali sehari.
Artritis gout akut 120 mg
sekali sehari. Durasi
maksimum: 8 hari. Nyeri
dan peradangan yang
terkait dengan operasi gigi
90 mg sekali sehari.
Durasi maksimum: 3 hari.

Golongan Obat Antiinflamasi PPI (Proton Pum Vitamin Vitamin


Nonsteroid (NSAID) Inhibitor)

Efek samping Signifikan: Retensi cairan, Sakit kepala, nyeri - Vitamin B6 Awal : lemah, sakit kepala,
edema, hipertensi, abdomen, diare, menurunkan efek somnolen, mual, muntah,
peningkatan ALT atau dispepsi, mual, Levodopa dan mulut kering, konstipasi,

ii
AST, reaksi muntah, mulut kering, Phenobarbital nyeri otot, nyeri tulang dan
hipersensitivitas termasuk sembelit, kembung, - Suplementasi Zinc rasa kecap logam. Lanjut :
anafilaksis dan pusing, lelah, ruam dalam dosis dalam poliuria,, polidipsia,
angioedema. Gangguan kulit, urtikaria, dosis besar mungkin anoreksia, BB turunBUN
jantung: Palpitasi, aritmia. pruritus, terjadi menhambat absorpsi naik, albuminuria,
Gangguan kenaikan nilai-nilai cuprum hiperkolesterolemia,
gastrointestinal: Nyeri fungsi hati, yang - Hati-hati pada peningkatan SGOT dan
perut, sembelit, perut bersifat sementara dan penderita gangguan SGPT, nefrokalsinosis,
kembung, maag, mulas, akan kembali normal, fungsi ginjal. hipertensi, aritmia
diare, dispepsia, mual, kadang-kadang terjadi jantung,.
muntah, esofagitis, ulkus altragial, edema
mulut. Gangguan umum periver, dan depresi.
dan kondisi situs admin:
Asthenia, penyakit mirip
flu. Infeksi dan infestasi:
osteitis alveolar.
Gangguan sistem saraf:
Sakit kepala. Gangguan
pernapasan, toraks, dan
mediastinum:
Bronkospasme.
Cara Pakai Oral Oral Oral Oral
Literature mims indonesia 2019 ISO Indonesia volume ISO Indonesia volume ISO Indonesia volume 49 -
49 -2014 s/d 2015 49 -2014 s/d 2015 2014 s/d 2015

ii
Resep 8

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Hadi Moeliawan, SpP FCCP


SIP: 0110/2.30/-1.779.3/31.71.03.1002/1.77709/2016
Jakarta 07September 2019
R/ Rifampisin 450 mg No. XV
S1dd1
R/ Isoniazid 300 mg No. XV
S1dd1
R/ Pirazinamid 500 mg No. XV
S1ddII
R/ Etambutol 500 mg No. XV
R/ Etambutol 250 mg No. XV
S1dd750 mg
Pro : NN X
Umur : 29 Tahun
No RM : 537xxx
Alamat : Rusun THP 3
No HP : 081295xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √

ii
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama generik, Indikasi, Kontra Indikasi, Dosis Maksimal, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai, Literatur
Nama Obat Pada Resep
Rifamficin Isoniazid Pirazinamid Etambutol
Nama Generik/ Rifamficin Isoniazid Pirazinamid Etambutol
Komposisi
Indikasi Tuberkulosis dan Lepra TB pulmoner & Antituberkulosis obat yang digunakan untuk
ekstrapulmoner. Tab mengobati penyakit
300 Pengobatan & tuberkulosis atau TBC
pencegahan TBC, sbg
monoterapi atau
kombinasi dg obat anti
TBC lain. Sbg
monoterapi pd kasus
TBC primer ringan
Kontra Hipersensitif, icterus Hipersensitif Kerusakan hati berat Hipersensitif
Indikasi
Dosis Tuberkulosis : Dewasa Tab 100 Dewasa 10 Dewasa: 20- TBC untuk kali pertama
450-600mg/hari sebagai mg INH/kgBB perhari 35mg/kgBB/hari terbagi Dewasa: 15 miligram per
dosis tunggal. Maksimal dalam dosis terbagi. dalam 2-4 dosis. kilogram berat badan
: 600mg/hari. Lepra : Anak 15 mg maksimal 3gram per hari. (mg/kg) tiap hari Anak-anak:
Dewasa 450-600mg/hari INH/kgBB 1 kali Diminum setelah makan 25 miligram per kilogram
perhari atau diberikan berat badan (mg/kg) tiap hari
beberapa kali perhari selama dua bulan pertama.
dalam dosis terbagi. Selanjutnya dosis dikurangi
Dosis maks: 300-500 menjadi 15 mg/kg. TBC
mg. Tab 300 Dewasa kambuh Dewasa: 25
Untuk kemoprofilaksis miligram per kilogram berat
Monoterapi: 4-5 badan (mg/kg) tiap hari

ii
mg/kg BB perhari atau selama dua bulan pertama.
300 mg perhari Selanjutnya dosis dikurangi
sebagai dosis tunggal. menjadi 15 mg/kg. Anak-
Terapi kombinasi anak:25 miligram per
dengan obat anti TB kilogram berat badan
lain: 5 mg/kg BB (mg/kg) tiap hari selama dua
perhari (maks: 300 bulan pertama. Selanjutnya
mg/hr) atau INH 15 dosis dikurangi menjadi 15
mg/kg BB plus mg/kg. Dikonsumsi bersama
ethambutol 50 mg/kg dengan makan
BB dan streptomycin
25-30 mg/kg BB.
Anak & bayi TB aktif
10-20 mg/kg BB
perhari. Profilaksis 10-
15 mg/kg BB perhari,
maks: 300 mg perhari.
Tab forte Dewasa 1
tab perhari dosis
tunggal.
Golongan Antitberkulosis Antitberkulosis Antitberkulosis Antitberkulosis
Efek Samping Efek Gastrointestinal, Efek GI, hipersensitif. Hepatotoksik, gout, Sakit kepala, mual, muntah,
fungsi hati abnormal, Neuropati perifer, anemia skleroblastik, gangguan penglihatan.
ikterus, demam disertai konvulsi, neuritis gangguan saluran cerna,
gejala seperti flu. optik, reaksi psikotik. agravasi ulkus peptik,
Perubahan fungsi ginjal Kerusakan hati. Ggn disuria, lesu, demam,
dan gagal ginjal (karena hematologi. Reaksi uritikaria
hipersensitivitas), kulit, hiperglikemia,

ii
Reaksi kulit, eosinofilia, asidosis. Pellagra.
leukopenia,
trombositopenia,
purpura, syok.
Cara Pakai Oral Oral Oral Oral
Literatur MIMS, Edisi 16, MIMS, Edisi 16, MIMS, Edisi 16, MIMS, Edisi 16, Halaman
Halaman 173 Halaman 173 Halaman 173 173

ii
Resep 9

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Yuma Sukadarma SPOG


SIP: 1.2.01.3173.3913/13014/10.18.1
Jakarta 07September 2019
R/ Cefixime 200 mg NO X
S 2 dd 1
R/ Kalnex 500 mg No X
S 3 dd 1 Tablet
R/ Spasminal tablet No X
S 3 dd 1
R/Buscopan tablet No X
S 3 dd 1

Pro : NY X
Umur : 57 Tahun
No RM : 131xxx
Alamat : Jl. Kebon Jeruk Taman Sari
No HP : 6543xxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatibilitas √

ii
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

3. Pertimbangan Klinis

ii
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama generik, Indikasi, Kontra Indikasi, Dosis Maksimal, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai, Literatur
Nama Obat Pada Resep
Cefixime 500 mg Kalnex Spasminal Buscopan
Nama Generik/ Komposisi Cefixime 500 mg Tranexamic Acid Metampiron 500 mg, Hyoscine Butylbromide
ekstrak beladona 10 mg,
papaverin hidroklorida
25 mg
Indikasi Infeksi yang Golongan asam Hipermotilitas, kolik, Kejang saluran
disebabkan oleh amino antifibrinolitik. ulkus peptikum, irritable pencernaan, Kejang
patongen Digunakan dalam bowel syndrome genitourinari
,ISK,infeksi pengobatan
saluran atas atas perdarahan.
bawah.
Kontra Indikasi Hipersensitivas Hipersensitif. Glaukoma sudut sempit, Myasthenia gravis
terhadap Penyakit miastenia gravis, ileus (autoimun kronis dari
sefalosporin tromboemboli aktif paralitik, stenosis pilorik transmisi neuromuskular
(mis. Emboli paru, pembesaran prostat. yang menghasilkan
DVT), riwayat kelemahan otot),
trombosis vena atau glaukoma sudut sempit,
arteri (termasuk vena takikardia, megakolon;
retina atau oklusi hipersensitivitas.
arteri), disebarkan
koagulasi
intravaskular, kondisi
fibrinolitik setelah
koagulopati
konsumsi, riwayat
kejang. Penggunaan

ii
bersamaan dengan
kontrasepsi hormonal.
Ggn ginjal berat.

Dosis Dewasa dan anak Atropine hampir tidak Dewasa: PO


diatas 12 tahun Dewasa: PO pernah lagi digunakan Kejangsaluran
atau berat > 30 kg: manajemen jangka pada gangguang saluran pencernaan; Kejang
50 -100 mg pendek perdarahan cerna. Sediaan tablet Genitourinari Sebagai
sehari.infesi berat Perdarahan lokal: 1- setara dengan 1 mg hyoscine butylbromide:
dosis ditingkatkan 1,5 g bid atau tid. atropine sufat. 20 mg 4 kali / hari.
hingga 2x 200 mg Menoragia 1 g selama Sediaan ekstrak Irritable bowel syndrome
sehari. Gonorea : menstruasi seperlunya belladonna 10 mg setara Sebagai hyoscine
400 mg dosis hingga 5 hari. Maks: dengan atropine sulfat 1 butylbromide: Awal: 10
tunggal. Deman 4 g / hari. mg. mg, dapat meningkat
tipoid pada anak Angioedema herediter Dosis ekstrak hingga 20 mg 4 kali / hari
10 -15 mg/ kgbb 1-1,5 g tawaran atau belladonna : dewasa 1 jika diperlukan.
selama 2 minggu dilakukan sebentar- tab diberikan maksimal Profilaksis mabuk
sebentar atau terus- 3x sehari. perjalanan Sebagai
menerus. Pasien hyoscine hydrobromide:
dengan hemofilia Awal: 0,15-0,3 mg 20-30
yang menjalani menit sebelum
pencabutan gigi 1,5 g perjalanan, ulangi 6 jam
8 jam. IV Manajemen jika diperlukan, hingga
perdarahan jangka maksimal 3 dosis dalam
pendek Lokal: 0,5-1 g 24 jam. Maks: 0,9 mg /
bid atau tid. Umum: 1 hari. IM / IV / SC Mual
g 6-8 setiap jam. dan muntah; Mabuk;
Vertigo Sebagai hyoscine

ii
hydrobromide: 0,2 mg
sebagai dosis tunggal.
Pengobatan preoperatif
Sebagai hidrosromida
hyoskin: 0,2-0,6 mg
diberikan 30-60 menit
sebelum induksi anestesi.
Kejang saluran
pencernaan; Kejang
genitourinari Sebagai
hyoscine butylbromide:
20 mg melalui injeksi IV
atau IM lambat, ulangi
setelah 30 menit jika
diperlukan. Maks: 100
mg / hari. Transdermal
Mual dan muntah pasca
operasi Oleskan 1
tambalan di belakang
telinga pada malam hari
sebelum operasi atau 1
jam sebelum operasi
caesar. Profilaksis mabuk
perjalanan Oleskan 1
tambalan di belakang
telinga, 4-6 jam sebelum
perjalanan atau di malam
hari sebelum perjalanan.

ii
Golongan Antibiotik Hemostatik/Manajem Antispasmodik Antispasmodik
en perdarahan jangka
pendek

Efek Samping Gangguan saluran Signifikan: Gangguan• Konstipasi, peneurunan Signifikan:


cerna,reaksi visual dan okular sekresi bronkus, retensi Tachyarrhythmias,
hipersensivitas, (mis. Gangguan urin, takikardi hipotensi, peningkatan
gannguan funsi penglihatan warna),• Tanda overosis : dilatasi tekanan intra-okuler,
hati,ganggguan vena retina atau pupil, fotofobia, mulut kantuk, keadaan
SSp,gangguan oklusi arteri, kering. kebingungan, halusinasi
hematologi konjungtivitis lignus, visual, penglihatan kabur,
kejadian nyeri mata, reaksi
tromboemboli, idiosinkratik (mis.
kejang-kejang. Agitasi, khayalan,
Gangguan darah dan psikosis toksik akut),
sistem limfatik: kejang epilepsi.
Anemia. Gangguan sistem saraf:
Gangguan Pusing, sakit kepala,
pencernaan: Diare, gangguan keseimbangan,
mual, muntah, sakit kegembiraan, ataksia,
perut. halusinasi, kelainan
Gangguan umum dan perilaku, psikosis toksik
kondisi tempat akut, agitasi,
administrasi: kebingungan, paranoia,
Kelelahan. bicara tidak jelas,
Gangguan kelelahan, migrain, lekas
muskuloskeletal dan marah, amnesia, gelisah,
jaringan ikat: Nyeri penenang, sedasi.

ii
Muskuloskeletal, Gangguan jantung:
kram otot. Bradikardia.
Gangguan sistem Gangguan pencernaan:
saraf: Sakit kepala, Mual, muntah,
migrain. hipersalivasi, diare, mulut
Gangguan kering, kram perut,
pernapasan, toraks, konstipasi, ulserasi
dan mediastinum: esofagus.
Gejala hidung dan Gangguan umum dan
sinus. kondisi tempat
Berpotensi Fatal: pemberian: Hiperpyrexia.
Reaksi Gangguan mata:
hipersensitivitas yang midriasis, cycloplegia,
parah termasuk pruritus mata.
anafilaksis. Muskuloskeletal:
Kelemahan otot.
Gangguan ginjal dan
urin: Retensi urin,
disuria.

Cara Pakai Oral Oral Oral Oral


Literature ISO Indonesia MIMS 2019 Basic Pharmacology & MIMS 2019
volume 49 -2014 Drug Notes 2019
s/d 2015

ii
Resep 10

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR Motlik, Jakarta Pusat
Telp. +6221654555

dr. Reza F Putra


SIP : 5/2.44/31.71.03/-1.799.3/E/2017
Jakarta 04 09 2019

R/ Cefspan 200 mg No. XX

S 2 dd 1

R/ Sincronik tablet No. XV

S 3 dd 1

R/ Kaflam 50 mg No. XII

S 2 dd 1 PC

Pro : Tn LY
Umur : 56 Th
No. RM : 29xxxxx
Alamat :

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √

2 Jumlah Obat √

3 Bentuk Sediaan √

4 Stabilitas Obat √

5 Kompatibilitas √

6 Aturan Pakai √

7 Cara pakai √

8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
PADA RESEP
NO URAIAN
ADA TIDAK
Incriptio
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan √
Tanggal
Penulisan Resep
Invocatio
6 Tanda Resep √
Diawali
Penuliasan
Resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan pakai √
lain
16 Iter/Tanda lain √
Subcritio
17 Tanda √
Tangan/Paraf
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis

Pengamatan Rekomendasi
No Aspek Klinis
Sesuai Tidak

1 Dosis √

2 Interaksi Obat √

3 Pemilihan Obat Tidak √


Tepat

4 Reaksi Obat Yang Tidak √


Diinginkan

5 Kontraindikasi √

6 Ketepatan Indikasi √

7 Ketepata Aturan √
Penggunaan Obat

8 Ketepatan Cara √
penggunaan Obat

9 Ketepatan lama √
Penggunaan Obat

10 Terdapatnya duplikasi √

11 Terdapatnya polifarmasi √

12 Terdapatnya alergi obat √

13 Terdapatnya efek √
samping obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Interaksi, Dosis, Efek Samping, Cara Pakai dan Literatur Obat Pada Resep

Nama Obat Pada Resep

Cefspan 200 mg Sincronik tablet Kaflam 50 mg

Komposisi Cefixime Tramadol Hydrochloride, parasetamol Kalium Diklofenak

Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh Tramadol Hydroklorida : Nyeri akut Terapi jangka pendek nyeri
patogen, ISK, infeksi saluran atas dan kroni berat, nyeri pasca operasi. inflamasi, nyeri setelah trauma,
bawah nyeri setelah operasi, nyeri pada
Parasetamol : Nyeri ringan sampai infeksi THT.
sedang, demam.

K.I Hipersensitivitas terhadapa Tramadol Hydroklorida : depresi napas Hipersensitif terhadap diklofenak,
sefalosporin akutalkoholisme akut, penyakit hati tikak peptik. Asma, urtikaria,
akut, ileus paralitik, peningkatan rhinitis akut yang ditimbulkan
tekanan intrakanial atau cedera kepala. oleh salisilat atau obat OAINS
lainhya, kehamilan.
Parasetamol : Hipersensitif, gangguan
hati

Dosis Dewasa dan anak diatas 12 tahun Tramadol Hydroklorida : dewasa : oral : Dewasa : 100 – 150 mg/hari
atau berat > 30 kg, 50-100 mg 50-100 mg/kali diberikan tiap 4-6 jam. terbagi dalam 2-3 dosis.
sehari, infeksi berat dosis Maks 400 mg/hari injeksi : IM atau IV :
ditingkatkan hingga 2 X 200 mg 50-100 mg/kali diberikan tiap 4-6 jam.
sehari. Maks 400 mg/hari

ii
Gonorea : 400 mg dosis tunggal Parasetamol : Dewasa : 500 mg- 1000
mg per kali, diberikan tiap 4 – 6 jam.
Demam saluran pada anak 10-15 Maksimum 4 g per hari
mg/kgbb selama 2 minggu
Anak < 12 th : 10 mg/kgBB/kali

Golongan Antibiotik Tramadol Hydroklorida :Analgetik OAINS


Opioid

Parasetamol : Analgetik-antipiretik

Efek Gangguan saluran cerna, reaksi Tramadol Hydroklorida : Perasaan tidak Mual, gastritis, eritema kulit, sakit
Samping hipersensitivitas, gangguan fungsi enak di perut, diare, hipotensi, kepala.
hati, gangguan hematologi hipertensi, paraestesia, anafilaksis, dan
kebingungan.

Parasetamol : Reaksi alergi, ruam kulit


berupa eritema atau urtikaria, kelainan
darah, hipotensi, keruskan hati

Cara Pakai Oral Oral

Literatur ISO Indonesia volume 49 th 2014 Basic Pharmacology & Drug notes edisi
sd 2015 2019

ii
Resep 11

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR Motlik, Jakarta Pusat
Telp. +6221654555

dr. Dyah Widyarti


No. SIK : 4/2.102/311.71.03.1002./-1.779.3/E/2017

Jakarta 04 09 2019

R/ Starcef 200 mg No. X

S 2 dd 1

R/ sumagesic No. VIII

S 3 dd 1

R/ Narfoz 8 mg Tab No. V

S 2 dd 1 AC

R/ Lansoprazole 30 mg kap No. X

S 2 dd 1 AC

Pro : Nn LH
Umur : 30 Th
No. RM : 57xxxxx
Alamat :

ii
1. Kajian Kesesuaian Farmasetik

Pengamatan Alasan
No Kriteria
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √

2 Jumlah Obat √

3 Bentuk Sediaan √

4 Stabilitas Obat √

5 Kompatibilitas √

6 Aturan Pakai √

7 Cara pakai √

8 Dosis Obat (Perhitungan √


Dosis)

2. Kajian Kesesuaian Administratif


PADA RESEP
NO URAIAN
ADA TIDAK

Incriptio

1 Nama Dokter √

2 SIP Dokter √

3 Alamat Praktek √

4 Nomor telepon √

5 Tempat dan Tanggal √


Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawali √


Penuliasan Resep (R/)
Prescriptio

ii
7 Nama Obat √

8 Kekuatan Obat √

9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √

11 Jenis Kelamin √

12 Tanggal lahir √

13 Berat Badan √

14 Alamat √

15 Aturan pakai lain √

16 Iter/Tanda lain √

Subcritio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

3. Pertimbangan Klinis
Pengamatan Rekomendasi
No Aspek Klinis
Sesuai Tidak

1 Dosis √

2 Interaksi Obat √

3 Pemilihan Obat Tidak √


Tepat

4 Reaksi Obat Yang Tidak √


Diinginkan

5 Kontraindikasi √

6 Ketepatan Indikasi √

7 Ketepata Aturan √

ii
Penggunaan Obat

8 Ketepatan Cara √
penggunaan Obat

9 Ketepatan lama √
Penggunaan Obat

10 Terdapatnya duplikasi √

11 Terdapatnya polifarmasi √

12 Terdapatnya alergi obat √

13 Terdapatnya efek √
samping obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Interaksi, Dosis, Efek Samping, Cara Pakai dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep

Starcef Sumagesic Narfoz Lansoprazole

Komposisi Cefixime Parasetamol Ondansetron Lansoprazole

Indikasi Infeksi yang Nyeri ringan sampai Mual dan muntah akibat Tukak lambung, tukak duodenum,
disebabkan oleh sedang, demam. kemoterapi dan GERD, hipersekresi patologis
patogen, ISK, infeksi radioterapi, pencegahan
saluran atas bawah mual dan muntah pasca
operasi

K.I Hipersensitivitas Hipersensitif, gangguan Hipersensitivitas, Penderita yang hipersensitiv


terhadapa hati sindroma perpanjangan terhadap lansoprazole
sefalosporin interval QT bawaan

Dosis Dewasa dan anak Dewasa : 500 mg- 1000 Dosis dewasa Tukak lambung dan duodenum : 1
diatas 12 tahun atau mg per kali, diberikan x 15-30 mg/hari selama 4-8
berat > 30 kg, 50-100 tiap 4 – 6 jam. Kemoterapi dan minggu. Dosis pemeliharaan 1 x
mg sehari, infeksi Maksimum 4 g per hari radioterapi yang 15 mg/hari
berat dosis memyebabkan muntah
ditingkatkan hingga 2 Anak < 12 th : 10 tingkat sedang : oral : 8 Eradikasi H.Pylori : sesuai
X 200 mg sehari. mg/kgBB/kali mg, 1-2 jam sebelum regimen terapi eradikasi H pylori
terapi atau injeksi iv
Gonorea : 400 mg lambat, 8 mg sesaat GERD : 1 x 30 mg/hari selama 4-
sebelum terapi,

ii
dosis tunggal dilanjutkan dengan 8 mg 8 minggu
oral tiap 12 jam sampai 5
Demam saluran pada hari
anak 10-15 mg/kgbb
selama 2 minggu

Golongan Antibiotik Analgetik-antipiretik Anti emetik PPI

Efek Gangguan saluran Reaksi alergi, ruam kulit Sakit kepala, sensasi Urtikaria, mual dan muntah,
Samping cerna, reaksi berupa eritema atau hangat atau kemerahan, konstipasi kembung, nyeri
hipersensitivitas, urtikaria, kelainan konstipasi, reaksi lokasi abdomen, lesu, paraestasia, nyeri
gangguan fungsi hati, darah, hipotensi, injeksi. otot dan sendi.
gangguan hematologi keruskan hati

Cara pakai Oral Oral Oral Oral

Literatur ISO Indonesia Basic Pharmacology & Drug notes edisi 2019
volume 49 th 2014 sd
2015

ii
Resep 12

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Suekirman
No. SIK : 070/2.30/-1.779.3/31/71.03.1002/-1.777.0

Jakarta 04 09 2019

R/ Rivel Tab Plus No. XX

S 2 dd 1

R/ Vestein No. XX

S 2 dd 1

Pro : Tn NN
Umur : 56 Th
No. RM : 13xxxxx
Alamat :

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan Alasa
No Kriteria Sesuai Tidak sesuai n

1 Nama Obat √

2 Jumlah Obat √

3 Bentuk Sediaan √

4 Stabilitas Obat √

5 Kompatibilitas √

6 Aturan Pakai √

7 Cara pakai √

ii
8 Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

2. Kajian Kesesuaian Administratif


Pada Resep
No Uraian
Ada Tidak

Incriptio

1 Nama Dokter √

2 SIP Dokter √

3 Alamat Praktek √

4 Nomor telepon √

5 Tempat dan Tanggal √


Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawali √


Penuliasan Resep (R/)
Prescriptio

7 Nama Obat √

8 Kekuatan Obat √

9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √

11 Jenis Kelamin √

12 Tanggal lahir √

13 Berat Badan √

14 Alamat √

15 Aturan pakai lain √

ii
16 Iter/Tanda lain √

Subcritio
17 Tanda Tangan/Paraf √
Dokter

3. Pertimbangan Klinis
Pengamatan Rekomendasi
No Aspek Klinis
Sesuai Tidak

1 Dosis √

2 Interaksi Obat √

3 Pemilihan Obat Tidak √


Tepat

4 Reaksi Obat Yang Tidak √


Diinginkan

5 Kontraindikasi √

6 Ketepatan Indikasi √

7 Ketepata Aturan √
Penggunaan Obat

8 Ketepatan Cara √
penggunaan Obat

9 Ketepatan lama √
Penggunaan Obat

10 Terdapatnya duplikasi √

11 Terdapatnya polifarmasi √

12 Terdapatnya alergi obat √

13 Terdapatnya efek √
samping obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Interaksi, Dosis, Efek Samping, Cara Pakai dan Literatur Obat Pada Resep

Nama Obat Pada Resep


Rivel Plus Tab Vestein
Komposisi Cetrizine Erdosteine
Indikasi Rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, Mukolitik pada infeksi saluran nafas akut dan
konjungtivitis, pruritis, urtikaria idiopati kronis kronik
K.I Hipersensitif terhadap erdosteine, pasien sirosis hati
Hipersensitif, laktasi dan kekurangan enzim crystathionine sintase,
fenilketourine (hanya pada granul), pasien gagal
ginjal (dengan kreatin klirens ,25 mL/min)
Dosis Dosis dewasa : 1 x 10 mg/hari Sediaan kapsul : dewasa 2-3 x 1 kapsul sehari
Golongan Anti Histamin Mukolitik
Efek Samping Sakit kepala, pusing, agitasi, mulut kering, rasa
tidak nyaman diperut, reaksi hipersensitivitas
seperti reaksi kulit dan angiodema
Cara pakai Oral Oral
Literatur Basic Pharmacology & Drugs Notes Edisi 2019

ii
Resep 13

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

Dr Soekirman Soekin
SIP: 070/2.30/-1.799.3/31.71.03.1002/-1.777.0
Jakarta 21 Agustus 2019

R/ N Exium 20 No XX
S 2 dd 1 ac Perut kosong
R/ Codifront No XX
S 2 dd 1
R/ Monarin No XX
S 2 dd 1

Pro : TN X
Umur : 34 Tahun
No RM : 316XXX
Alamat :
No HP :

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik

No Kriteria Pengamatan Alasan


Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6 Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √

ii
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
N- Exium 20 Codipront EX Monarin Tab
Nama Generik Esomeprazole Codein anhydrate Montelukast
Indikasi GERD atau refluks Antitusif, analgesic Asma, bronkospasme
gastroesofagal erosif,
tukak lambung atau
duodenum terkait
bakteri Helicobacter
pylori, ulserasi
karena obat
antiinflamasi
nonsteroid
Kontra Indikasi Hipersensitivitas atau Asma bronchial, Hipersensitivitas
alergi terhadap emfisema paru, trauma
kandungan obat, kepala, peningkatan TIK,
penderita alkoholik akut, pasca op
malabsorpsi, saluran empedu.
intoleransi fruktosa,
ibu menyusui, anak-
anak dibawah 12
tahun
Dosis 20-40 mg/hari Antitusif dewasa 10-20 10 mg/hari
mg tiap 4-6 jam. Maks 60
mg/hari. Anak 6-12 tahun
5-10 tiap 4-6 jam. Maks
60 mg/hari. Anak 2-6
tahun 1 mg/hari BB/hr

ii
dalam dosis terbagi. Maks
30 mg/hr. Analgesic
dewasa 30-60 mg tiap 4-6
jam. Anak 0,5 mg/kg
BB/hr 4-6 jam
Golongan Penghambat Pompa Narkotika Inhibitor Leukotrien
Proton
Efek Samping Mual, muntah,diare, Dapat menyebabkan Ruam kulit, memar, kesemutan yang
ruam, pusing, sakit, ketergantungan obat, parah, nyeri, kelemahan otot, tremor,
kepala, nyeri otot, mual, muntah, sakit parah sinus, bengkak.
detak jantung tidak indosinkrasi, pusing,
normal, keram kaki konstipasi, depresi pada
jantung, syok
Cara Pakai Peroral Peroral Peroral
Literatur Medscape MIMS, Edisi 16 Halaman Medscape
65

ii
Resep 14

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Findy Prasetyawati


SIP: 1.2.01.3173.3913/13014/10.18.1
Jakarta 05 Agustus 2019

R/ Durogesic 25 Mcg No III


Tempel tiap 72 Jam
R/ Zaldiar Tablet No XV
S 3 dd 1 jika nyeri
R/ Gabapentin 300 Mg tab No X
S 2 dd 1

Pro : NY X
Umur : 53 Tahun
No RM : 5668XX
Alamat : JL. Bendungan Jago No.12
No HP : +62821188XXX

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik

No Kriteria Pengamatan Alasan

Sesuai Tidak sesuai


1 Nama Obat √

2 Jumlah Obat √

3 Bentuk Sediaan √

4 Stabilitas Obat √

ii
5 Kompatabilitas √

6 Aturan Pakai √

7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

2. Kajian Kesesuaian Administratif

NO URAIAN PADA RESEP


ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal √


Penulisan Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

ii
17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep

Nama Obat Pada Resep


Durogesic 25 mg zaldiar Gabapentin 300mg
Nama Generik Fentanyl Tramadol Alpentin
paracetamol
Indikasi Penghilang nyeri Terapi jangka Terapi tambahan untuk epilepsi parsial
intraperasi,nyeri pendek untuk nyeri dengan atau tanpa kejang umum yang
kanker ,nyeri akut tidak dapat dikendalikan dengan
kronik,nyeri post antiepilepsi lain,nyeri neuropati.
operasi (plester
trasdermal ),nyeri
sedang hingga berat
yang tidak berespon
dengan opioid lainnya.
Kontra Indikasi Depresi nafas Hipersensitivitas,pankreatitis akut,ridak
akut,alkoholisme efektif pada kejang generalisasi primer
akut,penyakit hati ,galaktasemia ( Intoleransi galaktosa)
akut,ileus untuk sedian kapsul gabapentin yang
paralitik:peningkatan mengandung laktosa.
tekanan intrakranial
atau cedera
kepala:feokromositam
a,penggunaan bersama
MAOI atau obat SSP
lainnya.
Dosis 25 mcg/jam dws≥16 thn 3-4 300 mg
tablet

ii
/hari.maks:8tablet/ha
ri>75 thn interval
pemberian dosis
tidak boleh <6 jam
Golongan Analgetik opioid analgesik Antiepilepsi
Efek Samping Mual dan muntah, Mual, pusing, Somnolen,pusing,ataksia,lelah,nistagms,
kontipasi, rasa kontipasi, mulut sakit
mengantuk. Dosis kering , diare sakit kepala,tremor,diplopia,ambliopia,rintis,
lebih besar kepala,binggung mual dan muntah,peningkatan
menyebabkan depresi ,keringat berlebihan. BB,demam, faringitis,
napas, hipotensi, dan mulut/tenggorokan kering, dispepsia,
kekakuan otot; efek insmonia, edema perifer, batuk, gelisah
samping sulit kencing, emosi labil, kebinggungan ,ruam kulit.
spasme bilier atau
ureter, mulut
kering;berkeringat;
sakit kepala ,muka
merah,vertigo,
bradikardia,
takikardia, palpitasi,
hipotensi postural,
hipotermia, halusinasi,
disforia, perubahan
mood.
Cara Pakai peroral Peroral Peroral
Literatur Basic pharmacology & Iso volume 51-tahun Basic pharmacology & drug Notes
drug Notes 2017-2018

ii
Resep 15

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Kurniawan Tjahjadi


SIP: 2/2.102/31.71.03.1002/-1.779.E/E/2017
Jakarta 24 Agustus 2019
R/ Lansoprazole No X
S 2 dd 1 ac
R/ Domperidon 10 mg No XII
S 3 dd 1 ac
R/ Neciblok No I
S 3 dd 5 cc ac

Pro : NY X
Umur : 38 Tahun
No RM : 1640XX
Alamat :
No HP :0857xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √

ii
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

2. Kajian Kesesuaian Administratif


NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal √


Penulisan Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Lansoprazole Domperidone Neciblok
Nama Generik Inhipraz,prosogan,protica Costil,dom,dombaz,domedon,domeran,do Sucralfat
meta,vometa Ft
Indikasi Tukak lambung ,tukak duodenum Terapi mual dan muntah Tukak lambung ,tukak
.GERD,hipersekresi patologis deudenum
(misal: sindroma zolinger
elisson).
Kontra Penderita yang hipersensitif Jika stimulasi terhadap motilitas lambung Hipersensitivitas
Indikasi terhadap lansoprazole. dianggap membahayakan ,tumor
hipofisis,prolaktinoma.
Dosis 30 mg Tablet 10 mg Tablet 500 mg
Syrup /suspensi 5 mg/5ml Larutan suspensi 500mg/5ml
Golongan Proton pump inhibitor(PPI) Anti emetik Proton pump inhibitor (PPI)
Efek Samping Urtikaria,mual dan Kadar prolaktik naik,penurunan Konstipasi,diare,mual
muntah,konstipasi,kembung,nyeri libido,ruam dan reaksi alergi lain,reaksi ,gangguan
abdomen,lesu,paraestesia,nyeri distonia akut. pencernaan,gangguan
otot dan sendi,pandangan lambung ,mulut kering ,ruam
kabur,edema perifer,perubahan ,reaksi hipersensitivitas ,nyeri
hemotologi. punggung ,pusing,sakit
kepala,vertigo,dan
mengantuk.
Cara Pakai peroral Peroral,suspensi Peroral
Literatur basic pharmacology & drug Notes basic pharmacology & drug Notes Basic pharmacology & drug
notes

ii
Resep 16

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

drg. Evy Eida Vitria SPBM


SIP: 3/2.44/31.71.03./-1.779.3/E/2017
Jakarta 23 Agustus 2019

R/ Clavamox 500 mg No XV
S 3 dd 1
R/ Orinox 120 mg No V
S 3 dd 1 ac

Pro : TN X
Umur : 42 Tahun
No RM : 233653XX
Alamat :
No HP :0857xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif

NO URAIAN PADA RESEP


ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal √


Penulisan Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf √
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Clavamox Orinox
Nama Generik Amoxicilin, Clavulanate Pottassium Etoricoxib
Indikasi Infeksi saluran nafas atas dan bawah ,infeksi Meringankan gejala pada terapi osteoartritis
saluran urogenital ,infeksi kulit ,dan jaringan ,meringankan nyeri muskuloskeletal kronik
lunak,infeksi tulang dan sendi,sepsis aborsi dan ,meringankan nyeri akut yang berhubungan
sepsis intra abdominal. dengan bedah mulut.
Kontra Indikasi Hipersensitivitas terhadap penicilin,infeksi Hipersensitifitas terhadap komponen
mononukleosis. obat,inflammatory bowel disease,hipertensi yang
tidak terkontrol
Dosis 250 mg infeksi ringan-sedang setiap 8 jam. Osteoartritis,nyeri muskuloskeletal kronik:60mg
Anak 1-6 tahun 125mg setiap 8 jam. 1x sehari
Nyeri akut yang berhubungan dengan bedah
mulut : 120mg 1 x sehari.
Golongan Antibiotik Analgetik
Efek Samping Diare,mual,muntah,rasa tidak enak pada perut,sakit Asthenia, rasa lelah, pusing ,edema ekstrenitas
kepala,ruam kulit , uritikaria, vagintis, kandidiasis, bawah, hipertensi, dispepsia, mual, sakit
ikterius kolekstatik, hepatitis. kepala,peningkatan ALT/AST
Cara Pakai Peroral Peroral
Sirup kering tiap 5 ml
Literatur Basic pharmacology & drug notes Basic pharmacology & drug notes
ISO volume 51-tahun 2017-2018

ii
Resep 17

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr Tedi Hutomo
SIP: 40/2.104/31.71.03/-1.779.3/e/2017
Jakarta 28 Agustus 2019

R/ Amaryl 2 No XX
S 1 dd 1 pagi ac
R/ Lancid 30 mg kapsul No XL
S 2 dd 1
R/ Telsat 40 mg Tab No. XX
S 1 dd 1 malam

Pro : TN X
Umur : 38 Tahun
No RM : 1640XX
Alamat :
No HP :0857xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal √


Penulisan Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Amaryl 2 lancid Telsat 40 mg
Nama Generik Glimepiride lansoprazole Telmisartan
Indikasi Diabetes melitus tipe 2 Tukak lambung,tukak ARB merupakan alternatif yang
duodenum,GERD,hipersekresi berguna untuk pasien yang harus
patologis (misal:sindroma menghentikan ACE inhibitor akibat
zolinger elison) batuk yang persisten. ARB digunakan
sebagai alternatif dari ACE-inhibitor
dalam tatalaksana gagal jantung atau
nefrotpati akibat diabetes.
Kontra Indikasi Gangguan fungsi hati, Penderita yang hipersensitif Kehamilan (obat harus dihentikan bila
gagal ginjal,porfiria, terhadap lamsoprazole. pemakai trnyata hamil
ketoasidosis,ibu hamil ),menyusui,stenosis pada satu-satunya
ginjal yang masih berfungsi.
Dosis 1-8 mg Tukak lambung dan duodenum 40mg
: 1 x 15-30 mg 80mg
GERD: 1x30mg
Golongan sulphonylurea Proton pump inhibitor ( PPI) ARB
Efek Samping Mual,muntah,diare,ko Uritikaria,mual dan Hipotensi dapat terjadi pada pasien
nstipasi,gangguan muntah,kontipasi,kembung, dengan kadar renin tinggi seperti
fungsi hati nyeri abdomen,lesu hipovalemia,gagal jantung,hipertensi
(cholestatic,jaundice,h ,paraestesia,nyeri otot dan renovaskular,dan sirosis hati.
epatitis,gagal fungsi sendi,pandangan kabur
hati)
Cara Pakai Peroral Peroral Peroral
Literatur Basic pharmacology & Basic pharmacology & notes Basic pharmacology & notes drug
notes drug drug

ii
Resep 18

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr Fachrisal
SIP: 1.2.01.3173.4024/13014/03.19.3
Jakarta 24 Agustus 2019

R/ Kalnex 500 mg tab No XX


S 2 dd 1
R/ Nocel 50 mg kapsul No XX
S 1 dd 1 ac
R/ Etorvel 90 mg tablet No X
S 1 dd 1 cc ac

Pro : TN X
Umur : 45 Tahun
No RM : 6056XX
Alamat :
No HP :0857xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal √


Penulisan Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Kalnex Nocel Etorvel
Nama Generik Asam traneksamat Diacerein Etoricoxib
Indikasi Manajemen perdarahan jangka Osteoarthritis Osteoartritis, Ankylosing spondylitis;
pendek, Menorrhagia, Hereditary Artritis reumatoid, Artritis gout akut,
angioedema, Pasien dengan Nyeri dan peradangan yang terkait
hemofilia yang menjalani dengan operasi gigi
pencabutan gigi, Manajemen
jangka pendek perdarahan

Kontra Hipersensitif. Penyakit Kehamilan, menyusui, Hipersensitif. Pasien dengan tukak


Indikasi tromboemboli aktif (mis. Emboli hipersensitif terhadap lambung aktif atau perdarahan
paru, DVT), riwayat trombosis derivate antraquinon gastrointestinal, penyakit radang usus,
vena atau arteri (termasuk vena gagal jantung kongestif (NYHA II-
retina atau oklusi arteri), IV), hipertensi yang tidak terkontrol
disebarkan koagulasi atau dengan tekanan darah tinggi
intravaskular, kondisi fibrinolitik secara terus-menerus (> 140/90
setelah koagulopati konsumsi, mmHg), penyakit jantung iskemik,
riwayat kejang. Penggunaan penyakit arteri perifer, penyakit arteri
bersamaan dengan kontrasepsi serebrovaskular, riwayat
hormonal. Ggn ginjal berat. bronkospasme, rinitis akut, polip
hidung, edema angioneurotik, urtikaria
atau reaksi tipe alergi setelah minum
aspirin, NSAID termasuk penghambat
COX-2. Anak-anak dan remaja <16
tahun. Ggn ginjal (CrCl <30 mL /
mnt) dan ggn hati berat (Child-Pugh

ii
≥10). Kehamilan.
Dosis 650 mg 50 mg 2x sehari 30-90 mg
Golongan Antifibrinolitik Antrakuinon NSAiD
Efek Samping Signifikan: Gangguan visual dan Diare, nyeri epigastrium, Signifikan: Retensi cairan, edema,
okular (mis. Gangguan mual, muntah, urin hipertensi, peningkatan ALT atau
penglihatan warna), vena retina berwarna kuning pekat AST, reaksi hipersensitivitas termasuk
atau oklusi arteri, konjungtivitis anafilaksis dan angioedema.
lignus, kejadian tromboemboli, Gangguan jantung: Palpitasi, aritmia.
kejang-kejang. Gangguan gastrointestinal: Nyeri
Gangguan darah dan sistem perut, sembelit, perut kembung, maag,
limfatik: Anemia. mulas, diare, dispepsia, mual, muntah,
Gangguan pencernaan: Diare, esofagitis, ulkus mulut.
mual, muntah, sakit perut. Gangguan umum dan kondisi situs
Gangguan umum dan kondisi admin: Asthenia, penyakit mirip flu.
tempat administrasi: Kelelahan. Infeksi dan infestasi: osteitis alveolar.
Gangguan muskuloskeletal dan Gangguan sistem saraf: Sakit kepala.
jaringan ikat: Nyeri Gangguan pernapasan, toraks, dan
Muskuloskeletal, kram otot. mediastinum: Bronkospasme.
Gangguan sistem saraf: Sakit Berpotensi Fatal: Perforasi
kepala, migrain. gastrointestinal, borok atau
Gangguan pernapasan, toraks, perdarahan, dermatitis eksfoliatif,
dan mediastinum: Gejala hidung sindrom Stevens-Johnson (SJS),
dan sinus. nekrolisis epidermal toksik (TEN).
Berpotensi Fatal: Reaksi
hipersensitivitas yang parah
termasuk anafilaksis.
Cara Pakai Peroral Peroral Peroral
Literatur MIMS Indonesia MIMS Indonesia MIMS Indonesia

ii
Resep 19

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr Victor
SIP:
Jakarta 24 Agustus 2019
R/ Glumin XR 750 Tab No LX
S 1 dd 1 pc makan malam
R/ Janumet XR 50/1000 tab No LX
S 1 dd 1 pc makan pagi
R/ Glucovance 500/2,5 mg No LX
S 1 dd 1 pc makan siang
R/ Stator 20 mg No LX
S 1 dd 1 pc makan malam

Pro : TN Y
Umur : 42 Tahun
No RM : 4369XX
Alamat :
No HP :0857xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan √
Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal Penulisan √


Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Glumin xr Janumet XR 50/1000 Glucovance 500/2,5 Stator 20mg
mg
Nama metformin sitagliptin glibenclamide Atorvastatin
Generik
Indikasi Diabetes melitus tipe 2 Untuk memperbaiki Diabetes melitus tipe - Hiperkolesterolimia
kontrol gula darah 2 primer dan
pada pasien DM tipe dislipidemia campuran
2. - Hipertrigliseridemia
Kontra Gangguan fungsi ginjal Hipersensitivitas, Gangguan fungsi - Hipersensitiv terhadap
Indikasi (GFR ketoasidosis diabetik, hati,gagal atorvastatin
<30ml/menit/1,73m2),ket DM tipe 1. ginjal,porfiria - Penyakit hati aktif atau
oasidosis,baru mengalami peningkatan
infark miokard, adanya transaminase yang
gangguan hati berat, sert tidak dapat dijelaskan
pasien cenderung - Kehamilan, laktasi
hipoksemia.
Dosis 500-3000mg/hari 25-100mg 2,5-20mg 10-80 mg/hari
Golongan glinid Penghambat DPP-IV suphonylurea Statin
Efek Anoreksia, mual dan Infeksi saluran nafas Hipoglikemia - Peningkatan kadar
Samping muntah, diare (umumnya atas, sakit kepala, gula darah dan kadar
sementara), nyeri perut, nasofaringitis, reaksi HbA1C
hipersensitivitas, - Resiko miopati pada
peningkatan enzim orang tua
hepatik, pankreasi - Resiko rahbdomyolisis
akut, konstipasi, mual
dan muntah.

ii
Cara Pakai peroral peroral peroral Peroral
Literatur Basic pharmacology & Basic pharmacology & Basic pharmacology Medscape
notes drug notes drug & notes drug

ii
Resep 20

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr Victor
SIP:
Jakarta 24 Agustus 2019
R/ LAZ 30 mg kapsul No X
S 2 dd 1 ac
R/ Vometa FT 10 mg No X
S 3 dd 1 ac

Pro : NN
Umur : 17 Tahun
No RM : 1079XX
Alamat :
No HP :0857xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal √


Penulisan Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf √
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
LAZ Vometa FT
Nama Lansoprazol Domperidon
Generik
Indikasi Pengobatan jangka pendek pada ulkus Mual dan muntah, tidak dianjurkan pencegahan
duodenum, benign ulkus gaster dan refluks rutin pada muntah setelah operasi. Pengobatan
esofagitis symptom dyspepsia fungsional, tidak dianjurkan
untuk pengobatan jangka lama.
Kontra Hipersensitif Hipersensitif terhadap , domperidon, penderita
Indikasi dengan prolaktiloma yang mengeluarkan prolaktin.
Dosis 15-30 mg 10-20 mg
Golongan PPI (Pompa Proton Inhibitor) Antiemetic
Efek Sakit kepala, nyeri abdomen, diare, Peningkatan konsentrasi prolaktin serum sehingga
Samping dyspepsia, lelah, kembung, ruam kulit, menyebabkan galaktorea dan ginekomasia, mulut
urtikaria, terjadi kenaikan nilai-nilai fungsi kering, sakit kepala, ruam kulit, rasa haus, cemas
hati yang bersifat sementara dan akan kembali dan gatal.
normal, edema perifer dan despresi.
Cara Pakai Peroral Peroral
Literatur ISO IndonesiaVol 49 ISO Indonesia Vol 49

ii
Resep 21

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr Widya Wijaya SPOG


SIP:
Jakarta 24 Agustus 2019
R/ Cripsa No XXX
S 1 dd 1
R/ Norelut No X
S 1 dd 1

Pro : NY N
Umur : 40 Tahun
No RM : 63XXXX
Alamat :
No HP : 0853xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan √
Tanggal Penulisan
Resep

Invocatio

6 Tanda Resep √
Diawal Penulisan
Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda √
Tangan/Paraf
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Cripsa Norelut
Nama Generik Bromocriptine Norethindrone
Indikasi Kontrasepsi
Hiperprolaktinemia, Sindrom premenstruasi,
Penyakit Parkinson, Akromegal
Kontra Indikasi Hipersensitiv terhadap bromocriptine, Documented hypersensitive, penyakit
hipersensitiv terhadap alkaloid ergot tromboemboli arteri, kehamilan, pendarahan
vagina tidak normal, tumor payudara.
Dosis 2,5 mg (tab), 5 mg (cap), 0,8 mg (tab cycloset) 0,35 mg/hari
Golongan Hormon sintetis Progesterone sintetis
Efek Samping Mengantuk, Mual dan muntah, Pusing atau sakit Edema, lemas, anoreksia, amenorrhea, sakit
kepala, Sulit buang air besar (konstipasi), Diare, kepala, nyeri perut, perubahan berat badan,
Hidung tersumbat, Mulut kering, Nyeri perut, thrombophlebitis, gugup.
Kram kaki pada malam hari, Hilang nafsu
makan, Nyeri atau kesemutan di jari tangan atau
kaki ketika cuaca dingin, Depresi.
Cara Pakai Peroral Peroral
Literatur Medscape Medscape

ii
Resep 22

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr Victor
SIP:
Jakarta 29 Agustus 2019
R/ Sumagesic Tablet No XV
S 3 dd 1
R/ Cefspan 200 mg Tablet No X
S 2 dd 1
R/ Codipront Cum ExpKapsul No XX
S 2 dd 1

Pro : NY N
Umur : 46 Tahun
No RM : 63XXXX
Alamat :
No HP : 081284802XXX

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk √
Sediaan
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilita √
s
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan √
Tanggal Penulisan
Resep

Invocatio

6 Tanda Resep √
Diawal Penulisan
Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda √
Tangan/Paraf
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Sumagesic Cesfan 200 mg Codipront Cum Exp
Nama Paracetamol cefixime Codein anhidrat 30 mg,
Generik feniltoloksamin 10 mg
Indikasi Nyeriringansampaisedang, demam Infeksi yang disebabkanoleh Terapi simtomatikuntuk batuk
pathogen,ISK,infeksisaluranatasdan kering yang disebabkan alergi
bawah
Kontra Hipersensitif, gangguanhati. Hipersensitivas terhadap Hipersensitif terhadap bahan
Indikasi sefalosporin aktif, asma akut, Penyakit
saluran pernafasan, wanita
hamil dan menyusui
Dosis Dewasa 1-2 kaplet, sama 3-4 Dewasa dan ank diatas 12 tahun 1 kapsul 2 kali sehari
kapletperhari atau berat > 30 kg: 50 -100 mg
Maksimum 8 tablet/hari sehari.infesi berat dosis
Anak (7-12 tahun) : 0,5-1 caplet, 3- ditingkatkan hingga 2x 200 mg
4 x perhari. Penggunaan 4 sehari. Gonorea : 400 mg dosis
kapletperhari. tunggal. Deman tipoid pada anak
10 -15 mg/ kgbb selama 2 minggu
Golongan Analgetik - Antipiretik Antibiotik Analgetik
Efek Reaksialergi, Gangguan saluran cerna,reaksi Alergi seperti ruam merah,
Samping ruamkulitberupaeritemiaatauurikari hipersensivitas, gannguan funsi gatal, pembengkakan, kesulitan
a, kelainandarah. hati,ganggguan SSp,gangguan bernafas, mual dan muntah,
hematologi mulut kering, konstipasi atau
sembelit
Cara Pakai Peroral Peroral Peroral
Literatur Basic Pharmacology & Drug Notes ISO Indonesia volume 49 -2014 s/d Medscape
2015

ii
Resep 23

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr MellyYuliana
SIP: 1/2.102/31.71.03.1002/-1.779-3/e/2016
Jakarta 28 Agustus 2019
R/ Lansoprazole 30 mg Kap No X
S 2 dd 1 ac
R/Vometa FT 10 mg Tablet No X
S 3 dd 1 ac
R/ Neciblok 200 ml Sirup No I
S 3 dd 15 ml ac

Pro : NY N
Umur : 40 Tahun
No RM : 63XXXX
Alamat : Telaga Mas Blok L 7 No 14
No HP : 081284802XXX

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal √


Penulisan Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak √
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Lansoprazole Kapsul Vometa FT NeciblokSirup
Nama Lansoprazole Donperidon 10 mg Sucralfate 500 mg/ 10 ml
Generik
Indikasi Pengobatan jangka pendek pada Mual dan muntah akut. Tidak diancurkan Pengobatan jangka pendek
ulkus duodenum, Benign ulkus pencegahan rutin pada muntah setelah operasi. (sampai 8 minggu) pada
gaster, dan refluks esofagitis Pengobatan symptom dyspepsia fungisional. duodenar ulcer
Tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka
lama.
Kontra Hipersensitif Penderita hipersensitif terhadap donperidone. penderita yang
Indikasi Penderita dengan prolaktiloma yang hipersensitif terhadap
mengeluarkan prolactin komponen obat ini.
Dosis 2 kali sehari 1 kapsul sebelum Dewasa dan usia lanjut: 10-20mg, 3 kali Umumnya bagi orang
makan sehari. Pengobatan sebaiknya tidak melebihi dewasa 10 Ml 4 kali
12 minggu. sehari, sewaktu lambung
kosong( 1 jam sebelum
makan dan tidur).
Golongan PPI (Proton Pum Inhibitor) Antiemetic Antiulcerant
Efek Sakit kepala, nyeri abdomen, Peningkatan konsentrasi prolactin serum, Diare, mual muntah, tidak
Samping diare, dispepsi, mual, muntah, sehingga menyebabkan galaktorea dan nyaman diperut,
mulut kering, sembelit, ginekomasia. Mulut kering, sakit kepala, mengantuk pening, nyeri
kembung, pusing, lelah, diare, ruam kulit, rasa haus, cmas, dan gatal. punggung dan sakit
ruamkulit, urtikaria, pruritus, kepala.
terjadi kenaikan nilai-nilai
fungsi hati, yang bersifat
sementara dan akan kembali
normal, kadang-kadang terjadi

ii
altragial, edema periver, dan
depresi.
Cara Peroral Peroral Peroral
Pakai
Literatur ISO Indonesia volume 49 -2014 ISO Indonesia volume 49 -2014 s/d 2015 ISO Indonesia volume 49 -
s/d 2015 2014 s/d 2015

ii
Resep 24

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Irenne Ferlanika


SIP: 0026/2.37.1/31.71.03.1002/-1779.3/2015
Jakarta 02 September 2019

R/Novalgin 500 mg Tablet No X


S 3 dd 1
R/Zitrhrax 500 mg Tablet No III
S 1 dd 1
R/ Rantin 150 mg Tablet No X
S 2 dd 1 ac
R/ Celestamine Tablet No IV

Pro : NY JS
Umur : 35 Tahun
No RM : XXX321
Alamat : Jl. DanauAgung V Blok D 12
No HP :

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √

ii
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

2. Kajian Kesesuaian Administratif

NO URAIAN PADA RESEP


ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan √
Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal Penulisan √


Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya √
Alergi Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Novalgin Zithrax Rantin Celestamine
Nama Metamizole Azytromycin Ranitidine Betamethason 0,25 mg
Generik dan dexchlorpeniramine 2
mg
Indikasi Nyeri akut dan kronik, Infeksi ringan hingga Tukak lambung, Alergi pada saluran
nyeri kepala, nyeri sedang karena tukak duodenum, pernafasan, kulit dan
pasca trauma/tindakan mikroorganisme yang refluks esophagitis, mata.
bedah, nyeri otot, nyeri sensitif, seperti hipersekresi
kolik. tonsillitis,raningitis,bronchi patologis.
tis, pheumonia, infeksi
kulit dan jararingan lemak.
K.I Hipersensitif terhadap hipersensitif Penderita yang Bayibarulahir premature,
analgesic dananti hipersensitif terhadap tukak peptic, infeksi jamur
reumatik. Hamil dan ranitidine atau H2 sistemik
laktasi. Tekanan darah reseptor antagonis
sistolik <100 mmHg. lainnya.
Bayi< 3 bulan atau bayi
dengan BB <5 kg. pada
bayi usia 3-11 bulan
tidak boleh diberikan
secara IV
Dosis Tablet :dewasa 1 tablet Dewasa; 1 gram untuk Oral : ulkus peptikum Dewasa 2-6 tablet setiap
tiap 6-8 jam. Maksimal dosis tunggal. Indikasih & ulkus duodenum ; hari terbagi dalam 3 dosis
4 tablet per hari. lain ;500 mg pada hari 150 mg 2 kali/hari atau setara dengan 1-2
Ampul pertama, dilanjutkan 250 atau 300 mg sekali tablet sehari 3 kali.
:Dewasa&remaja>15 mg perhari, pada hari sehari sesudah makan

ii
tahun : 2-5 ml IM/IV 1 kedua sampai ke 5 dosis malam atau sebelum
x sehari. Dapat total 1,5 gram. tidur selama 4-8
ditingkatkan hingga minggu.
maksimal 10 ml/hari Refluks
gastroesofagitis : 150
mg 2 kali sehari.
injeksi intramuskuler
: 50 mg (2ml) tiap 6-
8 jam.
Injeksi IV lambat : 50
mg diencerkan
sampai 20 ml dan
diberikan selama
tidak kurang dari 2
menit, dapat diulang
setiap 6-8 jam.

Golongan Analgetik/antipiretik Antibiotik Makrolida Antikolinergik, Antihistamin


(Metimizole) antihistamin
Efek Diskrasia darah, reaksi Nafsu makan • Susunan saraf pusat, Sedasi dan mengantuk,
Samping anafilaktik, serangan berkurang,sakit kepala, :sakit kepala, jarang Ganggunan cairan dan
asma, reaksi mual,sakit perut dan diare. terjadi : malaise, elektrolit dalam
hipersensitif pada kulit. pusing, mengantuk, tubuh,Tukak lambung ,
insomnia, vertigo, Vertigo, sakit kepala,
agitasi, depresi, Berkeringat berlebihan,
halusinasi. Kelemahan otot
• Kardiovaskular :
Aritmia, seperti

ii
takikardia,
bradikardia,
• Gastrointestinal :
Konstipasi, diare,
mualmuntah,
nyeriperut
• Musculoskeletal :
Artralgiadan myalgia
• Hematologic :
Leukopenia,
granulositopenia,
pansitopenia.
• Reaksi
hipersensitifitas.
Cara Peroral Peroral Peroral
Pakai
Literatur Basic Pharmacology & Basic Pharmacology & Basic Pharmacology ISO Indonesia volume 49 -
Drug Notes Drug Notes & Drug Notes 2014 s/d 2015

ii
Resep 25

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

Drg Esti P
SIP: 1/2.103.1/31.71.03.1002/-1779.3/E/2016
Jakarta 20 September 2019

R/ Biodasin 300 Mg kapsul No X


S 2 dd 1
R/ Kaflam 50 Mg Tablet No X
S 2 dd 1

Pro : TN ZN
Umur : 34 Tahun
No RM : 607xxx
Alamat : Jian Road Youngjian Wanjzhao
No HP : 08619xxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √

ii
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

2. Kajian Kesesuaian Administratif


NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf √
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di √
Inginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan √
Obat
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Biodasin Kaflam
Nama Generik Clindamisin Kalium Diklofenak
Indikasi Infeksi yang disebabkan bakteri Aerob dan anaerob Terapi jangka panjang nyeri inflamasi, nyeri setelah
gram positif trauma, nyeri setelah operasi, nyeri pada infeksi
THT.
Kontra Pasien yang memiliki riwayat alergi clindamycin Hipersensitifitas terhadap diklofenac, tukac peptic
atau lincomin. asma, urtikaria, rhinitis alergi akut yang ditimbulkan
Indikasi
oleh salisilat atau obat OAINS lainnya. Kehamilan.
Dosis Infeksi serius: 150 – 300 mg Infeksi yang lebih Dewasa 100-150 mg/ hari terbagi dalam 2-3 dosis
serius: 300 -450 mg
Golongan Antibiotik Analgetik- Antiperitik
Efek Samping Gangguan saluran pencernaan. Mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala
Cara Pakai Oral Oral
Literatur ISO Indonesia volume 49 -2014 s/d 2015 Basic Pharmacology & Drug Notes

ii
Resep 26

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. S Metta Yani


SIP: 12/B.15a/31/71.01/1.779.3/e/2018
Jakarta 20 September 2019

R/ Zitanid 2 Mg kapsul No VII


S 1 dd 1 Malam Pc
R/ Orinox 90 Mg Tablet No VII
S 1 dd 1

Pro : NY SN
Umur : 83 Tahun
No RM : 049xxx
Alamat : JL. Garuda Gang Mangga
No HP : 0428919xxxx
1. Kajian Kesesuaian Farmasetik
NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf √
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di √
Inginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan √
Obat
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Zitanid Orinox 90
Nama Generik Tizanidin etorikoksib
Indikasi spastisitas yang berhubungan dengan multiple meringankan gejala pada terapi osteoartritis,
sclerosis atau cedera maupun penyakit pada meringankan nyeri muskuloskeletal kronik,
meringankan nyeri akut yang berhubungan dengan
sumsum tulang belakang.
bedah mulut
Kontra gangguan fungsi hati berat hipersensitif terhadap komponen obat, inflammatory
Indikasi bowel disease, hipertensi yang tidak terkontrol.

Dosis dosis awal 2 mg sehari sebagai dosis tunggal Oral, dengan atau tanpa makanan: Artritis:
kemudian naikkan sesuai dengan respon yang osteoartritis direkomendasikan 60 mg sekali
sehariAnalgesia: nyeri akut yang berhubungan
didapat dengan interval kurang lebih 3-4 hari
dengan bedah mulut direkomendasikan 120 mg
naikkan 2 mg per hari (diberikan dalam dosis sekali sehari, dapat digunakan hanya untuk pada
terbagi) biasanya sampai dengan 24 mg sehari keadaan akut. Nyeri muskuloskeletal kronik:
direkomendasikan 60 mg sekali sehariPenurunan
dalam dosis terbagi 3-4; dosis maksimum 36 mg
fungsi hati: pada pasien dengan penurunan fungsi
sehari; ANAK tidak direkomendasikan. hati ringan (Child-Pugh score 5-6), dosis tidak boleh
melebihi 60 mg sekali sehari. Pada pasien dengan
penurunan fungsi hati sedang dosis dikurangi; dosis
tidak boleh melebihi 60 mg dua hari
sekali.Penurunan fungsi ginjal:Tidak dianjurkan

ii
pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal yang
berat.Tidak diperlukan penyesuaian dosis untuk
pasien dengan penurunan fungsi ginjal yang lebih
ringan (klirens kreatinin > 30 mL / menit).
Golongan Antibiotik Antiinflamasi
Efek Samping mengantuk, lelah, pusing, mulut kering, mual, mulut kering, gangguan pengecapan, ulserasi pada
gangguan saluran cerna, hipotensi, juga dilaporkan, mulut, flatulen, konstipasi, perubahan nafsu makan
dan berat badan, nyeri dada, fatig, paraestesia,
bradikardi, insomnia, halusinasi dan perubahan
influenza like syndrom, mialgia.
enzim hati (hentikan pemakaian apabila gejala
tersebut semakin sering terjadi).
Cara Pakai Oral Oral
Literatur Pedoman Indomasi Obat Nasional Indonesia

ii
Resep 27

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Amalia AR
SIP: 1.2.01.3173.3043/13043/13014.03.17.1
Jakarta 20 September 2019

R/ Starchef 200 Mg kapsul No X


S 2 dd 1 Pc
R/ OMZ 20 Mg Tablet No X
S 2 dd 1 Ac
R/ Ketricin 4 mg No X
S 2 dd 1 Pc

Pro : NY DS
Umur : 32 Tahun
No RM : 390xxx
Alamat : APT Mediterania Place
No HP : 0428919xxxx
1. Kajian Kesesuaian Farmasetik
NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf √
Dokter

3. Pertimbangan Klinis

ii
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di √
Inginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan √
Obat
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Starcef OMZ Ketiricine
Nama Generik Cefixime Omeprazol Triamsinolon
Indikasi Infeksi saluran kemih ringan tukak lambung dan tukak Demam reumatik,asma
(uncomplicated) yang disebabkan duodenum, tukak lambung dan bronchial, leukemia,
oleh Escherichia coli dan Proteus duodenum yang terkait dengan
mirabilis, otitis media disebabkan AINS, lesi lambung dan
oleh Haemophilus influenza duodenum, regimen eradikasi H.
(strain beta-laktamase positif dan pylori pada tukak peptik, refluks
negatif), Moraxella esofagitis, Sindrom Zollinger
(Branhamella), catarrhalis Ellison.
(kebanyakan merupakan strain
beta-laktamase positif), dan
Sterptococcus pyogenes;
pharingitis dan tonsilitis yang
disebabkan Streptococcus
pyogenes; bronkitis akut dan
bronkitis kronik dari eksaserbasi
akut, yang disebabkan oleh
Streptococcus pneuoniae dan
Hemophilus influenzae (strain
beta-laktamase positif dan
negatif); pengobatan demam

ii
tifoid pada anak-anak dengan
multi resisten terhadap regimen
standar.
Kontra hipersensitivitas terhadap Hipersensitifitas terhadap Hipersensitifitas terhadap
sefalosporin. Omeprazole kortikosteroid
Indikasi
Dosis Dewasa dan anak >30 kg, dosis Tukak lambung dan duodenum : Injeksi intramuskular dalam,
umum yang direkomendasikan dosis awal 1x20 mg/hari selama 4- kedalam otot gluteal, 40 mg
50–100 mg, oral dua kali sehari. 8 minggu dapat ditingkatkan esetonide untuk efek depot,
ulangi pada interval sesuai
Dosis disesuaikan dengan umur, menjadi 40 mg/hari pada kasus
respon pasien, dosis tunggal
berat badan, kondisi pasien. berat atau kambuh maksimal 100 mg.
Untuk infeksi parah atau infeksi Eradikasi H. pylori : sesuai
yang sulit disembuhkan regimen terapi eradikasi H. pilori
(intractable) dosis ditingkatkan Refluks gastroesofageal : 1x20 mg
sampai 200 mg dua kali sehari; sehari selam 4-8 mg
demam tifoid pada anak, 10–15 Sindroma Zolinggger- Ellison : 1x
mg/kg bb/ hari selama 2 pekan. 60 mg sehari
Golongan Antibiotik Analgetik- Antiperitik kortikosteroid
Efek Samping konstipasi. Mual, gastritis, eritema kulit, sakit Gangguan cairan dan elektrolit,
kepala hiperglikemia, glikoseria,
mudah mendapat infeksi.
Cara Pakai Oral Oral Oral
Literatur Pedoman Informasi Obat Basic Pharmacology & Drug Notes
Nasional Indonesia

ii
RESEP 28

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Sidharta Salim Internist


SIP : 33/2.104/31.71.03/-1.779.3/e/2017

Jakarta, 21 September 2019

R/ CLAST 0,5 MG XXX


S 2 dd 1 ac
R/ PEPZOL 40 MG XXX
S 2 dd 1 ac
R/ INPEPSA SYR II
S 4 dd 10 ml ac

Pro : X TN
Tgl Lahir : 20 Agustus 1958
No. RM : 343181
Alamat : Jl. Vikamas Utara X blok II

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8.No HP : 0428919xxxx
Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)
2. Kajian Kesesuaian Administratif

ii
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √

3. Pertimbangan Klinis

ii
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDA
SESUAI TIDAK SI
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat Tidak √
Tepat
4. Reaksi Obat yang Tidak √
Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya Duplikasi √
11. Terdapatnya Polifarmasi √
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Clast Pepzol Inpepsa
Nama Clebopride malate Pantoprazole Sucralfat
Generik
Indikasi Tukak peptik & gastroduodenitis. Gangguan pencernaan yang Tukak duodenum & tukak
Mengembalikan motilitas sal cerna membutuhkan reduksi asam lambung, gastritis kronik.
yang normal, dispepsia, anoreksia, lambung; tukak lambung dan
aerofagia & meteorismus, gastritis, usus halus; reflux esofagitis
refluks esofagitis, gastritis yang sedang dan berat.
disebabkan alkoholisme kronik.
Mual & muntah.
K.I Pasien yg dg stimulasi motilitas Osteoporosis, patah tulang, -
lambung akan membahayakan gastritis atrofi, jumlah rendah
(perdarahan, obstruksi, perforasi). magnesium dalam darah.
Pasien yg terbukti diskinesia
tardive thd neuroleptik.
Dosis 2 x sehari, sebelum makan 2 x sehari, sebelum makan 2 sendok teh 4 x / hari.

ii
Golongan Antireflux Agents & Proton pump Inhibitor (PPI) Anti Refluks & Anti ulserasi
Antiulcerants / Antiemetics / GIT
Regulators, Antiflatulents & Anti-
Inflammatories
Efek Dosis besar dapat menyebabkan Perubahan berat badan, mual, Konstipasi, mulut kering.
Samping gejala ekstrapiramidal yang muntah, diare, pusing,
biasanya menghilang segera setelah kelelahan, nyeri sendi, sulit
penghentian Clast; mengantuk, tidur
pusing,
Cara Pakai Oral Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
RESEP 29

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Dyah Widyarti


SIP : 4/2.102/31.71.03.1002/-1.779.3/E/2017

Jakarta, 06 September 2019

R/ FLUDEXIN TAB X
S 3 dd 1
R/ OXFEZIN SYR I
S 3 dd 10 ml
R/ AZOMAX CAP III
S 1 dd 1

Pro : X NY
Tgl Lahir : 25 Mei 1931
No. RM : 160XXX
Alamat :-

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7.No HP
Cara: 0428919xxxx
Pemberian √
8. Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf √
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4. Reaksi Obat yang √
Tidak Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya √
Duplikasi
11. Terdapatnya √
Polifarmasi
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Fludexin Oxfezin Azomax
Nama Fludexin Oxfezin Azithromycin sulfat
Generik
Indikasi Flu, pilek, batuk, rinitis alergik, Meredakan batuk produktif Infeksi ringan hingga sedang dari
sinusitis. yang disertai dengan kondisi saluran napas atas & bawah, kulit &
alergi. struktur kulit; uretritis karena
Chlamydia trachomatis.
K.I Gangguan fungsi hati & ginjal. Riwayat agranulositosis, Hipersensitivitas thd eritromisin,
risiko retensi urin yang makrolid lain, atau antibiotik ketolid.
berhubungan dengan Wanita hamil & menyusui.
uretroprostatik.
Dosis 3 x sehari, sesudah makan 3 x sehari 10 ml 1 x sehari
Golongan Obat batuk & pilek Antibiotik
Efek Gangguan gastrointestinal, keringat Mengantuk, mukosa kering, Mual, rasa tidak enak pada perut,
Samping berlebih , rasa haus, mulut kering, vertigo, konstipasi. muntah, kembung; vertigo, pusing,
palpitasi, tremor. sakit kepala; ruam kulit, fotosensitif,

ii
angioedema; palpitasi, sakit pada
dada; monilia, vaginitis, nefritis;
kelelahan.
Cara Pakai Oral Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
Resep 30

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Andreas Arman P


SIP:9/2.102/31.71.03.1002/-1779.3/e/2017
Jakarta 20 September 2019

R/ Zolmia 10 mg No XC
S 1 dd2 malam
R/ Zypraz 1 mg No LX
S 1 dd 1 malam

Pro : TN AW
Umur : 48 Tahun
No RM : 585xxx
Alamat : JL. Kebon jeruk VIII No 19
No HP :0812XXXX

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak sesuai Alasan

1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √

ii
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √

ii
16 Iter Atau Tanda Lain √
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama generik, Indikasi, KontraIndikasi, Dosis Maksimal, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai, Literatur

Nama Obat Pada Resep

Zolmia 10 mg Zypraz 1 mg

Komposisi Zolpidem Alprazolam

Indikasi Terapi jangka pendek untuk insomnia. Manajemen kecemasan jangka pendek

K.I Evaluasi gangguan fisik/psikologis sebelum Myasthenia gravis, insufisiensi pernapasan berat,
terapi. Depresi, lanjut usia, hamil, laktasi. sindrom apnea tidur, glaucoma sudut sempit akut.
Dapat mengganggu kemampuan mengemudi Ggn hati berat. Penggunaan bersamaan dengan
inhibitor CYP3A4 poten (ketoconazole,
atau menjalankan mesin.
itraconazole).
Dosis Dewasa 10 mg. Lanjut usia dan insufisiensi Dewasa: PO Penatalaksanaan kecemasan jangka
hati Awal 5 mg. Maks: 10 mg. pendek 250-500 mcg, meningkat setiap 3-4 hari
hingga total 3-4 mg / hari. Gangguan panik 0,5 mg
tid, meningkat seperlunya dengan penambahan
tidak lebih dari 1 mg setiap 3-4 harihingga 10 mg /
hari. Sebagai tab rilis yang diperpanjang: 0,5-1 mg
sekali sehari, meningkat setiap 3-4
haridenganpeningkatantidaklebihdari 1 mg /
harihingga 3-6 mg / hari.
Golongan Hipnotik dan Sedativa Anxiolytics / Hypnotics & Sedative

ii
Efek Samping Mengantuk, pusing, diare, sakit kepala, mual, Efek aditif dengan depresan SSP lainnya.
muntah, amnesia, mialgia. Peningkatan konsentrasi plasma dengan inhibitor
Lihat CYP3A4 (mis. Nefazodone, fluvoxamine,
cimetidine, fluoxetine, propoxyphene, OCs,
sertraline, diltiazem, atau antibiotic makrolida,
misalnya erythromycin, clarithromycin, dan
troleandomycin). Peningkatan metabolisme dg
penginduksi CYP3A4 (mis. Ritonavir). Dapat
meningkatkan konsentrasi digoxin. Dapat
meningkatkan konsentrasi plasma stabil imipramine
dan desipramine. Berpotensi Fatal: Konsentrasi
plasma meningkatsecarabermakna dg inhibitor
CYP3A4 yang poten (ketoconazole, itraconazole).
Cara Pakai Oral Oral

Literatur MIMS 2019 MIMS 2019

ii
Resep 31

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

Dr Otek Hermanto
SIP: 34/2.104/31.71.03/-1.779.3/e/2017
Jakarta 20 September 2019

R/ Zithrax 500 mg tablet No V


S 1 dd 1

R/Destavell 5 mg tablet No V
S 1 dd 1

R/ Mucopect 30 mg tablet No X
S 2 dd1

Pro : TN J
Umur : 76 Tahun
No RM :136xxx
Alamat :Jmbaran Residence blok Z6/K8
No HP : 081281xxxxxx

1. KajianKesesuaianFarmasetik
Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak sesuai Alasan

1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √

ii
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat danTanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √

ii
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

3. PertimbanganKlinis
No AspekKlinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, EfekSamping, Cara Pakai Dan LiteraturObatPadaResep
NamaObatPadaResep
Zithrax 500 mg Destavell 5 mg Mucopect 30 mg
Nama Generik Azytromycin Desloratadine Ambroxol
Indikasi Infeksi-infeksi yang Gejala berkaitan dengan rhinitis Sebagai sekretolik pada gangguan
disebabkan oleh organisme alergi musiman, urtikaria idiopatik saluran napas akut dan kronis
yang peka, infeksi saluran kronik.
napas atas (tonsillitis,
pharyngitis), infeksi saluran
napas bawah (bronchitis,
pneumonia), infeksi kulit dan
jaringan lunak, penyakit
menular seksual, urethritis,
servitis yang berkaitan dengan
Chlamydia trachomatis, urea
plasmaurealyticumdan
Neisseria gonorrhea.

KontraIndikasi Hipersensitf terhadap Hipersensitif terhadap desloratadine, Hipersensitif terhadap ambroxol


azithromycin atau antbiotik bayi baru lahir, menyusui.
makrolid lain.
Dosis Dosis untuk infeksi ringan- Dewasa dan anak> 12 tahun : 1 x 10 Dewasa dan anak diatas 12 tahun : 2-
sedang, Community Acqured ml (5 mg) sirup/hari 3 x 30 mg/hari
Pneumonia : Anak 6-11 tahun : 1 x 5 ml (2,5 mg) Dosis yang dianjurkan untuk anak-
Dewasa : 1x 500 mg/hari sirup/hari anak 1,2 – 1,6 mg/kgBB/hari
selama 3 hari Anak 2-5 tahun : 1 x 2,5 ml (1,25
Anak> 6 bulan : 10 mg/kg mg) sirup/hari.
BB/ 1 hari (1xsehari) selama

ii
3 hari
Infeksi klamida genital tanpa
kompikasi dan urethritis non-
gonococcal. Dewasa 1 g
sebagai dosis tunggal.
Golongan Antibiotik makrolida Antihistamin Mukolitik
EfekSamping Mual, rasa tidak enak pada Nyeriuluhati, mual, muntah, Reaksi intoleran setelah pemberian
perut, muntah, kembung, dyspepsia, diare, takikardia, ambroxol pernah dilaporkan tetapi
diare; gangguan pendengaran, palpitasi, peningkatan enzim hati, alergi (jarang); reaksi alergi yang
nefritisinterstisial, peningkatan bilirubin. ditemukan; reaksi pada kulit (seperti
gagalginjalakut, fungsihati eritema multiforme, siindrom steven
abnormal, pusng/vertigo, Johnson, dan acute generalized
kebingungan mental, exanthematouspustulosis),
sakitkepala, somnolen pembengkakan wajah, dyspnea,
demam; tidak diketahui efeknya
terhadap kemampuan mengendarai
atau menjalankan mesin.
Cara Pakai Oral Oral Oral
Literatur Basic Pharmacology & Drugs Notes 2019

ii
Resep 32

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Armeilia A. R.
SIP: 1.2.01.3173.3043/13043/13014/03.17.1
Jakarta 20 Oktober 2019

R/ Abbotic XL 500 mg tablet No V


S 1 dd 1 Pc

R/ Hexilon 8 mg Tablet No X
S 2 dd 1 Pc

Pro : TN R
Umur : 70 Tahun
No RM :145xxx
Alamat :PasirPutih VII no.3
No HP :680xxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √

ii
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

2. Kajian Kesesuaian Administratif

NO. URAIAN PADA RESEP


ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Para Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di √
Inginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan √
Obat
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Abbotic Hexilon
NamaGenerik Clarithromycin Methylprednisolone
Indikasi Infeksi saluran napas bagian atas (seperti: Inflamasi dan alergi, reumatik yang responsive
faringitis/tosilitis yang disebabkan S. terhadap terapi kortikosteroid, penyakit saluran
pyogenesisdan sinusitis makslaris akut yang nafas dan kulit, gangguan endokrin, penyakit
disebabkan oleh S. pneumonia), infeksi ringan dan autoimun, gangguan hematologic, sindrom nefrotik
sedang pada kulit dan jaringan lunak, otitis media;
terapi tambahan untuk eradikasi Helicobacter
pylori pada tukak deodenum
KontraIndikasi Hipersensitf terhadap clarithromycin atau Ulkus lambung, osteoporosis, gangguan psikiatrik,
antibiotic makrolid lainnya. amebiasis, infeksi mikosis sistemik, poliomielitis
Dosis Dosisumum : Dewasa 250 mg tiap 12 jam selama 7 4-80 mg/hari
hari, pada infeksi berat dapat ditingkatkan sampai
500 mg tiap 12 jam selama 14 hari.
Golongan Antibiotik makrolida Antiinflamasi
Efek Samping Dapat meningkatkan konsentrasi serum teofilin. Insomnia, depresi, rasa gelisah, muncul jerawat,
Pemberian dosis tunggal akan menngkatkan iritasi lambung, siklus haid menjadi tidak teratur
konsentrasi carbamazepine.
Cara Pakai Oral Oral
Literatur Basic pharmacology & Drugs Notes 2019 Medscape

ii
Resep 33

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR Motlik, Jakarta Pusat
Telp. +6221654555

dr. Yunita Permata


SIP : 6/2.102/31.71.03/1002/-1.779.3/EE/2017
Jakarta 28 08 2019

R/ Cefspan 200 mg No VI

S 2 dd 1 pc

R/ Codipront kapsul No. VI

S 2 dd 1 pc

R/ Rhinos SR No. VI

S 2 dd 1 PC

Pro : Tn LY
Umur : 567Th
No. RM : 2598xxx
Alamat : Jl. Vikamas Barat II No 1 F

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √

2 Jumlah Obat √

3 Bentuk Sediaan √

4 Stabilitas Obat √

5 Kompatibilitas √

6 Aturan Pakai √

7 Cara pakai √

8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
PADA RESEP
NO URAIAN
ADA TIDAK
Incriptio
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6 Tanda Resep Diawali √
Penuliasan Resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan pakai lain √
16 Iter/Tanda lain √
Subcritio
17 Tanda Tangan/Paraf √
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
Pengamatan Rekomendasi
No Aspek Klinis
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak √
Tepat
4 Reaksi Obat Yang Tidak √
Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepata Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
penggunaan Obat
9 Ketepatan lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya duplikasi √
11 Terdapatnya polifarmasi √
12 Terdapatnya alergi obat √
13 Terdapatnya efek √
samping obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Interaksi, Dosis, Efek Samping, Cara Pakai dan Literatur Obat Pada Resep

Nama Obat Pada Resep


Cefspan 200 mg Codipront Rhinos SR
Komposisi Cefixime Tramadol Hydrochloride, parasetamol Pseudoephedrine HCL 120 mg
Loratadine 5 mg
Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh Tramadol Hydroklorida : Nyeri akut Hidung tersumbat, bersin, rinorea,
patogen, ISK, infeksi saluran atas dan kroni berat, nyeri pasca operasi. pruritus dan influenza
bawah Parasetamol : Nyeri ringan sampai
sedang, demam.
K.I Hipersensitivitas terhadapa Tramadol Hydroklorida : depresi napas Terapi MAOI, glaucoma sudut
sefalosporin akutalkoholisme akut, penyakit hati sempit, retensi urin, hipertensi
akut, ileus paralitik, peningkatan berat.
tekanan intrakanial atau cedera kepala.
Parasetamol : Hipersensitif, gangguan
hati
Dosis Dewasa dan anak diatas 12 tahun Tramadol Hydroklorida : dewasa : oral : 1 kapsul 2 kali sehari atau tiap 12
atau berat > 30 kg, 50-100 mg 50-100 mg/kali diberikan tiap 4-6 jam. jam
sehari, infeksi berat dosis Maks 400 mg/hari injeksi : IM atau IV :
ditingkatkan hingga 2 X 200 mg 50-100 mg/kali diberikan tiap 4-6 jam.
sehari. Maks 400 mg/hari
Gonorea : 400 mg dosis tunggal Parasetamol : Dewasa : 500 mg- 1000
Demam saluran pada anak 10-15 mg per kali, diberikan tiap 4 – 6 jam.
mg/kgbb selama 2 minggu Maksimum 4 g per hari
Anak < 12 th : 10 mg/kgBB/kali

ii
Golongan Antibiotik Tramadol Hydroklorida :Analgetik Antihistamin
Opioid
Parasetamol : Analgetik-antipiretik
Efek Gangguan saluran cerna, reaksi Tramadol Hydroklorida : Perasaan tidak Gangguann saluran
Samping hipersensitivitas, gangguan fungsi enak di perut, diare, hipotensi, ceran,anoreksia, mual dan
hati, gangguan hematologi hipertensi, paraestesia, anafilaksis, dan muntah, sakit perut, mulut kering
kebingungan.
Parasetamol : Reaksi alergi, ruam kulit
berupa eritema atau urtikaria, kelainan
darah, hipotensi, keruskan hati
Cara Pakai Oral Oral Oral
Literatur ISO Indonesia volume 49 th 2014 Basic Pharmacology & Drug notes edisi Medscape
sd 2015 2019

ii
Resep 34

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR Motlik, Jakarta Pusat
Telp. +6221654555

dr. Candra Wibowo


SIK : 044/2.30/-1.779.3/31.71.03.1002/-1.777.0

Jakarta 26 08 2019
R/ Cravit 500 mg No VI

S 1 dd 1 pagi

R/ Zithrax 500 mg No. VI

S 1 dd 1

R/ Sumagesic tab No. XII

S 3 dd 1 PC

Pro : Tn LY
Umur : 567Th
No. RM : 2598xxx
Alamat : Jl.Senapan NO 7 Kodam
Telp : 08121xxxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Cara pakai √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
PADA RESEP
NO URAIAN
ADA TIDAK
Incriptio
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor telepon √
5 Tempat dan √
Tanggal
Penulisan Resep
Invocatio
6 Tanda Resep √
Diawali
Penuliasan
Resep (R/)
Prescriptio
7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan pakai √
lain
16 Iter/Tanda lain √
Subcritio
17 Tanda √
Tangan/Paraf
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis

Pengamatan Rekomendasi
No Aspek Klinis
Sesuai Tidak

1 Dosis √

2 Interaksi Obat √

3 Pemilihan Obat Tidak √


Tepat

4 Reaksi Obat Yang Tidak √


Diinginkan

5 Kontraindikasi √

6 Ketepatan Indikasi √

7 Ketepata Aturan √
Penggunaan Obat

8 Ketepatan Cara √
penggunaan Obat

9 Ketepatan lama √
Penggunaan Obat

10 Terdapatnya duplikasi √

11 Terdapatnya polifarmasi √

12 Terdapatnya alergi obat √

13 Terdapatnya efek √
samping obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Interaksi, Dosis, Efek Samping, Cara Pakai dan Literatur Obat Pada Resep

Nama Obat Pada Resep

Cravit 500 mg Zithrax 500 mg Sumagesic

Komposisi Levofloxacin Azytromycin Parasetamol

Indikasi Infeksi sinusitis maksilaris Infeksi ringan hingga sedang karena Untuk meringankan rasa sakit
akut, eksaserbasi bacterial akut mikroorganisme yang sensitif, seperti pada sakit kepala, sakit gigi dan
pada bronchitis kronik, infeksi tonsillitis,raningitis,bronchitis,pheumonia,inf menurunkan demam
kulit dan struktur kulit tak eksi kulit dan jraringan lemak.
terkomplikasi.

K.I Hipersensitivitas terhadapa Hipersensitif Penderita dengan gangguan


levofloxacin dan gol fungsi hati yang berat
quinolone,epilepsy, riwayat
gangguan tendon terkait
pemberian fluoroquinolon, anak
atau remaja , kehamilan,
meyusui.

Dosis Dewasa ; 200-250 Dewasa; 1 gram untuk dosis tunggal. Dewasa : 1 tablet, 3-4 kali
mg/hari.diberikan 1x sehari Indikasih lain ;500 mg pada hari pertama, sehari atau sesuai petunjuk
dilanjutkan 250 mg perhari, pada hari kedua dokter
sampai ke 5 dosis total 1,5 gram.

ii
Golongan Antibiotik antibiotikMakrolida Antipiretik

Efek Diare ,mual , muntah, flatulens, Nafsu makan berkurang,sakit kepala, Penggunaan untuk jangka
Samping pruritus, nyeri abdomen, mual,sakit perut dan diare. waktu yang lama dan dosis
pusing,dyspepsia, insomnia, besar dapat menyebabkan
gangguan pengecapan, kerusakan fungsi hati.Reaksi
konstipasi, edema, lelah sakit hiprsensitiftas
kepala, palpitasi.

Cara Pakai Oral Oral Oral

Literatur Basic Pharmacology & Drug Basic Pharmacology & Drug notes edisi MIMMS edisi 16
notes edisi 2019 2019

ii
Resep 35

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR Motlik, Jakarta Pusat
Telp. +6221654555

dr. Yuanita Permata


No. SIP: 6/2.102/31.71.03.1002./-1.779.3/E/2017

Jakarta 25 08 2019

R/ Kaltrofen 2,5% 30 G tub No. 1

S 2 dd 1

R/ Mexpharm 15 mg No. X

S 2 dd 1 pc

R/ Laz 30 mg No. X

S 2 dd 1 AC

R/ Forres 50 mg No. X

S 3 dd 1

Pro : Nn LH
Umur : 37 Th
No. RM : 37xxxxx
Alamat : Demak blok L 5

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √

ii
7 Cara pakai √
8 Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

2. Kajian Kesesuaian Administratif


PADA RESEP
NO URAIAN
ADA TIDAK

Incriptio

1 Nama Dokter √

2 SIP Dokter √

3 Alamat Praktek √

4 Nomor telepon √

5 Tempat dan Tanggal √


Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawali √


Penuliasan Resep (R/)
Prescriptio

7 Nama Obat √

8 Kekuatan Obat √

9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √

11 Jenis Kelamin √

12 Tanggal lahir √

13 Berat Badan √

14 Alamat √

ii
15 Aturan pakai lain √

16 Iter/Tanda lain √

Subcritio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

3. Pertimbangan Klinis
Pengamatan Rekomendasi
No Aspek Klinis
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
penggunaan Obat
9 Ketepatan lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
duplikasi
11 Terdapatnya √
polifarmasi
12 Terdapatnya alergi √
obat
13 Terdapatnya efek √
samping obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Interaksi, Dosis, Efek Samping, Cara Pakai dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Kaltrofen Mexpharm Laz 30 Forres
Komposisi Ketoprofen Meloxicam Lansoprasol Eperisone HCl
Indikasi Pengobatan simptomatis Nyeri & radang pada Pengobatan jangka pendek Pengobatan simtomatik
pada artritis rheumatoid, gout penyakit reumatik, tukak usus, tukak terkait musculoskeletal/
akut, dan spondilitis ankilos osteoartritis yang lambung, dan refluks kejang otot.
memburuk (jangka esophagus..
pendek
K.I Hipersensitif terhadap AINS. riwayat Hipersensitif terhadap Kontraindikasi terhadap
Penderita tukak peptik aktif hipersensitivitas levofloxacin & golongan pasien riwayat
atau penyakit inflamasi aktif meloxicam atau quinolon hipersensitifitas terhadap
pada saluran cerna. OAINS lain, tukak epirison hcl
Bronkospasme berat atau peptik aktif,
penderita dengan riwayat gangguan ginjal
asma bronkial atau penyakit berat, gangguan hati
alergi berat
Dosis 2-3 kali sehari Dosis Osteoartritis Tukak usus dan refluk Dewasa : 3xsehari 50 mg
sehari 7,5 mg. esophagus: sehari 1 kali
rheumatoid arthritis 30 mg selama 4 minggu;
sehari 15 mg tukak lambung: sehari 1
kali 30 mg selama 8
minggu
Golongan Obat keras ( obat nyeri) Obat Anti Inflamasi Antasida, antirefluks, dan Pelemas otot Skeletal

ii
Non Steroid antiulkus
(OAINS cox)
Efek efek samping Kaltrofen mual, muntah, nyeri Diare, sakit perut mual, Kelemahan otot, pusing,
Samping (ketoprofen) yang paling perut, konstipasi, kembung, konstipasi, sakit insomnia, kantuk, gemetar
umum adalah timbulnya rasa kembung, diare, kepala, pusing, penurunan pada ekstremitas, disfungsi
tidak nyaman pada saluran anemia, ruam kulit, kadar zat besi dalam darah hati atau ginjal, perubahan
cerna seperti mual, diare, dan edema, sakit kepala. hematologis, ruam, gangguan
kadang-kadang.perdarahan GI, gangguan kencing..
dan tukak serta perforasi
lambung atau usus yang bisa
berakibat fatal. jika
pemakaian dalam dosis tinggi
dan waktu yang lama,
merokok, atau minum
alkohol, meski Kaltrofen
(ketoprofen) digunakan
bersama makanan tidak akan
banyak membantu
mengurangi efek samping
ini. Untuk mencegah hal ini
omeprazol, sucralfate, dan
cimetidine biasanya
digunakan untuk membantu
melindungi saluran

ii
pencernaan.
-Efek samping yang serius
dapat berupa diare,
hematemesis (muntah darah),
hematuria (darah dalam
urin), penglihatan kabur,
ruam kulit, gatal dan
bengkak, sakit tenggorokan
dan demam.
NSAID termasuk
Kaltrofen (ketoprofen) dapat
menyebabkan peningkatan
resiko infark miokardial dan
stroke yang bisa berakibat
fatal. Resiko ini dapat
meningkatkan jika obat
digunakan dalam jangka
waktu
Cara pakai Dioles Oral Oral Oral
Literatur ISO Indonesia volume 49 th 2014 sd 2015 MIMMS 2019

ii
Resep 36

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

Drg. Mimy Korita


SIK: 1.2.02.31732144/13014/10.17.1
Jakarta 24 09 2019

R/ Starcef No X
S 1 dd 1
R/ Orinox90 mg No X
S 1 dd 1
R/ Imboost No. XV
S 1 dd 1

Pro : Ny X
Umur : 37 Tahun
No RM :7060XX
Alamat :JL.GG gatep
No HP :0857xxxxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


No Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Sediaan √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatabilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK

Inscriptio Identitas Dokter

1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 Nomor Telepon √
5 Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep

Invocatio

6 Tanda Resep Diawal √


Penulisan Resep (R/)

Praescriptio

7 Nama Obat √
8 Kekuatan Obat √
9 Jumlah Obat √

Signature

10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Tanggal Lahir √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai lain √
16 Iter/tanda lain √

Subcriptio

17 Tanda Tangan/Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat Tidak
Tepat
4 Reaksi Obat Yang √
Tidak Diinginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8 Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9 Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10 Terdapatnya √
Duplikasi
11 Terdapatnya √
Polifarmasi
12 Terdapatnya Alergi √
Obat
13 Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Komposisi, Indikasi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara Pakai Dan Literatur Obat Pada Resep

Nama Obat Pada Resep


Starcef 200 mg Orinox 90 mg Imboost Force
Nama Generik Cefixime Etorikoksib Imboost
Indikasi Infeksi yang meringankan gejala pada terapi membantu memperbaiki daya tahan
disebabkan oleh osteoartritis, meringankan nyeri tubuh atau respon imun tubuh,
patogen, ISK, infeksi muskuloskeletal kronik, sebagai terapi pendamping terutama
saluran atas bawah meringankan nyeri akut yang untuk infeksi saluran pernafasan
berhubungan dengan bedah mulut yang berat dan akut, meredakan
gejala selesma
Kontra Indikasi Hipersensitivitas hipersensitif terhadap komponen Penyakit autoimun, pasien
terhadapa sefalosporin obat, inflammatory bowel disease, penerima transplantasi yang
hipertensi yang tidak terkontrol. mendapat obat imunosupresan

Dosis Dewasa dan anak Oral, dengan atau tanpa makanan: 2-3 x sehari 1 tablet. Berikan
diatas 12 tahun atau Artritis: osteoartritis sesudah makan
berat > 30 kg, 50-100 direkomendasikan 60 mg sekali
mg sehari, infeksi sehariAnalgesia: nyeri akut yang
berat dosis berhubungan dengan bedah mulut
ditingkatkan hingga 2 direkomendasikan 120 mg sekali
X 200 mg sehari. sehari, dapat digunakan hanya
untuk pada keadaan akut. Nyeri
Gonorea : 400 mg muskuloskeletal kronik:
dosis tunggal direkomendasikan 60 mg sekali
Demam saluran pada sehariPenurunan fungsi hati: pada

ii
anak 10-15 mg/kgbb pasien dengan penurunan fungsi
selama 2 minggu hati ringan (Child-Pugh score 5-6),
dosis tidak boleh melebihi 60 mg
sekali sehari. Pada pasien dengan
penurunan fungsi hati sedang dosis
dikurangi; dosis tidak boleh
melebihi 60 mg dua hari
sekali.Penurunan fungsi
ginjal:Tidak dianjurkan pada
pasien dengan penurunan fungsi
ginjal yang berat.Tidak diperlukan
penyesuaian dosis untuk pasien
dengan penurunan fungsi ginjal
yang lebih ringan (klirens
kreatinin > 30 mL / menit).
Golongan Antibiotik Antiinflamasi Vitamin
Efek Samping Gangguan saluran mulut kering, gangguan Gangguan lambung ringan dan
cerna, reaksi pengecapan, ulserasi pada mulut, reaksi alergi
hipersensitivitas, flatulen, konstipasi, perubahan
gangguan fungsi hati, nafsu makan dan berat badan,
gangguan hematologi nyeri dada, fatig, paraestesia,
influenza like syndrom, mialgia
Cara Pakai Peroral Peroral Peroral
Literatur ISO Indonesia volume Pedoman Indomasi Obat Nasional MIMS,Edisi 16
49 th 2014 sd 2015 Indonesia

ii
RESEP 37

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Maya D.L

Jakarta, 06 September 2019

R/ Azithromycin 500 Mg No XIV


S 2 dd 1 pc
R/ Cataflam 50 mg No XX
S 3 dd 1

Pro : X TN
Tgl Lahir : 25.07.1990
No. RM : 489XX
Alamat : Puri anjasmoro
Telp : 472XXXX

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis obat (perhitungan √
dosis)

14
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf √
Dokter

3. PertimbanganKlinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √

ii
4 Reaksi Obat Yang Tidak di √
Inginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan √
Obat
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
5. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada Resep
Nama Obat Pada Resep
Azithromycin Cataflam
Nama Generik Azithromycin Kalium Diklofenak
Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh organisme Terapiakut&kroniktanda-tandadangejala-gejala AR,
yang peka.infeksi saluran nafas atas OA &spondilitisankilosa.
infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit
dan jaringan lunak, penyakit menular
seksual, urethritis,servisitis yang berkaitan
dengan chlamydia.
K.I Hipersensitif terhadap azithromycin atau Perdarahan, ulserasi/perforasiGI, gangguanhati,
antiobiotik makrolida lain. gagal ginjal dan jantung;
nyeriperioperatifpadabedahpintasarterikoroner
(CABG). WanitaHamil dan menyusui.
Dosis Dosis untuk infeksi ringan-sedang, 100-150 mg terbagi dalam 2-3 dosis. Maksimal 150
Dewasa : 1x500 mg/hari selama 3 hari mg/hari.
Anak > 6 bulan : 10 mg/kgBB/hari selama
3 hari

ii
Golongan Antibiotik Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Efek Samping Mual, rasa tidak enak pada perut, muntah, Sakitkepala, pusing, vertigo; mual, muntah, diare,
kembung, diare, gangguan pendengaran, dispepsia, nyeriperut, kembung, anoreksia, nyeri
nefritis interstisial, gagal ginjal akut, epigastrium; peningkatankadarenzim transaminase;
fungsi hati abnormal, pusing/vertigo, ruamkulit
kebingungan mental, sakit kepala,
samnolen.
Cara Pakai Oral Oral
Literatur Basic pharmacology and Drug Notes &MIMS online 2019

ii
Resep 38

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr.S. Metta Yani


SIP: # 062/2.30/-1.779.3/31.71.03.1002/-1.777.0 #

Jakarta 20 September 2019

R/ Zitanid 2 mg tab NO VII


S 1 dd 1 malam pc
R/ Orinox 90 mg tab No VII
S 1 dd 1 pc
R/ LAZ 30 mg No VII
S 1 dd 1 ac. pm

Pro : NY X
Umur : 83T 6B 1H
No RM : 049xxx
Alamat : Jl. Garuda Gang Mangga No 258
No HP :4216xxx

ii
1. Kajian Kesesuaian Farmasetik
Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatibilitas √
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √

ii
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

3. Pertimbangan Klinis

No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi


Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Komposisi, Indikasi, Interaksi, Dosis, Efek Samping, Cara Pakai dan Literatur Obat Pada Resep

Nama Obat Pada Resep

Zitanid 2 mg Orinox 90 mg LAZ 30 mg

Komposisi Tizanidin etorikoksib Lansoprazol

Indikasi spastisitas yang berhubungan meringankan gejala pada terapi Pengobatan jangka pendek pada
dengan multiple sclerosis atau osteoartritis, meringankan nyeri ulkus duodenum, benign ulkus
cedera maupun penyakit pada muskuloskeletal kronik, meringankan gaster dan refluks esophagitis
sumsum tulang belakang. nyeri akut yang berhubungan dengan
bedah mulut

K.I gangguan fungsi hati berat hipersensitif terhadap komponen Hipersensitif


obat, inflammatory bowel disease,
hipertensi yang tidak terkontrol.

Dosis dosis awal 2 mg sehari Oral, dengan atau tanpa makanan: 15-30 mg
sebagai dosis tunggal Artritis: osteoartritis
kemudian naikkan sesuai direkomendasikan 60 mg sekali
dengan respon yang didapat sehariAnalgesia: nyeri akut yang
dengan interval kurang lebih berhubungan dengan bedah mulut
3-4 hari naikkan 2 mg per hari direkomendasikan 120 mg sekali
(diberikan dalam dosis sehari, dapat digunakan hanya untuk
terbagi) biasanya sampai pada keadaan akut. Nyeri
dengan 24 mg sehari dalam muskuloskeletal kronik:

ii
dosis terbagi 3-4; dosis direkomendasikan 60 mg sekali
maksimum 36 mg sehari; sehariPenurunan fungsi hati: pada
ANAK tidak pasien dengan penurunan fungsi hati
direkomendasikan ringan (Child-Pugh score 5-6), dosis
tidak boleh melebihi 60 mg sekali
sehari. Pada pasien dengan
penurunan fungsi hati sedang dosis
dikurangi; dosis tidak boleh melebihi
60 mg dua hari sekali.Penurunan
fungsi ginjal:Tidak dianjurkan pada
pasien dengan penurunan fungsi
ginjal yang berat.Tidak diperlukan
penyesuaian dosis untuk pasien
dengan penurunan fungsi ginjal yang
lebih ringan (klirens kreatinin > 30
mL / menit).

Golongan Antibiotik Antiinflamasi PPI (Pompa Proton Inhibitor)

Efek mengantuk, lelah, pusing, mulut kering, gangguan pengecapan, Sakit kepala, nyeri abdomen, diare,
Samping mulut kering, mual, gangguan ulserasi pada mulut, flatulen, dyspepsia, lelah, kembung, ruam
saluran cerna, hipotensi, juga konstipasi, perubahan nafsu makan kulit, urtikaria, terjadi kenaikan
dilaporkan, bradikardi, dan berat badan, nyeri dada, fatig, nilai-nilai fungsi hati yang bersifat
insomnia, halusinasi dan paraestesia, influenza like syndrom, sementara dan akan kembali
perubahan enzim hati normal, edema perifer dan

ii
(hentikan pemakaian apabila mialgia. despresi..
gejala tersebut semakin sering
terjadi).

Cara Pakai Oral Oral Oral

Literatur Pedoman Indomasi Obat Pedoman Indomasi Obat Nasional ISO Indonesia Vol 49
Nasional Indonesia Indonesia

ii
Resep 39

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr.Tedi Utomo
SIP: # 40/2.104/31.71.03/-1.779.3/e/2017 #

Jakarta 20 September 2019

R/ #Concor 5 mg tab NO X
S 1 dd 1 malam
R/ Lancid 30 mg tab No XX
S 2 dd 1
R/ #Urhadex 250 mg No XX
S 2 dd 1

Pro : NY X
Umur : 70 Tahun
No RM : 601xxx
Alamat Apt Maple Park Tower A 8A T
No HP :08121xxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatibilitas √

ii
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Komposisi, Indikasi, Interaksi, Dosis, Efek Samping, Cara Pakai dan Literatur Obat Pada Resep

Nama Obat Pada Resep

Concor 5 mg Lancid 30 mg Urdahex

Komposisi Bisoprolol Lansoprazole 30 mg Asam Ursodeoksikolat

Indikasi Hipertensi, angina, gagal jantung Pengobatan ulkus duodenum, tukak pelarutan batu empedu, sirosis
kronik lambung, dan refluks esophagitis empedu primer

K.I Hipersensitifitas, sinus bradikardi, Hipersensitif batu radio-opak, batu kolesterol


hipotensi, AV blok derajat 2dan yang mengalami kalsifikasi, batu
3,syok kardiogenik, sick synod radiolusen, pigmen empedu;
syndrome, keadaan akut atau kolesistitis akut yang tidak
gagal jantung dekompensasi yang mengalami remisi, kolangitis,
menghendaki pemberian inotropic obstruksi biliar batu pankreas atau
intravena. fistula biliar gastrointestinal;
kehamilan (lihat Lampiran 4),
kandung empedu tidak berfungsi;
penyakit radang dan kondisi lain
dari usus halus; kolon yang
menganggu sirkulasi
enterohepatik garam-garam
empedu; penderita dengan
kalsifikasi batu empedu

ii
Dosis Hipertensi dan angina : 1x5 – 10 Ulkus duodenum : 1 kali sehari 30 mg pelarutan batu empedu, 8-12
mg sehari pada pagi hari. selama 4 minggu. Benigna ulkus gaster mg/kg bb sehari dalam dosis
: 1 kali sehari 30 mg selama 8 minggu. tunggal menjelang tidur atau
Gagal jantung kronik stabil : Refluks esofagitis : 1 kali sehari 30 mg dalam 2 dosis terbagi sampai
1x1,25 mg/hari pada minggu selama 4 minggu. selama 2 tahun, obat diminum
pertama jika dapat ditoleransi bersama dengan susu atau
dengan baik, dosis dapat makanan; pengobatan dilanjutkan
ditingkatkan secara bertahap. selama 3-4 bulan setelah batunya
Dosis pemberian 1x 10 mg/hari melarut.

Sirosis empedu primer: 10-15


mg/kg bb sehari dalam 2-4 dosis
terbagi.
Pemutusan pemberian asam
ursodeoksikolat selama 4 minggu
berarti pengobatan harus dimulai
lagi dari awal

Golongan Anti hipertensi Obat keras (Obat lambung dan saluran Saluran Kemih
cerna)

Efek Rasa dingin pada ekstremitas, Sakit kepala , Diare , Mual dan mual, muntah, diare, kalsifikasi
Samping mual, muntah,diare, konstipasi, muntah.Ruam dan jerawat pada kulit batu empedu; pruritus, ruam kulit,
kelelahan, pusing,sakit kepala. ,Gangguan penglihatan dan kulit kering, keringat dingin,
pendengaran. rambut rontok, gangguan

ii
pencernaan makanan, rasa logam,
nyeri abdominal, kolesistitis,
konstipasi, stomatitis, flatulen,
pusing, lelah, ansietas, depresi,
gangguan tidur, atralgia, mialgia,
nyeri punggung, batuk, rinitis.

Cara Pakai Oral Oral Oral

Literatur Basic Pharmacology & Drug ISO Indonesia volume 49 -2014 s/d Pusat Informasi Obat Nasional
Notes 2015 Indonesia

ii
RESEP 40

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Mimy Corita.,DRG


No. SIK 1.2.02.31732144/13014/10.17.1

Jakarta, 20 September 2019

R/ Cefixime 200 Mg No V
S 1 dd 1
R/ Meloxicam 15 mg No V
S 1 dd 1

Pro : X TN
Tgl Lahir : 25.09.1997
No. RM : 332XX
Alamat : Jln. Cempaka wangi 11 No 18
Telp : +62913XXX

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis obat (perhitungan √
dosis)

14
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf √
Dokter

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada Resep

Cefixime Meloxicam
Nama Generik Cefixime Meloxicam
Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh patongen Nyeri & radang pada penyakit reumatik, osteoartritis
,ISK,infeksi saluran atas atas bawah. yang memburuk (jangka pendek)
K.I Hipersensitivas terhadap sefalosporin riwayat hipersensitivitas meloxicam atau OAINS
lain, tukak peptik aktif, gangguan ginjal berat,
gangguan hati berat
Dosis Dewasa dan anak diatas 12 tahun atau Dosis Osteoartritis sehari 7,5 mg. rheumatoid
berat > 30 kg: 50 -100 mg sehari.infesi arthritis sehari 15 mg
berat dosis ditingkatkan hingga 2x 200 mg
sehari. Gonorea : 400 mg dosis tunggal.
Deman tipoid pada anak 10 -15 mg/ kgbb
selama 2 minggu
Golongan Antibiotik Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS cox)
Efek Samping Gangguan saluran cerna,reaksi Dispepsia, mual, muntah, nyeri perut, konstipasi,
hipersensivitas, gannguan funsi kembung, diare, anemia, ruam kulit, edema, sakit
hati,ganggguan SSp,gangguan hematologi kepala

ii
Cara Pakai Oral Oral
Literatur ISO Indonesia volume 49 -2014 s/d 2015Basic Pharmacology & Drug Notes

ii
Resep 41

MITRA KEMAYORAN
Jl. HBR.Motik, Jakarta Pusat
Telp : +62 21 654 5555

dr. Asbudi sp.,tht


SIP: # 13/2.104/31.71.03/-1.779.3/e/2016 #

Jakarta 21 September 2019

R/Cefspan 100 mg NO XV
S 3 dd 1
R/ Kaflam 50 mg No X
S 3 dd 1
R/ Colergis Tab No XII
S 3 dd 1

Pro : NY X
Umur : 30 Tahun
No RM : 096xxx
Alamat : jln. Danau permai Raya Blok B 2/3 Tanjung priok
No HP :08119xxx

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


Pengamatan
No Kriteria Sesuai Tidak Alasan
sesuai
1 Nama Obat √
2 Jumlah Obat √
3 Bentuk Obat √
4 Stabilitas Obat √
5 Kompatibilitas √

ii
6 Aturan Pakai √
7 Cara Pemberian √
8 Dosis Obat (Perhitungan Dosis) √

2. Kajian Kesesuaian Administrasi


No Uraian Pada Resep
Ada Tidak
Inscriptio Identitas Dokter
1 Nama Dokter √
2 SIP Dokter √
3 Alamat Praktek √
4 No Telepon √
5 Tempat dan Tanggal Penulisan Resep √
Invocation
6 Tanda Resep Diawal Penulisan Resep (R) √
Praescriptio
7 Nama Obat √
8 Dosis √
9 Jumlah Obat √
Signature
10 Nama Pasien √
11 Jenis Kelamin √
12 Umur √
13 Berat Badan √
14 Alamat √
15 Aturan Pakai Lain √
16 Iter Atau Tanda Lain √
Subcriptio
17 Tanda Tangan/ Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekomendasi
Sesuai Tidak
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √
4 Reaksi Obat Yang Tidak di Inginkan √
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan Obat √
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Komposisi, Indikasi, Interaksi, Dosis, Efek Samping, Cara Pakai dan Literatur Obat Pada Resep

Nama Obat Pada Resep

Cefspan 100 mg Kaflam 50 mg Colergis

Komposisi Cefixime Kalium Diklofenak Betamethason,dexchlorpheniramine


maleate.

Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh Terapi jangka pendek nyeri inflamasi, Kondisi alergi yang membutuhkan
patongen ,ISK,infeksi saluran nyeri setelah trauma, nyeri setelah terapi kortikosteroid
atas atas bawah operasi, nyeri pada infeksi THT.

K.I Hipersensitivas terhadap Hipersensitif terhadap diklofenak, tikak Hipersensitif, tidak untuk bayi baru
sefalosporin peptik. Asma, urtikaria, rhinitis akut lahir premature
yang ditimbulkan oleh salisilat atau
obat OAINS lainhya, kehamilan.

Dosis Dewasa dan ank diatas 12 tahun Dewasa : 100 – 150 mg/hari terbagi Dewasa dan anak>12 tahun.1 tablet
atau berat > 30 kg: 50 -100 mg dalam 2-3 dosis. perhari.maksimal 6 tablet perhari.
sehari.infesi berat dosis Anak 6 – 12 tahun: ½ tablet
ditingkatkan hingga 2x 200 mg maksimal 3 tablet. perhari Anak 2-
sehari. Gonorea : 400 mg dosis 6 tahun ¼ tablet maksimal 1 ½
tunggal. Deman tipoid pada anak tablet perhari Sirosis empedu
10 -15 mg/ kgbb selama 2 primer: 10-15 mg/kg bb sehari
minggu dalam 2-4 dosis terbagi.

ii
Golongan Antibiotik OAINS Kortikosteroid

Efek Gangguan saluran cerna,reaksi Mual, gastritis, eritema kulit, sakit Mengantuk, sakit kepala, kering
Samping hipersensivitas, gannguan funsi kepala. pada mulut,pusing,lemas..
hati,ganggguan SSp,gangguan
hematologi

Cara Pakai Oral Oral Oral

Literatur ISO Indonesia volume 49 -2014 Basic Pharmacology & Drug notes ISO Indonesia volume 49 -2014 s/d
s/d 2015 2015

ii
RESEP 42

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

Dr. Kurniawan Tjahajadi


No. SIK 2/2.102/31.71.031002/-1.799.E/E/2017

Jakarta, 21 September 2019

R/ Propanolol 10 Mg No VI
S 2 dd 1 pc
R/ Meloxicam 15 mg No IV
S 1 dd 1 pc siang

Pro : NY X
Umur : 25.09.1997
No. RM : 519XX
Alamat : Jln. Radar auri komp koperasi B 23
Telp : +62812XXX

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis obat (perhitungan √
dosis)

14
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf √
Dokter

3. Pertimbangan Klinis
No Aspek Klinis Pengamatan Rekome
Sesuai Tidak ndasi
1 Dosis √
2 Interaksi Obat √
3 Pemilihan Obat √

ii
4 Reaksi Obat Yang Tidak di √
Inginkan
5 Kontraindikasi √
6 Ketepatan Indikasi √
7 Ketepatan Aturan Penggunaan √
Obat
8 Ketepatan Cara Penggunaan Obat √
9 Ketepatan lama Pengguna Obat √
10 Terdapatnya Duplikasi √
11 Terdapatnya Polifarmasi √
12 Terdapatnya Alergi Obat √
13 Terdapatnya Efek Samping Obat √

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada Resep

Propanolol Meloxicam
Nama Generik Propanolol Meloxicam
Indikasi Hipertensi, angina, aritmia, kardiomiopati, Nyeri & radang pada penyakit reumatik, osteoartritis
takikardia pada asietas dan tirotoksikosis, yang memburuk (jangka pendek)
profilaksis setelah infark miokard,
profilaksis setelah migraine dan tremor
esensial..
K.I Asma, ppok, gagal jantung yang tidak riwayat hipersensitivitas meloxicam atau OAINS
terkendali. Bradikardia yang nyata. lain, tukak peptik aktif, gangguan ginjal berat,
gangguan hati berat
Dosis Hipertensi : 2-3x 10 mg/hari atau 2-3x20 Dosis Osteoartritis sehari 7,5 mg. rheumatoid
mg/hari arthritis sehari 15 mg
Terapi infark miokard akut : 2x20-80
mg/hari.
Golongan Anti hipertensi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS cox)
Efek Samping Bradikardia, gagal jantung, hipotensi, Dispepsia, mual, muntah, nyeri perut, konstipasi,
gangguan konduksi, bronkospasme, kembung, diare, anemia, ruam kulit, edema, sakit

ii
vasokontriksi perifer, gangguan saluran kepala
pencernaan fatigue, gangguan tidur, ruam
kulit.
Cara Pakai Oral Oral
Literatur Basic Pharmacology & Drug Notes

ii
Resep 43

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Sidharta Salim Internist


SIP : 33/2.104/31.71.03/-1.779.3/e/2017

Jakarta, 23 September 2019

R/ BUSCOPAN PLUS TAB III


S 2 dd 1
R/ PEPZOL 40MG TAB X
S 2 dd 1 ac

Pro : X NY
Tgl Lahir : 28 Desember 1963
No. RM : 057136
Alamat :-

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √

ii
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √
3. Pertimbangan Klinis
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4. Reaksi Obat yang √
Tidak Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya √
Duplikasi
11. Terdapatnya √
Polifarmasi
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada
Resep
Nama Obat Pada Resep
Buscopan Plus Pepzol
Nama Buscopan plus Pantoprazole
Generik
Indikasi Nyeri paroksismal pada penyakit –penyakit Gangguan pencernaan yang membutuhkan
lambung atau usus halus dan kerusakan fungsi reduksi asam lambung; tukak lambung dan usus
traktus biliaris, urinarius dan organ-organ halus; reflux esofagitis sedang dan berat.
genitalis wanita.
K.I Pasien dengan gangguan fungsi hati Osteoporosis, patah tulang, gastritis atrofi, jumlah
rendah magnesium dalam darah.
Dosis 2 x sehari 2 x sehari, sebelum makan
Golongan Antispasmodik Proton pump Inhibitor (PPI)
Efek Gangguan system darah dan limfatik, Perubahan berat badan, mual, muntah, diare,
Samping gangguan kardiovaskular, gangguan saluran pusing, kelelahan, nyeri sendi, sulit tidur.
cerna.
Cara Pakai Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
Resep IV

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Liva Wijaya, SPOG


SIP :1.2.01.3173.3987/13014/19.1

Jakarta, 23 September 2019

R/ FOLAVIT TAB XXX


S 1 dd 1
R/ LYCOXY CAP XXX
S 1 dd 1
R/ PROFERRO TAB XXX
S 1 dd 1

Pro : X NY
Tgl Lahir :-
No. RM : 445514
Alamat : Apart Boulevard Kemayoran

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat Tidak √
Tepat
4. Reaksi Obat yang √
Tidak Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya Duplikasi √
11. Terdapatnya √
Polifarmasi
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada
Resep
Nama Obat Pada Resep
Folavit Lycoxy Proferro
Nama Asam folat Lycoxy Proferro
Generik
Indikasi Pertumbuhan janin. Pemeliharaan daya tahan Membantu memenuhi asupan zat
defisiensi asam folat, tubuh besi dalam kondisi anemia karena
suplemen saat hamil & kekurangan zat besi
laktasi.

K.I Terapi jangka panjang pada - Hipersensitif. Kadar zat besi


defisiensi kobalamin yang berlebihan dalam darah misalnya,
tidak diobati. hemochromatosis, hemosiderosis.
Gangguan metabolisme zat besi
misalnya, anemia timbal, anemia
sideroachrestic, talasemia.
Dosis 1 x sehari 1 x sehari 1 x sehari
Golongan Vitamin Vitamin& Mineral Vitamin& Mineral
Efek Muka merah, mual, perut - Gangguan sistem pencernaan
Samping kembung, mulut terasa pahit, misalnya, perasaan kembung di
nafsu makan hilang, abdomen bagian atas, mual,
gangguan tidur, dan Depresi
konstipasi & diare; feses berwarna
gelap.
Cara Pakai Oral Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
Resep 44

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Armeilia
SIP :1.2.01.3173.3043/13043/13014/03.17.1

Jakarta, 23 September 2019

R/ MEIACT 200 MG TAB X


S 2 dd 1 pc
R/ RYVELL PLUS SR TAB XV
S 2 dd 1 pc

Pro : X TN
Tgl Lahir : 01 Januari 1993
No. RM : 607529
Alamat : Jl. Kalibaru selatan No. 25

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4. Reaksi Obat yang √
Tidak Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya √
Duplikasi
11. Terdapatnya √
Polifarmasi
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada
Resep
Nama Obat Pada Resep
Meiact Ryvell Plus
Nama Cefditoren Pivoxil Ryvell plus
Generik
Indikasi Pneumonia, bronchitis kronik, Kondisi alergi seperti rinitis perenial, rinitis alergi
faringotonslitis, dan sinusitis akut. dan urtikaria idiopatik kronik
K.I - Hipersensitivitas terhadap salah satu komponen
Ryvel Plus, efedrin, atau piperazin. Hipertensi atau
penyakit jantung koroner, terutama pada pasien
lebih dari 50 tahun. Pasien dengan gangguan ginjal,
hipertiroid yang tak terkontrol, aritmia berat,
peningkatan tekanan intra okuler (TIO), retensi
urin.
Dosis 2 x sehari 2 x sehari
Golongan Antibiotik Antihistamin
Efek Reaksi hipersensitivitas, gangguan GI, Menyebabkan kantuk
Samping kelainan hematologik, peningkatan kadar
enzim hati. Peningkatan nitrogen urea darah,
kreatinin serum, & proteinuria.
Cara Pakai Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
Resep 45

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr.Irenne Ferlanika
SIP :0026/2.37.1/31.71.03.1002/-1.779.3/2015

Jakarta, 23 September 2019

R/ ANALSIK TAB X
S 3 dd 1
R/ NOVALGIN 500 MG TAB X
S 3 dd 1

Pro : X NY
Tgl Lahir : 18 November 1983
No. RM : 363030
Alamat : Jl. Kalibaru Barat No.7

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4. Reaksi Obat yang √
Tidak Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya √
Duplikasi
11. Terdapatnya √
Polifarmasi
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada
Resep
Nama Obat Pada Resep
Analsik Novalgin
Nama Analsik Novalgin
Generik
Indikasi Meredakan nyeri sedang hingga berat, Meredakan nyeri
terutama kolik & nyeri pasca operasi, jika
perlu diberikan terapi kombinasi dengan
trankuilizer.
K.I Bayi usia 1 bulan pertama. TD <100 mmHg, Wanita hamil & menyusui, alergi pirazolon,
psikosis akut. Wanita Hamil & menyusui. porfiria hepatk, gangguan fungsi sumsum tulang,
ginjal dan hati.

Dosis 3 x sehari 3 x sehari


Golongan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs)
Efek Samping Agranulositosis, reaksi alergi, mengantuk, Menyebabkan gangguan lambung & hati.
pusing, konstipasi, depresi, hipotensi, mual,
tremor, retensi urin, vertigo.
Cara Pakai Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
Resep 46

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Armeilia
SIP : 1.2.01.3173.3043/13043/13014/03.17.1

Jakarta, 23 September 2019

R/ STARCEF 200 MG CAPX


S 2 dd 1 pc
R/ HEXILON 4 MG TAB VI
S 2 dd 1 pc
R/ OMEPRAZOLE 20 MG CAP X
S 2dd 1 ac

Pro : X NN
Tgl Lahir : 25 Juli 1989
No. RM : 565078
Alamat : Apt Royale Springhill

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4. Reaksi Obat yang √
Tidak Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya √
Duplikasi
11. Terdapatnya √
Polifarmasi
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada
Resep
Nama Obat Pada Resep
Starcef Hexilon Omeprazole
Nama Cefixime Hexilon Omeprazole
Generik
Indikasi Antibiotik untuk ISK, otitis Inflamasi & alergi Gangguan gastrointestinal,
media, faringitis, tonsilitis, GERD, tukak lambung, ulkus
bronkitis akut & kronis, duodenum
pneumonia.

K.I Riwayat syok karena cefixime TBC,ulkus peptik, infeksi -


jamur sistemik, herpes
simpleks, DM, dan varisel.
Dosis 2 x sehari, sesudah makan 2 x sehari, sesudah makan 2 x sehari, sebelum makan
Golongan Antibiotik Antihistamin Pompa Proton Inhibitor (PPI)
Efek Samping Hipersensitif, gangguan GI, Menyebabkan kantuk, Omeprazole dapat
gejala syok, kerusakan ginjal, gangguan GI menyebabkan nyeri perut, sakit
granulositopenia atau kepala, dan Gangguan ginjal
eosinofilia, kelainan
pernafasan, stomatitis,
kandidiasis, defisiensi vit K.
Cara Pakai Oral Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
RESEP 48

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr. Irenne Ferlanika


SIP : 0026/2.37.1/31.71.03.1002/-1.779.3/2015

Jakarta, 23 September 2019

R/ CRAVIT 500 MG TAB IV


S 1 dd 1
R/ LANSOPRAZOLE 30 MG CAP X
S 2 dd 1 ac
R/ ONDANSETRON 8 MG TAB X
S 3dd 1 ac

Pro : X NY
Tgl Lahir : 15 Mei 1988
No. RM : 545376
Alamat : Jl. Industri III No. 39

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4. Reaksi Obat yang √
Tidak Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya √
Duplikasi
11. Terdapatnya √
Polifarmasi
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada
Resep
Nama Obat Pada Resep
Cravit Lansoprazole Ondansetron
Nama Levofloxacin Lansoprazole Ondansentron
Generik
Indikasi Sinusitis maksilaris akut, Pengobatan jangka Pengulangan mula dan muntah
bronkitis kronis dengan pendek tukak usus, tukak karena kemoterapi dan radio
eksaserbasi akut, pneumonia lambung, dan refluks terapi serta operasi
nosokomial, pneumonia , esophagus.
infeksi kulit & struktur kulit
dengan komplikasi, ISK dengan
komplikasi, pielonefritis akut.
K.I Hipersensitif terhadap kuinolon. Hipersensitif terhadap Hipersensitif

Epilepsi, riwayat gangguan levofloxacin & golongan


tendon yang berhubungan quinolon
dengan pemberian
fluorokuinolon, anak & remaja
pada masa pertumbuhan, wanita
hamil & menyusui.

ii
Dosis 1 x sehari, sesudah makan 2 x sehari, sebelum 3 x sehari, sebelum makan
makan
Golongan Antibiotik Pompa Proton Inhibitor Antiemetik
(PPI)
Efek Diare, mual, vaginitis, Diare, sakit perut mual, Sakit kepala, konstipasi, rasa
Samping kembung, pruritus, ruam, nyeri kembung, konstipasi, panas pada kepala dan
perut, moniliasis genital, sakit kepala, pusing, epigastrium, sedasi, dan diare.
pusing, dispepsia, insomnia, penurunan kadar zat besi
gangguan pengecapan, muntah, dalam darah.
anoreksia, konstipasi, edema,
lelah, sakit kepala, keringat
yang berlebihan, leukore, rasa
tidak enak badan, gugup,
gangguan tidur, tremor,
urtikaria.
Cara Pakai Oral Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
RESEP 49

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr.Otek Hermanto
SIP :34/2.104/31.71.03/-1779.3/e/2017

Jakarta, 23 September 2019

R/ AMLODIPINE 5 MG TAB XXX


S 1 dd 1
R/ LORATADINE TAB V
S 1 dd 1

Pro : X TN
Tgl Lahir :-
No. RM : 564839
Alamat :-

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat (Perhitungan √
Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal Penulisan √
Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal Penulisan √
Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4. Reaksi Obat yang √
Tidak Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya √
Duplikasi
11. Terdapatnya √
Polifarmasi
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada
Resep
Nama Obat Pada Resep
Amlodipine Loratadine
Nama Generik Amlodipine Loratadine
Indikasi Hipertensi, profilaksis angina Antihistamin
K.I Hipersensitif terhadap CCB dihidropiridin Wanita hamil & menyusui, alergi pirazolon,
porfiria hepatk, gangguan fungsi sumsum
tulang, ginjal dan hati.

Dosis 1 x sehari, maksimal 2 x sehari 3 x sehari


Golongan Calsium Canal Blocker (CCB) Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs
(NSAIDs)
Efek Samping Hipotensi, edema Menyebabkan takikardi, sakit kepala,
hipotensi, mulut kering.
Cara Pakai Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
RESEP 50

MITRA KEMAYORAN
Jln. HBR Motik, Jakarta Pusat
TELP : +62 21 654 5555

dr.Taswin Prawira
SIP :12/2.104/31.71.03/-1.779.3/E/2016

Jakarta, 23 September 2019

R/ PARIET 20 MG TAB XXX


S 2 dd 1 ac
R/ SOTATIC 10 MG TAB XX
S 2 dd 1 ac

Pro : X NN
Tgl Lahir : 04 April 2001
No. RM : 160279
Alamat :-

1. Kajian Kesesuaian Farmasetik


NO. Kriteria Pengamatan Alasan
Sesuai Tidak
sesuai
1. Nama Obat √
2. Jumlah Obat √
3. Bentuk Sediaan √
4. Stabilitas Obat √
5. Kompatibilitas √
6. Aturan Pakai √
7. Cara Pemberian √
8. Dosis Obat √
(Perhitungan Dosis)

ii
2. Kajian Kesesuaian Administratif
NO. URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscriptio Identitas Dokter
1. Nama Dokter √
2. SIP Dokter √
3. Alamat Praktek √
4. Nomor Telepon √
5. Tempat dan Tanggal √
Penulisan Resep
Invocatio
6. Tanda Resep Diawal √
Penulisan Resep (R/)
Praescriptio
7. Nama Obat √
8. Kekuatan Obat √
9. Jumlah Obat √
Signature
10. Nama Pasien √
11. Jenis Kelamin √
12. Tanggal Lahir √
13. Berat Badan √
14. Alamat √
15. Aturan Pakai Lain √
16. Iter / Tanda Lain √
Subcriptio
17. Tanda Tangan / Paraf Dokter √

ii
3. Pertimbangan Klinis
NO. ASPEK KLINIS PENGAMATAN REKOMENDASI
SESUAI TIDAK
1. Dosis √
2. Interaksi Obat √
3. Pemilihan Obat √
Tidak Tepat
4. Reaksi Obat yang √
Tidak Diinginkan
5. Kontraindikasi √
6. Ketepatan Indikasi √
7. Ketepatan Aturan √
Penggunaan Obat
8. Ketepatan Cara √
Penggunaan Obat
9. Ketepatan Lama √
Penggunaan Obat
10. Terdapatnya √
Duplikasi
11. Terdapatnya √
Polifarmasi
12. Terdapatnya Alergi √
Obat
13. Terdapatnya Efek √
Samping Obat

ii
4. Nama Generik, Indikasi, Interaksi, Dosis, Golongan, Efek Samping, Cara pakai, dan Literatur Obat Pada
Resep
Nama Obat Pada Resep
Pariet Sotatic
Nama Na rabeprazole Metoclopramide HCl
Generik
Indikasi Tukak lambung, GERD Meringankan gastoparesis pada diabetik akut &
rekuren. Pengobatan simtomatik jangka pendek
pada nyeri panas di dada/lambung &
keterlambatan pengosongan lambung karena
refluks esofagitis. Mengurangi mual, muntah
metabolik akibat emetogenik kemoterapi kanker &
setelah operasi. Mencegah mabuk perjalanan.
K.I Hipersensitif terhadap pengganti Epilepsi, perdarahan GI, obstruksi mekanik atau
benzimidazol. Wanita hamil & menyusui. perforasi, feokromositoma
Dosis 2 x sehari, sebelum makan 2 x sehari, sebelum makan
Golongan Antiulserasi Antiemetik
Efek Sakit kepala, diare, mual, Lain-lain: Rinitis, Sakit kepala, cepat lelah, efek ekstrapiramidal
Samping nyeri perut, astenia, kembung, faringitis, terutama pada penggunaan jangka panjang pada

ii
muntah, nyeri non spesifik atau nyeri anak, konstipasi, diare, sedasi.
punggung, pusing, gejala-gejala yang
menyerupai flu, infeksi, batuk, konstipasi,
insomnia.
Cara Pakai Oral Oral
Literatur MIMS, 2019

ii
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
KASUS PASIEN GAGAL JANTUNG (heart failure)
DI RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA KEMAYORAN JAKARTA
PERIODE 5 AGUSTUS – 27 SEPTEMBER 2019

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh :
ABDUL AZIZ 1843700473
NOVIA PUTRIASI 1843700275
ANATRI LAMENA DESSY 1843700307
NITA APRI PASKALIANTI 1843700326
CORRY STEPHANIE S 1843700383
FEBRI JUSTAN 1843700371
KATARINA TEDA 1843700340
NELLA YULIA MARPAUNG 1843700330

PROGRAM STUDI APOTEKER ANGKATAN XL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
DI RUMAH SAKIT MITRA KELUARGA KEMAYORAN

JL. HBR MOTIK Landas Pacu Timur – Jakarta Pusat


PERIODE 05 AGUSTUS-27 SEPTEMBER 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun Oleh:

ABDUL AZIZ 1843700473


NOVIA PUTRIASI 1843700275
ANATRI LAMENA DESSY 1843700307
NITA APRI PASKALIANTI 1843700326
CORRY STEPHANIE SULASTRA 1843700383
FEBRI JUSTAN 1843700371
KATARINA TEDA 1843700340
NELLA YULIA MARPAUNG 1843700330

Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing Fakultas Pembimbing PKPA


Universitas 17 Agustus 1945 RS Mitra Keluarga Kemayoran

(Fetri Charya Munarsih, M.Farm., Apt) (Fransisca Linawati, S.Farm., Apt)

Koordinator PKPA
Universitas 17 Agustus 1945

(Rabima, M.Farm., Apt)

ii
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Apoteker, baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di Universitas lain.
2. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian penyusun, tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.
3. Dalam Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka penyusun
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar serta sanksi lainnya
sesuai peraturan perundang-undangan dan norma akademik yang berlaku di
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta September 2019

Penyusun

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Khusus
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Mitra Keluarga
Kemayoran pada tanggal 05 Agustus – 27 September 2019.
Praktek Kerja Profesi Apoteker di bidang klinis ini sebagai salah satu syarat
yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Apoteker. Tugas Khusus ini dapat
terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Ibu Diana Laila Ramatillah, M, Farm., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
2. Ibu Sylvia Rizky Prima, M.Farm., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
3. Ibu Fetri Charya Munarsih, M.Farm., Apt. selaku Dosen Pembimbing di
Universitas 17 Agustus 1945 yang telah memberikan bimbingan, arahan dan
perhatiannya kepada kami selama penulisan laporan ini.
4. Ibu Fransisca Linawati, M S.Farm, Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi dan
Pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Rumah Sakit di RS
Mitra Keluarga Kemayoran yang telah memberikan motivasi dan semangat
selama melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RS Mitra Keluarga
Kemayoran.
5. Seluruh staf dan karyawan RS MIKA Kemayoran, yang telah memberikan
bantuan dan perhatian selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6. Rekan-rekan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang saling memberikan
informasi dan support satu sama lain.

iv
Penulis menyadari bahwa laporan PKPA ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan laporan PKPA ini.
Semoga ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama PKPA di RS
MIKA Kemayoran ini dapat berguna sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat
dalam rangka pengabdian profesi dan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

Jakarta, September 2019

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................... 2
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan .............................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit dan Etiologi ................................................. 3
B. Menifestasi Klinis .................................................................... 4
C. Patofisiologi ............................................................................. 5
D. Penatalaksanaan Pengobatan ................................................... 6
E. Tatalaksana non Farmakologi .................................................. 7
F. Tatalaksana Farmakologi ......................................................... 8
a. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI) ....... 8
b. Penyekat β ......................................................................... 9
c. Antagonis Aldosteron ........................................................ 9
d. Angiotensin Receptor lockers (ARB)................................ 9
e. Hydralazine dan Isosorbide Dinitrate (H-ISDN)............... 11
f. Digoksin ............................................................................ 11
g. Diuretik ............................................................................. 11
G. Uraian Obat ............................................................................. 12
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................... 28
A. Data Pasien .............................................................................. 28
B. Data Objektif Pasien ................................................................ 29
C. Data Laboratorium ................................................................... 30
D. Profil Pengobatan Pasien ......................................................... 32
E. Catatan Perkembangan Klinis dan Terapi Pasien .................... 34
F. Obat Pulang ............................................................................. 38
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................... 41
A. Pembahasan Kasus ........................................................................ 41
B. Asuhan Kefarmasian ..................................................................... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 47

vi
A. Kesimpulan ............................................................................. 47
B. Saran ....................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49

vii
8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gagal jantung (heart failure) adalah kumpulan sindroma klinis yang
kompleks yang diakibatkan oleh gangguan struktur ataupun fungsi dan
menyebabkan gangguan pengisian ventrikel atau pemompaan jantung. Gagal
jantung akut (acute heart failure) adalah serangan cepat dari gejala-gejala atau
tanda-tanda akibat fungsi jantung yang abnormal. Gagal jantung akut dapat
berupa acute de novo (serangan baru dari gagal jantung akut tanpa ada kelainan
jantung sebelumnya) atau dekompensasi akut dari gagal jantung kronik. Disfungsi
yang terjadi pada gagal jantung dapat berupa disfungsi sistolik atau disfungsi
diastolic (Nuraisa, 2016).
Gagal jantung kronis (chronic heartfailure) juga didefinisikan sebagai
sindroma klinik yang komplek disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, baik
dalam keadaan istirahat maupun beraktifitas (Dokter, Kardiovaskular, & Pertama,
2015).
Menurut Dipiro (2008), dalam jurnal Melanie (2014) gagal jantung juga
merupakan sindrom dengan gejala unik yang terkadang kurang disadari oleh
penderita dan sering menyebabkan ketidakmampuan dan penurunan kualitas
jantung penderitanya dan juga merupakan masalah epidemic kesehatan
masyarakat dan merupakan penyakit nomor satu yang memicu terjadinya
kematian.
Gagal jantung merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan angka
mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun Negara
berkembang termasuk Indonesia (Perki, 2015).
Faktor risiko terjadinya gagal jantung yang paling sering adalah usia lanjut,
75% pasien yang dirawat dengan gagal jantung berusia 65-75%. Terdapat 2 juta
9

kunjungan pasien rawat jalanper tahun yang menderita gagal jantung. Kemudian
menurut penelitian angka kejadian gagal jantung kronik Amerika Serikat,
jumlahnya sekitar tiga juta orang, lebih dari empat ratus ribu kasus baru
dilaporkan tiap tahun. (Nuraisa, 2016)
Penyebab Congestive Heart Failure (CHF) pada lansia adalah peningkatan
kolagen miokard akibat proses penuaan (Ardiansyah, M, 2012). Menurut
Israel (2008), dalam jurnal Melanie (2014) hasil studi literatur menunjukan
bahwa usia memegang peranan terjadinya gagal jantung, hal ini dikarenakan
pada usia tua fungsi jantung mengalami penurunan. Salah satu penyebab
terjadinya gagal jantung yang terjadi pada usia tua adalah karena hipertensi.
Akibatnya akan timbul gejala gagal jantung kongestif atau jantung tidak
mampu memompa darah sesuai kebutuhan tubuh. Gagal jantung kongestif
lebih sering terjadi pada rentang umur 60 sampai 90 tahun.

B. Tujuan
Tujuan pelaksanaan tugas khusus Praktik Kerja Profesi Apoteker di RS Mitra
Keluarga Kemayoran adalah :
a. Untuk memahami peran apoteker dalam pemantauan terapi obat pada pasien.
b. Untuk menganalisis dan memberikan rekomendasi akan masalah terkait obat
pada pasien rawat inap yang dikaji.
c. Untuk mengetahui, mengidentifikasi dan mengevaluasi adanya DRP serta
menilai pengobatan rasional yang ditinjau dari indikasi, efek samping
potensial dan interaksi obat potensial.
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Proses pemantauan dan analisis terapi pengobatan dilakukan di unit mawar yang
dilakukan selama periode 5 Agustus– 27 September 2019 di Rumah Sakit Mitra
Keluarga Kemayoran, Jalan HBR motik, Kb. Kososng, Kemayoran, Kota Jakarta
Utara.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit dan Etiologi


a. Definisi Congestive Heart Failure (CHF)
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang
pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas
pendekyang tipikal saat istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai
kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan
kaki); adanya bukti objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat
istrahat (Perki, 2015).
b. Etiologi CHF
Etiologi terjadinya gagal jantung antara lain (Ardiansyah, M, 2012) :
a) Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, yang berdampak pada menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencangkup
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit otot
degenerative atau inflamasi.
b) Aterosklerosis coroner
Kelainan ini mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
c) Hipertensi sistemik atau hipertensi pulmonal
d) Gangguan ini menyebabkan meningkatnya beban kerja jantung dan
pada gilirannya juga turut mengakibatkan hipertrofi serabut otot
5

jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme


kompensasi, karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
e) Peradangan dan penyakit miokardium degenerative gangguan
kesehatan ini berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung dapat merusak serabut jantung dan menyebabkan
kontraktilitas menurun.
f) Penyakit jantung yang lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi organ jantung.
Mekanisme yang biasanya terlibat mencangkup gangguan aliran
darah melalui jantung (misalnya stenosis katup semiluner) serta
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (misalnya
perikarditas, konstriktif, ataustenosis katup siensi katup AV).
B. Menifestasi Klinis
Tabel 2.1. Gejala dan Tanda Klinis CHF
6

C. Patofisiologi
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi gangguan pada
jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks.Pada disfungsi sistolik terjadi
gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac
output. Hal ini menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal,
sistem Renin – Angiotensin – Aldosteron (system RAA) serta kadar vasopresin
dan natriuretic peptide yang bertujuan untuk memperbaiki lingkungan jantung
sehingga aktivitas jantung dapat terjaga (Jackson G, 2000).
Aktivasi sistem simpatis melalui tekanan pada baroreseptor menjaga cardiac
output dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas serta
vasokons-triksi perifer (peningkatan katekolamin).Apabila hal ini timbul
berkelanjutan dapat menyebabkan gangguan pada fungsi jantung.Aktivasi
simpatis yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya apoptosis miosit,
hipertofi dan nekrosis miokard fokal (Jackson G, 2000).
Stimulasi sistem RAA menyebabkan penigkatan konsentrasi renin,
angiotensin II plasma dan aldosteron. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor
renal yang poten (arteriol eferen) dan sirkulasi sistemik yang merangsang
pelepasan noradrenalin dari pusat saraf simpatis, menghambat tonus vagal dan
merangsang pelepasan aldosteron. Aldosteron akan menyebabkan retensi natrium
dan air serta meningkatkan sekresi kalium. Angiotensin II juga memiliki efek
pada miosit serta berperan pada disfungsi endotel pada gagal jantung (Jackson G,
2000).
Terdapat tiga bentuk natriuretic peptide yang berstruktur hampir sama yang
memiliki efek yang luas terhadap jantung, ginjal dan susunan saraf pusat. Atrial
Natriuretic Peptide (ANP) dihasilkan di atrium sebagai respon terhadap
peregangan menyebabkan natriuresis dan vasodilatsi. Pada manusia Brain
Natriuretic Peptide (BNO) juga dihasilkan di jantung, khususnya pada ventrikel,
kerjanya mirip dengan ANP.C-type natriuretic peptide terbatas pada endotel
7

pembuluh darah dan susunan saraf pusat, efek terhadap natriuresis dan
vasodilatasi minimal.Atrial dan brain natriuretic peptide meningkat sebagai
respon terhadap ekspansi volume dan kelebihan tekanan dan bekerja antagonis
terhadap angiotensin II pada tonus vaskuler, sekresi aldosteron dan reabsorbsi
natrium di tubulus renal.Karena peningkatan natriuretic peptide pada gagal
jantung, maka banyak penelitian yang menunjukkan perannya sebagai marker
diagnostik dan prognosis, bahkan telah digunakan sebagai terapi pada penderita
gagal jantung (Santoso A, 2007).Vasopressin merupakan hormon antidiuretik
yang meningkat kadarnya pada gagal jantung kronik yang berat. Kadar yang
tinggi juga didpatkan pada pemberian diuretik yang akan menyebabkan
hiponatremia (Santoso A, 2007).
Endotelin disekresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan merupakan
peptide vasokonstriktor yang poten menyebabkan efek vasokonstriksi pada
pembuluh darah ginjal, yang bertanggung jawab atas retensi natrium. Konsentrasi
endotelin-1 plasma akan semakin meningkat sesuai dengan derajat gagal jantung.
Disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan
kekakuan dinding ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri
menyebabkan gangguan pada pengisian ventrikel saat diastolik. Penyebab
tersering adalah penyakit jantung koroner, hipertensi dengan hipertrofi ventrikel
kiri dan kardiomiopati hipertrofik, selain penyebab lain seperti infiltrasi pada
penyakit jantung amiloid. Walaupun masih kontroversial, dikatakan 30 – 40 %
penderita gagal jantung memiliki kontraksi ventrikel yang masih normal.Pada
penderita gagal jantung sering ditemukan disfungsi sistolik dan diastolik yang
timbul bersamaan meski dapat timbul sendiri.
D. Penatalaksanaan Pengobatan
Penatalaksaan penderita dengan gagal jantung meliputi penatalaksanaan
secara farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan gagal jantung baik akut
maupun kronik ditujukan utnuk mengurangi gejala dan memperbaiki prognosis,
8

meskipun penatalaksanaan secara individual tergantung dari etiologi serta


bertanya kondisi.
E. Tatalaksana non Farmakologi
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan
pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan gejala
gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas dan prognosis.
Manajemen perawatan mandiri dapat didefnisikan sebagai tindakan-tindakan yang
bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat
memperburuk kondisidan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
a. Ketaatan pasien berobat
Ketaatan pasien berobat menurunkan morbiditas, mortalitas dan kualitas
hidup pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60% pasien yang taat pada
terapi farmakologi maupun non-farmakologi.
b. Pemantauan berat badan mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan
berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas
pertimbangan dokter (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C).
c. Asupan cairan
Restriksi cairan 1,5 - 2 Liter/hari dipertimbangkan terutama pada pasien
dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada
semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang tidak memberikan
keuntungan klinis (kelas rekomendasi IIb, tingkatan bukti C).
d. Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal
jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung,
mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup (kelas rekomendasi IIa,
tingkatan bukti C).
e. Kehilangan berat badan tanpa rencana
9

Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada gagal jantungberat.


Kaheksia jantung (cardiac cachexia) merupakan prediktor penurunan angka
kelangsungan hidup.Jika selama 6 bulan terakhir berat badan > 6 %dari berat
badan stabil sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien didefinisikan
sebagai kaheksia. Status nutrisi pasien harus dihitung dengan hati-hati (kelas
rekomendasi I, tingkatan bukti C).
f. Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik
stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik, dikerjakan
dirumah sakit atau di rumah (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti A).
g. Aktvitas seksual
Penghambat 5-phosphodiesterase (contoh: sildenafil) mengurangi tekanan
pulmonal tetapi tidak direkomendasikan pada gagal jantung lanjut dan tidak
boleh dikombinasikan dengan preparat nitrat (kelas rekomendasi III,tingkatan
bukti B) ( Perki, 2012).
F. Tatalaksana Farmakologi
Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Tindakan preventif dan pencegahan perburukan
penyakit jantung tetap merupakan bagian penting dalam tatalaksana penyakit
jantung. Sangatlah penting untuk mendeteksi dan mempertimbangkan pengobatan
terhadap kormorbid kardiovaskular dannon kardiovaskular yang sering dijumpai.
a. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
Kecuali kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal
jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %.ACEI memperbaiki
fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit
Karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan
hidup. ACEI kadang-kadang menyebabkan perburukan fungsi ginjal,
hiperkalemia, hipotensi simtomatik, batuk dan angioedema (jarang), oleh
10

sebab itu ACEI hanya diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal adekuat dan
kadar kalium normal.

Indikasi pemberian ACEI :


a) Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %, dengan atau tanpa gejala.
Kontraindikasi pemberian ACEI :
b) Riwayat angioedema.
c) Stenosis renal bilateral.
d) Kadar kalium serum > 5,0 mmol/L.
e) Serum kreatinin > 2,5 mg/dL.
f) Stenosis aorta berat.
b. Penyekat β
Kecuali kontraindikasi, penyekat β harus diberikan pada semua pasien
gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. Penyekat β
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan
rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan
kelangsungan hidup.
Indikasi pemberian penyekat β :
a) Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %.
b) Gejala ringan sampai berat.
c) ACEI / ARB (dan antagonis aldosteron jika indikasi) sudahdiberikan.
d) Pasien stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis diuretik,tidak ada
kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada tanda retensicairan berat).
Kontraindikasi pemberian penyekat β :
a) Asma.
b) Blok AV (atrioventrikular) derajat 2 dan 3, sindroma sinus sakit(tanpa
pacu jantung permanen), sinus bradikardia (nadi < 50x/menit).
c. Antagonis Aldosteron
11

Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron dosis


kecilharus dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi ejeksi ≤ 35 %
dan gagal jantung simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa
hiperkalemia dan gangguan fungsi ginjal berat. Antagonis aldosteron
mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung dan
meningkatkan kelangsungan hidup.
Indikasi pemberian antagonis aldosteron :
a) Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %.
b) Gejala sedang sampai berat.
c) Dosis optimal penyekat β dan ACEI atau ARB (tetapi tidak ACEI dan
ARB).
Kontraindikasi pemberian antagonis aldosterone :
a) Konsentrasi serum kalium > 5,0 mmol/L.
b) Serum kreatinin> 2,5 mg/dL.
c) Bersamaan dengan diuretik hemat kalium atau suplemen kalium.
d) Kombinasi ACEI dan ARB.
d. Angiotensin Receptor Blockers (ARB)
Kecuali kontraindikasi, ARB direkomendasikan pada pasien gagal
jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % yang tetap simtomatik
walaupun sudah diberikan ACEI dan penyekat β dosis optimal, kecuali juga
mendapat antagonis aldosteron. Terapi dengan ARB memperb aiki
fungsiventrikel dan kualitas hidup, mengurangi angka perawatan rumah sakit
karena perburukan gagal jantung ARB direkomedasikan sebagai alternativ
pada pasien intoleran ACEI. Pada pasien ini, ARB mengurangi
angkakematian karena penyebab kardiovaskular.
Indikasi pemberian ARB :
a) Fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %.
b) Sebagai pilihan alternatif pada pasien dengan gejala ringansampai berat
yang intoleran ACEI.
12

c) ARB dapat menyebabkan perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia,dan


hipotensi simtomatik sama sepert ACEI, tetapi ARB tidakmenyebabkan
batuk.
Kontraindikasi pemberian ARB :
a) Sama seperti ACEI, kecuali angioedema.
b) Pasien yang diterapi ACEI dan antagonis aldosteron bersamaan.
c) Monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial ketika ARBdigunakan
bersama ACEI.
e. Hydralazine dan Isosorbide Dinitrate (H-ISDN)
Pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %,
kombinasi H-ISDN digunakan sebagai alternatif jika pasien intoleran terhadap
ACEI dan ARB (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti B).
Indikasi pemberian kombinasi H-ISDN :
a) Pengganti ACEI dan ARB dimana keduanya tidak dapat ditoleransi.
b) Sebagai terapi tambahan ACEI jika ARB atau antagonis aldosteron tidak
dapat ditoleransi.
c) Jika gejala pasien menetap walaupun sudah diterapi dengan
ACEI,penyekat β dan ARB atau antagonis aldosterone.
Kontraindikasi pemberian kombinasi H-ISDN :
a) Hipotensi simtomatik.
b) Sindroma lupus.
c) Gagal ginjal berat.
f. Digoksin
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat
digunakanuntuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain
(sepertipenyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung
simtomatik,fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % dengan irama sinus, digoksin
dapatmengurangi gejala.
13

g. Diuretik
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda
klinisatau gejala kongesti.Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk
mencapai status euvolemia (kering danhangat) dengan dosis yang serendah
mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari
dehidrasi atau reistensi(Perki, 2015).

G. Uraian Obat

KSR 600 mg
Indikasi Untuk perawatan kekurangan kalium,
ketidakseimbangan cairan elektrolit,
kekurangan kalium dan kondisi lainnya.
Peringatan • Harap berhati-hati dalam menggunakan
suplemen kalium,jika sedang mengalami
dehidrasi, diare,tukak lambung,
penyumbatan kerongkongan dan usus,
penyakit ginjal, penyakit jantung, diabetes
tipe 2, penyakit addison.
• Beri tahu dokter jika sedang menggunakan
obat-obat lain, termasuk produk herba
atau suplemen karena dikhawatirkan bisa
mengakibatkan reaksi yang tidak
dinginkan,
• Jika terjadi reaksi alergi atau
overdosis,segera temui dokter.
Kontraindikasi Gagal ginjal tahap lanjut, penyakit addison
yang tidak diobati, dehidrasi akut,
hiperkalemia.
Efek Samping Sakit perut atau pembengkakan, mual, hitam
tinja, mati rasa atau kesemutan dikulit, muntah,
kaki atau kaki lemah atau berat, detak jantung
tak teratur, toksisitas jantung pada infus cepat,
kebinggungan atau kecemasan, diare.
Dosis Penggunaan Obat Ini Harus Sesuai Dengan
Petunjuk Dokter. 2 X 3 Sehari 1-2.
14

ASPAR-K
Indikasi Suplemen nutrisi untuk keadaan seperti :
kelelahan fisik, masa penyembuhan,
anoreksia, demam, hamil dan laktasi ,
mengatasi kelesuan (astenia).
Peringatan Harus dengan resep dokter, gangguan
fungsi ginjal.
Kontraindikasi Pasien dengan penyakit addison yang
tidak diobati; pasien dengan kelebihan
kalium, pasien hipersensitif
Efek Samping Mual-mual, nafsu makan menurun, diare,
rasa tidak nyaman pada daerah dada
sebelah kiri (daerah jantung) gejala-gejala
kelebihan kalium (hiperkalemia), ruam
kemerahan pada kulit.
Dosis Dosis aspar-k untuk orang dewasa adalah
1-3 tablet 3 kali sehari.
ALLOPURINOL 300 mg
Indikasi Hiperurisemia baik primer maupun
sekunder, terutama penyakit gout untuk
mencegah serangan gout. Produksi
berlebihan asam urat antara lain pada
pasien keganasan yang mendapat
imunoterapi, polisitemia vera, terapi
sitostatik. Pada populasi pasien pediatrik:
keadaan malogna (contoh : leukimia),
kelainan enzim. Batu ginjal rekuren yang
disebabkan oleh batu oksalat.
Peringatan • Harap berhati-hati jika menderita
gangguan pada ginjal dan hati.
• Beri tahu dokter jika memiliki
diabetes ,tekanan darah tinggi,atau
sedang menjalani program diet.
• Allopurinol bisa menyebabkan
kantuk. karena itu, jangan
mengemudikan kendaraan atau
mengoperasikan alat berat setelah
mengomsumsi obat ini.
• Tanyakan dosis allopurinol untuk
15

anak-anak kepada dokter.


• Jika terjadi reaksi alergi atau
overdosis , segera temui dokter.
Kontraindikasi Hipersensitivitas,serangan gout
akut,kehamilan,dan menyusui.
Efek Samping Ruam makulopapular ,pruritus ,demam
dan mengigil, atralgia. dan gangguan
hematologi.
Dosis Dewasa : 100 mg oral sekali sehari.
Gout ringan: 200-300mg
Gout sedang-berat :400-600mg
LORATADINE
Indikasi Gejala alergi,urtikaria.
Peringatan Hamil, menyusui; insiden sedasi dan
antimuskarinik rendah.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap loratadine.
Efek Samping Lesu,nyeri kepala; sedasi dan mulut
kering jarang
Dosis Dewasa: 1x10mg/hari
Anak :2-12 tahun dengan berat badan <
30kg :1x5mg/hari
Anak: 2-12 tahun dengan berat badan >
3kg : 1x10mg/hari,
OPILAX 15
Indikasi Konstipasi,ensefalopati hepatikum.
Peringatan Diabetes,anak,lanjut
usia,kehamilan,menyusui.
Kontraindikasi Obstruksi usus,galaktosemia,intoleransi
laktulosa.
Efek Samping Kembung,sendawa,flatus,keram,rasa
16

tidak enak pada perut,mual,muntah.


Dosis Dewasa ; konstipasi 15-30ml
Anak : 3-10 tahun :2x10ml perhari
ACETIN 600mg
Indikasi Terapi hipersekresi mukus kental dan
tebal pada saluran pernapasan.
Peringatan Hati-hati pada pasien yang sulit
mengeluarkan sekret, penderita asma
bronkial, berbahaya untuk penderita
asma bronkial akut.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap acetylcysteine.
Efek Samping Pada penggunaan sistemik :
menimbulkan reaksi hipersensitivitas
seperti urtikaria dan bronkospasme
(jarang terjadi). Psoriasis, mual, muntah,
diare stomatitis, pusing , tinitus.
Dosis Dewasa : 3 x 1 kapsul sehari.
FARSIX 40 mg
Indikasi Pasien dengan retensi cairan yang berat (
edema, ascites), hypertensive heart
failure, edema paru akut, edema pada
sindrom nefrotik, insufisiensi renal
kronik, sirosis hepatis.
Peringatan Hati-hati penggunaan pada SLE ,
gangguan hati , gangguan ginjal, pada
pasien dengan riwayat DM, riwayat gout,
hamil.
Kontraindikasi Hipovolemia, hiponatremia, anuri (
17

obstruksi post renal), pasien yang alergi


terhadap preparat sulfat.
Efek Samping Hipotensi, hiponatremia, hipokalemia,
hipokalsemia, hipeurisemia, ototoksis,
hiperglisemia meningkatkan LDL
kolestrol dan menurunkan LDL.
Dosis Oral : dewasa 40 mg
Injeksi iv 20-40mg

CEFIXIME 100MG
Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif
terhadap cefixime pada penyakit ISK tanpa komplikasi
(sistitis, sistouretritis, pielonefritis), infeksi saluran nafas
atas (otitis media, faringitis, tonsilitis), infeksi saluran
nafas bawah *bronkitis akut dan bronkitis kronik
eksaserbasi akut).
Peringatan • Pada penderita yang hipersensitif terhadap penicillin
kemungkinan dapat terhadap penicillin kemungkinan
dapat terjadi reaksi alergi silang bila diberikan
cefixime.
• Pada pasien dengan fungsi ginjal menurun,dosis harus
disesuaikan.
• Pada wanita hamil dan menyususi hanya diberikan bila
benar0benar diperlukan
• Hati-hati pemberian untuk penderita dengan riwayat
kolitis.
• Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan
pertumbuhan berlebihan dari organisme yang resisten.
18

Kontraindika Hipersensitif terhadap cephalosparin.


si
Efek Samping Gangguan saluran cerna (diare, nyeri abdomen, mual,
muntah dispepsia, kembung, pseudo membranosa kolitis,
anoreksia, rasa terbakar, sembelit): reaksi hipersensitivitas
(ruam kulit, urtikaria, pruritis):
Dosis Dewasa & anak > 12 tahun atau ≥30 kg:2x100mg sehari.
Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2x200mg
sehari.

SPIROLA 25 MG
Indikasi Edema dan ascites pada sirosis hati,ascites malignan,
sindroma nefrotik, gagal jantung kongestif;
hiperaldosteronisme primer digunakan bersama dengan
furosemide /thiazide untuk mencegah hipokalemia.
Peringatan Hati-hati penggunaan usia lanjut : gangguan hati:
gangguan ginjal ( hindari bila sedang sampai berat):
pantau elektrolit ( hentikan bila terjadi hiperkalemia,
hiponetremia : penyakit addison ).
Kontraindikasi Insufisiensi ginjal akut, anuria, hiperkalemia.
Efek Samping Gangguan saluran cerna: impotensi, ginekomastia,
menstruasi tidak teratur, letargi, sakit kepala, binggung,
ruam kulit, hiperkalemia, hiponatremia, hepototoksisitas,
osteomalasia, dan gangguan darah.
Dosis 25-100mg/hari
ACARBOSE 100 mg
Indikasi Diabetes melitus yang tidak dapat diatur
hanya dengan diet.
19

Peringatan Pemantauan fungsi hati selama 6-12


bulan terapi
Kontraindikasi Wanita hamil.wanita menyusui anak
dan remaja < 18 tahun, inflammatory
bowel disease ( seperti kolitis ukseratif,
crohn’s diease) obstruksi usus halus
gangguan fungsi hati yang berat
gangguan fungsi ginjal, hernia, riwayat
bedah perut.
Efek Samping Abdominal bloating ( penumpukan gas
dalam usus), flatulens, diare, nyeri
abdomen, mual, gangguan hati.
Dosis Dosis harian : 100-300 ,g/hari (dalam 3
dossi terbagi) Dosis maksimal :
300mg/hari
LASIX INJEKSI
Indikasi Edema jantung, ginjal, dan hati ,edema
perifer karena obstruksi mekanis atau
insufisiensi dan hipertensi
Peringatan Ibu hamil dan menyusui
Kontraindikasi Jangan digunakan oleh defiseinsi
elektrolit, anuria (tidak dibentuknya
kemih oleh ginjal), koma hepatiku,
hamil muda, hipokalemia, sedang
mendapat terapi lithium.
Efek Samping Rasa tidak enak pada perut hipotensi
ortostatik, gangguan saluran
pencernaan, pandangan kabur, pusing,
20

sakit kepala.
Dosis Edema dewasa : 20-80 mg
MGSO4 20 ℅
Indikasi Hipomagnesemia akibat kehilangan
cairan yang berlebihan, takikardia
ventrikuler (torsades de pointes),
preeklampsia, eklampsia.
Peringatan Kerusakan ginjal, pantauan kadar
magnesium dan elektrolit lain.
Kontraindikasi Magnesium sulfat injeksi tidak boleh
diberikan secara parenteral pada pasien
dengan blok jantung atau kerusakan
miokard.
Efek Samping Mual, muntah, haus, kulit kemerahan,
hipotensi, aritmia, koma, depresi napas,
mengantuk, binggung, hilang refleks
tendon, lemah otot, kolik, dan diare pada
pemberian oral.
Dosis Henti jantung (akibat hipomagnesemia):1-
2gram (5-10ml dari magnesium 20℅)

DIABETES MELITUS
A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya.Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan
berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah
21

(Dipiro, et. al., 2015).Diabetes Melitus adalah sindrom klinis yang ditandai
dengan hiperglikemia karena defisiensi insulin yang absolut maupun
relatif.Kurangnya hormon insulin dalam tubuh yang dikeluarkan dari sel β
pankreas mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
menyebabkan gangguan signifikan.Kadar glukosa darah erat diatur oleh insulin
sebagai regulator utama perantara metabolisme. Hati sebagai organ utama dalam
transport glukosa yang menyimpan glukosa sebagai glikogen dan kemudian dirilis
ke jaringan perifer ketika dibutuhkan (American Diabetes Association, 2012).
B. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 1 (5 - 10% kasus) biasanya terdapat pada masa
anakanak atau awal memasuki usia dewasa dan menghasilkan kerusakan yang
dimediasi oleh autoimun pada sel β pankreas, menghasilkan defisiensi insulin.
Proses autoimun dimediasi oleh makrofag dan limfosit T dengan autoantibodi
terhadap antigen sel β (contoh: sel antibodi, antibodi insulin) (Dipiro, et. al.,
2015). Pada patofisiologi diabetes mellitus tipe 1, yang terjadi adalah tidak
adanya insulin yang dikeluarkan oleh sel yang berbentuk seperti peta pada
pankreas yang terletak di belakang lambung.Dengan tidak adanya insulin, glukosa
dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel untuk dirubah menjadi tenaga.
Karena tidak bisa diserap oleh insulin, glukosa ini terjebak dalam darah dan kadar
glukosa dalam darah menjadi naik (Homenta, 2012).
Diabetes melitus tipe 2 sebanyak 90% kasus diabetes dan biasanya ditandai
dengan kombinasi resistensi insulin dan defisiensi insulin.Resistensi insulin
dimanifestasikan oleh peningkatan lipolysis dan produksi asam lemak bebas,
peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan serapan otot rangka
glukosa.Sel β mengalami disfungsi progresif dan menyebabkan memburuknya
kontrol glukosa darah. DM tipe 2 terjadi ketika gaya hidup diabetogenic (kalori
yang berlebihan, olahraga tidak memadai, dan obesitas) ditumpangkan di atas
rentan genotip. Pada DM tipe 2 terjadi ganguan pengikatan glukosa oleh
reseptornya tetapi produksi insulin masih dalam batas normal sehinga penderita
22

tidak tergantung pada pemberian insulin (Dipiro, et. al., 2015). Kejadian lainnya
pada diabetes melitus (1 - 2% kasus) mencakup penyakit endokrin (contoh:
akromegali, cushing syndrome), diabetes gestasional (GDM) atau diabetes pada
ibu hamil, dan obat-obatan (glukokortikoid, niasin, αinterferon) (Dipiro, et. al.,
2015).
C. Diagnosis Diabetes
Diabetes dapat didiagnosis berdasarkan kriteria glukosa plasma, baik
glukosa plasma puasa atau fasting plasma glucose (FPG) atau nilai 2 jam plasma
glukosa atau 2-h plasma glucose (2-h PG) setelah tes toleransi glukosa 75 gram
atau oral glucose tolerance test (OGTT) atau kriteria A1C (Umpierrez et al.,
2014).
1. FPG ≥126 mg/dL (7 mmol/L). Fasting didefinisikan sebagai tidak adanya
pemasukan kalori sedikitnya 8 jam
2. 2 jam PG ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L) selama OGTT, menggunakan glukosa
yang mengandung 75 gram glukosa anhidrat yang terlarut dalam air
3. A1C ≥ 6.5 % (48 mmol/mol). Pengujian dilakukan di laboratorium dengan
metode NGSP dan dengan standar DCCT assay
4. Pada pasien dengan gejala klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemik, 5
gula plasma acak ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L)
FPG, 2-hPG setelah 75-g OGTT dan A1C sesuai untuk pengujian diagnostik,
akan tetapi tidak semua individu perlu dilakukan test tersebut. Efikasi dari
intervensi untuk pencegahan diabetes tipe 2 terutama telah ditunjukkan pada
individu dengan toleransi glukosa terganggu atau impaired glucose tolerance
(IGT), tidak untuk individu dengan isolated impaired fasting glucose (IFG) atau
pasien prediabetes berdasarkan A1C (Cefalu et al., 2017)
Test yang sama dapat digunakan untuk skrining dan diagnosis diabetes dan
untuk mendeteksi individu prediabetes. Diabetes dapat diidentifikasi sepanjang
spektrum skenario klinis pada individu yang berisiko rendah yang kebetulan
23

melakukan tes glukosa, pada individu yang diuji berdasarkan penilaian risiko
diabetes, dan pada pasien simtomatik (Cefalu et al., 2017).
1. Fasting dan 2-Hour Plasma Glucose FPG dan PG 2 jam dapat digunakan
untuk mendiagnosis diabetes. Kesesuaian antara FPG dan PG 2-jam tidak
selalu sesuai, sama halnya antara A1C dan tes glukosa. Sejumlah penelitian
telah mengungkapkan bahwa, dibandingkan dengan FPG dan A1C, nilai PG
2-jam mendiagnosis lebih banyak penderita diabetes (Cefalu et al., 2017)
2. A1C A1C memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan FPG dan
OGTT, termasuk kenyamanan yang lebih besar (puasa tidak diperlukan),
stabilitas preanalitik yang lebih baik, dan gangguan sehari-hari yang lebih
sedikit selama stres dan penyakit. Namun, sensitivitas A1C yang lebih rendah,
memerlukan biaya yang lebih besar, keterbatasan tes A1C terbatas di daerah
tertentu dan korelasi yang tidak sempurna antara A1C dan glukosa rata-rata
pada individu tertentu (Gillaizeau et al, 2013).
Saat menggunakan A1C untuk mendiagnosis diabetes, penting untuk
mengenali bahwa A1C adalah ukuran tidak langsung dari kadar glukosa 6
darah rata-rata dan mempertimbangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi
glikemia hemoglobin secara tidak langsung, seperti usia, ras atau etnis, dan
anemia atau hemoglobinopati (Cefalu et al., 2017).
3. Umur Studi epidemiologi yang menjadi dasar untuk mendiagnosis diabetes
menggunakan A1C hanya pada populasi dewasa. Oleh karena itu, masih
belum jelas apakah A1C dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes pada
anak-anak dan remaja (Gillaizeau et al, 2013).
4. Ras atau Etnik Tingkat A1C dapat bervariasi dengan ras / etnis secara
independen dari glikemia. Sebagai contoh, orang Afrika Amerika mungkin
memiliki kadar A1C yang lebih tinggi daripada orang kulit putih non-
Hispanik meskipun kadar glukosa puasa dan total glukosa sama. Meskipun
ada beberapa data yang saling bertentangan, orang Afrika Amerika mungkin
juga memiliki kadar albumin fruktosamin dan albumin yang lebih tinggi dan
24

kadar 1,5- anhidroglukitol lebih rendah, menunjukkan bahwa muatan


glikemiknya (terutama secara postprandial) mungkin lebih tinggi. Asosiasi
A1C dengan risiko komplikasi tampak serupa di Afrika, Amerika dan kulit
putih nonHispanik (Draznin et al., 2013 dan Arnold et al., 2016).
5. Hemoglobinopathies/Red Blood Cell Turnover Menafsirkan kadar A1C
dengan adanya hemoglobinopati tertentu mungkin bermasalah. Untuk pasien
dengan hemoglobin abnormal tapi perputaran normal red blood cell turnover,
seperti sickle cell trait, tes A1C tanpa gangguan dari hemoglobin abnormal
harus digunakan. Dalam kondisi yang terkait dengan peningkatan red blood
cell turnover, seperti kehamilan (trimester kedua dan ketiga), hemodialisis,
kehilangan darah atau transfusi baru-baru ini, atau terapi eritropoietin, hanya
kriteria glukosa darah yang dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes
(Cefalu et al., 2017)
D. Hasil Terapi Yang Diinginkan
Tujuan terapi pada DM mengurangi simtom hiperglisemia, mengurangi onset
dan perkembangan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular, mengurangi
mortalitas, dan meningkatkan kualitas hidup (Dipiro, 2015). Level glukosa
plasma dan darah lengkap serta hemoglobin terglikosilasi (HbA1C) yang
diinginkan pada Tabel berikut (Dipiro, 2015).
Biochemical index ADA ACE AND AACE
Haemoglobin AIC <7% <6.5%
Prepandial plasma 90-130 mg/dl <110 mg/dl
glucose (5.0-7.2 mmol/L) (6.1 mmol/L)
Postprandial plasma <180 mg/dl <140 mg/dl
glucose (<10 mmol/L) (<7.8 mmol/L)
AACE Amercan association of clinical endocrinologists, Amrican college of
endrocinology, ADA, American diabetes association; DCCT, diabetes control and
compicaton trial.
25

E. Terapi Farmakologi
Apabila terapi non farmakolgi belum berhasil mengendalikan kadar glukosa
darah penderita, maka perlu dilakukan terapi farmakologi, baik dalam bentuk
terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau kombinasi keduanya.
1. Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5
golongan:
a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid
❖ Sulfonilurea
Merupakan obat hipoglikemik oral yang paling dahulu
ditemukan.Sampai beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan hampir
semua obat hipoglikemik oral merupakan golongan sulfonilurea.Obat
hipoglikemik oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of
choice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal
dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis
sebelumnya.Senyawa-senyawa sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan
pada penderita gangguan hati, ginjal dan tiroid.
Obat-obat kelompok ini bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar
pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel β Langerhans
pankreas masih dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang
terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh
perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pancreas. Sifat perangsangan
ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat
glukosa (atau kondisi hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin,
senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin.
Oleh sebab itu, obat-obat golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk
penderita diabetes yang kelenjar pankreasnya masih mampu memproduksi
insulin, tetapi karena sesuatu hal terhambat sekresinya.Pada penderita
26

dengan kerusakan sel-sel β Langerhans kelenjarpancreas, pemberian obat-


obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea tidak bermanfaat.Pada dosis
tinggi, sulfonilurea menghambat degradasi insulin oleh hati.Absorpsi
senyawa-senyawa sulfonilurea melalui usus cukup baik, sehingga dapat
diberikan per oral.Setelah diabsorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan
ekstrasel.Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama
albumin (70-90%).
Efek samping obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea umumnya
ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan
gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual,
diare, sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala.Gangguan
susunan syaraf pusat berupa vertigo, bingung, ataksia dan lain
sebagainya.Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia,
agranulosistosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang
sekali.Klorpropamida dapat meningkatkan ADH (Antidiuretik Hormon).
Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat,
juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia.Hipogikemia
sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan masa kerja
panjang.
Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat-obat sulfonilurea,
sehingga risiko terjadinya hipoglikemia harus diwaspadai. Obat atau
senyawasenyawa yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu
pemberian obat-obat hipoglikemik sulfonilurea antara lain: alkohol,
insulin, fenformin, sulfonamida, salisilat dosis besar, fenilbutazon,
oksifenbutazon, probenezida, dikumarol, kloramfenikol, penghambat
MAO (Mono Amin Oksigenase), guanetidin, steroida anabolik,
fenfluramin, dan klofibrat.
Penggunaan obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea harus
hatihati pada pasien usia lanjut, wanita hamil, pasien dengan 11 gangguan
27

fungsi hati, dan atau gangguan fungsi ginjal. Klorpropamida dan


glibenklamida tidak disarankan untuk pasien usia lanjut dan pasien
insufisiensi ginjal. Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal masih
dapat digunakan glikuidon, gliklazida, atau tolbutamida yang kerjanya
singkat.
➢ Wanita hamil dan menyusui, porfiria, dan ketoasidosis merupakan
kontra indikasi bagi sulfonilurea.
➢ Tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada penderita diabetes
yuvenil, penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil, dan diabetes
melitus berat.
➢ Obat-obat golongan sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan.
Ada beberapa senyawa obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea
yang saat ini. Obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea generasi
pertama yang dipasarkan sebelum 1984 dan sekarang sudah hampir
tidak dipergunakan lagi antara lain asetoheksamida, klorpropamida,
tolazamida dan tolbutamida. Yang saat ini beredar adalah obat
hipoglikemik oral golongan sulfonilurea generasi kedua yang
dipasarkan setelah 1984, antara lain gliburida (glibenklamida),
glipizida, glikazida, glimepirida, dan glikuidon. Senyawa-senyawa ini
umumnya tidak terlalu berbeda efektivitasnya, namun berbeda dalam
farmakokinetikanya, yang harus dipertimbangkan dengan cermat
dalam pemilihan obat yang cocok untuk masing-masing pasien
dikaitkan dengan kondisi kesehatan dan terapi lain yang tengah
dijalani pasien (DEPKES RI, 2005).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Data Pasien

Nama Pasien Tn. L


No Rekam Medis 6054XX
Jenis Kelamin Laki-laki
Umur 62 Tahun
Tanggal Lahir 08 Maret 1957
Status Pasien umum
Agama Khong Hu Cu
Pekerjaan Wiraswasta
Ruang B (Bromelia)
Penerimaan IGD
Tanggal Masuk 21 Agustus 2019
Tanggal Keluar 27 Agustus 2019
Diagnosis Masuk CHF
Anamnesa
Keluhan utama : Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sebelumnya DM

(Tabel 1)

28
B. Data Subjektif Pasien

Keluhan Agustus 2019

21/08/19 22/08/19 23/08/19 24/08/19 25/08/19 26/08/19 27/08/19


(IGD) RI RI RI RI RI RI

Sesak √ √

Perut √ √ √ √
kembung
Kedua √ √ √ √ √ √
kaki
bengkak
Kedua √ √ √ √ √ √
kaki baal
Nyeri √ √
dada

29
Data Fisiologi

Anamnesa dan Agustus 2019


Tanda-tanda Vital
(21/08) (22/08) (23/08) RI (24/08) (25/08) RI (26/08) RI (27/08) PP
IGD RI RI
Kesadaran Compos Compos Compos Compos Compos Compos Compos
Mentis Mentis Mentis Mentis Mentis Mentis Mentis
GCS
BP (mmHg) 120/80 110/70 120/80 110/70 110/70 120/80 110/70
HR (x/menit) 83x/menit 84x/menit 84x/menit 87x/menit
T (0C) 35 36 36 36 36 36 13
RR (x/menit) 18x/menit 18x/menit 18x/menit 18x/menit
BC (Balance Cairan)

Tabel 2

30
C. Data Objektif Pasien

Data Laboratorium

Hasil Nilai IGD RI RI RI RI RI Pasie


Laboratori normal (21/0 (22/0 (23/0 (24/0 (25/0 (26/0 n
um pulan
8) 8) 8) 8) 8) 8)
g
(27/0
8)
Albumin 3.5-5.2 3.0 3.0 3.1
g/dl
Globulin 2.5-3.0 3.8
g/dl
Kalium 3.5-50 3.8 3.8 4.0
mEq/l
Calcium 8.8-10.2 8.8 10.0
total mg/dl
Magnesiu 1.60-2.40 1.90 1.70
m mg/dl
Natrium 135-147 139 137
mEq/l
Asam urat 3.4-7.0 10.2 10.2 7.4
mg/dl
HBA1C Baik 4- 6.9 6.9
5.9%
Sedang
6-8%

31
Buruk
>8%
Glukosa 70-180 113
darah
mg/dl
sewaktu
Cholester Baik 180
ol total <200
mg/dl
Sedang
200-239
mg/dl
Buruk >=
160
mg/dl
LDL Baik 134
<130
mg/dl
Sedang
130-159
mg/dl
Buruk
>=160
mg/dl
HDL Baik >45 26
Sedang
36-44
Buruk
<=35
Trigliserid Baik 184
<150
a
Sedang
150-199
Buruk>=
200
(Tabel 3)

32
33

5.Data Kardiologi

IGD (23/08/19) Kesan


EKG - Disfungsi diastolic grade III
- Semua ruang melebar, LVH (Hipertrofi
ventrikel kiri) eksentrik
- Fungsi ventricular kiri sistolik menurun
(LVEF 25%)
- Fungsi ventricular kanan menurun
- AI moderate, MI mild, TI mild-
moderate, PI mild.
34

D. Profil Pengobatan Pasien


a. Obat Selama Pasien Dirawat

(Tabel 4)
Pengobatan yang dilakukan

32
33

E. Catatan Perkembangan Klinis Dan Terapi Pasien

21 Agustus 2019
Subject Pasien mengeluh perut kembung (+), diare (-),
riwayat Diabetes Melitus (+), riwayat Hipertensi (-
), kaki keduanya bengkak, dan pasien merasakan
baal (+)
Object Kesadaran = Compos Mentis
TD = 120/80 mmHg
HR = 83 x/menit
T =35oC
RR = 18x/menit
Asessment CHF, DM, & CAD, Hiperurisemia

Plan Terapi (sudah diberikan) :


O2 2-4 LPM
Lasix Inj 3x1 Ampul
Diet DM Lunak
Batasan Cairan 1250 cc/ 24 jam
Tambahan : pemberian cairan inhalasi
22 Agustus 2019
Subject Pasien mengeluh perut kembung (+), kaki
keduanya bengkak, dan pasien merasakan baal (+).
Pasien Batuk
Object Kesadaran = Compos Mentis
TD = 110/70 mmHg
T = 36oC
Asessment CHF, DM, & CAD
Hiperurisemia
34

Plan MgSO4 ekstra.


Lasix inj
Allopurinol
Loratadine
KSR, Aspar K
23 Agustus 2019
Subject Pasien mengeluh sesak nafas, Perut kembung dan
buang air kecil sedikit-sedikit.
Object Kesadaran = Compos mentis
TD = 120/80 mmHg
Suhu= 36oC
HR = 84x/menit
RR= 18 x/menit
Asessment CHF, DM, & CAD
Hiperurisemia
Plan KSR dinaikkan menjadi 3x2,
Lasix inj stop ganti lasix drip (maintance),
Dopamin inj
24 Agustus 2019
Subject Os merasa sesak, perut kembung, batuk.
Object Kesadaran = Compos Mentis TD= 110 / 70 mmHg
T = 36oC
Asessment CHF, DM, & CAD Hiperurisemia
Plan + Opilax 3x1
Acetin 3x1

26 Agustus 2019
Subject Pasien masih merasakan bengkak, batuk. Sesak (-
35

). (Tabel
Object Kesadaran = Compos Mentis ; 5)
TD = 120/80
F. O
T= 36oC bat
RR = 18 x/menit Pulang
Gula darah = < 200 mg/dl
Asessment CHF, DM, & CAD Hiperurisemia
Plan + Cefixime 100 mg 2x2
27 Agustus 2019

Subject keluhan tidak ada


Object Kesadaran = Compos Mentis ;
TD = 110 / 70 mmHg
HR = 87 x / RR= 18 x / menit
T= 36oC
Asessment CHF, DM, & Hiperurisemia
Plan
No. Nama Obat Dosis Aturan pakai
1 Ksr 600 mg 3x1
2 Farsix 40 mg 2x1
3 Cefixime 100 mg 2x2
4 Spirola 25 mg 2x1
5 Acarbose 100 mg 2x1
6 Allopurinol 300 mg 1x1
(Tabel 6)
36

Obat Assesment (Identifikasi DRP) Plan (Rekome

Nama Obat Rute Aturan Problem Causes Intervensi


Pakai

AsparK dan Pero 3 x 1 mg Terlalu banyak C1.5 Dupikasi tidak I 4.1 memonitoring
KSR ral obat yang pasntas dalam kadar kalium dari
3 x 1 mg diresepkan untuk kelompokterapi obat hasil pemeriksaan
indikasi (C1.7) atau zat aktif obat laboratorium

Lasix injek Inj : 5 mg P 1.3 efek yang C3.6 masalah Penyebab : Terapi
(furosemid) si, per jam tidak diinginkan farmakokinetik yang diuretik, gout,
pero dari terapi membutuhkan
ral PO : 3 x1 penyesuaian dosis Implikasi klinik :
Penggunaan Allopurinol, kurangi
bersamaan dosis diuretik
dengan kaptopril (PERKI, 2015)
ada resiko
hipotensi. Lasix di hentikan.
Ganti dengan
Penggunaan golongan
dengan digoksin hidroklorthiazide.
menyebabkan
aritmia Bila simtom sangat
hebat, gunakan
kolkisin. Hindari
pemberian NSAID
37

3.8 ASSESSMENT AND PLAN (IDENTIFIKASI, MANAJEMEN AND PLAN DRP

(PERKI, 2015)

Opilax PO 2 x 1 15 ml Pemberian Opilax K 1.2 Obat yang Perut kembung adalah


(Lactulose), tidak pantas (dalam salah satu gejala
sedangkan pasien pedoman tetapi gastroparesis pada
memiliki penyakit sebaliknya penderita diabetes,
DM (C5.4) kontraindikasi. Gastroparesis adalah
kondisi ketika proses
pengosongan lambung
terjadi lebih lambat.
pada beberapa kasus
berespon baik dengan
pengobatan anti
depresan
(Amitryptiline).

Metoclopramide dapat
mempercepat
pengosongan cairan di
usus dan antibiotik
spektrum luas
(PERKENI, 2015).

(Tabel 8)
38

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Kasus
Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
Kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) mencakup pengkajian pilihan obat yang
tidak dikehendaki (ROTD) dan rekomendasi perubahan atau alternative terapi.
Pemantauan terapi obat (PTO) harus dilakukan secara berkesinambungan dan
dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan atau kegagalan
terapi dapat diketahui.
Pemantauan langsung kepada pasien dilakukan untuk menggali informasi
tentang pasien baik mengenai kebiasaan atau pola hidup yang mempengaruhi
penyakit yang diderita saat ini ataupun tentang obat – obatan yang diminum oleh
pasien baik berdasarkan resep dokter atau tidak sebelum masuk rumah sakit.
Selain itu dilihat pula obat – obat apa saja yang diberikan setelah melihat catatan
rekam medis.
Pemantauan terapi obat (PTO) dilakukan di RS Mitra Keluarga Kemayoran
Pasien dengan nama Tn.L masuk rumah sakit pada tanggal 21 Agustus 2019.
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas.
Dari hasil riwayat penyakit sebelumnya diketahui pasien menderita diabetes
mellitus tipe II. Pengobatan sebelumnya yang di dapat pasien yaitu novorapid.
. Dari data diatas pasien didiagnosis mengalami Chronic Heart Failure (CHF)
atau lebih dikenal sebagai gagal jantung.
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorangpasien
harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendekyang tipikal
saat istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai kelelahan); tanda retensi cairan
(kongesti paru atau edema pergelangankaki); adanya bukti objektif dari gangguan
39

struktur atau fungsi jantungsaat istrahat (Perki, 2015).Tujuan diagnosis dan terapi
gagal jantung yaitu untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas serta sebagai
tindakan preventif dan pencegahanperburukan penyakit jantung.
B. Asuhan Kefarmasian
Pemantauan Terapi Obat Pasien
a. Melakukan pemantauan terapi obat ke pasien untuk mengetahui kondisi
kesehatan pasien sehubungan dengan penentuan dan pemastian terapi obat
pasien.
b. Melakukan pemantauan terapi obat ke pasien untuk memastikan obat injeksi
dan obat oral yang diberikan benar dan kebutuhan cairan terpenuhi.
c. Beritahukan kepada pasien konsumsi tablet opilax pada pagi hari dan malam
hari pada jam yang sama setiap hari.
40

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa Pemantauan Terapi Obat dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
a. Pasien atas nama Tn. L didiagnosa penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
atau gagal jantung.
b. Ditemukan adanya DRP pada pengobatan yang diterima pasien yaitu :
a) Penggunaan lasix sebagai atihipertensi (diuretik) dengan aspar k dan ksr
untuk meningkatkan kadar kalium bahwa penggunaan bersamaan dapat
mengakibatkan hiperurisemia.
b) Penggunaan aspar k dan KSR didapatkan duplikasi obat, karena indikasi
sama akan mempengaruhi nilai kalium yang sudah berada di nilai normal.
B. Saran
a. Monitoring kadar ureum perlu dilakukan apabila menggunakan lasix.
b. Monitoring kadar kalium plasma perlu dilakukan apabila menggunakan
kombinasi. Penambahan suplemen kalium atau penggunaan diuretik hemat
kalium perlu dipertimbangkan untuk mengatasi rendahnya kadar kalium
dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2012. Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diabetes Care volume 35 Supplement 1 : 64-71.

Ardiansyah, M. 2012.”Medikal bedahUntukMahasiswa”.Diva


Press.Yogyakarta.

Depkes RI. 2007. ProfilKesehatan Indonesia 2005. DepartemenKesehatan Indonesia

Dipiro, J., T., Talbert, R., L., Yee, G., C., Matzke, G., R., Wells, B., G., danPosey, L.,
Michael, 2008.Pharmacotherapy a PathophysiologicApproach, 7 th
edition. ed. McGraw-Hills Companies Inc, WashingtonDC.

Goodman, S.., Fitchett, D., Armstrong, P.., Tan, M.., dan Langer, A., 2003.
Randomized Evaluation of The safety of Enoxaparin
versusUnfractionated Heparin in High-Risk Patients with non-ST
SegmentElevation of Acute Coronary Syndromes Receiving The
GlycoproteinIIb/IIIa Inhibitor Eptifibatide107: 8–13.

Hamm C.W., et al., 2011.Guideline for the management of acute coronary


syndromes in patients presenting without persistent ST-segment
elevation.The task Force for the management of of acute coronary
syndromes in patients presenting without persistent ST-segment
elevation of the European Society of Cardiology.Eur Heart J 2011;
32:3004-3022.

Latour-Perez, J. dan de-Miguel-Balsa, E., 2009. Cost Effectiveness ofFondaparinux


in Non-ST-Elevation Acute Coronary Syndrome.Pharmaco Economics,
27: 585–595.

Lumban Raja, M.P., 2013. Analisis Efektivitas Biaya Terapi Heparin dan
Fondaparinux pada Penderita Sindroma Koroner Akut Tanpa Elevasi
Segmen ST.

41
Murphy, S.A., Gibson, C.M., Morrow, D.A., Werf, F.V. de, Menown, I.B.,Goodman,
S.G., dkk., 2007. Efficacy and safety of the low-molecularweight
heparin enoxaparin compared with unfractionated heparin acrossthe
acute coronary syndrome spectrum: a meta-analysis. European
HeartJournal.

Melanie, R. 2014. “Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur terhadap Kualitas


Tidur dan Tanda Vital Pada Pasien GagalJantung Di Ruang Rawat
Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”

Nuraisa, Djausal Anisa. 2016. “Gagal Jantung Kongestif”. Medula Unila. Lampung.

Team Medical Mini Notes. 2017. Basic Pharmacology & Drug Notes. MMN.
Makasar.

42

Anda mungkin juga menyukai