Anda di halaman 1dari 7

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan fungsi jasmonat.


2. Bagaimana model kerja jasmonat sebagai zat pengatur tumbuh.

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian,

fungsi dan model kerja jasmonat sebagai zat pengatur tumbuh.


PEMBAHASAN

A. Pengertian dan fungsi jasmonat

Asam jasmonat adalah senyawa organik yang terbentuk melalui

biosintesis oleh enzim dan berfungsi menghambat pertumbuhan beberapa

bagian tumbuhan tertentu dan sangat kuat mendorong terjadinya penuaan

daun (Salisbury dan Ross, 1995), karena fungsinya ini, asam jasmonat

(dan turunannya) termasuk ke dalam hormon tumbuhan. Senyawa ini dan

metil esternya (metil jasmonat) terdapat pada beberapa spesies tumbuhan

dan di dalam minyak (Parthier, 1990). Asam jasmonat pertama kali

diisolasi dari Lasiodiplodia theobromae kemudian dalam bentuk metil

ester sebagai senyawa yang memicu penuaan pada ulat kayu (Osborne dan

McManus, 1995).

Asam metil jasmonat (MeJA) merupakan salah satu jenis elisitor

yang biasa ditambahkan dalam kultur jaringan tanaman (Zhao, 2005).

Selain sebagai elisitor, MeJA juga memiliki peran dalam proses

perkembangan tumbuhan. Penggunaan MeJA dalam konsentrasi besar

dapat menghambat pembelahan sel, namun dalam konsentrasi kecil justru

dapat meningkatkan pembelahan sel (Creelman dan Mullet, 1997).

Metil jasmonat (MJ) adalah elisitor yang digunakan secara luas dan

banyak memodulasi peristiwa fisiologis pada tumbuhan tingkat tinggi,

seperti respon pertahanan, berbunga, dan penuaan, karena itu dianggap

sebagai kelas baru fitohormon. MJ dan turunannya telah diusulkan menjadi

senyawa 22 sinyal kunci dalam proses elisitasi menuju akumulasi

metabolit sekunder (Lambert, 2011). Baru-baru ini, elisitor sintetik


inkonvensional seperti jasmonat 2-hidroksietil (HEJ) juga ditemukan

sangat kuat dalam menggalang metabolit sekunder tanaman dalam kultur

sel (Hu dan Zhong, 2008). MJ adalah elisitor paling penting dalam

menginduksi produksi triterpen saponin (Lambert, 2011).

B. Model kerja jasmonat sebagai zat pengatur tumbuh.

Asam jasmonat memainkan banyak peran dalam tanaman, mulai dari

faktor pertahanan, penuaan daun, dan akhirnya regulator kematian sel

(Reinbothe, 2009). Asam jasmonat dan turunannya menginduksi ekspresi

gen penyandi pertahanan seperti proteinase, thionin dan proteinase

inhibitor sedangkan ET mengaktifkan beberapa gen super patogenesis

terkait (PR) juga bertindak secara sinergis dalam merangsang elisitor-

induksi ekspresi gen PR dan menginduksi respon pertahanan secara

sistematis.

Asam jasmonat adalah hormon stres tanaman yang mengaktifkan

beberapa respon pertahanan. Asam metil jasmonat dapat aktif

mengekspresikan gen yang terlibat dalam pertahanan tanaman (Retno,

2016). Jasmonat (Metil jasmonat (MeJA), asam jasmonat (JA) dan

turunannya) merupakan regulator seluler yang terlibat pada berbagai

macam proses perkembangan tanaman seperti menghambat

perkecambahan benih, pertumbuhan kalus, pertumbuhan akar, fotosintesis

dan biosintesis ribolosebisphospate carboxilase. Selain itu jasmonat

mendorong pembentukan umbi, penggulungan tendril, pembentukan

pigmen, fertilitas, pemasakan buah (fruit ripening) dan senesen (Adi,

2014).
Konsentrasi jasmonat pada tanaman berkisar antara 10 ng s.d 3g

per bobot segar jaringan tanaman. Terhambatnya pertumbuhan tanaman

diduga terjadi karena konsentrasi jasmonate yang diaplikasikan cukup

tinggi sehingga yang muncul adalah respon stress. Selain itu jasmonat

berperan dalam pertahanan tanaman terhadap serangga (induksi protease

inhibitor), patogen (enzim phenyialaninamonialyase, calcone syntase

berkaitan dengan biosintesis fitoaleksin dalam respon terhadap patogen

dan elisitor terhadap serangga), stress lingkungan, seperti kekeringan, suhu

rendah, dan salinitas (Adi, 2014).

Para peneliti belum mengetahui dampak dari MJ pada kesehatan

tanaman jangka panjang maupun perubahan anatomi dan kimia yang

disebabkan oleh aplikasi MJ terhadap pertumbuhan dan kelangsungan

hidup. Perlakuan MJ terbukti dapat mencegah kematian pohon yang

disebabkan oleh kumbang kulit kayu, ini bisa menjadi manfaat besar bagi

pengelolaan hama hutan terpadu (Erbilgin, 2006).

Penelitian pada buah loquat diberi pra-perlakuan dengan 10 mol / l

metil jasmonat (MJ) selama 24 jam pada 20C, dan kemudian disimpan

pada 1C selama 35 hari untuk melihat pengaruh perlakuan MJ pada

cedera dingin dan perubahan dalam sistem antioksidan. Buah loquat

mempunyai keteguhan buah yang meningkat, penurunan tingkat jus yang

mencoklat selama penyimpanan. Gejala-gejala kerusakan secara signifikan

dikurangi dengan perlakuan MJ. MJ juga nyata menunda peningkatan

produksi kandungan laju-O2 dan H2O2. Sementara itu, buah yang diberi

perlakuan MJ menunjukkan aktivitas superoksida dismutase, katalase dan


peroksidase askorbat nyata lebih tinggi, dan aktivitas lipoksigenase lebih

rendah dari pada kontrol selama penyimpanan. Rasio asam lemak tak

jenuh/jenuh pada buah yang diberi perlakuan MJ juga secara signifikan

lebih tinggi dibanding kontrol. Penurunan kerusakan dengan pemberian

MJ, mungkin karena peningkatan aktivitas enzim antioksidan dan rasio

asam lemak tak jenuh/ jenuh lebih tinggi (Cao, 2009).


DAFTAR PUSTAKA

Adi, S. 2014. Zat Pengatur Tumbuh Jasmonat.

Cao, S., Yonghua Zheng, Zhenfeng Yang, Kaituo Wang, Huaijing Rui. 2009.
Effect Of Methyl Jasmonate On Quality And Antioxidant Activity Of
Postharvest Loquat Fruit. Journal Of The Science Of Food And
Agriculture.

Creelman Ra, Mullet J E.. 1997. Biosynthesis And Action Of Jasmonates In


Plants. Plant Mol Biol.
Erbilgin, N., Paal Krokene, Erik Christiansen, Gazmend Zeneli, Jonathan
Gershenzon. 2006. Exogenous Application Of Methyl Jasmonate Elicits
Defenses In Norway Spruce (Picea Abies) And Reduces Host Colonization
By The Bark Beetle Ips Typographus. Oecologia.

Hu, F. X., And Zhong, J. J. 2008. Process Biochemistry.


Lambert, E., Ahmad Faizal and Danny Geelen. 2011. Modulation of Triterpene
Saponin Production: In Vitro Cultures, Elicitation, and Metabolic
Engineering. Appl Biochem Biotechnology.
Osborne D.J. and McManus M.T. 2005. Hormones, Signals, and Target Cells In
Plant Development. Cambridge University Press, Cambridge.
Parthier, B. 1990. Jasmonates: Hormonal Regulators of Stress Factors In Leaf
Senescence. J of Plant Growth Regulation.
Reinbothe, Christiane, Armin Springer, Iga Samol and Steffen Reinbothe. 2009.
Plant Oxylipins: Role of Jasmonic Acid During Programmed Cell Death,
Defence and Leaf Senescence. FEBS Journal.
Retno, M. 2016. Modul 3 Fisiologi Tumbuhan Metabolit Sekunder Dan
Pertahanan Tumbuhan. Jurusan Biologi. FMIPA. Universitas Brawijaya.

Salisbury, F. B., dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Terjemahan


dari: Plant Physiology. Penerjemah: D.R. Lukman dan Sumaryono.
Penerbit ITB. Bandung.

Zhao J, Davis LC, Verpoorte R. 2005. Elicitor Signal Transduction Leading to


Production of Plant Secondary Metabolites. Biotechnol Adv.

Anda mungkin juga menyukai