Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN PERTANIAN

BADAN PENYULUHAN & PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN


POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA
MAGELANG JURUSAN PERTANIAN
Jl. Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Telp. (0274) 375528

LAPORAN PRAKTIKUM

I. Identitas
Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan
Acara Praktikum : Fitohormon
Tujuan : Mahasiswa mampu menjelaskan fitohormon yang ada pada
tumbuhan
Tempat : Kebun TEFA Celeban, Daerah Istimewa Yogyakarta
Hari, Tanggal : Rabu, 22 Juni 2022
Nama Mahasiswa : Fasya Aqila Abiyyanada
Semester : 2 (Dua)
Dosen Pengampu : Asih Farmia, S.P., M.Agr.Sc.
Asisten Dosen : Elea Nur Aziza, S.P., M.Sc.
PLP :-

II. Dasar Teori


A. PENGERTIAN FITOHORMON
Hormon tumbuhan (fitohormon) merupakan senyawa yang diperlukan untuk
membantu pertumbuhan tanaman, senyawa ini diperlukan untuk mengatur pertumbuhan
dan perkembangan. Menurut Baca & Elmerich (2003), fitohormon merupakan substansi
organik yang disintesis pada organ-organ tertentu dan dapat ditranslokasikan pada
bagian lain dalam tanaman. Selain diproduksi oleh tanaman, beberapa bakteri dan fungi
tanah juga mampu menghasilkan fitohormon (Baca & Elmerich, 2003).
Hormon-hormon tersebut mengendalikan (trigger) tanggapan spesifik melalui
proses biokimia, fisiologis dan morfologis. Fitohormon juga aktif pada bagian organ
tempat senyawa tersebut disintesis. Senyawa tersebut juga disebut sebagai zat pengatur
tumbuh (plant growth regulators) (Baca & Elmerich, 2003).
Menurut Javid et al. (2011), fitohormon berperan penting dalam mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman ketika mereka berada pada konsentrasi yang
sangat rendah, adapun pada konsentrasi yang tinggi senyawa ini akan bersifat racun.
Fitohormon secara alami meliputi tiga kelompok senyawa utama, yaitu auksin, giberelin
dan sitokinin (Kukreja et al., 2004). Baca & Elmerich, 2003 mengelompokkan
fitohormon menjadi lima kelompok, auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan etilen.
Adapun Yasmin et al. (2009) mengelompokkan fitohormon menjadi auksin, giberelin,
sitokinin dan senyawa-senyawa mirip etilen. Menurut Kukerja et al. (2004), auksin,
giberelin dan sitokinin merupakan aktivator pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Sifat-sifat tertentu yang dimiliki senyawa fitohormon yaitu (Salisbury dan Ross,
1995):
1. Tempat sintesis berbeda dari tempat aktivitas (misalnya, sintesis di pucuk dan daun
muda, tetapi responnya pada batang, akar, atau organ-organ lain).
2. Respon dihasilkan oleh jumlah yang sangat kecil (yaitu konsentrasinya bisa
sekecil 10-9M).
3. Tidak seperti vitamin dan enzim, respon mungkin berbentuk formatif dan
lastik (tidak terpulihkan).

B. PERANAN FITOHORMON
a. Mengatur Pertumbuhan Tanaman (Growth Regulators)
Senyawa pengatur pertumbuhan tanaman (plant growth regulators) merupakan
senyawa organik non unsur hara (non-nutrient organic compounds), baik senyawa
alami maupun senyawa sintetis, yang mempengaruhi proses-proses fisiologis
pertumbuhan dan perkembangan tanaman ketika diaplikasikan dalam konsentrasi
yang rendah (Kukreja et al., 2004). Kemampuan dalam mensintesis auksin (IAA),
giberelin (Gas) dan sitokinin meningkat pada tanaman yang ketika berasosiasi
dengan PGPR, membangun simbiosis dengan mikrob rhizosfir atau ketika mendapat
serangan patogen akar (Baca & Elmerich, 2003).
Tabel 1 meringkas peran fitohormon dalam membantu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Tabel 1. Fitohormon dan perannya
Fitohormon Fungsi
Auksin Pemanjangan sel dan pembelahan jaringan kambium,
dominansi apikal, induksi dan aktivasi enzim-enzim
Giberelin Pembelahan sel dan pemanjangan, mematahkan dormansi
biji dan tunas, induksi pembungaan, sintesis protein.
Sitokinin Pembelahan sel dan pemanjangan, stimulasi RNA dan
sintesis protein, induksi enzim-enzim, menunda penuaan,
dominansi apikal
Sumber : Kukreja et al., (2004).

b. Membantu bertahan pada kondisi kekeringan


Dalam kehidupannya tanaman akan berhadapan dengan berbagai cekaman
lingkungan, misalnya kekurangan air, suhu yang sangat panas atau sangat dingin
dan cekaman kadar garam (Yildiz Aktas et al., 2008). Apalagi dengan terjadinya
fenomena perubahan iklim, lingkungan dapat mengalami periode ekstrim kering (el
nino) dan ekstrim basah (la nina) sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan
produktivitas tanaman.
Pengetahuan akan peranan fitohormon dalam mengatur tanaman bertahan pada
kondisi ekstrim kering merupakan hal yang penting untuk melakukan adaptasi dan
mitigasi terhadap perubahan iklim yang terjadi pada dekade ini. Tumbuhan yang
toleran akan merespon kekurangan air dan dapat beradaptasi pada kondisi
kekeringan melalui berbagai mekanisme fisiologis dan biokimia. Dalam hal ini
fitohormon memegang peranan penting bagi tanaman menghadapi cekaman (Yildiz
Aktas et al., 2008).
Di bawah kondisi cekaman air, tanaman akan mengatur variasi konsentrasi asam
giberelat (GA3), zeatin (Z) dan indol 3-asam asetat (IAA) dalam jaringannya
(Pustovoitova et al., 2004). Salah satu senyawa yang penting adalah asam absisat
(ABA) yang merupakan senyawa yang mengendalikan proses aklimatisasi tanaman
pada kondisi kekeringan (Zhu, 2002). ABA merupakan hormon pengendali stres
dalam tanaman yang memiliki fungsi ganda, menginduksi gen-gen yang mengatur
perlindungan terhadap cekaman air serta memacu penutupan stomata daun (Seki et
al., 2002). Pada kondisi cekaman air, dilaporkan bahwa ABA akan menghambat
pertumbuhan dan perluasan area daun (Alves and Setter, 2000).

c. Membantu tanaman bertahan pada tanah terkontaminasi logam berat


Meningkatnya aktivitas manusia salah satunya telah mengakibatkan tanah
terpolusi logam-logam berat. Tanaman merupakan organisme yang tidak dapat
berpindah tempat. Ketika tanaman tumbuh pada tanah yang tercemar logam berat
hanya ada dua kemungkinan, beradaptasi mengembangkan mekanisme toleransi
atau mati akibat keracunan. Salah satu mekanisme adaptasi bagi tanaman adalah
mengembangkan asosiasi dengan mikroba yang ada di sekitar sistem
perakarannya.Tanaman dan mikroba tanah akan mengembangkan asosiasi di mana
awalnya tanaman mengundang mikroba membangun komunitas di rhizosfirnya.
Mekanisme biokimia dari senyawa yang dihasilkan oleh mikroba di rhizosfir dapat
meningkatkan proses remediasi logam-logam pencemar sehingga tanaman menjadi
tidak teracuni (Jing et al., 2007).

d. Membantu tanaman bertahan pada kondisi cekaman kadar garam tinggi


Akibat lain dari aktivitas manusia adalah terjadinya pengurasan air tanah
berlebihan sehingga air laut merembes mengisi tempat-tempat cadangan air tanah
(intrusi air laut). Seperti halnya organisme lain, tubuh tanaman juga terdiri atas air
untuk melarutkan ion-ion dalam jaringannya. Kadar garam (salinitas) yang terlalu
tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta
menggagalkan perkecambahan biji (Dash and Panda, 2001), mengganggu
pertumbuhan bibit (Ashraf et al., 2002), menghambat aktivitas enzim-enzim
(Seckin et al., 2009), mengganggu proses sintesis protein, DNA dan RNA
(Anuradha & Rao, 2001) dan mengganggu proses mitosis (Tabur & Demir, 2010).

e. Membantu tanaman tumbuh pada tanah yang padat


Fitohormon yang berperan dalam mengatur pertumbuhan fisiologis pucuk tanaman
yang tumbuh pada tanah yang padat adalah ABA dan etilen (Liu, 2012). ABA
merupakan fitohormon yang paling berperan dalam menghambat pertumbuhan
akar. Ketika konsentrasi ABA dalam xylem meningkat akan mengakibatkan
konduktan pada stomata menurun sehingga pertumbuhan pucuk pada tanah yang
padat akan menurun untuk mengimbangi perkembangan akar yang terbatas. Pada
tanah yang tidak terlalu padat, ABA akan meningkatkan pertumbuhan tanaman
dengan cara menekan produksi etilen pada tanaman.

C. Faktor - Faktor Hormon pada Tumbuhan


a. Faktor Regulasi
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah
hormon yang memiliki fungsi penting bagi tubuh.Senyawa tersebut dikirim ke
lobus anterior kelenjar pituitari oleh hipotalamus.Terdapat 2 faktor regulasi, yaitu
faktor pelepas (releasing factor) yang menyebabkan kelenjar pituitari
mensekresikan hormon tertentu dan faktor penghambat (inhibiting factor) yang
dapat menghentikan sekresi hormon tersebut. Sebagai contoh adalah FSHRF
(faktor pelepas FSH) dan LHRF (faktor pelepas LH) yang menyebabkan
dilepaskannya hormon FSH dan LH.
b. Hormon Antagonistik
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang
berlawanan, contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun,
pankreas akan memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa
yang tinggi menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadar
glukosa tersebut.

III. Alat & Bahan


A. Alat
1. ATK
2. Laptop/komputer
3. Handphone
4. Sekop
5. Cutter/Pisau/Gunting Stek
6. Cangkul
7. Ember/Baskom
8. Wadah Aqua Gelas

B. Bahan
1. Bibit Anggur
2. Harmonik (ZPT)
3. Tanah
4. Pupuk Kompos
5. Sekam
6. Antracol (Fungisida)
7. Air
8. Polybag
9. Plastik Bening
10. Karet
11. Hand Sanitizer

IV. Cara Kerja


1. Mahasiswa menyiapkan bibit anggur yang akan diokulasi, serta alat dan bahan yang
akan digunakan
2. Melakukan pemotongan batang anggur yang diamana batang anggur yang sudah
dipilih dipotong menjadi tiga atau 2 ruas untuk pemotongan batang dilakukan dengan
menggunakan cuter dan dipotong miring.
3. Setelah dipotong, dilakukan pemberian produk Root-Up (Hormon Pertumbuhan Akar)
yang dimana batang yang sudah dipotong dioles dengan Root-Up.
4. Selanjutnya dilakukan persiapan media tanam yang dimana sekam, pupuk kompos, dan
tanah dicampur dengan komposisi perbandingan 1:1:1 dimana menggunakan ember
atau wada h persegi panjang untuk menakar.
5. Mengisi media tanam di polybag yang berukuran 18x15 jumlah media tanam yang
akan digunakan adalah 50 buah.
6. Melarutkan Antracol (Fungisida) dengan takaran satu sendok makan dengan dilarutkan
di basklom yang berisi air hampir penuh.
7. Langkah selanjutnya larutan antracol disiram dimedia tanam yaitu dimana media
tanam tersebut harus terkena atau harus basah.
8. Stek batang tanaman anggur yang sudah diolesi Root-Up ditanam di media tanam yang
sudah diberi perlakuan yang sesuai arahan
9. Stek batang anggur disungkup mengguanakan plastik bening kemudian diberi karet di
bawahnya agar palstik tidak mudah lepas
10. Mahasiswa melakukan pengamatan setiap pekan terhadap pertumbuhan anggur
11. Apabila tanah mengering, maka dilakukan penyiraman
V. Hasil Pengamatan
No Tanggal Foto Open Camera Keterangan
1. Rabu, 22 Tanaman anggur distek
Juni 2022 dan disungkup

2. Senin, 27 Seminggu setelah


Juni 2022 penanaman, ditemukan
12 tanaman yang mati
dengan perlakuan
disungkup dan perlakuan
yang tidak disungkup
ditemukan 2 tanaman
yang mengalami batang
busuk, sisanya yang
masih hidup ada 5
tanaman anggur dengan
perlakuan tidak
disungkup.

3. Rabu, 29 Untuk bibit stek yang


Juni 2022 disungkup yang
berpotensi hidup ada 11
dan tanpa disungkup
mengalami kematian.
4. Rabu, 6 Juli Pada pembibitan stek
2022 batang ini mengalami
kematian seluruh bibit
stek yang sudah ditanam,
dimana bibit stek yang
ditanam kseluruhan
berjumlah kurang lebih
56 bibit stek tanaman
anggur.
VI. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa pertumbuhan stek
batang anggur dengan diberi ZPT Root-Up dan Antracol dengan perlakuan disungkup di
dalam green house mengalami hambatan dalam pertumbuhan. Pada pekan pertama setelah
penanaman, ditemukan beberapa tanaman yang mati, baik dengan perlakuan disungkup
maupun tidak. Hal ini terjadi akibat lingkungan pembibitan memiliki kandungan air tanah
yang terlalu tinggi, sehingga menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman karena
tanaman terlalu banyak menyerap air. Akar tidak muncul karena proses transpirasi tidak
terjadi secara optimal dan mengakibatkan busuk batang.
Menurut Suhartono et al. (2008) kandungan air tanah rendah dapat mengakibatkan
rendahnya konsentrasi unsur hara yang ada dilarutan tanah. Rendahnya konsentrasi unsur
hara yang ada didalam larutan tanah menyebabkan kebutuhan akan unsur hara tanaman
tidak tercukupi dan mengakibatkan kompetisi hara antar tanaman, begitu pula sebaliknya
air yang berlebihan, akan menyebabkan batang tanaman menjadi busuk. Kemampuan sel-
sel tanaman dalam menyimpan air dalam dinding sel sangat terbatas. Air yang berlebihan,
akan menyebabkan dinding sel menjadi pecah, selanjutnya sel-sel tanaman akan mati dan
tanaman akan membusuk.
A. Auksin
a. Peranan auksin
Auksin di dalam perpanjangan selmeristem tunas apikal adalah tempat
utama sintesis auksin. Pada saat auksin bergerak dari ujungtunas ke bawah ke
daerah perpanjangan sel, maka hormon auksin mengstimulasi pertumbuhansel,
mungkin dengan mengikat reseptor yang dibangun di dalam membran plasma.
Auksin akan menstimulasi pertumbuhan hanya pada kisaran konsentrasi
tertentu; yaitu antara : 10-8 m sampai10-4 m. Pada konsentrasi yang lebih
tinggi; auksin akan menghambat perpanjangan sel, mungkindengan
menginduksi produksi etilen, yaitu suatu hormon yang pada umumnya berperan
sebagaiinhibitor pada perpanjangan sel. Berdasarkan suatu hipotesis yang
disebut hipotesis pertumbuhan asam (Acid growth hypothesis), pemompaan
proton membran plasma memegang peranan utamadalam respon pertumbuhan
sel terhadap auksin. Di daerah perpanjangan tunas, auksinmenstimulasi
pemompaan proton membran plasma, dan dalam beberapa menit; auksin akan
meningkatkan potensial membran (tekanan melewati membran) dan
menurunkan ph di dalamdinding sel (gambar 2). Pengasaman dinding sel ini,
akan mengaktifkan enzim yang disebut Ekspansin; yang memecahkan ikatan
hidrogen antara mikrofibril sellulose, dan melonggarkanstruktur dinding sel.
Ekspansin dapat melemahkan integritas kertas saring yang dibuat darisellulose
murni.
Pada saat auksin bergerak dari ujung tunas ke bawah ke daerah
perpanjangan sel, maka hormon auksin mengstimulasi pertumbuhan sel,
mungkin dengan mengikat reseptor yang dibangun di dalam membran plasma.
Auksin akan menstimulasi pertumbuhan hanya pada kisaran konsentrasi
tertentu; yaitu antara : 10-8 M sampai 10-4 M. Pada konsentrasi yang lebih
tinggi; auksin akan menghambat perpanjangan sel, mungkin dengan
menginduksi produksi etilen, yaitu suatu hormon yang pada umumnya berperan
sebagai inhibitor pada perpanjangan sel. Berdasarkan suatu hipotesis yang
disebut hipotesis pertumbuhan asam (acid growth hypothesis), pemompaan
proton membran plasma memegang peranan utama dalam respon pertumbuhan
sel terhadap auksin. Di daerah perpanjangan tunas, auksin menstimulasi
pemompaan proton membran plasma, dan dalam beberapa menit; auksin akan
meningkatkan potensial membran (tekanan melewati membran) dan
menurunkan pH di dalam dinding sel.
Pengasaman dinding sel ini, akan mengaktifkan enzim yang disebut
ekspansin; yang memecahkan ikatan hidrogen antara mikrofibril sellulose, dan
melonggarkan struktur dinding sel. Ekspansin dapat melemahkan integritas
kertas saring yang dibuat dari sellulose murni. Penambahan potensial membran,
akan meningkatkan pengambilan ion ke dalam sel, yang menyebabkan
pengambilan air secara osmosis. Pengambilan air, bersama dengan penambahan
plastisitas dinding sel, memungkinkan sel untuk memanjang. Auksin juga
mengubah ekspresi gen secara cepat, yang menyebabkan sel dalam daerah
perpanjangan, memproduksi protein baru, dalam jangka waktu beberapa menit.
Beberapa protein, merupakan faktor transkripsi yang secara menekan ataupun
mengaktifkan ekspresi gen lainnya. Untuk pertumbuhan selanjutnya, setelah
dorongan awal ini, sel akan membuat lagi sitoplasma dan bahan dinding sel.
Auksin juga menstimulasi respon pertumbuhan selanjutnya.
b. Auksin dalam Pembentukan Akar Lateral dan Akar Adventif.
Auksin digunakan secara komersial di dalam perbanyakan vegetatif tumbuhan
melalui stek. Suatu potongan daun, maupun potongan batang, yang diberi serbuk
pengakaran yang mengandung auksin, seringkali menyebabkan terbentuknya akar
adventif dekat permukaan potongan tadi. Auksin juga terlibat di dalam
pembentukan percabangan akar. Beberapa peneliti menemukan bahwa dalam
mutan Arabidopsis, yang memperlihatkan perbanyakan akar lateral yang ekstrim
ternyata mengandung auksin dengan konsentrasi 17 kali lipat dari konsentrasi
yang normal.

c. Auksin Sebagai Herbisida Auksin sintetis


Seperti halnya 2,4-dinitrofenol (2,4-D), digunakan secara meluas sebagai
herbisida tumbuhan. Pada Monocotyledoneae, misalnya: jagung dan rumput
lainnya dapat dengan cepat menginaktifkan auksin sintetik ini, tetapi pada
Dicotyledoneae tidak terjadi, bahkan tanamannya mati karena terlalu banyak
dosis hormonalnya. Menyemprot beberapa tumbuhan serialia ataupun padang
rumput dengan 2,4-D, akan mengeliminir gulma berdaun lebar seperti dandelion.

d. Efek auksin

Selain untuk menstimulasi perpanjangan sel dalam pertumbuhan primer;


auksin juga mempengaruhi pertumbuhan sekunder, termasuk pembelahan sel di
dalam kambium pembuluh, dan dengan mempengaruhi differensiasi xylem
sekunder. Biji yang sedang berkembang mensintesis auksin, untuk dapat
meningkatkan pertumbuhan buah di dalam tumbuhan. Auksin sintetik yang
disemprotkan ke dalam tanaman tomat anggur akan menginduksi perkembangan
buah tanpa memerlukan pollinasi. Hal ini memungkinkan untuk menghaslkan
tomat tanpa biji, melalui substitusi auksin sintetik, pada auksin yang disintetis
secara normal, pada biji yang sedang berkembang. 2.2 Sitokinin Sitokinin
merupakan ZPT yang mendorong pembelahan (sitokinesis). Beberapa macam
sitokinin merupakan sitokinin alami (misal: kinetin, zeatin) dan beberapa lainnya
merupakan sitokinin sintetik. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang
tumbuh aktif terutama pada akar, embrio dan buah. Sitokinin yang diproduksi di
akar selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang. Ahli
biologi tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan
pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga
menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan baik
proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Penuaan pada
daun melibatkan penguraian klorofil dan protein-protein, kemudian produk
tersebut diangkut oleh floem ke jaringan meristem atau bagian lain dari tanaman
yang membutuhkannya.

B. Sitokinin
a. Peranan Sitokinin
a) Pengaturan pembelahan sel dan diferensiasi sel Sitokinin
Diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif, khususnya pada akar,
embrio, dan buah. Sitokinin yang diproduksi di dalam akar, akan sampai ke
jaringan yang dituju, dengan bergerak ke bagian atas tumbuhan di dalam cairan
xylem. Bekerja bersama-sama dengan auksin; sitokinin menstimulasi pembelahan
sel dan mempengaruhi lintasan diferensiasi. Efek sitokinin terhadap pertumbuhan
sel di dalam kultur jaringan, memberikan petunjuk tentang bagaimana jenis
hormon ini berfungsi di dalam tumbuhan yang lengkap. Ketika satu potongan
jaringan parenkhim batang dikulturkan tanpa memakai sitokinin, maka selnya itu
tumbuh menjadi besar tetapi tidak membelah. Sitokinin secara mandiri tidak
mempunyai efek. Akan tetapi, apabila sitokinin itu ditambahkan bersama-sama
dengan auksin, maka sel itu dapat membelah.
b) Pengaturan Dominansi Apikal Sitokinin, auksin, dan faktor lainnya.
Berinteraksi dalam mengontrol dominasi apikal, yaitu suatu kemampuan dari
tunas terminal untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Sampai sekarang,
hipotesis yang menerangkan regulasi hormonal pada dominansi apikal, yaitu
hipotesis penghambatan secara langsung, menyatakan bahwa auksin dan sitokinin
bekerja secara antagonistis dalam mengatur pertumbuhan tunas aksilari.
Berdasarkan atas pandangan ini, auksin yang ditransportasikan ke bawah tajuk
dari tunas terminal, secara langsung menghambat pertumbuhan tunas aksilari. Hal
ini menyebabkan tajuk tersebut menjadi memanjang dengan mengorbankan
percabangan lateral. Sitokinin yang masuk dari akar ke dalam sistem tajuk
tumbuhan, akan melawan kerja auksin, dengan mengisyaratkan tunas aksilar
untuk mulai tumbuh. Jadi rasio auksin dan sitokinin merupakan faktor kritis
dalam mengontrol penghambatan tunas aksilar. Banyak penelitian yang konsisten
dengan hipotesis penghambatan langsung ini. Apabila tunas terminal yang
merupakan sumber auksin utama dihilangkan, maka penghambatan tunas aksilar
juga akan hilang dan tanaman menjadi menyemak. Aplikasi auksin pada
permukaan potongan kecambah yang terpenggal, akan menekan kembali
pertumbuhan tunas lateral. Mutan yang terlalu banyak memproduksi sitokinin,
atau tumbuhan yang diberi sitokinin, juga bertendensi untuk lebih menyemak
dibanding yang normal.

C. Giberelin
a. Peranan Giberellin
a) Perpanjangan Batang Akar dan daun muda
Adalah tempat utama yang memproduksi gibberellin. Gibberellin menstimulasi
pertumbuhan pada daun maupun pada batang; tetapi efeknya dalam pertumbuhan
akar sedikit. Di dalam batang, gibberellin menstimulasi perpanjangan sel dan
pembelahan sel. Seperti halnya auksin, gibberellin menyebabkan pula
pengendoran dinding sel, tetapi tidak mengasamkan dinding sel. Satu hipotesis
menyatakan bahwa; gibberellin menstimulasi enzim yang mengendorkan dinding
sel, yang memfasilitasi penetrasi protein ekspansin ke dalam dinding sel. Di
dalam batang yang sedang tumbuh, auksin, mengasamkan dinding sel dan
mengaktifkan ekspansin; sedangkan gibberellin memfasilitasi penetrasi ekspansin
ke dalam dinding sel untuk bekerja sama dalam meningkatkan perpanjangan sel.
Efek giberellin dalam meningkatkan perpanjangan batang, adalah jelas, ketika
mutan tumbuhan tertentu yang kerdil, diberi gibberellin. Beberapa kapri yang
kerdil (termasuk yang dipelajari oleh Mendel), tumbuh dengan ketinggian normal
bila diberi gibberellin. Apabila gibberellin diaplikasikan ke tumbuhan yang
ukurannya normal, seringkali tidak memberikan respon. Nampaknya, tumbuhan
tersebut sudah memproduksi dosis hormon yang optimal. Suatu contoh yang
paling menonjol, dari perpanjangan batang yang telah diinduksi oleh gibberellin;
adalah terjadinya pemanjangan yang tiba-tiba yang disebut bolting, yaitu
pertumbuhan tangkai bunga yang cepat.

VII. Kesimpulan
Dari praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan terhadap stek batang tanaman
anggur yang diberi Root-Up dan antracol dengan perlakuan disungkup dan tanpa sungkup,
dapat diketahui bahwa stk batang tanaman anggur tidak tumbuh dengan optimal dan
mengalami kematian serta busuk batang. Hal ini terjadi karena lingkungan sekitar tanaman
mengandung terlalu banyak air sehingga tanaman terlalu menyerap banyak air dan
mengakibatkan kebusukan dan akar tidak dapat tumbuh maksimal.

VIII. Daftar Pustaka


Anuradha S, Rao SSR (2001) Effect of brassinosteroids on salinity stress induced
inhibition of seed germination and seedling growth of rice (Oryza sativa L.). Plant
Growth Regul 33: 151-153
Arshad, M., and W. T. Frankenberger, J. (1991). Microbial production of plant hormones.
In D. L. Keister, and P. B. Cregan (Eds), The Rhizosphere and plant growth (pp
327-334). The Netherlands: Kluwer Academic Publishers.
Baca, B.E. and Elmerich, C. 2003. Microbial production of plant hormones. In C.
Elmerich and W.E. Newton (eds.), Associative and Endophytic Nitrogen-fixing
Bacteria and Cyanobacterial Associations. Kluwer Academic Publishers. Printed
in the Netherlands.
Jing, Y., Zhen, H.E., Xiao, Y. 2007. Role of soil rhizobacteria in phytoremediation of
heavy metal contaminated soils. J Zhejiang Univ SciB. 2007; 8: 192-207.
Kukreja, K., Suneja, S., Goyal, S. and Narula, N. (2004). Phytohormone production by
azotobacter- a review. Agric. Rev., 25 (1) : 70 - 75, 2004.
Lukman, 2012. Makalah Hormon Tumbuhan (Fitohormon).
http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/10/makalah-hormon-tumbuhan-
fitohormon.html.
Tabur S, Demir K (2010) Role of some growth regulators on cytogenetic activity of
barley under salt stress. Plant Growth Regul 60: 99-104.
Yildiz Aktas, L., Akca H., Altun, N. And Battal, P. 2008. Phytohormone levels of
drought-acclimated laurel seedlings in semiarid conditions. Gen. Appl.
PlantPhysilogy,Special Issue,34 93-4), 203-214

Disahkan di Yogyakarta tanggal 10 Juli 2022


Asisten Dosen Praktikan

Elea Nur Aziza, S. P., M. Sc. Fasya Aqila Abiyyanada

Anda mungkin juga menyukai