Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH HORMON TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN


AKAR DAN BATANG KECAMBAH BIJI JAGUNG (Zea mays)

Disusun oleh :

Widdi Ayu Rahmawati 17030244069

Biologi 2017 E

BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2018
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pemberian hormon terhadap pemanjangan jaringan
akar dan batang kecambah jagung (Zea mays)?
B. Tujuan Percobaan
1. Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk membandingkan pengaruh
pemberian hormon tumbuh (AIA, NAA dan 2,4 D) terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang pada kecambah biji jagung (Zea
mays).
C. Hipotesis
 Ho : Tidak terdapat pengaruh pemberian hormon tumbuh (AIA, NAA dan
2,4 D) terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang pada kecambah biji
jagung (Zea mays).
 HA : Terdapat pengaruh pemberian hormon tumbuh (AIA, NAA dan 2,4
D) terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang pada kecambah biji
jagung(Zea mays).

D. Kajian Pustaka
1. Perkecambahan
Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar
embrionik) memenajang keluar menembus kulit biji (Salisbury, 1985).
Dibalik gejala morfologi dengan permunculan radikula tersebut, terjadi
proses fisiologis-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses
perkecambahan fisiologis.
Secara fisiologis, proses perkecambahan berlangsung dalam
beberapa tahapan penting:
1. Absorsi air
2. Metabolism pemecahan materi cadangan makanan
3. Transport materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang
aktif bertumbuh
4. Proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru
5. Respirasi
6. pertumbuhan
Banyak faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik
yang internal dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji
ditentukan keseimbangan antara promotor dan inhibitor perkecambahan,
terutama asam giberelin (GA) dan asam abskisat (ABA). Faktor eksternal
yang merupakan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembapan,
cahaya dan adanya senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku
sebagai inhibitor perkecambahan (mayer, 1975).
Perkecambahan biji dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Epigeal. Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi
pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil
sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke
atas tanah.
2. Hipogeal. Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi
pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga
ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah.
2. Jaringan dan Pertumbuhan Tumbuhan
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi
yang sama. Ada dua jaringan tumbuhan yang kita kenal yaitu jaringan
meristem dan jaringan dewasa. Jaringan meristam adalah jaringan yang
terus-menerus membelah. Jaringan meristem dapat dibagi 2 macam yaitu
jaringan meristem primer dan jaringan meristem sekunder (Lakitan, 2004).
Jaringan meristem adalah jaringan yang sel-selnya selalu
membelah. Jaringan meristem dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
meristem primer dan meristem sekunder. Meristem primer terdapat pada
titik tumbuh dan menyebabkan perpanjangan akar dan batang, sedangkan
meristem sekunder terdapat pada kambium dan menyebabkan tumbuhan
menjadi besar (Sugihsantosa, 2009).
Jaringan dewasa adalah jaringan yang tidak meristematis. Jaringan
dewasa dapat dibagi menjadi lima macam, yaitu: jaringan epidermis,
jaringan parenkim, jaringan penyokong, jaringan pengangkut, dan jaringan
gabus (Lakitan, 2004).
Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan
tidak lepas dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut
hormon. Hormon dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, tetapi akan
merusak jika ada dalam jumlah yang banyak. Hormon dapat menyebabkan
begitu banyak respon, bila diberikan dari luar kepada tumbuhan, maka
oleh banyak orang hormon itu dianggap sebagai satu-satunya hormon
tumbuh. Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang
merupakan proses yang vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap
pada setiap tanmana atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk,
berat dan volumenya. Pertumbuhan tanaman setidaknya menyangkut
beberapa fase atau proses diantaranya :
a.Fase pembentukan sel
b.Fase perpanjangan dan pembesaran sel
c.Fase diferensiasi sel (Dwijoseputro, 1983).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu koordinasi dari
banyak peristiwa dengan tahap yang berbeda, yaitu dari tahap biofisika
dan biokimia ke tahap organisme dan menghasilkan suatu orgaisme yang
utuh dan lengkap. Faktor dalam adalah faktor yang terdapat di dalam
tubuh organisme misalnya gen dan hormon yang disintesis tumbuhan itu
sendiri. Faktor luar meliputi air, suhu, cahaya, nutrien, kelembaban,
oksigen dan hormon tumbuh sintetik. Salah satu faktor luar yang
mempengaruhi pemanjangan jaringan adalah hormon Auksin. Hormon ini
biasanya berupa hormon auksin alami dan sintetik. Hormon auksin sintetik
bisa berupa AIA, NAA, 2,4 D dan lain-lain. Auksin adalah salah satu
hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan
perkembangan (growth and development) suatu tanaman (Yox, 2008).
Di dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi
pertumbuhan dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian
dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara
tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Dominansi
apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan,
dimana kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup
aksilar (Campbell, 2012).
Dominansi apikal atau dominansi pucuk biasanya menandai
pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun.
Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat
pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas
lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk
dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan
mendorong pertumbuhan tunas lateral (Dwidjoseputro, 1983).
3. Proses imbibisi
Ada proses imbibisi dalam suatu tanaman, imbibisi merupakan
proses penyerapan air oleh permukaan zat-zat hidrofilik seperti protein,
pati, selulosa dan lain-lainnya. Selain itu juga hormon adalah salah satu zat
pengantur tumbuh-tumbuhan, dan merupakan senyawa kimia yang dalam
konsentrasi rendah berperan aktif dalam mengontrol proses pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan (Chawla, 2000).
4. Hormon
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik
dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu
terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai
tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi.
Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya (Dewi, 2008).
Hormon adalah molekul sinyal yang dihasilkan dalam jumlah kecil
oleh salah satu tubuh organisme, dan ditranspor ke bagian-bagian yang
lain, tempat hormon berikatan ke suatu reseptor spesifik dan memicu
respon-respon di dalam sel-sel dan jaringan target. Hormon-hormon
tumbuhan dihasilkan dalam konsentrasi yang sangat rendah, namun
hormon dalam jumlah yang kecil dapat memiliki efek yang besar pada
pertumbuhan dan perkembangan organ tumbuhan. Suatu hormon bisa
bertindak dengan mengubah ekspresi gen-gen, memengaruhi aktifitas
enzim-enzim yang sudah ada atau mengubah aktivitas membran.tindakan
manapun dapat mengarahkan kembali metabolisme dan perkembangan
sebuah sel yang merespon molekul-molekul hormon dalam jumlah kecil
(Campbell, 2012).
Hormon tumbuhan, diproduksi dalam konsentrasi yang sangat
rendah, tetapi dapat membuat efek besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organ suatu tumbuhan. Suatu hormon, dapat berperan
dengan mengubah ekspresi gen, dengan mempengaruhi aktivitas enzim
yang ada, atau dengan mengubah sifat membran. Beberapa peranan ini,
dapat mengalihkan metabolisme dan pekembangan sel yang tanggap
terhadap sejumlah kecil molekul hormon. Lintasan transduksi sinyal,
memperjelas sinyal hormonal dan meneruskannya ke respon sel spesifik
(Dewi, 2008).
5. Macam-macam Hormon Auksin
Auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari
proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Kata auksin
berasal dari bahasa Yunani auxein yang berarti meningkatkan. Sebutan ini
digunakan oleh Frits Went (1962) untuk senyawa yang belum dapat
dicirikan tetapi diduga sebagai penyebab terjadinya pembengkokan
koleoptil ke arah cahaya (Yox, 2008).
Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole
Asetat (AIA) dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan
auksin. Namun, tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya
mirip dengan AIA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan
AIA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-
senyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA)
dan asam Indolbutirat (IBA) (Dwidjoseputro, 1983). Beberapa diantaranya
yang paling dikenal baik adalah:
a. Asam α-naftalenasetat (NAA)
b. Asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D)
NAA dan 2,4-D merupakan senyawa yang tidak disintesis oleh
tumbuhan, sehingga tidak disebut hormon, tetapi hanya dikelompokkan
sebagai zat pengatur tumbuh tanaman. NAA dan 2,4-D merupakan
senyawa lirauksin yang diduga mirip dengan auksin karena mempunyai
sebuah gugus karboksil yang menempel pada gugus lain yang
mengandung karbon (biasanya–CH2–) yang akhirnya berhubungan dengan
sebuah cincin aromatik.
Berbeda dengan NAA dan 2,4-D, AIA merupakan auksin alami
yang diproduksi di pucuk tanaman dan diangkut secara basipetal (polar).
Auksin atau dikenal juga dengan AIA (Asam Indol Asetat) yaitu
sebagai auksin utama pada tanaman, di biosintesis dari asam amino
prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara
alami mirip auksin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari
AIA seperti IAN = Indolaseto nitril, TpyA = Asam Indolpiruvat dan AIAld
= Indolasetatdehid. Proses biosintesis auksin dibantu oleh enzim AIA-
oksidase (Salisbury dan Ross, 1992).
AIA memiliki sifat kimia lebih stabil dan mobilitasnya di dalam
tanaman rendah. Sifat-sifat ini yang menyebabkan AIA dapat lebih
berhasil karena sifat kimianya yang mantap dan pengaruhnya yang lebih
lama. Komposisi auksin dan sitokinin dalam media kultur in vitro
memainkan peranan penting dalam induksi dan regenerasi kalus menjadi
tunas (Kadir, 2007).
Pengaruh auksin terhadap rangsangan berbeda-beda, rangsangan
yang paling kuat adalah rangsangan terhadap sel-sel meristem apikal
batang dan koleoptil. Pada kadar yang sangat tinggi, auksin lebih bersifat
menghambat daripada merangsang pertumbuhan. Pengaruh auksin
terhadap perkembangan sel menunjukkan adanya indikasi bahwa auksin
dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan sintesa protein,
meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, dan melunakkan dinding sel
yang kemudian diikuti menurunnya tekanan dinding sel sehingga air dapat
masuk ke dalam sel yang disertai dengan kenaikan volume sel. Dengan
adanya kenaikkan sintesa protein, maka dapat digunakan sebagai sumber
tenaga dalam pertumbuhan (Hendaryono, 1994).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi :Jenis hormon tumbuh (AIA; 2,4 D; NAA)
2. Variabel kontrol :jenis dan umur kecambah, media
perendaman, ukuran panjang dan jumlah jaringan yang direndam,
waktu perendaman, volume larutan AIA, larutan 2,4 D, larutan NAA,
dan air suling.
3. Variabel Respon :Perpanjangan ukuran jaringan akar dan
jaringan batang kecambah biji jagung (Zea mays).

F. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel manipulasi
Variabel yang menjadi manipulasi pada pratikum ini yaitu jenis
hormone tumbuh (AIA; 2,4 D; NAA). Hormon tumbuh (AIA; 2,4 D dan
NAA) merupakan hormon auksin yang berfungsi sebagai zat pengatur
pertumbuhan pada tumbuhan. Hormon AIA; 2,4 D dan NAA memiliki
perbedaan pada gugus penyusunnya namun tetap memiliki fungsi yang
sama yakni untuk pertumbuhan tanaman.
2. Variabel kontrol
Variabel yang menjadi kontrol pada pratikum ini yaitu jenis dan
umur kecambah, media perendaman, ukuran panjang dan jumlah jaringan
yang direndam, waktu perendaman, volume larutan AIA, larutan 2,4 D,
larutan NAA, dan air suling. Jenis kecambah yang digunakan adalah
kecambah biji jagung (Zea mays) yang berumur 5 hari. Perendaman
dilakukan pada cawan petri. Ukuran panjang jaringan koleoptil batang
dan akar primer masing masing 0,5 cm dan setiap cawan petri berisi 5
jaringan kaleoptil batang serta 5 jaringan akar primer. Jaringan direndam
selama 48 jam. Volume larutan AIA, larutan 2,4 D, larutan NAA, dan air
suling masing-masing sebanyak 15 mL.
3. Variabel respon
Variabel yang menjadi variabel respon pada pratikum ini yaitu
Perpanjangan ukuran jaringan akar dan jaringan batang kecambah biji
jagung (Zea mays). Pemanjangan jaringan tumbuhan merupakan respon
adanya hormon auksin yang terdapat pada larutan yang berperan sebagai
hormon pertumbuhan. Dengan adanya hormon auksin, jaringan koleoptil
dan akar primer yang masih aktif membelah akan mengalami
pembelahan yang maksimal sehingga jaringan mengalami pemanjan

G. Alat dan Bahan


1. Kecambah jagung (Zea mays) umur 5 hari. Dibuat potongan koleoptil
akar dan kaleoptil batang dengan panjang 0,5 cm di ukur pada jarak 2
mm dari kotiledon.
2. Larutan AIA, larutan 2,4 D, larutan NAA, dan air suling.
3. Gelas plastik dan penutupnya
4. Silet tajam dan penggaris

H. Rancangan Percobaan

Alat dan bahan disiapkan

Dipotong koleoptil batang dan akar primer dengan


panjang 0,5 cm diukur dari 0,2 cm dari kotiledon
(setiap perlakuan dibutuhkan sebanyak 5 potong
koleoptil batang dan 5 potong akar primer)

Cawan petri berisi 10 Cawan petri berisi 10 Cawan petri berisi 10 Cawan petri berisi 10
mL larutan AIA mL larutan NAA mL larutan 2,4 D mL air suling

5 koleoptil batang dan 5 akar primer


direndam selama 48 jam pada masing
masing cawan petri

Panjang koleoptil batang dan


akar primer diukur kembali
I. Langkah Kerja
1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan.
2. Potongan koleoptil batang dan akar primer disediakan untuk tiap-tiap
perlakuan sebanyak 5 potongan.
3. Cawan petri diisi dengan larutan AIA sebanyak 10 ml, kemudian potongan
jaringan (koleoptil batang dan akar primer) direndam, diberi perlakuan
yang sama untuk lartuan 2,4 D, larutan NAA, dan air suling.
4. Cawan petri yang telah diisi lautan dan potongan jaringan ditutup dengan
penutup plastik dan disimpan selama 48 jam.
5. Potongan-potongan jaringan yang telah direndam dan disimpan selama 48
jam tersebut diukur kembali panjangnya.
6. Tabel hasil pengamatan dibuat
7. Dibuat histogram yang menyatakan hubungan antara macam hormon
terhadap pertambahan panjang jaringan akar dan batang.

J. Tabel Rancangan Pengamatan


Tabel 1. Tabel hasil pengamatan pengaruh hormon terhadap pertambahan panjang
jaringan akar primer dan koleoptil batang pada jagung (zea mays).
Panjang Jaringan (cm)
Perlakuan
A0 A1 B0 B1
AIA 0,5 cm 0,56 cm 0,5 cm 0,55 cm
NAA 0,5 cm 0,56 cm 0,5 cm 0,56 cm
2,4 D 0,5 cm 0,53 cm 0,5 cm 0,51 cm
Air suling 0,5 cm 0,55 cm 0,5 cm 0,55 cm
Keterangan :
A0 : panjang awal jaringan akar primer
A1 : panjang akhir jaringan akar primer
B0 : panjang awal jaringan koleoptil batang
B1 : panjang akhir jaringan koleoptil batang
Gambar 1. Grafik pengaruh hormon terhadap pertambahan panjang jaringan akar
primer dan koleoptil batang pada jagung (zea mays).
0.57
0.56
Pertambahan Panjang Jaringan

0.55
0.54
0.53
0.52 akar primer

0.51 koleoptil batang

0.5
0.49
0.48
AIA NAA 2,4 D Air Suling
Larutan Hormon

K. Analisis Data
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hormon
terhadap pemanjangan jaringan, yaitu pada potongan koleoptil (batang) dan
akar kecambah biji jagung (Zea mays). Hal ini dapat dilihat bahwa pada
potongan jaringan koleoptil (batang) kecambah jagung yang semula
panjangnya 5 mm, setelah direndam pada berbagai larutan hormon selama 48
jam, hampir semua potongan jaringan mengalami pemanjangan.
Pada potongan jaringan akar yang direndam larutan AIA mengalami
rata-rata pertambahan panjang sebesar 0,56 cm, potongan akar yang
direndam larutan NAA mengalami rata-rata pertambahan panjang sebesar
0,56 cm, potongan akar yang direndam larutan 2,4 D mengalami rata-rata
pertambahan panjang sebesar 0,53 cm dan potongan akar primer yang
direndam di air suling mengalami rata-rata pertambahan panjang sebesar
0,55 cm. Pertambahan panjang jaringan akar primer tertinggi terdapat pada
akar yang direndam larutan AIA dan NAA.
Pada potongan koleoptil yang direndam larutan AIA mengalami rata-
rata pertambahan panjang sebesar 0,55 cm, potongan koleoptil yang direndam
larutan NAA mengalami rata-rata pertambahan panjang sebesar 0,56 cm,
potongan koleoptil yang direndam larutan 2,4 D mengalami rata-rata
pertambahan panjang sebesar 0,51 cm dan potongan koleoptil yang direndam
di air suling mengalami rata – rata pertambahan panjang sebesar 0,55 cm.
Pertambahan panjang jaringan koleoptil tertinggi terdapat pada koleoptil yang
direndam larutan NAA.

L. Pembahasan
Dari hasil analisa data di atas, dapat diketahui bahwa terjadi
pemanjangan pada potongan jaringan yang direndam dalam larutan hormon
IAA, 2,4 D, NAA dan aquades sebagai variabel kontrol. Hal ini dikarenakan
hormon auksin dapat memacu pembentangan akar dan batang karena auksin
mampu mengendurkan dinding sel epidermis sehingga dinding epidermis
yang sudah kendur menjadi mengembang kemudian sel epidermis ini
membentang dengan cepat dan pembentangan ini menyebabkan sel sub
epidermis yang menempel padanya juga ikut mengembang.
Sedangkan pertambahan panjang jaringan koleoptil yang paling besar
adalah saat direndam dalam NAA. Hal ini menunjukkan bahwa NAA
merupakan senyawa sintesis yang strukturnya mirip auksin. Auksin sendiri
banyak diproduksi tumbuhan di koleoptil. Pada koleoptil terdapat AIA
oksidase dan enzim-enzim lain. Jadi saat direndam dalam NAA, AIA
oksidase ini tidak dapat merusak NAA karena strukturnya sedikit berbeda.
Sehingga NAA akan merangsang pemanjangan koleoptil kecambah jagung
(Kusumo, 1989).
Pada koleoptil yang diberi AIA panjangnya sama dengan air suling,
hal ini dikarenakan hormon AIA (Auksin) berfungsi dalam pengembangan
sel-sel yang ada di daerah belakang meristem. Sel-sel tersebut menjadi
panjang-panjang dan banyak berisi air sama seperti yang direndam pada
akuades sehingga tekanan dinding sel berkurang yang mengakibatkan
protoplas mendapat kesempatan untuk meresap air dari sel-sel yang ada di
bawahnya dikarenakan sel-sel yang terdapat di dekat titik tumbuh mempunyai
nilai osmosis yang tinggi. Oleh karena itu, didapatkan sel yang panjang
dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh (Dwidjoseputro,
1982). Pada koleoptil yang dilakukan perendaman di air suling terjadi
pertambahan rata – rata yang cukup besar jika dibandingkan dengan
perendaman dengan hormon lainnya yaitu sebesar 0,5 cm. Hal ini terjadi
karena terjadinya osmosis pada jaringan koleoptil kecambah jagung.
Jaringan akar yang direndam dalam NAA dan AIA menunjukkan
pemanjangan jaringan lebih panjang daripada 2,4 D, karena NAA merupakan
senyawa sintesis auksin yang menunjukkan struktur sedikit berbeda dengan
auksin alami sedangkan AIA sendiri merupakan hormon yang strukturnya
hamper sama dengan auksin alami diduga kandungan auksin pada akar ini
masih sedikit sehingga mengalami perpanjangan hanya sedikit. Sedangkan
pertambahan panjang terbesar terdapat pada 2,4 D, dimana larutan 2,4 D tidak
dirusak oleh IAA/AIA oksidase karena tidak ada dalam radikula sehingga 2,4
D ini dapat bekerja secara maksimal diantara hormon-hormon yang lainnya.
Kemudian pertambahan panjang jaringan akar kecambah jagung yang
direndam pada air suling dipengaruhi oleh proses osmosis. Proses osmosis
terjadi karena PO dan PA akuades lebih tinggi daripada PO dan PA jaringan
sehingga air berpindah ke dalam jaringan akar kecambah jagung yang
menyebabkan terjadinya pertambahan panjang pada jaringan tersebut
(Dwidjoseputro, 1982).

M. Diskusi
Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormon tumbuh
terhadap jaringan akar dan batang. Samakah pengaruhnya? Kemukakan teori
pendukung yang dapat menjelaskan terjadinya gejala-gejala tersebut
Jawab :
Setiap hormon yang digunakan memiliki pengaruh yang hampir sama
terhadap pemanjangan jaringan radikula dan koleoptil jagung meskipun
terdapat beberapa perbedaan. Hormon tumbuh yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan yaitu IAA dan senyawa sintesis lainnya
yang serupa dengan AIA yaitu NAA dan 2,4 D. Hormon tersebut mempunyai
sruktur kimia yang sama dengan sruktur kimia auksin.
Hormon AIA, 2,4D dan NAA bersama auksin mampu mengatur
pembesaran sel dan memacu pemanjangan dan pembesaran sel di daerah
meristem ujung dan merangsang perkembangan akar lateral. Hormon auksin
berperan dalam pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi,
percabangan akar, perkembangan buah, dominasi apikal, fototropisme dan
geotropisnme.Jadi, pengaruh dari berbagai hormon tumbuh seperti AIA, 2,4
D, dan NAA sama yaitu berpengaruh untuk mengatur pembesaran sel dan
memacu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung dan
merangsang perkembangan akar lateral.

N. Simpulan
Berdasarkan data hasil percobaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian berbagai macam jenis hormon auksin dapat mempengaruhi
pertambahan panjang pada jaringan koleoptil (batang) dan akar.
2. Pada koleoptil dan akar, 2,4 D menyebabkan pemanjangan jaringan yang
paling sedikit dibanding AIA dan NAA, karena 2,4 D merupakan zat
pengatur tumbuh yang sama seperti auksin tapi berbahan sintesis dan
strukturnya berbeda dari auksin alami, sehingga AIA oksidase tidak dapat
merusak 2,4 D dan 2,4 D dapat merangsang pemanjangan jaringan
koleoptil jagung dengan maksimal
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk,. 2002.Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro. 1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia
Jakarta.
Kimball, John. W. 2000. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Krisdianto, dkk. 2005.Penuntun Praktikum Biologi Umum . Banjarbaru:
Universitas Lambung Mangkurat.
Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik.
Jakarta: PT Gramedia.
Lukman, Diah. 1997. Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia
Salisbury, F.B. & Ross, C.W. 1992. Plant Physiology. California: Wadswovth
Publishing Co.
Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3.Jakarta: Erlangga.
Wilkins, M.B. 1993.Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Bumi Angkasa.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai