Anda di halaman 1dari 10

Hormon Dan Regulator Pertumbuhan Pada Tanaman

Qonitah Fadhilah
1510422013
1A
Qonitah96fadhilah@gmail.com

ABSTRAK
Praktikum Hormon Dan Regulator Pertumbuhan Pada Tanaman, dilaksanakan pada hari
Rabu, 9 November 2016, di Laboratorium Pendidikan IV, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Praktikum ini bertujuan untuk melihat
pengaruh 2,4-D dalam perkecambahan dan pertumbuhan akar, untuk melihat bahwa
sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang berperan dalam perlambatan proses
senescence dan melihat pengaruh giberelin terhadap perkecambahan biji. Hasil yang
didapatkan dari praktikum ini yaitu Biji yang paling memiliki rata-rata akar terpanjang adalah
pada biji yang diberi perlakuan 2,4 Dichlorophenoxyacetic acid 2 M yaitu sebesar 9,3 cm
dan terpendek 0,25 cm pada konsentrasi 10 M. Semakin tinggi konsentrasi sitoknin maka
semakin besar kemampuannya untuk menghambat penuaan. Semakin tinggi konsentrasi
GA3 maka semakin banyak biji yang berkecambah.

Kata Kunci : Dichlorophenoxyacetic , GA3,Hormon, Regulator, Sitokinin.

PENDAHULUAN auksin yang dihasilkan pada bagian


Hormon pertumbuhan menunjukkan tanaman. Absisi terjadi dengan
pengaruh satu sama lain atau pecahnya jaringan pembuluh secara
hubungannya dengan perubahan sel- mekanisme. Zona absisi tidak akan
sel dari bentuk-bentuk unit yang terbentuk selama masih cukup auksin
bebas menjadi bagian organisme yang dihasilkan pada bagian tanaman
yang menyatu. Dengan adanya dan dapat diteruskan pada tangkai
hormon itu, hormon terbagi atas tiga daun tersebut (Bower, 1996).
salah satunya adalah auksin, yang Beberapa ilmuwan
mempercepat perkembangan memberikan definisi yang lebih
tumbuhan dengan adanya terperinci terhadap istilah hormone
rangsangan dari perbesaran sel-sel yaitu senyawa kimia yang disekresi
tumbuhan yang akan mempercepat oleh suatu organ atau jaringan yang
pertumbuhan (Bidwell, 1980). dapat mempengaruhi organ atau
Zat pengatur tumbuh pada jaringan lain dengan cara khusus.
tanaman adalah senyawa organic Berbeda dengan yang diproduksi oleh
yang bukan hara (nutrient) dengan hewan senyawa kimia pada tumbuhan
jumlah yang sangat mendukung, sering mempengaruhi sel – sel yang
menghambat dan merubah fungsi juga penghasil senyawa kimia pada
fisiologi tumbuhan. Hormone tumbuhan sering mempengaruhi sel
tumbuhan adalah zat organic yang lainnya, sehingga yang juga penghasil
dihasilkan oleh tumbuhan yang dalam senyawa tersebut disebut dengan zat
konsentrasi rendah dapat mengatur pengatur tumbuh untuk
proses fisiologi (Abidin,1987).Auksin membedakannya dengan hormone
adalah gugurnya suatu organ yang diangkut secara sistemik atau
tanaman seperti daun, bunga dan sinyal jarak jauh (Burhan, 1997).
buah.Proses ini dipengaruhi oleh
Konsep zat pengatur tumbuh bekerja sendiri dalam mempengaruhi
diawali dengan konsep hormone pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Hormon tanaman adalah tumbuhan, pada umumnya
senyawa – senyawa organic tanaman keseimbangan konsentrasi dari
yang dalam konsentrasi yang rendah beberapa ZPT-lah yang akan
mempengaruhi proses – proses mengontrol pertumbuhan dan
fisiologis. Proses – proses fisiologis ini perkembangan tumbuhan (Lakitan,
terutama tentang proses 2004).
pertumbuhan, diferensiasi dan Auksin yaitu mempengaruhi
perkembangan tanaman. Proses – pertambahan panjang batang,
proses lain seperti pengenalan pertumbuhan, diferensiasi dan
tanaman, pembukaan stomata, percabangan akar ; perkembangan
translokasi dan serapan hara buah ; dominansi apical ; fototropisme
dipengaruhi oleh hormon tanaman. dan geotropisme. Sitokinin,
Hormone tanaman kadang – kadang mempengaruhi pertumbuhan dan
juga disebut fitohormon, tetapi istilah diferensiasi akar mendorong
ini lebih jarang digunakan (Fitter, pembelahan sel dan pertumbuhan
1991). secara umum, mendorong
Seperti halnya hewan, perkecambahan dan menunda
tumbuhan memproduksi ZPT dalam penuaan. Giberelin berfungsi
jumlah yang sangat sedikit, akan mendorong perkembangan biji,
tetapi jumlah yang sedikit ini mampu perkembangan kuncup, pemanjangan
mempengaruhi sel target. ZPT batang dan pertumbuhan daun,
menstimulasi pertumbuhan dengan mendorong pembungaan dan
member isyarat kepada sel target perkembangan buah, mempengaruhi
untuk membelah atau memanjang, pertumbuhan dan diferensiasi akar.
beberapa ZPT menghambat Istilah auksin diberikan pada
pertumbuhan dengan cara sekelompok senyawa kimia yang
menghambat pertumbuhan dengan memiliki fungsi utama mendorong
cara menghambat pembelahan atau pemanjangan kuncup yang sedang
pemanjangan sel. Sebagian besar berkembang. Beberapa auksin
molekul ZPT dapat mempengaruhi dihasilkan secara alami oleh
metabolism dan perkembangan sel – tumbuhan, misalnya IAA (INdoleacetic
sel tumbuhan. ZPT melakukan ini acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-
dengan cara mempengaruhi lintasan chloro IAA (4-chloroindole acetic acid)
sinyal tranduksi pada sel target. Pada dan IBA (Indolebutyric acid) dan
tumbuhan seperti halnya pada hewan, beberapa lainnya merupakan auksin
lintasan ini menyebabkan respon sintetik, misalnya NAA (Napthalene
selular seperti mengekspresikan acetic acid), 2,4-D (2,4
suatu gen, menghambat atau dichlorophenoxy acetic acid) dan
mengaktivasi enzim, atau mengubah MCPA (2-methyl-4chlorophenoxy
membrane (Zalbaza, 2009). acetic acid) (Yatim, 1991).
Pengaruh dari suatu ZPT Asam absisat (ABA) berfungsi
bergantung pada spesies tumbuhan, menghambat pertumbuhan,
situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap merangsang penutupan stomata pada
perkembangan tumbuhan dan waktu kekurangan air,
konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak mempertahankan dormansi. Etilen
berfungsi mendorong pematangan, menghasilkan etilen dan tidakterbatas
memberikan pengaruh yang pada suatu bagian yang khusus.
berlawanan dengan beberapa Pada tanaman tingkat tinggi
pengaruh auksin, mendorong atau diproduksi pada daerah meristematik
menghambat pertumbuhan dan daerah nodus. Pada daerah yang
perkembangan akar, daun, batang tinggi auksin juga mengandung etilen
dan bunga. Meristem apical tunas yang tinggi. Etilen juga dikatakan
ujung, daun muda, embrio dalam biji sebagai hormon stress karena
(Kimball,1996).Sitokinin merupakan kadarnya yang meningkat pada
ZPT yang mendorong pembelahan keadaan tetentu seperti adanya
(sitokinesis). Beberapa macam herbisida, substansi toksid , luka
sitokinin merupakan sitokinin alami mekanik atau kerusakan yang
(misal :kinetin, zeatin) dan beberapa disebabkan serangga. Transport
lainnya merupakan sitokinin sintetik. etilen, karena berbentuk gas maka
Sitokinin alami dihasilkan pada berbeda dengan hormon lain,
jaringan yang tumbuh aktif terutama transport etilen terjadi secara difusi.
pada akar, embrio, dan buah. Etilen juga dapat larut dalam air. Buah
Sitokinin yang diproduksi di akar pisang dan nanas merupakan buah
selanjutnya diangkut oleh xylem yang klimaks terik dan selam
menuju sel – sel target pada batang pemasakan menghasilkan etilen
(Loveless, 1991). (Wilkins, 1989).
Giberelin adalah jenis hormon Adapun tujuan dari praktikum ini
tumbuh yang mula-mula diketemukan adalah untuk melihat pengaruh 2,4-D
di Jepang oleh Kurosawa pada tahun dalam perkecambahan dan
pertumbuhan akar, untuk melihat
1926. Penelitian lanjutan dilakukan
bahwa sitokinin merupakan zat
oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia pengatur tumbuh yang berperan
dapat mengisolasi crystalline material dalam perlambatan proses
yang dapat menstimulasi senescence dan melihat pengaruh
pertumbuhan pada akar kecambah. giberelin terhadap perkecambahan
Dalam tahun 1951, Stodola dkk biji.
melakukan penelitian terhadap
METODE PRAKTIKUM
substansi ini dan menghasilkan
Waktu dan Tempat
"Gibereline A" dan "Gibereline X".
Praktikum “Hormon Dan Regulator
Adapun hasil penelitian lanjutannya
Pertumbuhan Pada Tanaman” ini
menghasilkan GA1, GA2, dan GA3.
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal
Pada saat yang sama dilakukan pula
9 November 2016 di Laboratorium
penelitian di Laboratory of the Imperial
Pendidikan IV, Jurusan Biologi,
Chemical Industries di Inggris
Fakultas Matematika dan Ilmu
sehingga menghasilkan GA3. Nama
Pengetahuan Alam, Universitas
giberelin untuk zat tersebut telah
Andalas, Padang.
disepakati oleh kelompok peneliti itu
sehingga populer sampai sekarang
Alat dan Bahan
(Mitchel, 1956).
Alat dan bahan yang digunakan yaitu
Etilen adalah satu-satunya
kertas merang/saring, 6 buah cawan
hormone yang berbentuk gas dan
petri, 5 petridisk, cork borer.
sangat unik karena seluruh sel
Sedangkan bahan yang digunakan
tanaman yang hidup dapat
adalah 10 ml larutan baku 2,4-D 100 b. Sitokinin dan Senescence pada
ppm, 105 biji mentimun (Cucumis Daun Tanaman
sativus) atau biji Phaseolus radiatus,
daun tanaman Cinnamomum persiapkan potongan daun tanaman
burmanii, kinetin konsentrasi 0,00 ; dengan ukuran proporsional
0,001 ; 0,01 ; 0,1 ; 1 mg/L, aquadest, menggunakan cork borer masing-
Larutan giberelin (GA3) 0 ; 0,001 ; masing 5 potongan daun untuk 5
0,01 ; 0,1 ; 1 mg/L. perlakuan percobaan. Persiapkan
larutan perlakuan yang terdiri dari
Cara Kerja aquadest dan larutan kinetin (0,00 ;
0,001 ; 0,01 ; 0,1 ; 1 mg/L) masing-
a. Uji Biologis 2,4-Dichloro- masing 10 mL dalam petridisk.
phenoxyaceticacid pada Per- Tempatkan pada masing-masing
tumbuhan Akar larutan potogan daun kemudian tutup
petridisk agar jangan terjadi interaksi
Letakkan selembar kertas saring pada
tdengan lingkungan. Amati apa yang
setiap cawan petri dari 6 cawan petri.
terjadi pada warna daun tersebut
Dari larutan baku 2,4-D buat masing-
selama satu minggu perendaman baik
masing 10 ml larutan-larutan 2,4-D
kontrol atau pada perlakuan dengan
dengan konsentrasi sebagai berikut:
kinetin.
0.0; 0.001; 0.01; 0.1; 1.0 dan 10.0
mg/l. Tandai setiap cawan petri
c. Peranan Giberelin (GA3) dalam
dengan angka 1 sampai dengan 6.
Perkecambahan Biji Tum-buhan
Tuangkan 10 ml larutan 2,4-D ke
dalam masing-masing cawan. Catat Ambillah 100 biji tanaman yang
konsentrasi 2,4-D yang ada pada seragam.Tempatkan pada pertidisk
masing-masing cawan. Letakkan 15 yang telah dilapisi dengan kertas
biji mentimun dalam masing-masing saring untuk masing-masing
cawan petri. Simpan di tempat gelap perlakuan sebanyak 20 biji. Simpan
selama 5 hari. Pada akhir percobaan ditempat gelap dan lakukan
ukur panjang akar primer setiap pemeriksaan terhadap biji setiap hari
kecambah. Hitung panjang rata-rata apakah telah terlihat adanya biji yang
pada masing-masing perlakuan. berkecambah. Lakukan penyiraman
Buatlah grafik yang memperlihatkan dengan larutan yang sama jika terjadi
hubungan antara konsnetrasi 2,4-D kekeringan. Catat waktu yang
dengan panjang akar primer sehingga diperlukan oleh masing-masing biji
dapat diketahui pengaruh dari berkecambah sesuai dengan
pemakaian 2,4-D dalam perlakuan dan bandingkan hasilnya
perrtumbuhan akar. diantara masing-masing perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah kami lakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Uji Biologis 2,4-Dichloro-phenoxyacetic acid pada Pertumbuhan Akar

Tabel 1. Uji Biologis 2,4-Dichloro-phenoxyacetic acid pada Pertumbuhan Akar


Perlakuan Panjang Akar Panjang
Konsentrasi 1 2 3 4 5 rata-rata
akar
primer
Aquades 11,5 9 7,5 10,5 8 9,3
0,001 6,5 7,5 6 6 - 6,5
0,01 5,5 5,5 4 - - 5
0,1 8,5 2 3 - - 2,5
1 0,5 0,4 0,5 - - 0,47
10 0,2 0,3 - - - 0,25

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat efektif, herbisida ini dikenal karena


bahwa biji yang memiliki rata-rata sifat fitotoksisitasnya yang tinggi, dan
akar terpanjang adalah pada biji yang pengaruhnya yang lebih besar pada
diberi perlakuan 2,4 Dichloro- tumbuhan dikotil daripada monokotil
phenoxyacetic acid 2 M yaitu sebesar Menurut Yatim (1991), tidak
9,3 cm dan terpendek 0,25 cm pada mudah untuk menginterprestasikan
konsentrasi 10 M. Pada percobaan sehubungan dengan kebutuhan
yang dilakukan terdapat perbedaan auksin untuk pertumbuhan akar.
dengan literatur dimana semakin Karena keberadaan auksin secara
tinggi konsentrasi larutan maka normal dalam akar mengisyaratkan
semakin sedikit biji yang mengalami bahwa auksin berperan untuk
perkecambahan, hal ini disebabkan pertumbuhan. Sebagaimana halnya
karena beberapa kesalahan yaitu juga untuk korelasi antara konsentrasi
kesalahan dalam penempatan biji auksin dengan laju pertumbuhan akar.
dimana masih ada cahaya yang Pemacuan pertumbuhan oleh auksin
mempengaruhi, kesalahan dalam yaitu pada konsentrasi rendah. Jika
takaran larutan yang diberikan dan auksin terlalu tinggi dapat
kesalahan dalam penghitungan. menyebabkan produksi zat
Menurut Kramer (1980) auksin penghambat.
merupakan istilah genetik untuk Menurut Lakitan (2004) Auksin
subtansi pertumbuhan yang merupakan istilah genetik untuk
khususnya merangsang perpanjangan subtansi pertumbuhan yang
sel, tetapi auksin juga menyebabkan khususnya merangsang perpanjangan
suatu kisaran respon pertumbuhan sel, tetapi auksin juga menyebabkan
yang agak berbeda-beda. Respon suatu kisaran respon pertumbuhan
auksin berhubungan dengan yang agak berbeda-beda. Respon
konsentrasinya. Konsentrasi yang auksin berhubungan dengan
tinggi bersifat menghambat. 2,4-D konsentrasinya. Konsentrasi yang
merupakan auksin sebagai herbisida tinggi bersifat menghambat.
atau pembunuh tumbuhan yang
b. Sitokinin dan Senescence pada Daun Tanaman
Tabel 2. Sitokinin dan Senescence pada Daun Tanaman
Konsentrasi Tingkat Warna Daun
Aquades +++
0,001 ++
0,01 +
0,1 ++++
1,0 +++++
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat lama dibandingkan yang tidak
bahwasannya pemberian sitokinin direndam. Kemungkinan sitokinin juga
pada daun dengan berbgai memperlambat penuaan kondisi daun
konsentrasu didapatkan hasil pada pada tumbuhan utuh yang masih
tiga kali pengamatan pada daun tidak hidup
terjadi apa-apa dan warna tetap hijau Menurut Yatim (1991)bahwa
tua. Sementara itu, pada hari terakhir konsentrasi sitokinin pada tumbuhan
pengamatan didapatkan hasil warna akan mempengaruhi dalam proses
daun berubah menjadi hijau kerjanya terhadap penundaan
kecoklatan. Pada hasil percobaan penuaan akan terjadi pada jaringan
yang di dapatkan bahwa semakin dan organ. Sitokinin menunda
tinggi konsentrasi sitoknin maka penuaan pada daun dengan cara
semakin besar kemampuannya untuk mempertahankan keutuhan membran
menghambat penuaan. Perbedaan ini tonoplas, kloroplas dan mitokondria.
di sebabkan beberapa kesalahan Menurut Wilkins (1989),
yaitu masih terdapatnya cahaya pada menyatakan bahwa ahli biologi
ruang penyimpanan yang gelap, tumbuhan juga menemukan bahwa
pemberian larutan yang kurang sesuai sitokinin dapat meningkatkan
dengan ketentuan dan kesalahan pembelahan, pertumbuhan dan
dalam melakukan pengamatan. perkembangan kultur sel tanaman.
Menurut Bower (1996) bahwa Sitokinin juga menunda penuaan
Sitokinin dapat menghambat penuaan daun, bunga dan buah dengan cara
beberapa organ tumbuhan, mengontrol dengan baik proses
kemungkinan dengan menghambat kemunduran yang menyebabkan
perombakan protein dan dengan kematian sel-sel tanaman. Penuaan
merangsang sintesis RNA dan protein pada daun melibatkan penguraian
dan dengan memobilisasi zat – zat klorofil dan protein-protein, kemudian
makanan dari jaringan disekitarnya. produk tersebut diangkut oleh floem
Jika daun dipotong dari suatu larutan ke jaringan meristem atau bagian lain
dan direndam dalam larutan sitokinin, dari tanaman yang membutuhkannya.
daun tersebut akan tetap hijau lebih
c. Peranan Giberelin (GA3) dalam Perkecambahan Biji Tumbuhan
Tabel 3. Peranan Giberelin (GA3) Dalam Perkecambahan Biji Tumbuhan
Konsentrasi Tinggi Tinggi Kecambah
Kecambah rata- mulai
rata muncul
1 2 3 4 5
Aquades 16,5 16 18 17 13 16,1 Hari 1
0,001 15 16 5 3 - 9,75 Hari 1
0,01 15 9 - - - 12 Hari 1
0,1 13,5 21,5 20 - - 19 Hari 1
1 - - - - - -

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat KESIMPULAN DAN SARAN


bahwa jumlah biji yang paling cepat Kesimpulan
tumbuhadalah biji yang diberi larutan Dari praktikum yang telah
GA3 dan 200 M. Pada konsentrasi dilaksanakan maka dapat ditarik
GA3 0,02 M tidak ditemukan adanya kesimpulan sebagai berikut :
biji yang berkecambah sampai hari
terakhir pengamatan. Hal ini sesuai 1. Biji yang paling memiliki rata-rata akar
dengan pendapat Fitter (1991), yang terpanjang adalah pada biji yang
menyatakan bahwa Giberelin diberi perlakuan 2,4
merupakan suatu hormon tumbuhan Dichlorophenoxyacetic acid 2 M yaitu
yang mempunyai peranan fisiologis sebesar 9,3 cm dan terpendek 0,25
dalam mendorong perpanjangan ruas cm pada konsentrasi 10 M
perkecambahan perbuangan dan 2. Semakin tinggi konsentrasi sitoknin
menghambat dalam pertumbuhan maka semakin besar kemampuannya
pembentukan akar serta menunda untuk menghambat penuaan.
pemasakan buah. Giberelin tidak Semakin tinggi konsentrasi GA3 maka
akan aktif jika dikonjugasi dengan semakin banyak biji yang
senyawa lain seperti glukosa. Dengan berkecambah.
distribusi ke tanaman tingkat tinggi 3. Semakin tinggi konsentrasi GA3 maka
dan tanaman tingkat rendah semakin banyak biji yang
(Djamhari, 2010). berkecambah.
Menurut Bower (1980) bahwa
konsentrasi sitokinin pada tumbuhan Saran
akan mempengaruhi dalam proses Diharapkan praktikan lebih teliti dalam
kerjanya terhadap penundaan melakukan pengukuran dan
penuaan akan terjadi pada jaringan pengamatan, lebih serius mengikuti
dan organ. Salisbury and Ross (1995) praktikum dan diharapkan menguasai
menambahkan bahwa sitokinin materi yang akan dipraktikumkan agar
menunda penuaan pada daun dengan praktikum dapat berjalan dengan
cara mempertahankan keutuhan lancar dan mendapatkan hasil yang
membran tonoplas, kloroplas dan memuaskan serta praktikan harus
mitokondria. memakai peralatan keselamatan
seperti masker, sarung tangan dan jas
laboratorium agar terhindar dari
kecelakaan saat dilaksanakannya
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA Lakitan,B.2004.Dasar-Dasar
Fisiologi Tumbuhan.Raja
Bidwell, S.P. 1980. Plant Grafindo Persada:Jakarta.
Physiology Second Edition. Loveless,A.R.1991.Prinsip-Prinsip
Mac Milan Publishing Co. Biologi Tumbuhan Untuk
New York. Daerah Tropik 1. Gramedia:
Bower, F.O.1996. Botany of The Jakarta.
Living Plant. Mc.Milan and Mitchel. 1956. General Physiology.
Co. Ltd. St Martin Press. M. C Grow Hill Book
London. Company : New York.
Burhan, Walyati dkk. 1997. Buku Yatim,W.1991. Biologi Modern
Ajar Fisiologi Tumbuhan. Biologi Sel. Tarsio : Bandung.
Universitas Andalas. Wilkins, M. 1989. Advanced Plant
Padang. Physiology. British Pittman
Fitter. A. H.dan Hay, R. K. Press. London.
M. ,1991, Fisiologi
Lingkungan Tanaman, Zalbaza, Ana, Joost T. van
Gadjah Mada University Dongen, dkk. 2009.
Press: Yogyakarta. Biology Journal :
Kramer.1980. Plant and Soil Regulation of Respiration
Relationship. Mc Graw Hill and Fermentation to
Company Inc :New York. Control The Plant Internal
Oxygen Concentration.

LAMPIRAN

Gambar 1. Pengujian 2,4-D pada tanaman


Gambar 2. Pengujian sitokinin pada tanaman

Gambar 3. Pengujian giberelin pada tanaman


Lampiran Referensi

Anda mungkin juga menyukai