Anda di halaman 1dari 13

HORMON DAN REGULATOR PERTUMBUHAN PADA TANAMAN

FADILLA HEFZI
1810422055
5B
Fadilahefzi@gmail.com

ABSTRAK
Praktikum mengenai Hormon dan Regulator Pertumbuhan pada Tanaman dilaksanakan
pada Selasa, 15 Oktober 2019 di Laboratorium Pendidikan IV, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Praktikum ini
bertujuan untuk melihat pengaruh 2,4-D dalam perkecambahan dan pertumbuhan akar,
untuk melihat bahwa sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang berperan dalam
perlambatan proses senescence, dan melihat pengaruh giberelin terhadap
perkecambahan biji. Pada praktikum ini hormon auksin yang digunakan yaitu 2,4-D
konsentrasi 0,001; 0,01; 0,1; 1,0; dan 10,0 mg/L. Hormon sitokinin yang digunakan yaitu
kinetin konsentrasi 0,001; 0,01; 0,1; dan 1,0 mg/L. Sedangkan, hormon giberelin yang
digunakan yaitu GA3 konsentrasi 0,001; 0,01; 0,1; dan 1,0 mg/L. Pada pemberian
hormon auksin akar kecambah yang paling panjang adalah kecambah yang diberi larutan
2,4-D konsentrasi 0,1 mg/L. Pada pemberian hormon sitokinin, daun yang paling lambat
mengalami senescence adalah daun yang diberi larutan kinetin konsentrasi 1,0 mg/L.
Pada pemberian hormon giberelin, kecambah yang paling tinggi adalah kecambah yang
diberi larutan GA3 konsentrasi 1,0 mg/L.

Kata kunci: Auksin, giberelin, kinetin, senescence, sitokinin

PENDAHULUAN
Tumbuhan mengalami pertumbuhan (eksternal). Faktor internal dapat
dan perkembangan selama proses berupa gen dan hormon, sedangkan
kehidupannya. Pertumbuhan dan faktor luar berupa air, derajat
perkembangan tersebut diawali dari keasaman (pH), nutrisi, kadar
biji. Biji merupakan hasil pembuahan garam, oksigen, cahaya, suhu,
antara spermatozoid dengan ovum kelembapan, gravitasi, dan sentuhan
yang tumbuh menjadi zigot. Zigot (Hartman dan Kester, 2008).
kemudian tumbuh menjadi embrio. Salah satu faktor yang dapat
Selanjutnya, embrio tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan
berkecambah dan menghasilkan perkembangan tumbuhan adalah
individu muda. Selama proses hormon. Hormon pada tumbuhan
perkecambahan tersebut, sel-sel disebut fitohormon yang merupakan
embrio membelah. Proses ini zat pengatur dan dihasilkan oleh
menghasilkan banyak sel dengan tumbuhan yang dalam konsentrasi
bentuk, fungsi, letak, struktur, dan rendah untuk mengatur proses-
susunan biokimia yang berbeda- proses fisiologi dalam tubuh
beda (Irnaningtyas, 2015). tumbuhan. Sedangkan zat pengatur
Kecepatan pertumbuhan dan tumbuhan merupakan senyawa-
perkembangan organisme berbeda- senyawa organik selain nutrisi, baik
beda dan sangat ditentukan oleh yang dihasilkan oleh tumbuhan itu
factor-faktor pendukung, baik yang sendiri maupun senyawa-senyawa
berasal dari dalam tubuh (faktor kimia sintetik yang dalam jumlah
internal) maupun dari luar tubuh kecil memacu, menghambat atau
sebaliknya mengubah beberapa tumbuhan (ZPT) dapat menstimulir
proses fisiologis dalam tumbuhan pertumbuhan tanaman dan dalam
(Gomez, 1995). jumlah yang besar zat pengatur
Hormon pada tumbuhan atau tumbuh (ZPT) justru menghambat
fitohormon imbas oleh diketahuinya pertumbuhan (Heddy, 1996).
hormon pada hewan dan manusia, Zat pengatur tumbuh (ZPT)
yaitu suatu senyawa yang disintesis yang masuk ke dalam sel tanaman
paa bagian tubuh tertentu, dan dapat akan menimbulkan berbagai reaksi.
ditranspor melalui sistem aliran Masuknya zat pengatur tumbuh dari
darah ke bagian tubuh yang lain luar menyebabkan sel tanaman
untuk mengatur respon fisiologis di menstimulasi terjadinya pompa ion
tempat itu. Hormon tumbuhan H+ ke bagian dinding sel. Kondisi ini
merupakan senyawa organik yang menyebabkan beberapa enzim
disintesis di salah satu bagian menjadi aktif, salah satunya adalah
tumbuhan dan dapat dipindahkan ke enzim pectin metilase yang berperan
bagian tumbuhan yang lain, dan dalam memecah ikatan antara pectin
pada konsentrasi yang sangat dan ion Ca2+, sehingga dinding sel
rendah mampu menimbulkan suatu menjadi lentur dan mengalami
respon fisiologis. Orang yang elongasi. Air yang masuk ke dalam
pertama kali memperkenalkan istilah sel tanaman menyebabkan sel-sel
hormon dalam fisiologi tumbuhan tersebut membentang sehingga
yaitu Fitting pada tahun 1910, dan berdampak pada pertumbuhan
sejak saat itu istilah hormon terus sekunder tanaman tersebut seperti
digunakan unutk memberi batasan pertambahan jumlah dan ukuran sel
senyawa organik khusus yang (Darmanti, 2009).
terdapat secara alami dengan fungsi Setiap jenis fitohormon
pengaturan dalam tumbuhan mempunyai pengaruh yang khas,
(Wayan, 2017). namun di dalam tanaman terdapat
Hormon adalah molekul- berbagai jenis fitohormon sehingga
molekul yang kegiatannya mengatur responnya sangat kompleks. Selain
reaksi-reaksi metabolik penting. itu, setiap fitohormon dapat memberi
Molekul-molekul tersebut dibentuk di respon terhadap berbagai organ
dalam organisme dengan proses tumbuhan dan respon tersebut
metabolik dan tidak berfungsi di tergantung dari spesies tanaman,
dalam nutrisi (Harianto, 2007). respon terhadap bagian tumbuhan,
Hormon pada tanaman dapat fase perkembangan, konsentrasi,
diartikan secara luas, baik yang interaksi antara fitohormon, dan
buatan maupun yang asli serta yang lingkungan. Oleh karena itu, efek
mendorong atau menghambat hormon tidak berlaku secara umum
pertumbuhan (Kusumo, 2004). terhadap pertumbuhan dan
Zat pengatur tumbuh (ZPT) perkembangan suatu organ atau
merupakan senyawa yang diberikan jaringan tumbuhan tertentu. Hal ini
ke tanaman sebagai suplemen untuk sesuai dengan konsep seorang ahli
meningkatkan proses pembelahan fisiologi tumbuhan yaitu Sach, yang
sel agar lebih aktif lagi. Dalam menyatakan bahwa jaringan yang
jumlah yang kecil zat pengatur berbeda akan memberikan respon
yang berbeda terhadap zat kimia diartikan sebagai senyawa yang
yang sama (Wayan, 2017). dapat mempengaruhi proses fisiologi
Secara umum hormon atau tanaman, pengaruhnya dapat
zat pengatur tumbuh dapat dibagi mendorong atau menghambat
dalam tiga kelompok penting, yaitu proses fisiologi dari tanaman. Proses
auksin, sitokinin, dan giberelin. pertumbuhan dan perkembangan
Auksin dapat disusun di jaringan tanaman dapat berhasil dengan baik
meristem di dalam ujung-ujung jika pemberian hormon ini sesuai
tanaman seperti pucuk, kuncup dengan respon tanaman tersebut
bunga, tunas daun, dan lain-lainnya terhadap hormon yang digunakan
(Dwijoseputro, 2004). Perakaran (Nurmasari dan Djumali, 2012).
yang timbul disebabkan oleh Tujuan dari praktikum ini
dorongan auksin yang berasal dari adalah untuk melihat pengaruh 2,4-
tunas dan daun. Tunas yang sehat D dalam perkecambahan dan
pada batang adalah sumber auksin pertumbuhan akar, untuk melihat
dan merupakan faktor penting dalam bahwa sitokinin merupakan zat
perakaran (Kusumo, 2004). pengatur tumbuh yang berperan
Untuk mendukung tanaman dalam perlambatan proses
dalam pertumbuhan biasanya senescence, dan melihat pengaruh
digunakan hormon buatan (zat giberelin terhadap perkecambahan
pengatur tumbuh) yang dapat biji.

METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat konsentrasi 0,0; 0,001; 0,01; 0,1; 1,0
Praktikum mengenai Hormon dan mg/L.
Regulator Pertumbuhan pada
Tanaman dilaksanakan pada Cara Kerja
Selasa, 15 Oktober 2019 WIB di a. Uji Biologis Asam-2,4-
Laboratorium Pendidikan IV, Diklorofenoksiasetat pada
Jurusan Biologi, Fakultas Pertumbuhan Akar
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Kapas diletakkan pada masing-
Alam, Universitas Andalas, Padang. masing botol dari 6 botol. Dibuat 10
mL larutan Asam 2-4-
Alat dan Bahan Diklorofenoksiasetat dengan
Alat yang digunakan pada praktikum konsentrasi 0,0; 0,001; 0,01; 0,1;
ini adalah botol, kapas, pinset, dan 1,0; dan 10,0 mg/L. Masing-masing
cork borer. Sedangkan bahan yang botol diberi kertas label sesuai
digunakan pada praktikum ini adalah dengan konsentrasi larutan 2,4-D.
biji Cucumis sativus, daun Setelah itu, masukkan 10 mL larutan
Cinnamomum burmannii, biji 2,4-D ke masing-masing botol.
Phaseolus radiatus, larutan baku Selanjutnya, dimasukkan 5 biji
2,4-D konsentrasi 0,0; 0,001; 0,01; Cucumis sativus dalam masing-
0,1; 1,0; 10.0 mg/L, larutan kinetin masing botol. Botol disimpan dalam
konsentrasi 0,0; 0,001; 0,01; 0,1; 1,0 tempat yang gelap selama 5 hari
mg/L dan larutan giberelin (GA3) dan dilakukan pengamatan setiap
harinya untuk mengukur panjang
akar yang tumbuh pada biji Cucumis minggu perendaman baik control
sativus. Pada akhir percobaan, ukur atau pada perlakuan dengan kinetin.
panjang akar primer setiap
kecambah. Dihitung panjang rata- c. Peranan Giberelin (GA3) dalam
rata pada masing-masing perlakuan. Perkecambahan Biji Tumbuhan
Botol disediakan sebanyak 5 buah.
b. Sitokinin dan Senescence pada Dibentuk kapas sesuai dengan
Daun Tanaman permukaan botol dan dimasukkan ke
Daun Cinnamomum burmannii dalam masing-masing botol. Diambil
diambil dan dipersiapkan potongan 25 biji Phaseolus radiatus dan
daunnya menggunakan cork borer dimasukkan ke dalam masing-
masing-masing 5 potongan daun masing botol sebanyak 5 biji untuk
untuk 5 perlakuan percobaan. setiap perlakuan. Diberi larutan GA3
Disiapkan aquadest dan larutan pada masing-masing botol sesuai
kinetin dengan konsentrasi 0,0; dengan konsentrasi yang telah
0,001; 0,01; 0,1; dan 1,0 mg/L dan ditentukan. Kemudian, botol
dimasukkan ke dalam masing- disimpan ditempat gelap dan
masing botol 10 mL. Potongan daun dilakukan pemeriksaan terhadap biji
yang telah di cork borer dimasukkan setiap hari apakah telah terlihat
ke dalam masing-masing botol adanya biji yang berkecambah.
sebanyak 5 potongan. Botol ditutup Dilakukan penyiraman dengan
agar tidak terjadi interaksi dengan larutan yang sama jika terjadi
lingkungan. Diamati apa yang terjadi kekeringan.
pada warna daun tersebut selama 1

HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Uji Biologis Asam-2,4-Diklorofenoksiasetat pada Pertumbuhan Akar

Tabel 1. Panjang akar kecambah Cucumis sativus pada beberapa perlakuan


Konsentrasi Panjang akar (cm) Panjang rata-rata akar primer (cm)
2,4-D Hari ke-
1 2 3 4 5
Aquadest 1,0 1,6 2,4 3,0 3,5 2,3
0,001 0,6 1,1 2,0 2,8 3,0 1,9
0,01 0,5 2,0 2,5 4,5 6,0 3,1
0,1 0,4 1,4 2,2 2,6 3,0 1,9
1,0 0,5 0,9 1,0 1,1 1,3 1,0
10,0 0,5 0,7 0,9 1,0 1,2 0,7

Grafik 1. Panjang akar kecambah Cucumis sativus terhadap konsentrasi


4
Cucumis sativus

3
Panjang akar
kecambah

2
(cm)

1
0
Kontrol 0,001 0,01 0,1 1,0
Konsentrasi (mg/L)
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat dan pangkalnya) dan dapat bersifat
pada perlakuan kontrol panjang awal menghambat (Gardner dkk, 1991).
akar kecambah Cucumis sativus Usaha yang dilakukan untuk
yaitu 1,0 cm dan panjang akhir 3,5 membantu proses terbentuknya akar
cm, sedangkan panjang rata-rata yaitu dengan cara pemberian
akar primer yaitu 2,3 cm. Pada hormon zat pengatur tumbuh (ZPT).
perlakuan pemberian 2,4-D Zat pengatur tumbuh adalah
konsentrasi 0,001 panjang awal akar senyawa organik namun bukan
kecambah yaitu 0,6 cm dan panjang unsur hara, yang bersifat
akhir yaitu 3,0 cm, sedangkan mendukung dan menghambat dalam
panjang rata-rata akar primer yaitu proses fisiologi tanaman. Hormon
1,9 cm. Pada perlakuan pemberian yang dapat diberikan yaitu hormon
konsentrasi 2,4-D 0,01 panjang awal auksin. Auksin sangat berperan
akar kecambah yaitu 0,5 cm dan dalam proses perpanjangan sel dan
panjang akhir yaitu 6,0 cm, auksin terdapat di meristem ujung
sedangkan panjang rata-rata akar akar dan batang tumbuhan
primer yaitu 3,1. Pada perlakuan (Suprapto, 2004).
pemberian 2,4-D konsentrasi 0,1 Pemberian hormon auksin
panjang awal akar kecambah yaitu sangat berkaitan dengan tingkat
0,4 cm dan panjang akhir yaitu 3,0 konsentrasi yang diberikan. Hormon
cm, sedangkan panjang rata-rata auksin digunakan untuk merangsang
akar primer yaitu 1,0. Pada perlakan sel agar dapat menghasilkan
pemberian 2,4-D konsentrasi 1,0 pembentukan organ tumbuhan.
panjang awal kecambah yaitu 0,5 Perlakuan lama perendaman akan
cm dan panjang akhir yaitu 1,3 cm, mempengaruhi proses terjadinya
sedangkan panjang rata-rata akar osmosis larutan ke dalam sel
primer yaitu 1,0. Pada perlakuan tanaman. Semakin lama waktu
pemberian 2,4-D konsentrasi 10,0 perendaman auksin maka proses
panjang awal akar kecambah yaitu terjadinya osmosis larutan ke dalam
0,5 cm dan panjang akhir yaitu 1,2 sel semakin besar (Pamungkas dkk,
cm, sedangkan panjang rata-rata 2009).
akar primer yaitu 0,7 cm. Auksin merangsang
Auksin merupakan istilah pembentukan protein tertentu untuk
generik yang biasa digunakan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion
substansi pertumbuhan yang H+ akan keluar dan mengaktifkan
khususnya untuk merangsang enzim tertentu untuk memutuskan
pemanjangan sel, tetapi auksin juga ikatan hidrogen rantai molekul
menyebabkan suatu kisaran respon selulosa penyusun dinding sel,
pertumbuhan yang agak berbeda- sehingga sel membuka dan air
beda. Respon auksin berhubungan masuk membentuk sel memanjang.
dengan konsentrasinya. Konsentrasi Air masuk secara osmosis ke dalam
yang tinggi dapat menyebabkan sel. Air digunakan untuk
ketidaknormalan seperti epinasti mengoksidasi oksigen menguraikan
(kelainan bentuk daun yang gula menjadi energy (Campbell dkk,
disebabkan oleh pertumbuhan yang 2003).
tidak sama urat daun bagian ujung
Pemberian auksin pada dan induk perakaran. Auksin 2,4-D
tumbuhan dengan konsentrasi yang sangat efektif untuk menginduksi
tepat dapat mengaktifkan sel terbentuknya kecambah dan
berkembang lebih cepat sehingga pertumbuhan kecambah (Manuhara,
proses pemanjangan sel dapat 2014).
menumbuhkan tunas dan akar lebih Pemberian zat pengatur
cepat terbentuk. Semakin panjang tumbuh yang diaplikasikan pada
akar akan mempermudah tanaman tanaman akan memengaruhi proses
menyerap unsur hara dalam tanah fisiologi tanaman karena dapat
dan menopang tanaman agar tetap mengaktifkan fitohormon dalam
tegak. Teknis kerja auksin sangat tubuh tanaman yang dapat
aktif untuk mempercepat dan mendorong aktivitas biokimia.
memperbanyak keluarnya akar yang Fitohormonn suatu zat organik yang
berfungsi untuk penyerapan air dan aktif akan ditranslokasikan ke
unsur hara yang ada di dalam tanah. seluruh bagian tubuh sehingga akan
Akar terbentuk akibat adanya mempengaruhi proses fisiologi
pembelahan dan pemanjangan sel tanaman. Auksin yang terdapat di
dalam ujung akar (Erliandi, 2015). apical akan bergerak turun ke
Pada praktikum ini auksin daerah pemanjangan sel dan auksin
yang digunakan adalah 2,4- akan merangsang pertumbuhan sel-
Dichlorophenoxyacetic acid. 2,4-D sel tanaman. Hormon auksin
memiliki rumus molekul C8H6Cl2O3. mempunyai kemampuan untuk
2,4-D merupakan golongan auksin terjadinya pemanjangan sel pada
sintetis yang mempunyai sifat stabil pucuk, akar, pertumbuhan batang,
karena tidak mudah terurai oleh mempercepat perkecambahan,
enzim-enzim yang dikeluarkan oleh membantu proses pembelahan sel,
sel atau pemanasan pada proses dan mempercepat pemasakan buah.
sterilisasi (Hendaryono dan Proses pembentukan organ
Wijayani, 1994). tanaman dibentuk karena adanya
Hormon pertumbuhan auksin hormone auksin yang mampu
secara alami berperan dalam meningkatkan aktivitas produksi
pemanjangan batang, tropisme, enzim (Mayasari dkk, 2012).
dominansi, dominansi apikal, absisi,

b. Sitokinin dan Senescence pada Daun Tanaman

Tabel 2. Warna daun Cinnamomumm burmannii pada beberapa perlakuan


Konsentrasi Perubahan warna daun
Kinetin Hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
Aquadest Tidak Tidak Menguning Menguning Hijau di Hijau Hijau
ada ada tepi di tepi di tepi
peruba peruba coklat coklat coklat
-han -han
0,001 Tidak Tidak Menguning Menguning Kuning Hijau Hijau
ada ada kecoklat kecokl kecokl
peruba peruba -an atan atan
-han han
0,01 Tidak Tidak Menguning Menguning menguni Hijau Hijau
ada ada ng kecokl kecokl
peruba peruba atan atan
-han han
0,1 Tidak Tidak Tidak ada Menguning Hijau Hijau Hijau
ada ada perubahan di tepi di tepi
peruba peruba coklat coklat
-han han
1,0 Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Hijau Hijau Hijau
ada ada perubahan perubahan ditepi di tepi
peruba peruba coklat coklat
-han han
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat yang secara alami mempunyai
pada perlakuan kontrol daun pengaruh morfologi dan fisiologi
Cinnamomumm burmannii awalnya yang sama dengan kinetin dan
tidak mengalami perubahan warna terdapat di dalam tanaman adalah
dan pada hari ke-7 daun di bagian sitokinin (Kusumo, 1984).
tepinya bewarna coklat. Pada Sitokinin berpengaruh sangat
perlakuan pemberian kinetin luas pada proses-proses fisiologis
konsentrasi 0,001 daun awalnya tumbuhan. Sitokinin mampu
tidak mengalami perubahan warna meningkatkan sitokinesis di dalam
dan pada hari ke-7 daun bewarna sel-sel (Wilkins, 1989). Selain itu,
hijau kecoklatan. Pada perlakuan sitokinin juga berperan dalam
pemberian kinetin konsentrasi 0,01 pembentukan organ dan menunda
dau awalnya tidak mengalami penuaan daun pada berbagai jenis
perubahan warna dan pada hari ke-7 tanaman (Parnata, 2004). Proses
daun bewarna hijau kecoklatan. penundaan penuaan daun ini melalui
Pada perlakuan pemberian kinetin penghambatan perombakaan protein
konsentrasi 0,1 daun awalnya tidak pada daun. Proses penuaan terjadi
mengalami perubahan warna dan karena penguraian protein menjadi
pada hari ke-7 daun bewarna coklat asam amino oleh enzim protease,
pada bagian tepinya. Pada RNA-ase, dan DNA-ase. Adanya
perlakuan pemberian kinetin sitokinin maka kerja enzim-enzim
konsentrasi 1,0 daun pada awalnya tersebut akan dihambat sehingga
tidak mengalami perubahan warna umur protein menjadi lebih panjang
dan pada hari ke-7 daun bewarna (Santoso dan Nursandi, 2002).
coklat pada bagian tepinya. Kinetin adalah sitokinin
Sitokinin adalah senyawa- pertama kali ditemukan dan
senyawa yang berasal dari senyawa dinamakan demikian karena
yang mengandung nitrogen, yaitu kemampuannya untuk melakukan
adenine (Loveless, 1991). Beberapa promosi sitokinesis (pembelahan
sitokinin berada dalam sel semua sel). Kinetin merupakan senyawa
organisme, tetapi aktivitasnya hanya sintetik karena tidak dihasilkan oleh
dapat dideteksi pada tanaman. tanaman itu sendiri. Sitokinin telah
Sitokinin yang paling banyak ditemukan hampir di semua
digunakan adalah kinetin, BA, dan tumbuhan yang lebih tinggi serta
zeatin. Kinetin tidak pernah terdapat lumut, jamur, bakteri, dan juga di
secara alami pada tumbuhan. Zat
banyak tRNA dari prokariota dab Sitokinin - mampu
eukariota (Lindung, 2019). memperlambat penuaan daun
Sitokinin berfungsi untuk dengan cara mempertahankan
memacu pembelahan sel dalam keutuhan membran tonoplas
jaringan meristematik, merangsang sehingga proses fotosintesis
diferensiasi sel-sel yang dihasilkan tanaman tidak terganggu yang
dalam meristem, mendorong mengakibatkan aliran fotosintat tetap
pertumbuhan tunas samping, berjalan dengan baik. Sitokinin
dominansi apical dan perluasan mampu memperlambat penuaan
daun (Mahadi, 2011). Selain itu daun dengan cara mempertahankan
sitokinin juga berfungsi dalam keutuhan tonoplas. Bila tidak,
pembentukan organ dan menunda protease dari vakuola akan
penuaan daun pada berbagai jenis merembes ke sitoplasma dan
tanaman. Pemberian sitokinin menghidrolisis protein larut serta
diharapkan dapat menunda daun protein membrane kloroplas dan
dan mengurangi cekaman panas mitokondria (Salisbury dan Ross,
(Rakhmawati, 2014). 1995).
c. Peranan Giberelin (GA3) dalam Perkecambahan Biji Tumbuhan

Tabel 3. Tinggi kecambah Phaseolus radiatus pada beberapa perlakuan


Konsentrasi Tinggi kecambah (cm) Tinggi
(GA3) Hari ke- rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 kecambah
(cm)
Aquadest 2 4,3 5,0 5,5 6,8 7,9 9 5,8
0,001 1 2 5,4 8,5 15,5 18 20 10,1
0,01 0,3 1,5 4,2 8,5 10 13 15 7,5
0,1 1,2 1,3 4 18,8 20 23 25 13,3
1,0 1,5 2 5,7 10,8 15,5 25,5 27 12,6

Grafik 2. Tinggi kecambah Phaseolus radiatus terhadap konsentrasi


15
Tiggi kecambah

radiatus (cm)

10
Phaseolus

5
0
Kontrol 0,001 0,01 0,1 1,0
Konsentrasi mg/L

Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat tinggi kecambah awalnya 1 cm dan


tinggi kecambah Phaseolus radiatus pada hari ke-7 yaitu 20 cm,
pada beberapa perlakuan. Pada sedangkan tinggi rata-rata
perlakuan kontrol tinggi kecambah kecambah yaitu 10,1 cm. Pada
awalnya 2 cm dan pada hari ke-7 pemberian GA3 konsentrasi 0,01
yaitu 9 cm, sedangkan tinggi rata- tinggi kecambah awalnya 0,3 cm
rata kecambah yaitu 5,8 cm. Pada dan pada hari ke-7 yaitu 15 cm,
pemberian GA3 konsentrasi 0,001 sedangkan tinggi rata-rata
kecambah yaitu 7,5 cm. Pada yang banyak berperan dalam
pemberian GA3 konsentrasi 0,1 mempengaruhi berbagai proses
tinggi kecambah awalnya 1,2 cm fisiologi tanaman. Aplikasi
dan pada hari ke-7 yaitu 25 cm, konsentrasi GA3 yang diberikan
sedangkan tinggi rata-rata mampu memacu pertumbuhan
kecambah yaitu 13,3 cm. Pada tanaman melalui peningkatan tinggi
pemberian GA3 konsentrasi 1,0 tanaman dan luas daun. Pemberian
tinggi kecambah awalnya 1,5 cm GA3 dipengaruhi oleh konsentrasi
dan pada hari ke-7 yaitu 27 cm, yang diberikan, konsentrasi GA3
sedangkan tinggi rata-rata yang dibutuhkan oleh setiap jenis
kecambah yaitu 12,6 cm. tanaman berbeda-beda. Pemberian
Giberelin adalah zat pengatur konsentrasi GA3 yang tepat dapat
tumbuhan tumbuh yang berperan memacu pertumbuhan tanaman
merangsang perpanjangan ruas (Yasmin, 2014).
batang, terlibat dalam inisiasi Geberelin sebagai hormon
pertumbuhan buah setelah tumbuh pada tanaman yang
penyerbukan, dan juga berpengaruh terhadap sifat genetik,
meningkatkan besaran daun pembungaan, paternokarpi,
beberapa jenis tumbuhan. Respons penyinaran, mobilisasi karbohidrat,
terhadap giberelin meliputi mendukung pembentukan RNA baru
peningkatan pembelahan sel dan serta sintesis protein (Simanungkalit,
pembesaran sel. Pemberian 2011).
giberelin memberikan pengaruh Giberelin (GA3) dapat
yang nyata pada komponen mempercepat perkecambahan biji,
pertumbuhan, juga memperpanjang pertumbuhan tunas, pemanjangan
umur tanaman (Ariani dkk, 2014). batang, pertumbuhan daun,
Zat pengatur tumbuh merangsang bunga, perkembangan
merupakan senyawa organik bukan buah, mempengaruhi pertumbuhan
nutrisi yang dalam konsentrasi yang dan diferensiasi akar. GA3 mampu
rendah dapat mendorong, mempengaruhi sifat genetik dan
menghambat atau secara kualitatif proses fisiologi yang terdapat dalam
mengubah pertumbuhan dan tumbuhan selama masa
perkembangan tanaman. Salah satu perkecambahan berlangsung
zat pengatur tumbuhan yang sering (Yasmin, 2014).
digunakan adalah giberelin (GA3)

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan panjang akar primer terbesar
Berdasarkan praktikum yang telah yaitu larutan dengan konsentrasi
dilakukan mengenai Hormon dan 0,01 mg/L.
Regulator Pertumbuhan pada 2. Pada pemberian hormon sitokinin
Tanaman dapat disimpulkan: (kinetin) pada daun
1. Pada pemberian hormon auksin Cinnamomumm burmannii, daun
(Asam-2,4-Dikhlorofenoksiasetat) yang paling lama mengalami
pada biji Cucumis sativus, senescence (penuaan) yaitu daun
kecambah yang memiliki rata-rata
yang diberi larutan kinetin Saran
konsentrasi 1,0 mg/L. Berdasarkan praktikum yang telah
3. Pada pemberian hormon giberelin dilakukan mengenai Hormon dan
(GA3) pada biji Phaseolus Regulator Pertumbuhan pada
radiatus, kecambah yang memiliki Tanaman saran yang dapat
tinggi rata-rata kecambah diberikan, yaitu lakukan pengamatan
terbesar yaitu yang diberi larutan secara rutin agar data yang
GA3 konsentrasi 1,0 mg/L. didapatkan lebih jelas dan hasil yang
didapatkan maksimal dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, E., F.Y. Wicaksono, A.W. Harianto, B. 2007. Cara Praktis
Irwan, T. Nurmala dan Y. Membuat Kompos. Jakarta:
Yuwariah. 2015. Pengaruh Agro Media Pustaka.
Berbagai Pengaturan Jarak Hartman, H.T. dan D.E. Kester.
Tanam dan Konsentrasi 2008. Plant Propagation.
Giberelin (GA3) terhadap London: Hall International
Pertumbuhan dan Hasil Inc.
Tanaman Gandum. Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan.
Jatinangor: Agric. Jakarta: Raja Grafindo
Campbell, N.A., J.B. Reece dan L.G. Persada.
Mitchell. 2003. Biologi. Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani.
Jakarta: Erlangga. 1994. Teknik Kultur Jaringan
Darmanti, S. 2009. Kuliah Umum Perbanyakan dan Petunjuk
Fisiologi Tumbuhan Perbanyakan Tanamn
Semester III Fakultas Sains Secara Vegetatif.
dan Matematika (FSM). Yogyakarta: Kasinus.
Semarang: Universitas Irnaningtyas. 2015. Biologi untuk
Diponegoro. SMA/MA. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro, D. 2004. Pengantar Kusumo, S. 2004. Zat Pengatur
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Tumbuh Tanaman. Jakarta:
PT Gramedia. Yasaguna.
Erliandi. 2015. Pengaruh Kompos Kusumo. 1984. Zat Pengatur
Media Tanaman dan Lama Tumbuh. Jakarta: Yasaguna.
Perendaman Auksin pada Lindung. 2019. Teknologi Aplikasi
Bibit Tebu Teknik Bud Chip. Zat Pengatur Tumbuhan.
Gardner, F.P, R.B. Perce dan R.L Jambi: BPP.
Mitchel. 1991. Fisiologi Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip
Tanaman Budidaya. Jakarta: Biologi Tumbuhan untuk
Penerbit Universitas Daerah Tropik. Jakarta: PT
Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
Gomez, K.A.A. 1995. Prosedur Mahadi, I. 2011. Pematahan
Statistik untuk Penelitian Dormansi Biji Kenerak
Pertanian. Jakarta: Penerbit menggunakan Hormon 2,4-D
Universitas Indonesia. dan BAP Secara
Mikropropagasi.
Manuhara Y.S.W. 2014. Kapita Bibit Bulbil Tanaman Poran.
Selekta Kultur Jaringan Surabaya: UPNV Jawa
Tumbuhan. Surabaya: Timur.
Universitas Airlangga Press. Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995.
Mayasari, E., L.S. Budipramana dan Fisiologi Tumbuhan.
Y.S. Rahayu. 2012. Bandung: Institut Teknologi
Pengaruh Pemberian Filtrat Bandung.
Bawang Merah dengan Santoso, U dan Nursandi, F. 2002.
Berbagai Konsentrasi dan Kultur Jaringan Tanaman.
Rootone-F terhadap Malang: UMM Press.
Pertumbuhan Stek Batang Simanungkalit, R.E. 2011.
Tanaman Jambu Biji Peningkatan Mutu dan Hasil
(Psidium guajava). Surabaya: Tanaman Tomat dengan
Universitas Negeri Surabaya. Pemberian Hormon GA3.
Nurmasari dan Djumali, 2012. Medan: Universitas Sumatera
Respon Tanaman Jarak Utara.
Pagar (Jatropa curcas) Suprapto, A. 2004. Zat Pengatur
terhadap Lima Dosis Zat Tumbuh Penting
Pengatur Tumbuh (ZPT) Meningkatkan Mutu Stek
Asam Naftalen Asetat (NAA). Tanaman. Magelang:
Pamungkas, F.T., Darmanti dan B. Universitas Tidar Magelang.
Raharjo. 2009. Pengaruh Wayan, Wiraatmaja. 2017. Zat
Konsentrasi dan Lama Pengatur Tumbuhan Auksin
Perendaman dalam dan Cara Penggunaannya
Supernatan Kultur Bacillus dalam Bidang Pertanian. Bali:
sp. terhadap Pertumbuhan Universitas Udayana.
Stekk Horizontal Batang Wilkins, C.P. 1989 Tissue Culture
Jarak Pagar. Semarang: Propagation of Temperate
Universitas Diponegoro. Fruit Trees.
Parnata, A. 2004. Pupuk Organik Yasmin. 2014. Pengaruh Perbedaan
Cair. Jakarta: Agromedia Waktu Aplikasi dan
Pustaka. Konsentrasi GA3 terhadap
Rakhmawati, D.A. 2014. Kajian Pertumbuhan dan Hasil
Sitokinin terhadap Tanaman Cabai Besar
Pertumbuhan dan (Capsicum annum).
Perkembangan Dua Sumber
LAMPIRAN

Gambar 1. kecambah Cucumis Gambar 3. kecambah Phaseolus


sativus radiatus

Gambar 2. daun Cinnamomumm


burmannii
LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai