FADILLA HEFZI
1810422055
5B
Fadilahefzi@gmail.com
ABSTRAK
Praktikum mengenai Hormon dan Regulator Pertumbuhan pada Tanaman dilaksanakan
pada Selasa, 15 Oktober 2019 di Laboratorium Pendidikan IV, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Praktikum ini
bertujuan untuk melihat pengaruh 2,4-D dalam perkecambahan dan pertumbuhan akar,
untuk melihat bahwa sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang berperan dalam
perlambatan proses senescence, dan melihat pengaruh giberelin terhadap
perkecambahan biji. Pada praktikum ini hormon auksin yang digunakan yaitu 2,4-D
konsentrasi 0,001; 0,01; 0,1; 1,0; dan 10,0 mg/L. Hormon sitokinin yang digunakan yaitu
kinetin konsentrasi 0,001; 0,01; 0,1; dan 1,0 mg/L. Sedangkan, hormon giberelin yang
digunakan yaitu GA3 konsentrasi 0,001; 0,01; 0,1; dan 1,0 mg/L. Pada pemberian
hormon auksin akar kecambah yang paling panjang adalah kecambah yang diberi larutan
2,4-D konsentrasi 0,1 mg/L. Pada pemberian hormon sitokinin, daun yang paling lambat
mengalami senescence adalah daun yang diberi larutan kinetin konsentrasi 1,0 mg/L.
Pada pemberian hormon giberelin, kecambah yang paling tinggi adalah kecambah yang
diberi larutan GA3 konsentrasi 1,0 mg/L.
PENDAHULUAN
Tumbuhan mengalami pertumbuhan (eksternal). Faktor internal dapat
dan perkembangan selama proses berupa gen dan hormon, sedangkan
kehidupannya. Pertumbuhan dan faktor luar berupa air, derajat
perkembangan tersebut diawali dari keasaman (pH), nutrisi, kadar
biji. Biji merupakan hasil pembuahan garam, oksigen, cahaya, suhu,
antara spermatozoid dengan ovum kelembapan, gravitasi, dan sentuhan
yang tumbuh menjadi zigot. Zigot (Hartman dan Kester, 2008).
kemudian tumbuh menjadi embrio. Salah satu faktor yang dapat
Selanjutnya, embrio tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan dan
berkecambah dan menghasilkan perkembangan tumbuhan adalah
individu muda. Selama proses hormon. Hormon pada tumbuhan
perkecambahan tersebut, sel-sel disebut fitohormon yang merupakan
embrio membelah. Proses ini zat pengatur dan dihasilkan oleh
menghasilkan banyak sel dengan tumbuhan yang dalam konsentrasi
bentuk, fungsi, letak, struktur, dan rendah untuk mengatur proses-
susunan biokimia yang berbeda- proses fisiologi dalam tubuh
beda (Irnaningtyas, 2015). tumbuhan. Sedangkan zat pengatur
Kecepatan pertumbuhan dan tumbuhan merupakan senyawa-
perkembangan organisme berbeda- senyawa organik selain nutrisi, baik
beda dan sangat ditentukan oleh yang dihasilkan oleh tumbuhan itu
factor-faktor pendukung, baik yang sendiri maupun senyawa-senyawa
berasal dari dalam tubuh (faktor kimia sintetik yang dalam jumlah
internal) maupun dari luar tubuh kecil memacu, menghambat atau
sebaliknya mengubah beberapa tumbuhan (ZPT) dapat menstimulir
proses fisiologis dalam tumbuhan pertumbuhan tanaman dan dalam
(Gomez, 1995). jumlah yang besar zat pengatur
Hormon pada tumbuhan atau tumbuh (ZPT) justru menghambat
fitohormon imbas oleh diketahuinya pertumbuhan (Heddy, 1996).
hormon pada hewan dan manusia, Zat pengatur tumbuh (ZPT)
yaitu suatu senyawa yang disintesis yang masuk ke dalam sel tanaman
paa bagian tubuh tertentu, dan dapat akan menimbulkan berbagai reaksi.
ditranspor melalui sistem aliran Masuknya zat pengatur tumbuh dari
darah ke bagian tubuh yang lain luar menyebabkan sel tanaman
untuk mengatur respon fisiologis di menstimulasi terjadinya pompa ion
tempat itu. Hormon tumbuhan H+ ke bagian dinding sel. Kondisi ini
merupakan senyawa organik yang menyebabkan beberapa enzim
disintesis di salah satu bagian menjadi aktif, salah satunya adalah
tumbuhan dan dapat dipindahkan ke enzim pectin metilase yang berperan
bagian tumbuhan yang lain, dan dalam memecah ikatan antara pectin
pada konsentrasi yang sangat dan ion Ca2+, sehingga dinding sel
rendah mampu menimbulkan suatu menjadi lentur dan mengalami
respon fisiologis. Orang yang elongasi. Air yang masuk ke dalam
pertama kali memperkenalkan istilah sel tanaman menyebabkan sel-sel
hormon dalam fisiologi tumbuhan tersebut membentang sehingga
yaitu Fitting pada tahun 1910, dan berdampak pada pertumbuhan
sejak saat itu istilah hormon terus sekunder tanaman tersebut seperti
digunakan unutk memberi batasan pertambahan jumlah dan ukuran sel
senyawa organik khusus yang (Darmanti, 2009).
terdapat secara alami dengan fungsi Setiap jenis fitohormon
pengaturan dalam tumbuhan mempunyai pengaruh yang khas,
(Wayan, 2017). namun di dalam tanaman terdapat
Hormon adalah molekul- berbagai jenis fitohormon sehingga
molekul yang kegiatannya mengatur responnya sangat kompleks. Selain
reaksi-reaksi metabolik penting. itu, setiap fitohormon dapat memberi
Molekul-molekul tersebut dibentuk di respon terhadap berbagai organ
dalam organisme dengan proses tumbuhan dan respon tersebut
metabolik dan tidak berfungsi di tergantung dari spesies tanaman,
dalam nutrisi (Harianto, 2007). respon terhadap bagian tumbuhan,
Hormon pada tanaman dapat fase perkembangan, konsentrasi,
diartikan secara luas, baik yang interaksi antara fitohormon, dan
buatan maupun yang asli serta yang lingkungan. Oleh karena itu, efek
mendorong atau menghambat hormon tidak berlaku secara umum
pertumbuhan (Kusumo, 2004). terhadap pertumbuhan dan
Zat pengatur tumbuh (ZPT) perkembangan suatu organ atau
merupakan senyawa yang diberikan jaringan tumbuhan tertentu. Hal ini
ke tanaman sebagai suplemen untuk sesuai dengan konsep seorang ahli
meningkatkan proses pembelahan fisiologi tumbuhan yaitu Sach, yang
sel agar lebih aktif lagi. Dalam menyatakan bahwa jaringan yang
jumlah yang kecil zat pengatur berbeda akan memberikan respon
yang berbeda terhadap zat kimia diartikan sebagai senyawa yang
yang sama (Wayan, 2017). dapat mempengaruhi proses fisiologi
Secara umum hormon atau tanaman, pengaruhnya dapat
zat pengatur tumbuh dapat dibagi mendorong atau menghambat
dalam tiga kelompok penting, yaitu proses fisiologi dari tanaman. Proses
auksin, sitokinin, dan giberelin. pertumbuhan dan perkembangan
Auksin dapat disusun di jaringan tanaman dapat berhasil dengan baik
meristem di dalam ujung-ujung jika pemberian hormon ini sesuai
tanaman seperti pucuk, kuncup dengan respon tanaman tersebut
bunga, tunas daun, dan lain-lainnya terhadap hormon yang digunakan
(Dwijoseputro, 2004). Perakaran (Nurmasari dan Djumali, 2012).
yang timbul disebabkan oleh Tujuan dari praktikum ini
dorongan auksin yang berasal dari adalah untuk melihat pengaruh 2,4-
tunas dan daun. Tunas yang sehat D dalam perkecambahan dan
pada batang adalah sumber auksin pertumbuhan akar, untuk melihat
dan merupakan faktor penting dalam bahwa sitokinin merupakan zat
perakaran (Kusumo, 2004). pengatur tumbuh yang berperan
Untuk mendukung tanaman dalam perlambatan proses
dalam pertumbuhan biasanya senescence, dan melihat pengaruh
digunakan hormon buatan (zat giberelin terhadap perkecambahan
pengatur tumbuh) yang dapat biji.
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat konsentrasi 0,0; 0,001; 0,01; 0,1; 1,0
Praktikum mengenai Hormon dan mg/L.
Regulator Pertumbuhan pada
Tanaman dilaksanakan pada Cara Kerja
Selasa, 15 Oktober 2019 WIB di a. Uji Biologis Asam-2,4-
Laboratorium Pendidikan IV, Diklorofenoksiasetat pada
Jurusan Biologi, Fakultas Pertumbuhan Akar
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Kapas diletakkan pada masing-
Alam, Universitas Andalas, Padang. masing botol dari 6 botol. Dibuat 10
mL larutan Asam 2-4-
Alat dan Bahan Diklorofenoksiasetat dengan
Alat yang digunakan pada praktikum konsentrasi 0,0; 0,001; 0,01; 0,1;
ini adalah botol, kapas, pinset, dan 1,0; dan 10,0 mg/L. Masing-masing
cork borer. Sedangkan bahan yang botol diberi kertas label sesuai
digunakan pada praktikum ini adalah dengan konsentrasi larutan 2,4-D.
biji Cucumis sativus, daun Setelah itu, masukkan 10 mL larutan
Cinnamomum burmannii, biji 2,4-D ke masing-masing botol.
Phaseolus radiatus, larutan baku Selanjutnya, dimasukkan 5 biji
2,4-D konsentrasi 0,0; 0,001; 0,01; Cucumis sativus dalam masing-
0,1; 1,0; 10.0 mg/L, larutan kinetin masing botol. Botol disimpan dalam
konsentrasi 0,0; 0,001; 0,01; 0,1; 1,0 tempat yang gelap selama 5 hari
mg/L dan larutan giberelin (GA3) dan dilakukan pengamatan setiap
harinya untuk mengukur panjang
akar yang tumbuh pada biji Cucumis minggu perendaman baik control
sativus. Pada akhir percobaan, ukur atau pada perlakuan dengan kinetin.
panjang akar primer setiap
kecambah. Dihitung panjang rata- c. Peranan Giberelin (GA3) dalam
rata pada masing-masing perlakuan. Perkecambahan Biji Tumbuhan
Botol disediakan sebanyak 5 buah.
b. Sitokinin dan Senescence pada Dibentuk kapas sesuai dengan
Daun Tanaman permukaan botol dan dimasukkan ke
Daun Cinnamomum burmannii dalam masing-masing botol. Diambil
diambil dan dipersiapkan potongan 25 biji Phaseolus radiatus dan
daunnya menggunakan cork borer dimasukkan ke dalam masing-
masing-masing 5 potongan daun masing botol sebanyak 5 biji untuk
untuk 5 perlakuan percobaan. setiap perlakuan. Diberi larutan GA3
Disiapkan aquadest dan larutan pada masing-masing botol sesuai
kinetin dengan konsentrasi 0,0; dengan konsentrasi yang telah
0,001; 0,01; 0,1; dan 1,0 mg/L dan ditentukan. Kemudian, botol
dimasukkan ke dalam masing- disimpan ditempat gelap dan
masing botol 10 mL. Potongan daun dilakukan pemeriksaan terhadap biji
yang telah di cork borer dimasukkan setiap hari apakah telah terlihat
ke dalam masing-masing botol adanya biji yang berkecambah.
sebanyak 5 potongan. Botol ditutup Dilakukan penyiraman dengan
agar tidak terjadi interaksi dengan larutan yang sama jika terjadi
lingkungan. Diamati apa yang terjadi kekeringan.
pada warna daun tersebut selama 1
3
Panjang akar
kecambah
2
(cm)
1
0
Kontrol 0,001 0,01 0,1 1,0
Konsentrasi (mg/L)
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat dan pangkalnya) dan dapat bersifat
pada perlakuan kontrol panjang awal menghambat (Gardner dkk, 1991).
akar kecambah Cucumis sativus Usaha yang dilakukan untuk
yaitu 1,0 cm dan panjang akhir 3,5 membantu proses terbentuknya akar
cm, sedangkan panjang rata-rata yaitu dengan cara pemberian
akar primer yaitu 2,3 cm. Pada hormon zat pengatur tumbuh (ZPT).
perlakuan pemberian 2,4-D Zat pengatur tumbuh adalah
konsentrasi 0,001 panjang awal akar senyawa organik namun bukan
kecambah yaitu 0,6 cm dan panjang unsur hara, yang bersifat
akhir yaitu 3,0 cm, sedangkan mendukung dan menghambat dalam
panjang rata-rata akar primer yaitu proses fisiologi tanaman. Hormon
1,9 cm. Pada perlakuan pemberian yang dapat diberikan yaitu hormon
konsentrasi 2,4-D 0,01 panjang awal auksin. Auksin sangat berperan
akar kecambah yaitu 0,5 cm dan dalam proses perpanjangan sel dan
panjang akhir yaitu 6,0 cm, auksin terdapat di meristem ujung
sedangkan panjang rata-rata akar akar dan batang tumbuhan
primer yaitu 3,1. Pada perlakuan (Suprapto, 2004).
pemberian 2,4-D konsentrasi 0,1 Pemberian hormon auksin
panjang awal akar kecambah yaitu sangat berkaitan dengan tingkat
0,4 cm dan panjang akhir yaitu 3,0 konsentrasi yang diberikan. Hormon
cm, sedangkan panjang rata-rata auksin digunakan untuk merangsang
akar primer yaitu 1,0. Pada perlakan sel agar dapat menghasilkan
pemberian 2,4-D konsentrasi 1,0 pembentukan organ tumbuhan.
panjang awal kecambah yaitu 0,5 Perlakuan lama perendaman akan
cm dan panjang akhir yaitu 1,3 cm, mempengaruhi proses terjadinya
sedangkan panjang rata-rata akar osmosis larutan ke dalam sel
primer yaitu 1,0. Pada perlakuan tanaman. Semakin lama waktu
pemberian 2,4-D konsentrasi 10,0 perendaman auksin maka proses
panjang awal akar kecambah yaitu terjadinya osmosis larutan ke dalam
0,5 cm dan panjang akhir yaitu 1,2 sel semakin besar (Pamungkas dkk,
cm, sedangkan panjang rata-rata 2009).
akar primer yaitu 0,7 cm. Auksin merangsang
Auksin merupakan istilah pembentukan protein tertentu untuk
generik yang biasa digunakan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion
substansi pertumbuhan yang H+ akan keluar dan mengaktifkan
khususnya untuk merangsang enzim tertentu untuk memutuskan
pemanjangan sel, tetapi auksin juga ikatan hidrogen rantai molekul
menyebabkan suatu kisaran respon selulosa penyusun dinding sel,
pertumbuhan yang agak berbeda- sehingga sel membuka dan air
beda. Respon auksin berhubungan masuk membentuk sel memanjang.
dengan konsentrasinya. Konsentrasi Air masuk secara osmosis ke dalam
yang tinggi dapat menyebabkan sel. Air digunakan untuk
ketidaknormalan seperti epinasti mengoksidasi oksigen menguraikan
(kelainan bentuk daun yang gula menjadi energy (Campbell dkk,
disebabkan oleh pertumbuhan yang 2003).
tidak sama urat daun bagian ujung
Pemberian auksin pada dan induk perakaran. Auksin 2,4-D
tumbuhan dengan konsentrasi yang sangat efektif untuk menginduksi
tepat dapat mengaktifkan sel terbentuknya kecambah dan
berkembang lebih cepat sehingga pertumbuhan kecambah (Manuhara,
proses pemanjangan sel dapat 2014).
menumbuhkan tunas dan akar lebih Pemberian zat pengatur
cepat terbentuk. Semakin panjang tumbuh yang diaplikasikan pada
akar akan mempermudah tanaman tanaman akan memengaruhi proses
menyerap unsur hara dalam tanah fisiologi tanaman karena dapat
dan menopang tanaman agar tetap mengaktifkan fitohormon dalam
tegak. Teknis kerja auksin sangat tubuh tanaman yang dapat
aktif untuk mempercepat dan mendorong aktivitas biokimia.
memperbanyak keluarnya akar yang Fitohormonn suatu zat organik yang
berfungsi untuk penyerapan air dan aktif akan ditranslokasikan ke
unsur hara yang ada di dalam tanah. seluruh bagian tubuh sehingga akan
Akar terbentuk akibat adanya mempengaruhi proses fisiologi
pembelahan dan pemanjangan sel tanaman. Auksin yang terdapat di
dalam ujung akar (Erliandi, 2015). apical akan bergerak turun ke
Pada praktikum ini auksin daerah pemanjangan sel dan auksin
yang digunakan adalah 2,4- akan merangsang pertumbuhan sel-
Dichlorophenoxyacetic acid. 2,4-D sel tanaman. Hormon auksin
memiliki rumus molekul C8H6Cl2O3. mempunyai kemampuan untuk
2,4-D merupakan golongan auksin terjadinya pemanjangan sel pada
sintetis yang mempunyai sifat stabil pucuk, akar, pertumbuhan batang,
karena tidak mudah terurai oleh mempercepat perkecambahan,
enzim-enzim yang dikeluarkan oleh membantu proses pembelahan sel,
sel atau pemanasan pada proses dan mempercepat pemasakan buah.
sterilisasi (Hendaryono dan Proses pembentukan organ
Wijayani, 1994). tanaman dibentuk karena adanya
Hormon pertumbuhan auksin hormone auksin yang mampu
secara alami berperan dalam meningkatkan aktivitas produksi
pemanjangan batang, tropisme, enzim (Mayasari dkk, 2012).
dominansi, dominansi apikal, absisi,
radiatus (cm)
10
Phaseolus
5
0
Kontrol 0,001 0,01 0,1 1,0
Konsentrasi mg/L