Anda di halaman 1dari 10

Tugas review

Fisiologi Tumbuhan

HORMON PERTUMBUHAN TANAMAN

Oleh:

Nama : Vebiola Juli Ada


Nim : G011191067
Kelas : Fisiologi Tumbuhan G

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTRKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hormon tumbuhan merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien),


baik yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu
menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong,
menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis)
tumbuhan. Hormon tumbuhan tidak dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar
buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya
meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon
tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan dapat ditranslokasi
melalui sitoplasma atau ruang antarsel. Hormon tumbuhan dihasilkan sendiri oleh individu
yang bersangkutan (endogen).

Hormon tumbuhan adalah suatu zat yang dalam jumlah sangat kecil tapi mampu
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hormon tersebut tidak ikut di dalam proses
metabolisme.  Berbeda dengan unsur hara atau zat makanan bagi tumbuhan adalah suatu zat
yang mempengaruhi pertumbuhan dan ikut/menjadi bagian/komponen produk yang
dihasilkan.  Oleh sebab itulah hormon dapat berpengaruh walaupun dalam jumlah yang
sedikit.  Secara alamiah setiap tumbuhan mempunyai kandungan hormon dalam komposisi
dan konsentrasi yang berbeda-beda sesuai dengan karakter gen dari masing-masing jenis.
Secara garis besar hormon dikelompokkan menjadi 3 kelompok hormon yaitu

1. Sitokinin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi utama mensupport


pertumbuhan tunas. Sumber dihasilkan hormon sitokinin adalah diujung akar.
2. Auksin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi utama mensupport
pertumbuhan akar. Sumber dihasilkannya auksin adalah diujung tunas.
3. Giberelin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi pembungaan dan
pembuahan. Sumber dihasilkannya adalah di daun dan buah. 

Hal yang perlu diingat adalah bahwa konsentrasi optimal hormon adalah konsentrasi
optimal yang terjadi pada daerah target. Daerah target yang dimaksud adalah daerah
perakaran dan daerah pertunasan. Tercapainya tujuan pemberian hormon tidak hanya
tergantung  pada tercapainya konsentrasi optimal pada daerah target/sel target, tapi juga
ditentukan oleh kandungan hormon endogen dari tumbuhan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh penggunaan media dengan hormon tumbuh NAA-BAP
terhadap pertumbuhan dan pembentukan kalus?
2. Bagaimana pengaruh pemberian hormon giberelin terhadap pembungaan 3 jenis
tanaman soka?
3. Bagaimana propagasi in vrito anggrek terhadap pemberian hormon IBA dan
KINETIN?
4. Bagaimana pertumbuhan bibit kopi terhadap respon pemberian macam dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh?
5. Bagaimana respon pertumbuhan awal stek batang buah naga terhadap ZPT
hormon tanaman?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh penggunaan media dengan hormon tumbuh NAA-BAP
terhadap pertumbuhan dan pembentukan kalus.
2. Mengetahui pengaruh pemberian hormon giberelin terhadap pembungaan 3 jenis
tanaman soka.
3. Mengetahui propagasi in vrito anggrek terhadap pemberian hormon IBA dan
KINETIN.
4. Mengetahui pertumbuhan bibit kopi terhadap respon pemberian macam dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh.
5. Mengetahui respon pertumbuhan awal stek batang buah naga terhadap ZPT
hormon tanaman.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Penggunaan Media Dengan Hormon Tumbuh NAA-BAP Terhadap


Pertumbuhan Dan Pembentukan Kalus
Metode Kultur Jaringan Tanaman adalah suatu metode yang banyak dipakai untuk
memproduksi tanaman dan atau metabolit sekunder tanaman dengan waktu relatif singkat dan
mudah yang memiliki sifat fisiologi dan morfologi yang sama persis dengan tanaman
induknya dengan cara meletakkan suatu sel atau jaringan tanaman yang disebut eksplan
secara aseptik dan Pengaruh Jenis Media Dengan Hormon Tumbuh Naa-Bap Terhadap
Pertumbuhan Dan Kandungan Flavonoid Kalus Daun Echinaceae Purpurea (L.)Moench
dipelihara dalam suatu media baik media padat maupun cair yang cocok dalam keadaan steril.
Keberhasilan dalam budidaya tanaman secara kultur jaringan berkaitan dengan media
tempat tumbuh tanaman tersebut, maka dari itu media memegang peranan penting dalam
proses pertumbuhan tanaman, karena media merupakan tempat bagi jaringan untuk tumbuh
dan mengambil nutrisi untuk keberlangsungan kehidupan jaringan. Media menyediakan
berbagai bahan yang di perlukan jaringan untuk hidup, tidak hanya unsur hara, makro dan
mikro, tetapi juga karbohidrat yang pada umumnya berupa gula untuk menggantikan carbon
yang biasanya di peroleh dari proses fotosintetsis.
Hormon tumbuh yang efektif pada kultur jaringan untuk pertumbuhan kalus yakni
kombinasi antara auksin dan sitokinin karena hormon auksin berguna untuk meransang
perpanjangan sel dan pembentukan kalus sedangkan sitokinin berguna untuk meransang
pembelahan sel. Hormon auksin yang sering di gunakan adalah Napthalene Acetic Acid
( NAA) dan hormon sitokinin yang sring digunakan adalah Benzyl Amino Purin ( BAP ).
Penelitian terhadap komposisi hormon tumbuh kombinasi auksin sitokinin terhadap
pertumbuhan kalus sudah pernah di lakukan dan memberikan hasil kombinasi terbaik
terhadap pembentukan kalus sebesar 1 mg/ L.

Pada kegiatan ini di dapatkan hasil:

Media memang memegang peranan penting dalam proses terbentuknya kalus, terlihat
bahwa 3 jenis media yang digunakan yaitu media MS, ½ MS, dan media Gamborg
menghasilkan presentasi yang berbeda. Pada penelitian ini prosentase pembentukan kalus
daun E.purpurea (L.) Moench terbaik terjadi pada hormon ½ MS. Gejala pertumbuhan kalus
terlihat dari mulai timbulnya tonjolan-tonjolan putih yang tidak teratur pada bekas irisan
daun. setiap jenis media menunjukkan luas area yang berbeda-beda, hal in berarti besarnya
kandungan flavonoid pada masing-masing media berbeda semakin luas areanya maka,
semakin besar kadar flavonoidnya, hasil luas area terbesar di tunjukkan oleh media ½ MS
berarti kalus yang di hasilkan pada eksplan dengan media ½ MS memiliki kandungan
flavonoid yang lebih besar dibanding media yang lain.

B. Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin Terhadap Pembungaan 3 Jenis


Tanaman Soka
Soka (Ixora coccinea L.) merupakan salah satu tanaman hias yang berbatang perdu
dengan percabangan yang banyak. Sebagai tanaman hias, soka mempunyai keistimewaan
yaitu bunganya yang elok dan warnanya yang bermacam-macam seperti merah, kuning,
jingga, merah muda dan putih. ada beberapa faktor yang berperan dengan induksi
pembungaan. Faktor pertama yaitu faktor eksternal meliputi suhu, stress air dan panjang hari.
Faktor kedua yaitu faktor internal meliputi kandungan nitrogen, karbohidrat, asam amino dan
hormon, serta faktor ketiga yaitu faktor manipulasi oleh manusia seperti pemangkasan,
pengeringan, pemangkasan akar, pelengkungan cabang, pengeringan dan pemberian ZPT.
Tanaman secara alamiah sudah mengandung hormon pertumbuhan yang disebut
hormon endogen. Namun, hormon ini kurang optimum mempengaruhi proses pertumbuhan
vegetatif dan reproduktif tanaman. Penambahan ZPT secara eksogen sering kali dilakukan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman misalnya giberelin
yang mampu mempercepat pertumbuhan dan pembungaan (Abidin, 1985). Penambahan ZPT
secara eksogen sering kali dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif dan
reproduktif tanaman. salah satu jenis GA yang mampu memacu pertumbuhan dan
pembungaan tanaman (meningkatkan pembungaan dan memperkecil kerontokan bunga)
adalah GA3 yang mampu meningkatkan aktivitas pertumbuhan tanaman mustard (tanaman
sawi) dalam hal pemanjangan batang, peningkatan berat kering, dan jumlah biji.

Pada kegiatan tersebut di dapatkan hasil:

Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan jenis
tanaman dengan konsentrasi giberelin terhadap tinggi tanaman soka, jumlah daun soka,
jumlah cabang soka. Namun adanya interaksi perlakuan jenis tanaman dengan konsentrasi
giberelin terhadap diameter tajuk tanaman soka. Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak
terdapat interaksi antara perlakuan jenis tanaman dengan konsentrasi giberelin terhadap luas
daun. Namun perlakuan jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap luas daun pada umur 70
HST. Variabel tanaman soka yang terjadi interaksi yaitu pada diameter tajuk tanaman, jumlah
anak bunga dan diameter bunga.

C. Propagasi In Vrito Anggrek Terhadap Pemberian Hormon IBA Dan KINETIN


Kehadiran ZPT sangat nyata pengaruhnya bagi pertumbuhan tanaman. Dimana pada
konsentrasi yang tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dari eksplan. g. Menurut Sodikin
(2005) bahwa di dalam tubuh tumbuhan terdapat hormon tumbuh yaitu senyawa organic yang
jumlahnya hanya sedikit sehingga diperlukan penambahan hormone dari luar.Maka dalam
penelitian ini ZPT berupa IBA dan Kinetin sangat berperan dalam persentase hidup
eksplan.Sepertiyang dikemukakan oleh Hendaryono dan Wijayani (1994) yaitu, beberapa
jenis anggrek membutuhkan ZPT untuk memacu pertumbuhan dan perkembangannya
sehinggaZPT sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi pertumbuhan dan
diferensiasi tanaman secarain vitro.
Berdasarkan hasil analisis dinyatakan bahwa pemberian Kinetin mempengaruhi
jumlah tunas sedangkan pemberian IBA tidak berpengaruh nyata pada jumlah tunas,akan
tetapi hasil interaksi antara kedua ZPT menunjukkan berpengaruh nyata terhadap jumlah
tunas. Hal tersebut karena pemberian kadar IBA dan Kinetin dalam konsentrasi yang
seimbang menghasilkan jumlah tunas sedikit.Sedangkan kadar IBA yang diberikan terlalu
tinggi dapat menekan jumlah tunas terbentuk, karena sifat auksin yang dapat menghambat
pembentukan tunas. Pemberian IBA dengan konsentrasi 0,5 dengan tanpa pemeberian
Kinetin menunjukkan hasil terbaik untuk menghasilkan jumlah akar pada eksplan anggrek.
Hal tersebut karena fungsi IBA adalah untuk mengiduksi pertambahan jumlah akar. Secara
umum auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pelonggaran dan
pelenturan dinding sel.

D. Pertumbuhan Bibit Kopi Terhadap Respon Pemberian Macam Dan


Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik non-nutrisi yang apabila diberikan
dalam jumlah sedikit sudah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Meski demikian
setiap tanaman memiliki respon yang berbeda terhadap jenis dan komposisi ZPT yang
diberikan. Salah satu komposisi yang dapat diberikan yakni auksin dan sitokinin. Pada
presentase tinggi tanaman dipengaruhi oleh auksin yang berpengaruh juga dalam
pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar,
perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme, dan pembelahan sel
yang merupakan proses fisiologis dari pertumbuhan dan perkembangan sel. Auksin akan
mudah rusak apabila terkena terik cahaya matahari. Auksin juga berperan mengaktifkan
enzim-enzim yang berperan dalam pembuatan komponen sel sehingga begitu mulai terjadi
pembelahan sel, naka auksin akan merangsang pembentukan sel-sel dengan cepat.
E. Respon Pertumbuhan Awal Stek Batang Buah Naga Terhadap ZPT Hormon
Tanaman
Salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan bibit stek buah naga adalah dengan
penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT). Dewasa ini secara luas diakui bahwa zat pengatur
tumbuh (ZPT) memiliki peran pengendalian yang sangat penting dalam dunia tumbuhan.
Kini, ZPT tanaman digunakan secara luas di dunia pertanian untuk berbagai tujuan,
diantaranya penundaan atau percepatan pematangan buah, perangsangan perakaran,
peningkatan peluruhan daun atau pentil buah, pengendalian ukuran organ dan lain-lain.
Dalam proses pertumbuhan bibit tanaman, salah satu juga faktor yang bisa mempengaruhi
adalah media tanam. penggunaan media tanam yang tepat untuk tanaman dapat memberikan
kondisi lingkungan yang optimal bagi pertimbuhan bibit tanaman. Media merupakan salah
satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembibitan stek.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
pemberian ZPT hormon tanaman unggul terhadap pertumbuhan awal setek buah naga
(Hylocereus costaricensis) tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yaitu waktu
muncul tunas, panjang tunas, jumlah tunas dan lingkar tunas. Tidak berpengaruhnya
perlakuan pemberian ZPT hormon tanaman unggul (hantu) diduga karena ZPT hormon
tanaman unggul dengan konsentrasi yang diberikan masih belum mampu untuk merangsang
pertumbuhan akar, karena dalam pertumbuhan akar diperlukan hormon yang berperan dalam
pembentukan akar.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil review maka dapat disimpulkan bahwa hormon tumbuhan adalah suatu
zat yang dalam jumlah sangat kecil tapi mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
hormon tersebut tidak ikut di dalam proses metabolisme.  Secara garis besar hormon dapat di
bagi menjadi 3 garis besar yaitu: Sitokinin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi
utama mensupport pertumbuhan tunas. Auksin, adalah kelompok hormon yang mempunyai
fungsi utama mensuport pertumbuhan akar. Giberelin, adalah kelompok hormon yang
mempunyai fungsi pembungaan dan pembuahan.
Terdapat interaksi pada variabel pengamatan diameter tajuk tanaman, jumlah anak bunga
dan diameter bunga perlakuan konsentrasi giberelin GA3. Pemberian ZPT IBA dan Kinetin
memberikan pengaruh nyata terhadap persentase hidup eksplan, jumlah tunas dan jumlah
akar. Macam zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah helai daun,
jumlah akar, panjang akar dan laju pertumbuhan bibit hasil sambung hipokotil. Jumlah helai
daun terbanyak diperoleh dari zat pengatur tumbuh sitokinin, Panjang akar dan jumlah akar
terbanyak diperoleh dari zat pengatur tumbuh auksin. Laju pertumbuhan tertinggi diperoleh
dari kombinasi macam zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, R.I., Subroto, G. 2018. Pertumbuhan Bibit Kopi (Coffea Sp.) Hasil Sambung
Hipokotil sebagai Respon Pemberian Macam dan Konsentrasi Zat Pengatur
Tumbuh. Jurnal Agrotrop. 16(1). 149-163.
Hindayati, A.R., Nurlaelih, E.E., Heddy, S. 2019. Pengaruh Pemberian Hormon Giberelin
(GA3) terhadap Pembungaan Tiga Jenis Tanaman Soka (Ixora coccinea L.). jurnal
Produksi Tanaman. 7(2) 240-247.
Mahadi, I. 2016. Propagasi In Vitro Anggrek (Dendrobium phalaenopsis fitzg) terhadap
Pemberian Hormon Iba dan Kinetin. Jurnal Agroteknologi. 7 (1): 15.
Pratomo, G.S. 2016. Pengaruh Jenis Media Dengan Hormon Tumbuh Naa-Bap Terhadap
Pertumbuhan Dan Kandungan Flavonoid Kalus Daun Echinaceae purpurea
(L.)Moench. Jurnal Surya Medika. 1(2): 50-56.
Rahmawati, E., Syahrani., Pujiono, T. 2019. Respon Pertumbuhan Awal Setek Batang Buah
Naga (Hylocereus Costaricensis) terhadap ZPT Hormon Tanaman Unggul (Hantu)
dan Komposisi Media Tanam. Magrobis Jurnal. 19(2): 21-30.

Anda mungkin juga menyukai