Anda di halaman 1dari 15

FISIOLOGI

TUMBUHAN TB 19

PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


“HORMON TUMBUHAN”

NABILA FARAH HUDA


03.06.21.0201

DOSEN PENGAMPU : Asih Farmia, SP, M Agr.Sc


ASISTEN DOSEN : Elea Nur Aziza, SP, M.Sc
PLP : Sumanto, SST

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN & PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
YOGYAKARTA
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN & PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN POLITEKNIK
PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
Jl. Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Telp. (0274) 375528

LAPORAN PRAKTIKUM

I. Identitas
Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan
Acara Praktikum : Praktikum Acara Hormon Tumbuhan
Tujuan : Mampu menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan biji
Tempat : Di rumah (Mojo Wetan, Kebupaten Sragen, Jawa Tengah)
Hari, Tanggal : Jumat, 29 Oktober 2021
Nama Mahasiswa : Nabila Farah Huda
Semester : 1 (Satu)
Dosen Pengampu : Asih Farmia, SP, M Agr.Sc
Asisten Dosen : Elea Nur Aziza, SP, M.Sc
PLP : Sumanto, SST

II. Dasar Teori


A. Pengertian Hormon
Hormon berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “untuk merangsang”.
Hormon adalah sinyal kimia yang mengkoordinakan bagian organisme.
Karakteristik penting dari suatu homon adalah bahwa pembawa pesan kimiawi
ini hanya dibutuhkan dalam konsentrasi yang sangat kecil untuk menginduksi
perubahan besar dalam suaru organisme. Hormon tumbuhan atau fitohormon
merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik itu
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat
kecil sanggup mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan,
perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.

Hormone tanaman harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut


senyawa organik yang dihasilkan oleh tanaan sendiri, dapat ditransloaksikan ke
bagian lain dari tanaman sendiri, tempat sintesis dan erjanya berbeda, dan aktif
dalam konsentrasi rendah. Fitohormon adalah hormone yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, merupakan senyawa organik bukan zat hara (nutrisi)
yang aktif dalam konsentrasi rendah yang kegiatannya mengatur teaksi
katabolic penting zat tersebut dbentuk dalam organisme tersebut dengan proses
metabolik juga. Terdapat lima golongan zat pengaur tumbuh tanaman, yaotu
auksin, giberelin, sitokinin,, asam absisik dan etilen. Zat ini terdapat di dalam
tanamn yang bervariasi dalam bentuk, sehingga suli unutk dipelajati mekanisme
kerjanya dengan baik.

B. Konsep Kerja Hormon


Hormon tumbuhan diproduksi sendiri oleh individu yang bersangkutan
“endogen”. Pemberian hormon dari luar sistem individu bisa pula dilakukan
“eksogen”. Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-
alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan
rangsang yang serupa dengan fitohormon alami. Oleh sebab itu, untuk
mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat pengatur
tumbuh tumbuhan. Hormon tumbuhan dan hewan , bahwa prinsip kerjanya
sama. Pada tumbuhan setiap sel yang aktif bermetabolisme sanggup membuat
hormone-hormon tumbuhan pada kondisi tertentu dan juga dapat mengubah
proses-prose metabolism pada sel-sel seitarnya dan hormone tersebut diangkut
melalui jaringan xylem dan floem.

C. Perbedaan Antara Hormon Tumbuhan Dan Zat Pengatur Tumbuhan


Hormon adalah senyawa-senyawa organik yang efektif dalam
konsentrasi rendah, dibuat di dalam sel pada bagian tertentu dari organisme,
diangkut ke bagian lain dari organisme tersebut, lalu menghasilkan proses
fisiologi yang khusus. Fitohormon adalah sekumpulan zat yang membantu
pertumbuhan, acap kali disebut juga zat penumbuh atau hormone pertumbuhan.
Zat Pengatur Tumbuh Tanaman (ZPT) atau plant growth substances merupakan
senyawa organik bukan nutrisi tanaman yang aktif dalam konsentrasi rendah
merangsang, menghambat atau merubah pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan secara kuantitatif maupun kualitatif. Bisa dihasilkan oleh tanaman
(alami/endogen) atau sintetik (eksogen). Kriteria yang dapat dipakai untuk
membedakan antara ZPT, Fitohormon, Vitamin dan nutrisi adalah dihasilkan
oleh tanaman sendiri, ditranslokasikan, dan aktif dalam jumlah yang sangat
kecil. Supaya fitohormon itu dapat bersifat aktif dan khas, harus ada tiga bagian
utama pada sistem respon, yakni:
1. Harus ada dalam jumlah yang cukup di sel yang tepat menjadi sasaran.
2. Harus dapat diikat oleh sel yang menjadi sasaran target.
3. Protein pengikat yang ada di sel sasaran setelah Bersatu dengan
hormon harus dapat merubah metabolik sehingga nanti akan
menimbulkan respons.

D. Pemanfaatan Hormon
Hormon tumbuhan merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara
(nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang dalam kadar
sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan
morfologis untuk mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan,
perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Secara alamiah setiap
tumbuhan mempunyai kandungan hormon dalam komposisi dan konsentrasi
yang berbeda-beda sesuai dengan karakter gen dari masing-masing jenis. Secara
garis besar hormon dikelompokkan menjadi 3 kelompok hormon yaitu:
(1). Sitokinin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi utama
mensupport pertumbuhan tunas. Sumber dihasilkan hormon sitokinin
adalah diujung akar.
(2). Auksin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi utama
mensupport pertumbuhan akar. Sumber dihasilkannya auksin adalah
diujung tunas.
(3). Giberelin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi
pembungaan dan pembuahan. Sumber dihasilkannya adalah di daun dan
buah.

E. Aktivitas Biologisnya
Aktivitas biologis pada tiap hormone memiliki perbedaan antara satu
sama lain. Misalnya aktivitas hormone pada auksin, giberelin, sitokinin, asam
absisik dan etilen tidak sama dan memiliki perbedaan tergantung pada senyawa
penyusun pada masing masing hormone dan juga karakteristiknya.
F. Aplikasi Hormon Pada Tumbuhan
Dikatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai
hormon yaitu hormon mempunyai dua fungsi yang berbeda (mensupport dan
menghambat) pada konsentrasi yang berbeda. Satu hormon yang sama, dengan
konsentrasi yang sama, akan mempunyai pengaruh yang berbeda pada bagian
tanaman yang berbeda. Hormon auksin menunjang pertumbuhan akar tapi
menghambat pertumbuhan tunas dan juga menghambat pembungaan dan
pembuahan. Hormon sitokinin menunjang pertumbuhan tunas tapi
menghambat pertumbuhan akar dan menghambat pembungaan dan
pembuahan. Hormon giberelin menunjang pembungaan dan pembuahan dan
menunjang pembelahan sel akar dan tunas. Hormon dalam kelompok hormon
yang sama akan bersifat sinergis atau saling menguatkan. Hormon dalam
kelompok hormon yang berbeda akan bersifat saling melemahkan atau saling
meniadakan. Hal-hal tersebut harus selalu diingat karena sangat penting di
dalam penerapannya. Pada perkembangan pertanian saat ini, pemanfaatan
Hormon Organik di sekitar kita banyak, contohnya :
1. Air seni (kencing) kambing, kelinci dll secara umum mengandung
hormon auksin.
2. Kecambah (toge) mengandung auksin,
3. Bawang merah mengandung auksin,
4. Buncis mengandung sitokinin,
5. Air kelapa mengandung auksin, sitokinin, giberelin,
6. Sirih mengandung sitokinin,
7. Kacang hijau mengandung giberelin,
8. Enceng gondok mengandung giberelin,
9. Pisang mengandung auksin dll.

III. Alat & Bahan


A. Alat
1. ATK
2. Laptop atau komputer
3. Blender atau alat tumbuk
4. Botol Aqua
B. Bahan
1. Literatur tentang hormone tumbuh dan zat pengatur tumbuh.
2. Kecambah 500 gram
3. Air 1 liter

IV. Cara Kerja


1. Menyemaikan 20 benih cabai
2. Menghaluskan tauge dengan blender atau alat tumbuk
3. Mencampurkan hasil tumbukan tauge dengan 1 liter air
4. Mendiamkan selama 1 sampai 2 jam
5. Menyaring dan ambil airnya
6. Menyiram air hasil saringan dari tauge ke bibit cabai hasil persemaian
7. Mengamati pertumbuhan bibit cabai pada hari 7 dan 14 HST
8. Mencatat pertumbuhan bibit cabai untuk tinggi dan jumlah daunnya
9. Mencatat pertumbuhan bibit cabai yang tidak diberi air saringan tauge
10. Membuat laporan yang dilengkapi foto bibit cabai yang disiram dengan air
siraman tauge dan yang tdak diberi air siraman tauge.

V. Hasil Pengamatan
No Perkembangan Dokumentasi
1. Benih Cabai
Benih cabai yang digunakan tampak memiliki
kondisi ukuran yang seragam dan memiliki
warna yang cerah dan sesuai dengan
karakteristik benih yang baik dan unggul. Pada
gambar adalah benih yang sudah direndam
dalam air selama semalaman agar fase imbibisi
lebih maksimal dan benih dapat tumbuh dan
berkecambah dengan baik.
2. Penyemaian Benih Cabai
Benih disemai setelah direndam semalaman
dalam wadah yang berisi media tanam. Disini
menggunakan pot besar, tanah, sekam, dan
pupuk kandang. Perkecambahan cabai
berlangsung cukup lama, antara 7-9 hari barulah
tumbuh bibit cabai yang berukuran kecil.

3. Pertumbuhan Bibit Cabai


Pada gambar adalah benih yang telah berubah
menjadi bibit dan telah muncul daun pada hari
ke-8. Bibit telah dapat dipindahkan dari tempat
penyemaian ke wadah yang telah disiapkan.
Tujuannya agar bibit dapat tumbuh maksimal
dan tanpa harus berebut nutrisi untuk tumbuh
dan berkembang.

4. Pemberian Perlakuan pada Bibit Cabai


Perlakuan diberikan terhadap 20 bibit cabai
dalam wadah yang berbeda. 10 bibit diberi
perlakuan dengan penambahan larutan air
gilingan toge sebanyak 500 gram. Sedangkan 10
lainnya disiram dengan air biasa.
5. Perkembangan Setelah Diberi Perlakuan
Pada mulanya bibit yang disiram air biasa dan
yang disiram larutan ekstrak toge memiliki
tinggi yang sama yakni kisaran 1,8-2 cm.
Namun setelah perlakuan selama 7 hari, pada
bibit yang disiram dengan air biasa memiliki
perubahan yang signifikan yakni lebih tinggi
dan daunnya lebih lebar dibandingkan bibit
yang disiram dengan air gilingan toge. Bibit
yang disiram air gilingan toge memiliki tinggi 2-
2,5 cm sedangkan yang disiram air hanya 2,5-3
cm. begitupun jumlah dan diameter daunnya.
Bibit yang disiram larutan ekstrak toge memiliki
daun lebih banyak dengan diameter yang lebih
luas daripada yang hanya disiram air biasa

6 Perlakuan Hari Ke-7 Tanaman Cabai


Setelah 7 hari perlakuan tampak perbedaan
tinggi dan jumlah helai serta diameter pada
tanaman yang disiram air biasa dan disiram
dengan air tauge. Tanaman yang tidak diberi
perlakuan memiliki tinggi antara 2,8-3 cm
sedangkan yang diberi perlakuan hanya berkisar
2,3-2,5 cm. Tanaman cabai yang disiram dengan
air biasa memiliki tinggi dan jumlah helai daun
yang lebih signifikan dibandingkan yang
disiram dengan air gilingan tauge.
VI. Pembahasan

Dari hasil praktikum hormon tersebut dapat diamati perubahan yang terjadi pada
cabai mulai dari tinggi tanaman cabai hingga jumlah helai daun yang dimiliki oleh
tanaman cabai dengan table dan penjelasannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil pengamatan perkembangan tinggi batang cabai yang tidak diberikan
perlakuan siraman air gilingan tauge atau hanya disiram dengan air biasa.

Bibit Cabai Tanpa Perlakuan (A) Kategori Tinggi Batang Tanaman (cm)

Hari A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10

Ke-

1. 1,9 1,9 2 1,7 1,9 1,8 2 1,9 2 1,8

2. 1,9 2 2 1,8 1,9 1,9 2,1 1,9 2 1,9

3. 2 2,1 2,1 1,9 2 2,1 2,1 2 2,1 2

4. 2,2 2,3 2,2 2 2,2 2,3 2,4 2,2 2,2 2,1

5. 2,5 2,4 2,4 2,2 2,5 2,6 2,6 2,4 2,5 2,4

6. 2,7 2,6 2,5 2,4 2,7 2,7 2,8 2,5 2,6 2.6

7. 2,8 2,8 2,7 2,8 2,9 2,8 3 2,8 2,8 2,8

Pada tabel 1 tampak data hasil pengamatan pengukuran tinggi batang tanaman
cabai yang tidak diberikan perlakuan penyiraman air gilingan toge atau hanya
diberikan air biasa. Pada hari pertama perlakuan tingginya berkisar antara 1,7 sampai
2 cm setelah 7 hari tingginya berubah berkisar antara 2,8 sampai 3 cm. Pada tanaman
cabai tersebut, mulai dari A1 sampai A10 memiliki tinggi batang yang relatif sama di
hari pertama perlakuan. Namun, pada tanaman A3, A7 dan A9 memiliki tinggi yang
lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya pada perlakuan hari pertama. Setelah
perlakuan hingga hari ketujuh tanaman A7 lah yang memiliki tinggi paling signifikan
yakni 3 cm dan yang terendah adalah A3 dengan tinggi 2,7 cm. Jadi berdasarkan data
tersebut diketahui bahwa semua tanaman cabai mengalami pertumbuhan tinggi
batang yang signifikan meskipun tidak diberikan zat pengatur tumbuh atau hormon
seperti air gilingan toge.
Tabel 2. Hasil pengamatan perkembangan tinggi batang cabai yang diberikan
perlakuan siraman air gilingan tauge.

Bibit Cabai Dengan Perlakuan (B) Kategori Tinggi Batang Tanaman (cm)

Hari B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10

Ke-

1. 1,8 1,7 1,9 2 1,7 1,8 1,8 2 2 1,9

2. 1,8 1,8 1,9 2 1,7 1,8 1,8 2 2 1,9

3. 1,8 1,8 2 2 1,7 1,8 1,9 2 2,1 1,9

4. 1,8 1,8 2 2,1 1,8 1,8 1,9 2 2,1 2

5. 1,9 1,9 2,1 2,2 1,8 1,9 2 2,1 2,1 2,1

6. 2 2,1 2,2 2,3 2 2 2,2 2,1 2,2 2,2

7. 2,3 2,4 2,3 2,5 2,1 2 2,3 2,2 2,2 2,4

Pada tabel 2 tampak hasil pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman cabai yang
diberikan perlakuan penyiraman air gilingan toge. Pada hari pertama tanaman
memiliki tinggi relatif sama yakni berkisar antara 1,7- 2 cm. Namun, setelah hari
ketujuh perlakuan mulai tampak sedikit perbedaan tinggi. Pada hari pertama tanaman
cabe yang paling tinggi adalah B4 B8 dan B9 dengan tinggi 2 cm dan yang paling
rendah adalah B2 dengan 1,7 cm. Setelah hari ketujuh perlakuan tanaman cabai yang
paling tinggi adalah B4 yakni 2,5 cm dan yang terendah adalah B6 yakni 2 cm. pada
perlakuan tersebut tampak tanaman yang diberi perlakuan air gilingan cabe justru
malah memiliki tinggi yang tidak begitu signifikan dibandingkan tanaman yang
hanya disiram dengan air biasa. Hal tersebut tampak dari hasil perlakuan pada hari
ke-7 di mana tanaman B1-B10 memiliki tinggi di bawah tinggi rata-rata tanaman
cabai A1-A10.
Tabel 3. Hasil pengamatan perkembangan jumlah daun pada cabai yang tidak
diberikan perlakuan siraman air gilingan tauge atau hanya disiram dengan air biasa.

Bibit Cabai Tanpa Perlakuan (A) Kategori Jumlah daun (helai)

Hari A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10

Ke-

1. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2. 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2

3. 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2

4. 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2

5. 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3

6. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

7. 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3

Pada tabel 3 tampak data hasil pengamatan perkembangan jumlah helai daun
pada tanaman cabai yang tidak diberi perlakuan penyiraman dengan air gilingan
taoge atau hanya disiram dengan air biasa. Pada hari pertama perlakuan tanaman
cabai B1-B10 memiliki helai daun yang sama yakni 2 helai. Pada hari kedua mulai
tampak perbedaan daun pada A4 dan A8 yakni berjumlah 3 helai hingga pada
perlakuan hari ketujuh beberapa tanaman A telah memiliki 4 helai daun seperti A2,
A3, A4, A5, A7, dan A9 sedangkan A1, A6, A8 dan A10 masih memiliki 3 helai
daun. Perbedaan penambahan helai daun dari hari ke hari pada tanaman A tersebut
dikarenakan proses metabolisme yang berbeda antara tanaman A1-A10. Berdasarkan
data tersebut tampak perubahan yang signifikan pada jumlah helai daun dari hari ke-
1 hingga hari ke-7 perlakuan. Tanaman yang disiram dengan air biasa memiliki helai
daun yang tumbuh cukup cepat dan signifikan.
Tabel 4. Hasil pengamatan perkembangan jumlah daun pada cabai yang diberikan
perlakuan siraman air gilingan tauge.

Bibit Cabai Dengan Perlakuan (B) Kategori Jumlah daun (helai)

Hari B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10

Ke-

1. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

3. 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2

4. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

5. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

6. 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3

7. 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3

Pada tabel 4 tampak diperoleh hasil data perkembangan dan pertumbuhan


jumlah daun pada tanaman cabai yang diberikan perlakuan dengan disiram air
gilingan toge. Pada hari pertama dan kedua perlakuan tinggi tanaman cabe B1-B10
masih relatif sama yakni 2 cm mulai terdapat perbedaan jumlah helai daun pada hari
ketiga yakni pada tanaman B1, B4, B5, B6, B8, dan B9 yang berjumlah 3 helai.
Hingga pada hari perlakuan ke-7 di mana jumlah helai daun paling banyak adalah 4
helai yang dimiliki oleh tanaman B1, B2, B3, B5, dan B 8 sedangkan tanaman B4,
B6, B7, B9, dan B10 memiliki 3 jumlah helai daun. Perbedaan penambahan helai
daun dari hari ke hari pada tanaman A tersebut dikarenakan proses metabolisme yang
berbeda antara tanaman B1-B10. Berdasarkan data tersebut tampak perubahan tinggi
tanaman cabe yang cukup signifikan namun jika dibandingkan dengan tanaman yang
hanya disiram dengan air biasa jumlah helai daun pada tanaman cabai B masih di
bawah jumlah helai daun tanaman cabai A.
Berdasarkan praktikum hormone tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang harus
dijawab antara lain:
a. Jelaskan Apa Itu Hormon Tumbuhan!
Hormon tumbuhan, atau fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik
bukan hara (nutrient), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh
manusia, yang dalam kadar sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau
mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan.
b. Bagaimana Konsep Kerja Hormone Tumbuhan, Jelaskan!
Hormon tumbuhan diproduksi sendiri oleh individu yang bersangkutan atau
secara endogen dan dari luar individu atau eksogen. Hormon tumbuhan dan
hewan, bahwa prinsip kerjanya sama. Pada tumbuhan setiap sel yang aktif
bermetabolisme sanggup membuat hormone-hormon tumbuhan pada kondisi
tertentu dan juga dapat mengubah proses-proses metabolisme pada sel-sel
seitarnya dan hormone tersebut diangkut melalui jaringan xylem dan floem.
c. Jelaskan Fungsi Hormon Tumbuhan!
Berikut ini terdapat beberapa fungsi hormon pada tumbuhan, terdiri atas:

1. Hormon ini berfungsi untuk mempengaruhi pertambahan panjang


batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar.
2. Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar, mendorong
pembelahan sel, dan pertumbuhan secara umum, mendorong
perkecambahan, dan menunda penuaan.
3. Mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan
batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan
perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar.
4. Menghambat pertunbuhan, merangsang penutupan stomata pada waktu
kekurangan air, mempertahankan dormansi.
5. Mendorong pematangan
6. Merangsang pertumbuhan akar.
7. Merangsang pertumbuhan batang.
8. Merangsang pertumbuhan daun.
9. Merangsang pertumbuhan bunga.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mengenai pengaruh hormon tumbuhan pada tanaman cabai
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT)
berupa hormon auksin hasil dari gilingan tauge pada tanaman cabai pada perlakuan hari
pertama saat bibit berusia 7 hari hingga dari perlakuan ketujuh saat bibit cabe berumur
14 hari tampak bahwa pemberian perlakuan berupa air gilingan cabai justru
menyebabkan proses pertumbuhan tinggi tanaman cabai dan jumlah helai daun tanaman
cabe mengalami perlambatan dibandingkan dengan tanaman cabai yang hanya disiram
dengan air biasa. Hal tersebut dikarenakan meskipun air gilingan taoge mengandung
auksin yang dapat memacu pertumbuhan perkecambahanan pada tanaman namun
jumlahnya yang sebanyak 500 gram untuk 10 tanaman cabai yang diberikan perlakuan
kadarnya terlalu banyak sehingga perlakuan tersebut justru malah memperlambat
perkecambahan pada tanaman cabai. Hal tersebut sesuai dengan teori konsep kerja
hormon bahwa hormon akan bekerja maksimal jika kadarnya sesuai dengan yang
dibutuhkan namun akan berkurang efektivitasnya jika hormon tersebut diberikan terlalu
banyak pada tanaman. Hal ini juga terjadi pada perlakuan pemberian tanaman cabai
yang disiram dengan air toge yang mengalami perlambatan perkecambahan
dibandingkan tanaman yang disiram dengan air. Oleh karena itu, tampak perbedaan dari
tinggi tanaman cabai dan juga jumlah daun serta diameter daun pada tanaman cabai.
Dimana tanaman yang diberikan perlakuan berupa air gilingan toge justru memiliki
tinggi dan jumlah daun di bawah rata-rata tanaman yang hanya disiram dengan air biasa.

VIII. Daftar Pustaka


IGA. Maya Kurnia, 2014. Hormon Tumbuhan. Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng
https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/hormon-tumbuhan-77
Diakses pada tanggal 12 November 2021.
Intan Ratna Dewi A. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan
Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung.
Utami. 2018. Pengaruh Hormon Tumbuh Terhadap Fisiologi Tanaman. Fakultas
Pertanian Jurusan Agroekoteknologi Universitas Udayana. Bali.
Kimball, J. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Disahkan di Yogyakarta, 14 November 2021

Asisten Dosen Praktikan

Elea Nur Aziza, SP., MSc. Nabila Farah Huda

Anda mungkin juga menyukai