TUMBUHAN TB 19
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN & PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
YOGYAKARTA
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN & PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN POLITEKNIK
PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
Jl. Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Telp. (0274) 375528
LAPORAN PRAKTIKUM
I. Identitas
Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan
Acara Praktikum : Praktikum Acara Hormon Tumbuhan
Tujuan : Mampu menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan biji
Tempat : Di rumah (Mojo Wetan, Kebupaten Sragen, Jawa Tengah)
Hari, Tanggal : Jumat, 29 Oktober 2021
Nama Mahasiswa : Nabila Farah Huda
Semester : 1 (Satu)
Dosen Pengampu : Asih Farmia, SP, M Agr.Sc
Asisten Dosen : Elea Nur Aziza, SP, M.Sc
PLP : Sumanto, SST
D. Pemanfaatan Hormon
Hormon tumbuhan merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara
(nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun buatan, yang dalam kadar
sangat kecil mampu menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologis dan
morfologis untuk mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan,
perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Secara alamiah setiap
tumbuhan mempunyai kandungan hormon dalam komposisi dan konsentrasi
yang berbeda-beda sesuai dengan karakter gen dari masing-masing jenis. Secara
garis besar hormon dikelompokkan menjadi 3 kelompok hormon yaitu:
(1). Sitokinin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi utama
mensupport pertumbuhan tunas. Sumber dihasilkan hormon sitokinin
adalah diujung akar.
(2). Auksin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi utama
mensupport pertumbuhan akar. Sumber dihasilkannya auksin adalah
diujung tunas.
(3). Giberelin, adalah kelompok hormon yang mempunyai fungsi
pembungaan dan pembuahan. Sumber dihasilkannya adalah di daun dan
buah.
E. Aktivitas Biologisnya
Aktivitas biologis pada tiap hormone memiliki perbedaan antara satu
sama lain. Misalnya aktivitas hormone pada auksin, giberelin, sitokinin, asam
absisik dan etilen tidak sama dan memiliki perbedaan tergantung pada senyawa
penyusun pada masing masing hormone dan juga karakteristiknya.
F. Aplikasi Hormon Pada Tumbuhan
Dikatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai
hormon yaitu hormon mempunyai dua fungsi yang berbeda (mensupport dan
menghambat) pada konsentrasi yang berbeda. Satu hormon yang sama, dengan
konsentrasi yang sama, akan mempunyai pengaruh yang berbeda pada bagian
tanaman yang berbeda. Hormon auksin menunjang pertumbuhan akar tapi
menghambat pertumbuhan tunas dan juga menghambat pembungaan dan
pembuahan. Hormon sitokinin menunjang pertumbuhan tunas tapi
menghambat pertumbuhan akar dan menghambat pembungaan dan
pembuahan. Hormon giberelin menunjang pembungaan dan pembuahan dan
menunjang pembelahan sel akar dan tunas. Hormon dalam kelompok hormon
yang sama akan bersifat sinergis atau saling menguatkan. Hormon dalam
kelompok hormon yang berbeda akan bersifat saling melemahkan atau saling
meniadakan. Hal-hal tersebut harus selalu diingat karena sangat penting di
dalam penerapannya. Pada perkembangan pertanian saat ini, pemanfaatan
Hormon Organik di sekitar kita banyak, contohnya :
1. Air seni (kencing) kambing, kelinci dll secara umum mengandung
hormon auksin.
2. Kecambah (toge) mengandung auksin,
3. Bawang merah mengandung auksin,
4. Buncis mengandung sitokinin,
5. Air kelapa mengandung auksin, sitokinin, giberelin,
6. Sirih mengandung sitokinin,
7. Kacang hijau mengandung giberelin,
8. Enceng gondok mengandung giberelin,
9. Pisang mengandung auksin dll.
V. Hasil Pengamatan
No Perkembangan Dokumentasi
1. Benih Cabai
Benih cabai yang digunakan tampak memiliki
kondisi ukuran yang seragam dan memiliki
warna yang cerah dan sesuai dengan
karakteristik benih yang baik dan unggul. Pada
gambar adalah benih yang sudah direndam
dalam air selama semalaman agar fase imbibisi
lebih maksimal dan benih dapat tumbuh dan
berkecambah dengan baik.
2. Penyemaian Benih Cabai
Benih disemai setelah direndam semalaman
dalam wadah yang berisi media tanam. Disini
menggunakan pot besar, tanah, sekam, dan
pupuk kandang. Perkecambahan cabai
berlangsung cukup lama, antara 7-9 hari barulah
tumbuh bibit cabai yang berukuran kecil.
Dari hasil praktikum hormon tersebut dapat diamati perubahan yang terjadi pada
cabai mulai dari tinggi tanaman cabai hingga jumlah helai daun yang dimiliki oleh
tanaman cabai dengan table dan penjelasannya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan perkembangan tinggi batang cabai yang tidak diberikan
perlakuan siraman air gilingan tauge atau hanya disiram dengan air biasa.
Bibit Cabai Tanpa Perlakuan (A) Kategori Tinggi Batang Tanaman (cm)
Hari A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10
Ke-
5. 2,5 2,4 2,4 2,2 2,5 2,6 2,6 2,4 2,5 2,4
6. 2,7 2,6 2,5 2,4 2,7 2,7 2,8 2,5 2,6 2.6
Pada tabel 1 tampak data hasil pengamatan pengukuran tinggi batang tanaman
cabai yang tidak diberikan perlakuan penyiraman air gilingan toge atau hanya
diberikan air biasa. Pada hari pertama perlakuan tingginya berkisar antara 1,7 sampai
2 cm setelah 7 hari tingginya berubah berkisar antara 2,8 sampai 3 cm. Pada tanaman
cabai tersebut, mulai dari A1 sampai A10 memiliki tinggi batang yang relatif sama di
hari pertama perlakuan. Namun, pada tanaman A3, A7 dan A9 memiliki tinggi yang
lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya pada perlakuan hari pertama. Setelah
perlakuan hingga hari ketujuh tanaman A7 lah yang memiliki tinggi paling signifikan
yakni 3 cm dan yang terendah adalah A3 dengan tinggi 2,7 cm. Jadi berdasarkan data
tersebut diketahui bahwa semua tanaman cabai mengalami pertumbuhan tinggi
batang yang signifikan meskipun tidak diberikan zat pengatur tumbuh atau hormon
seperti air gilingan toge.
Tabel 2. Hasil pengamatan perkembangan tinggi batang cabai yang diberikan
perlakuan siraman air gilingan tauge.
Bibit Cabai Dengan Perlakuan (B) Kategori Tinggi Batang Tanaman (cm)
Hari B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10
Ke-
Pada tabel 2 tampak hasil pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman cabai yang
diberikan perlakuan penyiraman air gilingan toge. Pada hari pertama tanaman
memiliki tinggi relatif sama yakni berkisar antara 1,7- 2 cm. Namun, setelah hari
ketujuh perlakuan mulai tampak sedikit perbedaan tinggi. Pada hari pertama tanaman
cabe yang paling tinggi adalah B4 B8 dan B9 dengan tinggi 2 cm dan yang paling
rendah adalah B2 dengan 1,7 cm. Setelah hari ketujuh perlakuan tanaman cabai yang
paling tinggi adalah B4 yakni 2,5 cm dan yang terendah adalah B6 yakni 2 cm. pada
perlakuan tersebut tampak tanaman yang diberi perlakuan air gilingan cabe justru
malah memiliki tinggi yang tidak begitu signifikan dibandingkan tanaman yang
hanya disiram dengan air biasa. Hal tersebut tampak dari hasil perlakuan pada hari
ke-7 di mana tanaman B1-B10 memiliki tinggi di bawah tinggi rata-rata tanaman
cabai A1-A10.
Tabel 3. Hasil pengamatan perkembangan jumlah daun pada cabai yang tidak
diberikan perlakuan siraman air gilingan tauge atau hanya disiram dengan air biasa.
Hari A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10
Ke-
1. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2. 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2
3. 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2
4. 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2
5. 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3
6. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7. 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3
Pada tabel 3 tampak data hasil pengamatan perkembangan jumlah helai daun
pada tanaman cabai yang tidak diberi perlakuan penyiraman dengan air gilingan
taoge atau hanya disiram dengan air biasa. Pada hari pertama perlakuan tanaman
cabai B1-B10 memiliki helai daun yang sama yakni 2 helai. Pada hari kedua mulai
tampak perbedaan daun pada A4 dan A8 yakni berjumlah 3 helai hingga pada
perlakuan hari ketujuh beberapa tanaman A telah memiliki 4 helai daun seperti A2,
A3, A4, A5, A7, dan A9 sedangkan A1, A6, A8 dan A10 masih memiliki 3 helai
daun. Perbedaan penambahan helai daun dari hari ke hari pada tanaman A tersebut
dikarenakan proses metabolisme yang berbeda antara tanaman A1-A10. Berdasarkan
data tersebut tampak perubahan yang signifikan pada jumlah helai daun dari hari ke-
1 hingga hari ke-7 perlakuan. Tanaman yang disiram dengan air biasa memiliki helai
daun yang tumbuh cukup cepat dan signifikan.
Tabel 4. Hasil pengamatan perkembangan jumlah daun pada cabai yang diberikan
perlakuan siraman air gilingan tauge.
Hari B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10
Ke-
1. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3. 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2
4. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
6. 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3
7. 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3