PENDAHULUAN
1
auksin, tumbuhan tersebut akan susah tumbuh. Sehingga hormon auksin ini
bisa digunakan para petani untuk meningkatkan hasil panennya (Soleh,
2013).
Untuk mengetahui proses cara kerja hormon terhadap pertumbuhan
tersebut dilakukan percobaan kali ini. Percobaan kali ini melibatkan
hormone auksin yang sengaja digunakan untuk merangsang pertumbuhan
akar pada tanaman lidah mertua.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati efek perlakuan
hormon terhadap pertumbuhan akar tanaman.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. Giberelin juga termasuk fitohormon pertumbuhan. Fitohormon ini sering
ditemukan pada biji, kuncup, ujung daun, dan ujung akar. Giberelin
memiliki fungsi antara lain sebagai perangsang pertumbuhan akar,
batang, dan daun, perkecambahan biji, menghentikan dormansi biji,
merangsang pertumbuhan kuncup dan pematangan serbuk sari, dan
perkembangan bunga pada spesies tertentu.
3. Sitokinin, sitokinin lebih cenderung berperan dalam pematangan
endosperma pada suatu tumbuhan. Fungsi lain dari sitokinin adalah
merangsang pertumbuhan embrio, pembelahan sel secara mitosis,
pematangan buah secara alami setelah dipetik dari pohon,
mempertahankan warna daun setelah dipetik dari tumbuhan, merangsang
pertumbuhan lateral atau sekunder, dan diferensiasi sel tumbuhan.
4. Etilen, etilen atau gas etilen memiliki fungsi mempercepat pematangan
buah, respirasi, dan pengguguran daun. Tempat pembentukan etilena
pada buah letaknya berbeda-beda. Ada yang diujung seperti buah
pepaya, ada yang dipangkal seperti buah mangga.
5. Asam Absisat, asam absisat adalah fitohormon yang bersifat inhibitor
atau menghambat. Asam Absisat menghambat pertumbuhan tumbuhan
dan juga merangsang dormansi biji. Namun hal ini dapat
menguntungkan pada tumbuhan yang hidup didaerah empat musim.
Darmawan (1993) juga menjelaskan tentang jenis-jenis ZPT, yaitu :
1. Atonik, atonik merupakan senyawa kimia, juga larutan pekat yang
berwarna kehitaman, tidak beracun sehingga tidak berbahaya bagi
manusia dan hewan, mempunyai bahan aktif "Nitro Aromatik".
2. Sitozime, sitozime dibedakan menjadi 3 jenis, yakni :
a. Sitozime soil+, fungsinya: meningkatkan kesuburan tanah, baik
kimia, fisik maupun biologis dan meningakatkan mikroorganisme
didalam tanah.
b. Sitozime seed+, fungsinya: meningkatkan perkecambahan biji atau
benih dengan tujuan agar perkecambahannya serempak dan
perakarannya kuat.
c. Sitozime crop+.
4
3. Legin (Leguminoceae Inokulant) legin mengandung bakteri rhizobium,
rhizobium menumpang hidup pada bintil akar tanaman kacang-
kacangan, sedangkan fungsi bakteri rhizobium adalah mengikat nitrogen
dari tanah. Legin tidak boleh dicampur pestisida karena dapat
membunuh bakteri rhizobium.
5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
6
8. Hormon NAA dan IBA yang telah ditimbang dibuat pasta dengan
diteteskan 2 tetes aquades, kemudian dioleskan pada bagian bawah
potongan lidah mertua, dan didiamkan selama 15 menit.
9. Hormon NAA dan IBA yang telah ditimbang dibuat dalam bentuk cair,
kemudian bagian bagian bawah potongan lidah mertua direndam selama
15 menit lalu dikeringkan juga selama 15 menit.
10. Keempat lidah mertua ditanam pada media tanam yang sudah disiapkan
dan dilakukan pengamatan terhadap jumlah akar dan panjang akar
setelah 3 mst.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Akar Lidah Mertua
Kelompok Perlakuan Jumlah Panjang Keterangan
(Hormon) Akar Akar (cm)
1 Kontrol 3 0,7 Tumbuh
NAA bubuk 0 0 Busuk
NAA cair 4 0,5 Tumbuh
NAA pasta 0 0 Busuk
2 Kontrol 0 0 Akar belum tumbuh
NAA bubuk 0 0 Busuk
NAA cair 12 1 Tumbuh
NAA pasta 0 0 Busuk
3 Kontrol 4 0,5 Tumbuh
NAA bubuk 0 0 Akar belum tumbuh
NAA cair 0 0 Akar belum tumbuh
NAA pasta 0 0 Busuk
4 Kontrol 19 1-2 Tumbuh
IBA bubuk 0 0 Busuk dan kering
IBA cair 7 0,5 Tumbuh
IBA pasta 0 0 Busuk
5 Kontrol 6 0,8 Tumbuh
IBA bubuk 0 0 Busuk
IBA cair 40 2,2 Tumbuh
IBA pasta 0 0 Busuk
6 Kontrol 16 0,2-1,2 Tumbuh
IBA bubuk 0 0 Busuk
IBA cair 37 0,3-1,7 Tumbuh
IBA pasta 0 0 Busuk
8
4.2 Pembahasan
Secara besar hormon tanaman mempengaruhi proses-proses fisiologi.
Proses-proses fisiologis yang dipengaruhi sebagaian besar ialah
pertumbuhan diferensiasi perkembangan termasuk pembungaan,
perkecambahan, pembiakan, dan lain-lain. Hormon biasanya aktif dalam
kosentrasi yang sangat kecil untuk mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh di dalam sel akan berdifusi
dari sel satu ke sel yang lain melalui plasmodesmata hingga sampai ke sel
tujuan untuk menerima respon zat pengatur tumbuh tersebut. Peristiwa yang
diinisiasi oleh hormon secara umum dijelaskan dalam 3 tahap, pertama
penangkapan sinyal awal kedua jalur transduksidan induksi.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan dengan menggunakan hormon
auksin golongan NAA dan IBA untuk memacu pertumbuhan akar tanaman
lidah mertua. Hormon auksin adalah satu hormon yang tidak terlepas dari
proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Menurut Goerge
(1984), auksin di dalalm media berperan untuk merangsang pertumbuhan
kalus, merangsang permbesaran sel serta pertumbuhan akar dan mengatur
morfogenesis. Hal ini sejalan juga dengan pendapat Kusumo (1984) bahwa
salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan stek berakar yaitu dengan
memberikan hormon tumbuh sehingga dapat meningkatkan keberhasilan
pembiakan. Satu diantara hormon tumbuh yang sering digunakan adalah
IBA, adalah suatu hormon tumbuh guna merangsang perakaran dari
golongan auksin yang bersifat lebih baik dan efektif daripada jenis lainnya.
Heryana (2011) juga menyetujui bahwa auksin berperan dalam
pembentukan akar. Ia menyatakan bahwa auksin berperan mengatur
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk inisiasi akar lateral
dan respon gaya gravitasi. Fungsi auksin (IBA dan NAA) adalah
menginduksi kalus, mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel,
differensiasi jaringan xilem dan floem, penghambatan mata tunas
samping, absisi (pengguguran daun), aktivitas kambium, dan
pembentukan akar atau tunas.
9
Pada percobaan yang dilakukan dengan perbanyakan daun stek adalah
perbanyakan vegetatif dengan cara memotong daun tanaman menjadi lalu
ditanam pada media tanam. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan stek dengan menggunakan tambahan hormon auksin NAA dan
IBA. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek
yaitu media perakaran, suhu, kelembapan, dan cahaya. Media perakaran
berfuungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi
kelembapan pada stek, dan memudahkan aerasi. Selanjtunya adalah faktor
dari dalam tanaman. Kondisi fisiologis tanaman mempengaruhi penyetekan
adalah umur bahan stek, jenis tanaman adanya tunas, dan daun muda pada
stek dan zat pengatur tumbuh.
Pada pengamatan yang dilakukan, hasil menunjukkan bahwa beberapa
tanaman lidah mertua mengalami pembusukan, kekeringanm dan layu pada
saat dicabut dari media tanam. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dan
penelitian para ahli baik penggunaan hormon IBA dan NAA. Hal ini
diperkuat dengan pendapat Sulastiana (2007) bahwa penggunaan IBA
mampu meningkatkan jumlah akar primer dan sekunder setelah 2 bulan
diaktimasi. Dengan penambahan auksin IBA dari luar maka auksin di dalam
tanaman menjadi lebih tinggi sehingga pertumbuhan akar menjadi lebih
cepat. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sherrington (1996), bahwa
apabila di dalam tanaman perbandingan kosentrasi auksin lebih besar dari
sitokinin maka akan mengakibatkan stimulasi pada pembentukan akar. Dari
praktikum yang dilakukan diduga karena IBA dan NAA yang digunakan
terlalu rendah atau sedikit sehingga akar tidak terpacu untuk pertambahan
akar. Penurunan konsentrasi hormon IBA dan NAA bisa terjadi karena
penambahan air (pada lidah mertua yang direndam dalam media hormon
NAA dan IBA dalam bentuk cair) yang terlalu banyak sehingga kosentrasi
IBA dan NAA menurun. Menurut Lakitan (1995) pengaplikasian IBA dan
NAA yang terlalu tinggi dapat menghambat pertunasan, sedangkan bila
terlalu rendah hormon auksin ini tidak efektif untuk merangsang
pertumbuhan akar.
10
Pembusukan pada bagian potongan juga dipengaruhi oleh pemilihan
tempat pemotongan yang sembarangan. Seharusnya memilihan tempat
pemotongan harus berada di bawah dekat perakaran. Faktor lainnya juga
menyebabkan gagalnya pertumbuhan akar pada stek daun lidah mertua
adalah pemberian air yang berlebih pada tanah sehingga menyebabkan
bagian bawah stek lidah mertua busuk. Faktor human error yaitu karena
tidak terontrolnya tanaman dalam pemberian air dan pelakuan di
lingkungannya yang kurang tepat. Menurut Syahid (2014) faktor lain yang
mempengaruhi pertumbuhan akar adalah respon jaringan terhadap
pemberian auksin maupun konsentrasi yang diaplikasikan berbeda
untuk setiap tanaman.
Dari hasil pengamatan, hormon NAA menunjukkan respon yang
kurang baik dibandingkan dengan hormon IBA. Untuk sampel pengamatan
kelompok 1 pada perlakuan direndam NAA cair menghasilkan 4 akar
dengan panjang akar 0,5 cm. Namun, untuk perlakuan dengan larutan
kontrol menghasilkan 3 akar dengan panjang 0,7 cm. Hasil pada sampel
NAA cair kelompok 1 sama dengan hasil pengamatan sampel NAA kontrol
kelompok 3. Pertumbuhan paling baik dengan hormon NAA ditunjukkan
dengan hasil pertumbuhan sampel NAA cair kelompok 2, yang
menghasilkan 12 akar dengan panjang akar 1 cm. Pertumbuhan dengan
hormon NAA kebanyakan memberikan hasil berupa lidah mertua busuk. Hal
ini dapat terjadi karena kelebihan atau kekurangan air, dan suhu yang tinggi.
Dari hasil pengamatan didapatkan juga bahwa hormon IBA sangat
mempengaruhi pertumbuhan akar secara nyata, namun masih ada beberapa
lidah mertua yang busuk yang disebabkan oleh kurang tepatnya pemberian
air dan suhu yang tinggi. Pertumbuhan akar dengan hormon IBA hanya
berhasil pada perlakuan cair (dilihat dari data pada tabel). Pertumbuhan akar
lidah mertua dengan larutan kontrol juga terbilang baik. Pertumbuhan akar
lidah mertua yang paling baik ditunjukkan oleh hasil pengamatan sampel
IBA cair kelompok 5 yang menghasilkan 40 akar dengan panjang 2,2 cm.
Namun, pertumbuhan akar lidah mertua sampel IBA cair kelompok 4 lebih
11
rendah dibandingkan perlakuan dengan larutan kontrolnya yang
menghasilkan 19 akar dengan panjang akar 1-2 cm.
Hormon IBA ternyata bisa dibentuk melalui proses biosintesis yang
dijelaskan oleh Epstein (1993) yang menyatakan bahwa biosintesis IBA
dapat dilakukan dengan 3 jalur: (1) jalur yang analog dengan jalur
biosintesis IAA via jalur triptofan (indole dan serin) menggunakan
glutamate-γ-semialdehyde daripada serine, (2) dengan β-oksidasi via reaksi
yang mirip dengan yang ditemukan pada biosintesis asam lemak, (3) jalur
non-triptofan yang mirip dengan mutan maize orange pada pericarp untuk
sintesis IAA.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pemberian hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh terhadap
percepatan pertunasan dan perakaran seperti pada praktikum yang dilakukan
menggunakan hormon auksin. Hormon auksin akan merangsang
pertumbuhan kalus, merangsang permbesaran sel serta pertumbuhan akar
dan mengatur morfogenesis.
Pada percobaan menggunakan tanaman lidah mertua terjadi
pembusukan, kekeringan, dan layu. Hal ini dapat disebabkan karena
pemberian hormon yang sedikit, pemberian air yang kurang tepat, dan suhu
lingkungan atau faktor lingkungan lainnya. Didapatkan juga bahwa hasil
pertumbuhan akar lidah mertua yang paling baik ditunjukkan dengan hasil
sampel IBA cair kelompok 5 yang menghasilkan 40 akar dengan panjang
akar 2,2 cm.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah kosentrasi dari hormon auksin harus
sesuai dengan kebutuhan dari tanaman itu. Selain itu juga perawatan harus
terkontrol sehingga praktikum berjalan lancar dengan data yang sesuai.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15