Disusun Oleh :
Nur Rahmah Awaliyah
14222123
Dosen Pembimbing :
Dini Afriansyah, M.Pd
B. Hormon Auksin
Menurut Kusuma (1984), penggunaan zat pengatur tumbuh bertujuan unuk
merangsang pertumbuhan akar, perkembangan tunas, perkembangan buah,
mempertinggi hasil, menghilangkan pengaruh jelek dari fungisida serta
mempertinggi jumlah daun dan akar. Kemudian menurut Rochiman dan
Harjadi (1973) bahwa perakaran yang dihasilkan biasanya lebih baik daripada
tanpa pemberian zat pengatur tumbuh, tetapi pemberian zat pengatur tumbuh
tidak dapat menggantikan keadaan lingkungan yang kurang baik. Jika
lingkungan diabaikan, pemberian zat pengatur tumbuh tidak akan membantu
dalam perbaikan akar.
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang di temukan pada
ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai
pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang
meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan.
Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuan Belanda bernama Fritz
Went (1903-1990).
Auksin merupakan senyawa cincin indole yang mempengaruhi proses
perpanjangan sel, plastisitas dinding sel dan organogenesis seperti
pembentukan bunga, determinasi seks, pembentukan dan perkembangan dan
perkembangan buah, absisi dan perakaran (Abidin, 1985)
Selain itu, auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas
dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu
tanaman. Kata Auksin berasal dari bahasa Yunani auxein yang berarti
meningkatkan. Sebutan ini digunakan oleh Frits Went (1962) untuk senyawa
yang belum dapat dicirikan tetapi diduga sebagai penyebab terjadinya
pembengkokan koleoptil kearah cahaya.
Auksin yang ditemukan Went diketahui sebagai asam indolasetat (IAA).
Selanjutnya nama auksin digunakan untuk nama kelompok hormon dan zat
pengatur tumbuh yang menimbulkan respon khas IAA. Tumbuhan sendiri
mengandung 3 senyawa lain yang mirip dengan IAA baik struktur maupun
respon yang diakibatkannya dan digolongkan sebagai auksin alami contohnya
adalah Asam 4-kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang banyak ditemukan pada
biji muda kacang-kacangan, Asam phenilasetat (PAA) terdapat pada
kebanyakan tanaman, dan Asam indolbutirat (IBA) ditemukan pada daun
jagung dan berbagai jenis dikotil.
Adapun zat pengatur tumbuh (ZPT) ada yang tergolong sebagai auksin
sintesis karena kemampuannya menimbulkan banyak respon fisiologis seperti
yang ditimbulkan IAA, yaitu : asam a-naftalenasetat (NAA), asam 2,4-
diklorophenoksiasetat (2,4-D), asam 2-metil-4klorophenoksiasetat (MCPA) ,
asam 2-naftalosiasetat (NOA), asam 4-klorophenoksiasetat (4-CPA), asam p-
klorophenoksiasetat (PCPA), asam 2,4,5-triklorophenoksiasetat (2,4,5-T),
asam 3,6-dikloroanisik (dikamba), dan asam 4-amino-3,5,6-triklorophikolinik
(pikloram).
Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan
sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukkan akar, pembungaan
pada bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga
betina pada pada tanaman diocious, dominan apical, response tropisme serta
menghambat pengguran daun, bunga dan buah.
Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas ,
daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas
dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke
bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom)
atau jaringan parenkhim (Rismunandar,1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai
auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor
triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip
auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN =
Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid.
Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk.,
1991).
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung
sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin
(IAA = Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia
auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti
Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 -
Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo),
Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 diklorobenzoat) dan
Pikloram/Tordon (asam 4 amino 3, 5, 6 trikloro pikonat). Auksin
sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian,
dimana batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon
terhadap auksin, yaitu peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi
yang optimal dan penurunan pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi.
D. Peranan auksin
1. Pengembangan Sel :, adanya pertumbuhan yg cepat, meningkatkan
permeabilitas sel (kehadiran auksin meningkatkan masuknya difusi air),
fase pertumbuhan ada dua yaitu fase pembelahan dan vase pelebaran (ada
pada fase vakualisasi. Pada fase pelebran sel selain mengalami keregangan
juga mengalami penebalan dalam pembentukkan material-amaterial dd sel
baru, auksin menghalangi ion Ca2+ dalam pengerasan dd sel/ pektinase,
sehingga dinding sel menjadi lunak.
2. fototropisme, sel yang tdk tersinari kandungan auksinnya lebih tinggi,
maka akan terjadi pembengkokan menuju arah sinar. apabila bag koleoptil
disinari.
3. geotropisme, transportasi auksin kea rah bwh akibat pengaruh
geotropisme., tan yag diletakkkan mendatar, bag bawahnya mengandung
auksin lebih tinggi.
4. apical dominant. Apabila pucuk daun dibuang, maka akan mendoron
pertumbuhan tunas laterall/samping.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan efek IAA Pada Gejala Apikal Dominan
No Kontrol Lanoloin Saja Perlakuan 1 Perlakuan 2
(0,1 % IAA) (0,5% IAA)
1 10 5 5 6
2 10 6 - 6
3 8 5 - -
Total 14 8 5 6
B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat dibahas ketika
melaksanakan praktikum dilakukan pemotongan pada pucuk karena auksin di
produksi di daerah tersebut sehingga dapat menghentikan pertumbuhan
auksin dan digantikan IAA (Indol Acetic Acid) dan Lanolin. Untuk
membandingkan diberikan kontrol dimana pucuk yang dipotong tidak diolesi
apapun. Setelah dua minggu dilihat hasilnya dan dihitung jumlah tunas
ketiak. Sehingga didapat data seperti tabel diatas. Jumlah rata-rata tunas
lateral untuk perlakuan lanolin yaitu 8, hampir sama dengan hasil yang
diperoleh pada perlakuan IAA 0,1% yaitu 5 dan IAA 0,5% yaitu 6.
Sedangkan angka 14 diperoleh pada jumlah rata-rata tunas lateral pada
tanaman kontrol. Berdasarkan data diatas, pertumbuhan tunas lateral tanaman
kontrol lebih cepat dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan IAA dan Lanolin merupakan salah satu jenis hormon auksin
pasta yang kemampuannya untuk memaksimalkan pemanjangan tidak sebaik
hormon asli yang dihasilkan tanaman yaitu auksin. Lanolin dan IAA juga
dapat menghambat pertumbuhan mata tunas samping atau lateral.
A. KESIMPULAN
Hormon merupakan senyawa organik yang dikelompokkan berdasakan
kemampuannya mempercepat, memperhambat dan memodifikasi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan dan/atau proses-proses biokimia. Hormon
tumbuhan yang banyak diketahui dikelompokkan menjadi dua yaitu promotor
pertumbuhan (Auksin, sitokini, giberelin), dan inhibitor pertumbuhan (etilen,
asam absisat). Sedangkan zat pengatur tumbuh (ZPT) berperan penting dalam
mengontrol proses biologi dalam jaringan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA