Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM VIII

HORMON DAN PENGATUR TUMBUH

Disusun Oleh :
Nur Rahmah Awaliyah
14222123

Dosen Pembimbing :
Dini Afriansyah, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah hormon tumbuhan sintetik yang
diproduksi di pabrik dengan meniru karakter hormon tanaman. Oleh karena itu,
meskipun ZPT itu sintetik, khasiat dan fungsinya sama dengan hormon yang
diproduksi oleh tanaman. ZPT yang diproduksi sendiri oleh tanaman
disebut phytohormone (hormon tanaman). Phytohormone adalah zat organik
yang sintesis oleh tanaman , ditranslokasikan ke bagian tanaman lain dan
dalam konsentrasi yang sangat rendah secara efektif mempengaruhi proses
fisiologi tanaman. Ada beberapa kelompok phytohormone atau ZPT yaitu
Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen dan Asam absisi. Giberelin dan Sitokinin
mempunyai fungsi merangsang pertumbuhan tanaman, baik dengan menambah
jumlah sel( Sitokonin) atau menambah ukuran sel (Giberelin).
Apabila kelima kelompok itu mempunyai sifat memacu ( pertumbuhan ,
pembungaan , pembentukan klorofil, atau pengguran daun), ada jenis keenam
yang sifatnya menghambat sesuai dengan sifatnya, ZPT yang sifatnya
menghambat ini diberi nama retardan yang artinya adalah menghambat. Ada
beberapa jenis retardan yang sudah digunakan secara komersial oleh petani
atau penggemar bunga yaitu paclobutrazol, coumarin, CCC dan ancymidol.
Secara terminology, oleh para ahli fisiologi tumbuhan telah diberi batasan-
batasan tentang zat pengatur tumbuh, hormone dan hara. Zat pengatur tumbuh
pada tanaman adalah senyawa organic yang bukan hara, yang dalam jumlah
sedikit dapat mendukung menghambat dan dapat merubah proses fisiologi
tumbuhan.
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik kompleks alami yang di
sintesis oleh tanaman tingkat tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Dalam kultur jaringan, ada dua golongan zat pengatur
tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh
ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan
dan organ.
Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan
dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah
perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen,
mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh
endogen ini kemudian merupakan trigerring factor untuk proses-proses yang
tumbuh dan morfogenesis (Taji, Kumar dan Lakshmanan, 2002).
ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan
fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau
menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat
memproduksi hormon dengan baik.(Yoxx, 2008).
Hormone tumbuh adalah zat organic yang dihasilkan oleh tanaman yang
dalam kosentrasi rendahdapat mengatur proses fisiologis. Hormone biasanya
bergerak dari bagian tanaman yang menghasilkan menuju kebagian tanaman
lainnya. Zat pengatur tumbuh didalam tanaman terdiri dari lima kelompok
yaitu auksin, sitokinin, giberelin, inhibitor dan etilen yang memiliki cirri khas
dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis.
Auksin adalah senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya dalam
mendukung terjadinya perpanjangan sel pada pucuk, dengan dicirikan oleh
adanya Indole ring. Sedangkan yang dimaksud dengan giberellin adalah
senyawa yang mengandung giban skeleton, yang mestimulasi pembelahan sel,
perpanjangan sel atau keduanya.
Zat pengatur tumbuh ketiga adalah sitokinin. Zat pengatur tumbuh ini
adalah senyawa yang memiliki bentuk dasar Adenine (6-amino purin) yang
mendukung terjadinya pembelahan sel. Zat pengatur tumbuh keempat yaitu
etylen, merupakan senyawa yang sangat sederha sekali yang terdiri dari 2 atom
karbon dan 4 atom hodrogen.
Dalam keadaan normal zat pengatur tumbuh etylen ini akan membentuk
gas, mempunyai peranan penting dalam proses pematangan buah dalam fase
climacteric. Dan zat pengatur tumbuh yang lain yaitu inhibitor. Inhibitor ini
adalah kelompok zat pengatur tumbuh yang menghambat dalam proses
biokimia dan fisiologis bagi keempat aktifitas zat pengatur tumbuh
tersebut. (Abdi, 2009).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui efek IAA pada
gejala apikal dominan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hormon
Perkembangan tumbuhan dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon, yaitu
senyawa-senyawa kimia yang disintesis pada lokasi tertentu oleh suatu
organisme, kemudian diangkut ke tempat lain untuk selanjutnya bekerja
melalui suatu cara yang spesifik pada konsentrasi yang sangat rendah, untuk
mengatur pertumbuhan, perkembangan atau metabolisme. Hormon tumbuhan
atau bisa kita kenal dengan fitohormon ini merupakan senyawa organik yang
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan yang dibuat oleh suatu bagian
tumbuhan. Hormon tumbuhan dengan konsentrasi rendah menyebabkan suatu
dampak fisiologis. Dampak fisiologi merupakan akibat yang terjadi pada
proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Pada kenyataannya sangat sukar untuk mendefinisikan istilah hormon
dengan tepat. Penggunaan istilah zat pengatur tubuh sering lebih baik, dan
menunjukkan senyawa-senyawa baik alami maupun sintetik yang
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme. Senyawa
hormon bukan suatu metabolit antara atau hasil suatu rangkaian reaksi yang
dipengaruhinya, dan biasaya aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Beberapa kelompok hormon telah diketahui dan beberapa diantaranya bersifat
sebagai perangsang pertumbuhan dan perkembangan (promoter), sedangkan
yang lainnya bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada tumbuhan.
Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi
hormon pada hewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak dihasilkan
dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana
hewan, tetapi dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik)
yang menghasilkan zat ini apabila mendapat rangsang. Penyebaran hormon
tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena hormon tumbuhan
dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel. Hormon tumbuhan
dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan ("endogen"). Pemberian
hormon dari luar sistem individu dapat pula dilakukan ("eksogen").
Pemberian secara eksogen dapat juga melibatkan bahan kimia non-alami
(sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan) yang menimbulkan rangsang
yang serupa dengan fitohormon alami. Oleh karena itu, untuk
mengakomodasi perbedaan dari hormon hewan, dipakai pula istilah zat
pengatur tumbuh tumbuhan (bahasa Inggris : plant growth regulator /
substances) bagi hormon tumbuhan.

B. Hormon Auksin
Menurut Kusuma (1984), penggunaan zat pengatur tumbuh bertujuan unuk
merangsang pertumbuhan akar, perkembangan tunas, perkembangan buah,
mempertinggi hasil, menghilangkan pengaruh jelek dari fungisida serta
mempertinggi jumlah daun dan akar. Kemudian menurut Rochiman dan
Harjadi (1973) bahwa perakaran yang dihasilkan biasanya lebih baik daripada
tanpa pemberian zat pengatur tumbuh, tetapi pemberian zat pengatur tumbuh
tidak dapat menggantikan keadaan lingkungan yang kurang baik. Jika
lingkungan diabaikan, pemberian zat pengatur tumbuh tidak akan membantu
dalam perbaikan akar.
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang di temukan pada
ujung batang, akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai
pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang
meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan.
Peran auksin pertama kali ditemukan oleh ilmuan Belanda bernama Fritz
Went (1903-1990).
Auksin merupakan senyawa cincin indole yang mempengaruhi proses
perpanjangan sel, plastisitas dinding sel dan organogenesis seperti
pembentukan bunga, determinasi seks, pembentukan dan perkembangan dan
perkembangan buah, absisi dan perakaran (Abidin, 1985)
Selain itu, auksin adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas
dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development) suatu
tanaman. Kata Auksin berasal dari bahasa Yunani auxein yang berarti
meningkatkan. Sebutan ini digunakan oleh Frits Went (1962) untuk senyawa
yang belum dapat dicirikan tetapi diduga sebagai penyebab terjadinya
pembengkokan koleoptil kearah cahaya.
Auksin yang ditemukan Went diketahui sebagai asam indolasetat (IAA).
Selanjutnya nama auksin digunakan untuk nama kelompok hormon dan zat
pengatur tumbuh yang menimbulkan respon khas IAA. Tumbuhan sendiri
mengandung 3 senyawa lain yang mirip dengan IAA baik struktur maupun
respon yang diakibatkannya dan digolongkan sebagai auksin alami contohnya
adalah Asam 4-kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang banyak ditemukan pada
biji muda kacang-kacangan, Asam phenilasetat (PAA) terdapat pada
kebanyakan tanaman, dan Asam indolbutirat (IBA) ditemukan pada daun
jagung dan berbagai jenis dikotil.
Adapun zat pengatur tumbuh (ZPT) ada yang tergolong sebagai auksin
sintesis karena kemampuannya menimbulkan banyak respon fisiologis seperti
yang ditimbulkan IAA, yaitu : asam a-naftalenasetat (NAA), asam 2,4-
diklorophenoksiasetat (2,4-D), asam 2-metil-4klorophenoksiasetat (MCPA) ,
asam 2-naftalosiasetat (NOA), asam 4-klorophenoksiasetat (4-CPA), asam p-
klorophenoksiasetat (PCPA), asam 2,4,5-triklorophenoksiasetat (2,4,5-T),
asam 3,6-dikloroanisik (dikamba), dan asam 4-amino-3,5,6-triklorophikolinik
(pikloram).
Peran fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan
sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukkan akar, pembungaan
pada bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga
betina pada pada tanaman diocious, dominan apical, response tropisme serta
menghambat pengguran daun, bunga dan buah.
Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas ,
daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas
dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke
bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom)
atau jaringan parenkhim (Rismunandar,1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai
auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor
triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip
auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN =
Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid.
Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk.,
1991).
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung
sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin
(IAA = Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia
auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti
Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 -
Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo),
Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 diklorobenzoat) dan
Pikloram/Tordon (asam 4 amino 3, 5, 6 trikloro pikonat). Auksin
sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian,
dimana batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon
terhadap auksin, yaitu peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi
yang optimal dan penurunan pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi.

C. Efek paling penting auksin


1. Pembesaran sel, dengan cara membuat dinding selulosa menjadi kenyal,
meningkatkan potensi osmotik cairan sel, anyaman dinding fibril selulosa
yang menyusun kerangka dinding sel menjadi kendor, memacu
penambahan fibril selulosa.
2. Dominansi apical , bila kuncup ujung dibuang, maka akan merangsang
mata tunas samping untuk tumbuh.
3. Auksin terlibat dalam berbagai tahapan reproduksi seperti serbuk sari,
buah dan biji. Tanaman bisa menghaslkan buah tanpa biji.

D. Peranan auksin
1. Pengembangan Sel :, adanya pertumbuhan yg cepat, meningkatkan
permeabilitas sel (kehadiran auksin meningkatkan masuknya difusi air),
fase pertumbuhan ada dua yaitu fase pembelahan dan vase pelebaran (ada
pada fase vakualisasi. Pada fase pelebran sel selain mengalami keregangan
juga mengalami penebalan dalam pembentukkan material-amaterial dd sel
baru, auksin menghalangi ion Ca2+ dalam pengerasan dd sel/ pektinase,
sehingga dinding sel menjadi lunak.
2. fototropisme, sel yang tdk tersinari kandungan auksinnya lebih tinggi,
maka akan terjadi pembengkokan menuju arah sinar. apabila bag koleoptil
disinari.
3. geotropisme, transportasi auksin kea rah bwh akibat pengaruh
geotropisme., tan yag diletakkkan mendatar, bag bawahnya mengandung
auksin lebih tinggi.
4. apical dominant. Apabila pucuk daun dibuang, maka akan mendoron
pertumbuhan tunas laterall/samping.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Hormon dan Pengatur Tumbuh
dilakukan pada Selasa tanggal 6 Juni 2017, Pukul 13.20-15.00 WIB di
laboratorium Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 buah pot.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanaman kacang
merah (Phaseolus vulgaris) dan larutan IAA dalam Ianolin (0,1 dan 0,5%)
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1. Siapkan tiga pot dan tanamilah 6-8 biji kacang merah.
2. Pilihlah 3 tanaman kacang yang homogen dari sejumlah biji yang tumbuh.
3. Buatlah perlakuan sebagai berikut :
a. Tanaman pada pot I dibiarkan tumbuh normal.
b. Tanaman pada pot II, potonglah bagian pucuk tanamannya, kemudian
olesi batang bekas potonganya dengan ianolin.
c. Tanaman pot III, potonglah bagian pucuk batangnya dan olesi dengan
IAA dalam Ianolin (0,1 dan 0,5%)
4. Letakkan tanaman di green house dan siramlah secukupnya
5. Amati pertumbuhan tunas ketiak setelah 2 minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan efek IAA Pada Gejala Apikal Dominan
No Kontrol Lanoloin Saja Perlakuan 1 Perlakuan 2
(0,1 % IAA) (0,5% IAA)
1 10 5 5 6
2 10 6 - 6
3 8 5 - -

Total 14 8 5 6

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat dibahas ketika
melaksanakan praktikum dilakukan pemotongan pada pucuk karena auksin di
produksi di daerah tersebut sehingga dapat menghentikan pertumbuhan
auksin dan digantikan IAA (Indol Acetic Acid) dan Lanolin. Untuk
membandingkan diberikan kontrol dimana pucuk yang dipotong tidak diolesi
apapun. Setelah dua minggu dilihat hasilnya dan dihitung jumlah tunas
ketiak. Sehingga didapat data seperti tabel diatas. Jumlah rata-rata tunas
lateral untuk perlakuan lanolin yaitu 8, hampir sama dengan hasil yang
diperoleh pada perlakuan IAA 0,1% yaitu 5 dan IAA 0,5% yaitu 6.
Sedangkan angka 14 diperoleh pada jumlah rata-rata tunas lateral pada
tanaman kontrol. Berdasarkan data diatas, pertumbuhan tunas lateral tanaman
kontrol lebih cepat dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan IAA dan Lanolin merupakan salah satu jenis hormon auksin
pasta yang kemampuannya untuk memaksimalkan pemanjangan tidak sebaik
hormon asli yang dihasilkan tanaman yaitu auksin. Lanolin dan IAA juga
dapat menghambat pertumbuhan mata tunas samping atau lateral.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi setiap individu


dengan lingkungannya. Salah satu sinyal yang berkontribusi dalam integrasi
pekembangan dan penyesuaian terhadap lingkungan eksternal adalah hormon.
Hormon tumbuhan disebut juga senyawa pertumbuhan tanaman atau
regulator pertumbuhan tanaman tidak hanya berfungsi pada proses
pertumbuhan tetapi juga proses-proses di sistem endogen lainnya (J. Amer
Hort, 2009).
Hormon adalah senyawa organik yang dikelompokkan berdasarkan
kemampuannya mempercepat, menghambat dan memodifikasi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan dan/atau proses-proses biokimia. Hormon
tertentu dapat memacu proses tertentu, menghambat beberapaproses lainnya
dan tidak berpengaruh banyak proses lain. Dari lima hormon tumbuhan yang
telah banyak diketahui dikelompokkan menjadi dua, yaitu promotor
pertumbuhan (auksin, sitokinin, giberelin) dan inhibitor pertumbuhan (etilen,
asam absisat). Hormon-hormon tersebut dapat beraksi secara sinergis atau
antagonis satu dengan lainnya (J. Amer Hort, 2009).
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) berperan penting dalam mengatur
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
adalah zat yang di hasilkan secara buatan (sintesis) dengan campur tangan
manusia ataupun melalui rekayasa dan biasanya ZPT ini berhubungan dengan
kimia. Secara umum hormon adalah molekul-molekul tersebut dibentuk di
dalam organisme dengan proses metabolik dan tidak berfungsi didalam
nutrisi.
Zat pengatur tumbuh terdiri dari golongan sitokinin dan auksin. Auksin
mempunyai peran ganda tergantung pada struktur kimia, konsentrasi, dan
jaringan tanaman yang diberi perlakuan. Pada umumnya auksin digunakan
untuk menginduksi pembentukan kalus, kultur suspensi, dan akar, yaitu
dengan memacu pemanjangan dan pembelahan sel di dalam jaringan
kambium (Pierik, 1987). Untuk memacu pembentukan kalus embriogenik dan
struktur embrio somatik seringkali auksin diperlukan dalam konsentrasi yang
relatif tinggi (Lestari, Endang G, 2011).
Zat pengatur tumbuh tanaman berperan penting dalam mengontrol proses
biologi dalam jaringan tanaman (Davies, 1995; Gaba, 2005). Perannya antara
lain mengatur kecepatan pertumbuhan dari masing masing jaringan dan
mengintegrasikan bagian-bagian tersebut guna menghasilkan bentuk yang
kita kenal sebagai tanaman. Aktivitas zat pengatur tumbuh di dalam
pertumbuhan tergantung dari jenis, struktur kimia, konsentrasi, genotipe
tanaman serta fase fisiologi tanaman. Dalam proses pembentukan organ
seperti tunas atau akar ada interaksi antara zat pengatur tumbuh eksogen yang
ditambahkan ke dalam media dengan zat pengatur tumbuh endogen yang
diproduksi oleh jaringan tanaman (Winata, 1987). Penambahan auksin atau
sitokinin ke dalam media kultur dapat meningkatkan konsentrasi zat pengatur
tumbuh endogen di dalam sel, sehingga menjadi faktor pemicu dalam
proses tumbuh dan perkembangan jaringan. Untuk memacu pembentukan
tunas dapat dilakukan dengan memanipulasi dosis auksin dan sitokinin
eksogen (Lestari, Endang G, 2011).
Auksin merupakan hormon pertumbuhan pada tumbuhan yang mempunyai
peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sifat
penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan
menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan dan
pemanjangan sel. Hormon auksin diproduksi secara endogen pada bagian
pucuk apikal tanaman. Fungsi dari hormon auksin ini dalam membantu dalam
proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun
batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan
sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hormon merupakan senyawa organik yang dikelompokkan berdasakan
kemampuannya mempercepat, memperhambat dan memodifikasi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan dan/atau proses-proses biokimia. Hormon
tumbuhan yang banyak diketahui dikelompokkan menjadi dua yaitu promotor
pertumbuhan (Auksin, sitokini, giberelin), dan inhibitor pertumbuhan (etilen,
asam absisat). Sedangkan zat pengatur tumbuh (ZPT) berperan penting dalam
mengontrol proses biologi dalam jaringan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (1985). Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur


Tumbuh. Bandung: Aksara. 85 Hal
Dwijoseputro, D. (1999). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia .
Dwidjosaputro, D. (1989). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Gramedia.
Heddy, S. (1989). Hormon Tumbuh . Jakarta: CV. Rajawali.
J. Amer, Hort. (2009). Exogeneous Cytokinin Induces Out of Season Flowering
in Protea cv.
Lestari, Endang G. (2011). Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan
Tanamana melalui Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen. Vol 7 No 1.
Salybury, Fank dan Cleon, W. S.(1995). Fisiologi Tumbuhan : Perkembangan
Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai