Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ZAT PENGATUR TUMBUH


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fisiologi tumbuhan
Dosen : Agus Salim

Oleh :

Imam Iryanto Wasillah (11570200


Muhammad Ayubi (1157020048)
Salma Armelia Sastra (1157020069)

Biologi 4B

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan


pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul Zat Pengatur
Tumbuh). Cukup banyak rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses
pengerjaannya. Meskipun begitu, pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikannya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang
telah membatu dalam penyelesaian makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan balasan pada mereka


yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.

Bandung, 10 Mei 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................3
BAB I............................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................5
1.3 Tujuan................................................................................5
BAB II...........................................................................................6
2.1 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)...............................................6
2.2 Jenis-jenis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)..............................6
2.3 Mekanisme Kerja Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).................11
2.4 Fungsi Dari Pengaruh Zat Tumbuh ..15
2.5 Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Tanaman18
BAB III........................................................................................20
3.1 Kesimpulan......................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan mahluk hidup yang dapat menghasilkan banyak manfaat
bagi manusia seperti batang, buah dan bagian lain dari tanaman untuk di manfaatkan
untuk kehidupan sehari-hari baik dalam segi penyediaan gizi, vitamin serta leindahan
(estetika). Yang terkandung dalam morfologi tanaman tersebut. Tanaman dapat di
kembangbiakan dari biji yang terdapat pada buah tetapi tanaman yang berasal dari
buah ini dapat menimbulkan banyak variasi yang tidak sama dengan induknya.
Perkembangan tanaman dipengaruhi oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa
kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut ke
tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada
konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan dan
metabolisme tanaman. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik
yang bukan termasuk unsur hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung
(promote), menghambat (inhibit) dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan.
Sedangkan hormon tumbuh (plant hormon) adalah zat organik yang dihasilkan oleh
tanaman yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis.
Zat pengatur tumbuh ini bisa dibilang merupakan hormon sintetis dari luar
tubuh tanaman yang memiliki fungsi untuk merangsang perkecambahan, pertumbuhan
akar, dan tunas. Dengan adanya zat pengatur tumbuh maka tanaman yang akan
ditanam dapat diatur perkembangan dan pertumbuhannya. Dengan begitu, zat pengatur
tumbuh ini membantu petani dalam perkembangan dan pertumbuhan tanaman dan
membantu pula dalam hal penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan tertentu.
Penggunaan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) ini banyaknya memiliki tujuan untuk
mempercepat perkecambahan, pertumbuhan akar, dan tunas. Dalam pembuatan ZPT
yang bertujuan untuk mempercepat perkecambahan, pertumbuhan akar dan tunas
maka perlu digunakan bahan alami dari tumbuhan atau tanaman lain yang memiliki
hormon pertumbuhan tersebut. Sehingga nantinya didapatkan hasil perkecambahan,
pertumbuhan akar, dan tunas yang cepat dibandingkan dengan perkecambahan,
pertumbuhan akar, dan tunas secara normal atau tanpa bantuan hormone ZPT ini.
Dengan demikian, dalam makalah ini akan dibahas mengenai perkembangan
hormon ZPT, faktor yang mempengaruhi hormon ZPT, dan juga mekanisme atau cara

4
kerja dari ZPT itu sendiri. Sehingga nantinya dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara yang benar.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa itu Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)?
2. Apa saja jenis-jenis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)?
3. Bagaimana mekanisme atau cara kerja dari Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)?
4. Apa fungsi dari Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)?
5. Bagaimana pengaruh ZPT terhadap tumbuhan/tanaman?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memahami apa itu ZPT
2. Memahami jenis jenis ZPT
3. Mengetahui cara kerja atau mekanisme dari ZPT
4. Mengetahui pengaruh ZPT terhadap tumbuhan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)


Perkembangan tanaman dipengaruhi oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa
kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut ke
tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada
konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan dan
metabolisme tanaman. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik
yang bukan termasuk unsur hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung
(promote), menghambat (inhibit) dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan.
Sedangkan hormon tumbuh (plant hormon) adalah zat organik yang dihasilkan oleh
tanaman yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis (Zaki.
Ismail F, 2014).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah hormon tumbuhan sintetik
yang diproduksi di pabrik dengan meniru karakter hormon tanaman.
Oleh karena itu, meskipun ZPT itu sintetik, khasiat dan fungsinya
sama dengan hormon yang diproduksi oleh tanaman. ZPT yang
diproduksi sendiri oleh tanaman disebut phytohormone (hormon
tanaman). Phytohormone adalah zat organik yang di sintesis oleh
tanaman, ditranslokasikan ke bagian tanaman lain, dan dalam
konsentrasi yang sangat rendah secara efektif mempengaruhi
proses fisiologi tanaman.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan hormon sintetis dari
luar tubuh tanaman. Zat pengatur tumbuh memiliki fungsi untuk
merangsang perkecambahan, pertumbuhan akar, dan tunas. Zat
pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu
auksin, sitokinin, giberelin, dan inhibitor. Zat pengatur tumbuh
golongan auksin adalah Indol Asam Asetat (IAA), Indol Asam Butirat
(IBA), Naftalen Asam Asetat (NAA), dan 2,4 D Dikhlorofenoksiasetat
(2,4 D). Zat pengatur tumbuh yang termasuk golongan sitokinin
adalah Kinetin, Zeatin, Ribosil, Benzil Aminopurin (BAP) atau
Benziladenin (BA). Zat pengatur tumbuh golongan giberelin yaitu GA

6
1, GA 2, GA 3, GA 4, sedangkan ZPT yang termasuk golongan
inhibitor adalah fenolik dan asam absisik (Hendaryono dan Wijayani,
1994).

2.2 Jenis-jenis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)


Ada beberapa kelompok Phytohormone atau ZPT yaitu:
Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen, dan Asam absitat (ABA).
a. Auksin
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang
menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan
pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil
yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang
ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang
ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA).
Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang
dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4-
kloro IAA) yang ditemukan pada benih muda jenis kacang-
kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak
jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan
pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin
disintesis di apeks tajuk dan ujung akar yang akan
ditransportasikan melalui poros embrio. Auksin memiliki sifat
mudah rusak jika terkena cahaya langsung (Riyadi, 2014).
Beberapa auksin alami (organik) adalah Indole-3-Acetic Acid
(IAA) dan Indole Butyric Acid (IBA), 4-kloro IAA, dan Phenylacetic
acid (PAA). Auksin sintetik banyak macamnya, yang umum
dikenal adalah Nephtaleine Acetic Acid (NAA), Asam Beta-
Naftoksiasetat (BNOA), 2,4-Dichlorophenoxy Acetic Acid (2,4-D),
dan Asam 4-Klorofenoksiasetat (4-CPA), 2-Methyl-4
Chlorophenoxy Acetic Acid (MCPA), 2,4,5-T dan 3,5,6-Trichloro
Picolinic Acid (Picloram) (Gunawan, 1987).
Fungsi dari zat pengatur tumbuh ini antara lain:
Perkecambahan biji, auksin akan mematahkan dormansi
biji (biji tidak mau berkecambah) dan akan merangsang

7
proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan
Auksin juga akan membantu menaikkan kuantitas hasil
panen.
Pembentukkan akar. Auksin akan memacu proses
terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih
baik.
Pembungaan dan pembuahan. Auksin akan merangsang
dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah.
Mendorong Partenokarpi. Parthenokarpi adalah suatu
kondisi dimana tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau
penyerbukan.
Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
Mematahkan dominansi pucuk/apikal, yaitu suatu kondisi
dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang.
b. Giberelin
Giberelin pertama kali ditemukan oleh seorang ahli patologi
Jepang, Kurosawa, ketika meneliti penyakit tanaman padi yang
disebut Bakane. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur
Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga sebagai Fusarium
moniliforme. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa jamur
tersebut mengeluarkan suatu substansia atau zat yang sekarang
dikenal dengan nama giberelin. Giberelin, pertama kali zat ini
diambil yaitu jamur Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga
sebagai Fusarium moniliforme merupakan organisme penyebab
penyakit foolish seedling pada padi. Tanaman padi yang
diserang terlihat lebih tinggi daripada yang lain. Gejala ini
ternyata diakibatkan karena suatu zat yang dikeluarkan oleh
jamur tersebut. Tahun 1938, Yabuta dan Sumuki berhasil
mendapatkan giberelin dari jamur tersebut.
Giberelin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula
diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926.
Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939), Ia
dapat mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi
pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun 1951, Stodola
dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan

8
menghasilkan "Gibereline A" dan "Gibereline X". adapun hasil
penelitian lanjutannya menghasilkan GA1, GA2, dan GA3. Pada
saat yang sama dilakukan pula penelitian di Laboratory of the
Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan
GA3 (Cross, 1954).
Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak
kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel.
Meningkatkan pembungaan.
Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek
giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim
dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana
enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji
dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan
energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah
radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau
kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan
biji sehingga biji berkecambah.
Berperan pada pemanjangan sel.
c. Sitokinin
Skoog (1955), melakukan penelitian dengan cara memisahkan
jaringan empulur Nikotiana tabaccum dari unsur-unsur pembuluh
dan korteks kemudian menempatkannya dalam suatu medium
pertumbuhan dan hasilnya adalah tidak terjadi pembelahan sel
pada jaringan empulur tersebut. Tetapi jika jaringan pembuluh
ditempatkan sedemikian rupa sehingga bersinggungan dengan
jaringan empulur, maka jaringan empulur akan melakukan
pembelahan sel lagi. Lewat penelitian selanjutnya Skoog
menamakan zat yang dapat memacu proses pembelahan sel
tersebut diberikan pakan ukuran 01.
Beberapa fungsi Sitokinin pada tumbuhan sebagai berikut:
Pembelahan sel dan pembesaran sel. Sitokinin
memegang peranan penting dalam proses pembelahan
dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan
pertumbuhan tanaman.

9
Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk
mematahkan dormansi (tidak mau berkecambah) pada
biji-bijian tanaman.
Pembentukkan tunas-tunas baru,turut dipacu dengan
penggunaan Sitokinin.
Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan
sehingga lebih awet.
Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam
tanaman.
Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan
pemberian Sitokinin.
d. Etilen
Di awal abad 20, buah jeruk dan anggur diperam di dalam
gudang yang dilengkapi dengan kompor minyak tanah. Semula
petani buah mengira bahwa hawa panas itu yang mematangkan
buah, tetapi dugaan tersebut tidak terbukti ketika mereka
mencoba metode baru menggunakan kompor yang dilengkapi
dengan pembersih (tanpa polusi) yang menghasilkan buah-buah
yang tidak cepat matang. Ahli biologi tumbuhan menduga bahwa
pematangan buah yang disimpan di dalam gudang tersebut
sebenarnya berkaitan dengan produksi etilen yaitu gas hasil
pembakaran minyak tanah. Sekarang diketahui bahwa tumbuhan
secara alami menghasilkan etilen yang merupakan ZPT yang
berperan memacu penuaan termasuk pematangan buah.
Faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek
memacu gugurnya daun juga oleh pada musim gugur dan suhu
yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini
menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan
auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan
proses metabolisme daun, tetapi dengan bertambahnya umur
daun jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat.
Sementara itu, sel-sel yang mulai menghasilkan etilen akan
mendorong pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen
merangsang lapiasan absisi terpisah dengan memacu sintesis
enzim yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi.

10
Gugur daun pada musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan
untuk mencegah kehilangan air melalui penguapan pada musim
salju karena pada saat itu akar tidak mampu menyerap air pada
tanah yang membeku.
Etilen berfungsi untuk membantu proses pematangan buah,
memacu pembungaan, merangsang pemekaran bunga,
merangsang pertumbuhan akar dan batang, merangsang
pengguguran buah dan daun, merangsang perkecambahan biji,
menghambat pemanjangan batang kecambah, memperkokoh
batang tanaman dan mengakhiri masa dormansi. Jika digunakan
bersamaan dengan giberelin, etilen berfungsi dalam mengatur
perbandingan bunga jantan dan betina pada tumbuhan berumah
satu.
e. Asam Abisat (ABA)
Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana
tanaman beradaptasi menjadi dorman (penundaan
pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup
menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan
pada cambium pembuluh sehingga menunda pertumbuhan
primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada kuncup
untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Dinamai dengan
asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini menyebabkan
absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musimgugur. Nama
tersebut telah popular walaupun para peneliti tidak pernah
membuktikan kalau ABA terlibat dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan suatutumbuhan,merupakan hal yang
menguntungkanuntuk menunda/menghentikan pertumbuhan
sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi
tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena
proses perkecambahan dengan suplai air terbatas akan
mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan diketahui
mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA
tampaknya bertindak sebagai penghambat utama

11
perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman di dalam
tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji. Fungsi ABA
untuk menghambat pertumbuhan; merangsang, penutupan
stomata pada waktu kekurangan air, memper-tahankan
dormansi.
2.3 Mekanisme Kerja Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
a. Auksin
Auksin berkerja dengan menginisiasi pemanjangan sel dan
juga memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel
tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+
mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa
ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding
sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk
secara osmosis. Auksin yang dikombinasikan dengan giberellin
dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong
pembelahan sel ada kambium pembuluh sehingga mendukung
pertumbuhan diameter batang.
Salah satu manfaat auksin (IBA) yaitu merangsang enzim yang
berguna dalam mengaktifkan metabolisme sel yang salah
satunya untuk mengambil oksigen. Oksigen diperlukan untuk
proses oksidasi cadangan makanan yang terdapat dalam benih.
Dengan demikian, hasil oksidasi dapat digunakan untuk
pertumbuhan benih. Proses perkecambahan terjadi karena sel-sel
embrional memiliki kemampuan membelah dan bertambah
banyak. Kemampuan tersebut mengakibatkan benih tumbuh
menjadi kecambah. Pertumbuhan akan terus berlanjut terutama
pada bagian ujung batang dan akar pertumbuhan dapat
berlangsung jika tersedia makanan yang digunakan untuk
pembentukan akar dan mempertahankan sifat geotropisme.
Setelah itu enzim yang terdapat pada benih akan aktif. Auksin
disintesis di pucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda
(misal daun muda) dan terutama bergerak arah ke bawah batang
(polar), sehingga terjadi perbedaan kadar auksin di pucuk batang
dan di akar. Aktivitasnya meliputi perangsangan dan

12
penghambatan pertumbuhan, tergantung pada konsentrasi
auksinnya. Jaringan yang berbeda memberikan respon yang
berbeda pula terhadap kadar auksin yang dapat merangsang
atau menghambat pertumbuhan tanaman.
b. Giberelin
Kejadian di dalam alam, di dalam alam telah ditemukan lebih
dari sepuluh buah jenis giberelin. Menurut Weaver (1972),
giberelin ada yang diketemukan dalam jamur Gibberella Fujikuroi,
ada yang diketemukan pada tanaman tinggi dan ada juga yang
diketemukan pada keduanya. Jenis giberelin yang diketemukan
pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16,
GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis giberelin yang diketemukan
pada tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17,
s.d GA23, GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu giberelin yang
diketemukan pada jamur dan tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1,
s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13. Giberelin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d
GA9, GA19, GA20, GA26, GA27, dan GA29 diketemukan pada
Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9, GA13, diketemukan pada umbi
tulip, kemudian GA3, GA4, GA7, diketemukan pada anggur,
GA18, GA19, GA20, diketemukan pada pucuk bambu, GA3, GA4,
GA7, dijumpai pada biji apel, selanjutnya GA21, dan GA22,
dijumpai pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu: Lipinus
lutens (GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji
mentimun diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang,
jagung, barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada tanaman
Phaseolus coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8,
GA13, GA17, dan GA20. Kemudian pada Rudbeckia bicolor
diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang terakhir yaitu
pada Calonyction aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33,
dan GA34. Hasil penelitian Meizger dan Zeivaart (1980)
menunjukan bahwa pada pucuk bayam (spinach) didapatkan
giberelin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29.
Metabolisme gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan
kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit

13
isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon. Unit-unit isoprene ini
dapat bergabung sehingga menghasilkan monoterpene (C-10),
Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30).
Biosintesis gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella
Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi
gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah diketemukan zat
penghambat (growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa
contoh growth retardant yang menghambat biosintesis
gibberelline pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-
dimetil-kamine-5 metil phenil-4pipendine karboksilatmetil
klorida) menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman
mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618 menghambat
dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke
Kaurene. Begitu pula growth retardant CCC (2-chloroethyl)
trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang
sama dengan Amo-1618.

c. Sitokinin
Struktur kimia Cytokinin, bentuk dasar dari cytokinin adalah
adenin (6-amino purine). Adenin merupakan bentuk dasar yang
menentukan terhadap aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa
cytokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam
rantai tersebut akan meningkatkan aktifitas zat pengatur tumbuh
ini. Arti Cytokinin bagi fisiologi tanaman, penelitian pertumbuhan
pith tissue culture dengan menggunakan cytokinin dan auxin
dalam berbagai perbandingan telah dilakukan oleh Weier (1974).
Dihasilkan bahwa apabila dalam perbandingan cytokinin lebih
besar dari auxin, maka hal ini akan memperlihatkan stimulasi
pertumbuhan tunas dan daun. Sebaliknya apabila cytokinin lebih
rendah dari auxin, maka ini akan mengakibatkan stimulasi pada
pertumbuhan akar. Sedangkan apabila perbandingan cytokinin
dan auxin berimbang, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar
akan berimbang pula. Tetapi apabila konsentrasi cytokinin itu
sedang dan konsentrasi auxin rendah, maka keadaan

14
pertumbuhan tobacco pith culture tersebut akan berbentuk
callus.
Sedangkan dalam pembelahan sel, dikemukakan bahwa IAA
dan kinetin, apabila digunakan secara tersendiri akan
menstimulasi sintesis DNA dalam tobacco pith culture. Dan
menurut ahli tsb, kehadiran IAA dan kinetin ini diperlukan dalam
proses mitosis walaupun IAA lebih dominan pada fase tersebut.
Interaksi Cytokinin, Gibberellin dan Auxin dalam perkembangan
tanaman, di dalam alam tidak satu unsurpun yang berdiri sendiri.
Kesemuanya berinteraksi antara satu sama lainnya, sehingga
merupakan suatu sistem. Begitu pula dengan zat pengatur
tumbuh. Pada tanaman, zat pengatur tumbuh auxin, gibberellin
dan cytokinin bekerja tidak sendiri-sendiri, tetapi ketiga hormon
tersebut bekerja secara berinteraksi yang dicirikan dalam
perkembangan tanaman.

d. Etilen
Pematangan buah distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke
dalam ruang-ruang antarsel buah. Gas tersebut juga dapat
berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai
contoh satu buah apel ranum akan mampu mematangkan
keseluruhan buah dalam satu lot. Buah akan matang lebih cepat
jika buah tersebut disimpan di dalam kantung plastik yang
mengakibatkan gas etilen terakumulasi.
Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya tomat
sering dipetik ketika masih dalam keadaan hijau dan kemudian
sebagian dimatangkan dengan mengalirkan gas etilen. Pada
kasus lain, petani menghambat proses pematangan akibat gas
etilen alami. Penyimpanan buah apel yang dialiri dengan gas CO 2
yang selain berfungsi menghambat kerja etilen, juga mencegah
akumulasi etilen. Dengan teknik ini buah apel yang di panen
pada musim gugur dapat disimpan untuk dijual pada musim
panas berikutnya.
Seperti halnya pematangan buah, pengguguran daun pada
setiap musim gugur yang diawali dengan terjadinya perubahan

15
warna, kemudian daun mengering dan gugur adalah juga
merupakan proses penuaan. Warna pada daun yang akan gugur
merupakan kombinasi pigmen-pigmen baru yang dibentuk pada
musim gugur, kemudian pigmen-pigmen yang telah terbentuk
tersebut tertutup oleh klorofil. Daun kehilangan warna hijaunya
pada musim gugur karena daun-daun tersebut berhenti
mensintesis pigmen klorofil.
Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak
diketahui daripada peranannya dalam hal perubahan warna daun
yang rontok dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok,
bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang. Daerah
yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal
sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecil
dengan dinding sel yang tipis dan lemah.
e. Asam Abisat (ABA)
Dormansi biji, mempunyai nilai kelangsungan hidup yang
besar; karena dia menjamin bahwa biji akan berkecambah; hanya
apabila ada kondisi yang optimal dari : cahaya, temperatur, dan
kelembaban. Apa yang mencegah biji yang disebarkan pada
musim gugur untuk segera berkecambah lalu mati hanya karena
adanya musim dingin. Mekanisme apa yang menjamin bahwa biji
tertentu berkecambah pada musim semi?. Apayang mencegah
biji berkecambah di dalam keadaan gelap, ataupun kelembaban
yang tinggi di dalam biji. Jawabannya adalah ABA. Level ABA
akan bertambah 100 kali lipat selama pematangan biji. Level ABA
yang tinggi dalam pematangan biji ini, akan menghambat
perkecambahan, dan menginduksi produksi protein khusus, yang
membantu biji untuk menahan dehidrasi yang ekstrim yang
mengiringi pematangan.
Banyak tipe biji yang dorman, akan berkecambah ketika ABA
pada biji tersebut dihilangkan, atau dinonaktifkan, dengan
beberapa cara. Biji beberapa tumbuhan gurun, akan pecah
dormansinya, apabila terjadi hujan yang lebat yang akan
mencuci ABA dari biji. Biji lainnya membutuhkan cahaya ataupun

16
membutuhkan keterbukaan yang lebih lama terhadap temperatur
dingin untuk memicu tidak aktifnya ABA. Sering kali rasio ABA-
gibberellin menentukan; apakah biji itu akan tetap dorman atau
akan berkecambah. Penambahan ABA ke dalam biji yang
sedianya berk ecambah, akan kembali menjadikan dalam kondisi
dorman. Mutan jagung, yang mempunyai biji yang sudah
berkecambah saat masih pada tongkolnya, tidak mempunyai
faktor transkripsi fungsional yang diperlukan oleh ABA untuk
menginduksi ekspresi gen tertentu.
ABA, adalah sinyal internal utama, yang memungkinkan
tumbuhan, untuk menahan kekeringan. Apabila suatu tumbuhan
memulai layu, maka ABA berakumulasi di dalam daun, dan
menyebabkan stomata menutup dengan cepat, untuk
mengurangi transpirasi, dan mencegah kehilangan air
berikutnya. ABA, melalui pengaruhnya terhadap mesenjer ke-2,
yaitu terhadap Ca (kalsium), menyebabkan peningkatan
pembukaan saluran K (kalium) sebelah luar secara langsung di
dalam membran plasma sel penutup. Hal ini mendorong
kehilangan kalium dalam bentuk massif darinya, yang jika
disertai dengan kehilangan air secara osmotis akan mendorong
pengurangan turgor sel penutup yang mengecilkan celah
stomata.
Dalam beberapa kasus, kekurangan air terlebih dahulu akan
mencekam sistem perakaran sebelum mencekam sistem tajuk.
ABA akan ditransportasi dari akar ke daun, yang berfungsi
sebagai sistem peringatan dini (early warning system). Mutan
Wilty yang mengalami kelayuan, yang biasanya mudah untuk
layu, dalam beberapa kasus disebabkan karena kekurangan
produksi ABAnya.
2.4 Fungsi Dari Pengaruh Zat Tumbuh

Menurut Nurnasari, E dan Djumali (2012) jenis-jenis Zat Pengatur Tumbuh


yang umum dikenal masyarakat diantaranya auksin, sitokinin, giberelin, etilen /

17
etena / gas etilen, paclobutrazol dan inhibitor. Berikut ini akan diulas lebih dalam
mengenai fungsi / manfaat dari masing-masing Zat Pengatur Tumbuh tersebut :

1. Auksin.

Auksin adalah hormon yang diproduksi tumbuhan yang berfungsi sebagai


pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem.
Hormon auksin secara alami ditemukan pada bagian akar, ujung batang dan bunga.
Fungsi auksin pada tanaman antara lain :

Merangsang proses perkecambahan biji, dilakukan dengan cara melakukan


perendaman benih dengan auksin. Dalam hal ini Auksin memiliki fungsi
sebagai pemecah dormansi pada benih.
Merangsang proses pembentukan dan pertumbuhan akar.
Merangsang terbentuknya bunga dan buah.
Merangsang terjadinya partenokarpi. Partenokarpi adalah suatu kondisi
dimana tanaman mampu membentuk buah tanpa penyerbukan. Sehingga
pemberian auksin dapat menghasilkan buah tanpa biji.
Mencegah kerontokan buah.
Memecah dormansi pucuk atau apikal adalah suatu kondisi pucuk atau akar
tanaman tidak mau berkembang.

2. Sitokinin.

Sitokinin berfungsi sebagai pemicu pembelahan sel pada tumbuhan. Senyawa


yang dapat berfungsi sebagai sitokinin adalah kinetin dan zeatin. Zeatin alami dapat
diperoleh pada biji jagung muda. Selain itu zeatin juga ditemukan pada air kelapa.
Fungsi sitokinin pada tanaman :

Merangsang proses pembelahan dan pembesaran sel. Sehingga dapat memacu


pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Merangsang proses perkecambahan biji
Merangsang pertumbuhan tunas.
Menghambat proses penuaan pada hasil panen.

18
3. Giberelin.

Giberelin sering juga disebut dengan GA (gibberellic acid) atau asam


giberelat. Giberelin memiliki kemiripan sifat dengan sitokinin. Giberelin dapat
ditemukan pada hampir semua siklus hidup tanaman. Giberelin alami dapat diperoleh
pada tumbuhan paku-pakuan/pakis, jamur, lumut, gymnospermae dan angiospermae
(terdapat pada biji muda, pucuk batang, ujung akar dan daun muda). Giberelin
memiliki fungsi sebagai berikut :

Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan seluruh tumbuhan baik akar, daun


maupun batang tanaman, seperti pengembangan benih, perkecambahan biji,
pertumbuhan tunas, dan pertumbuhan daun
Merangsang pembungaan, perkembangan buah, perpanjangan batang, serta
deferensiasi akar.
Pemberian giberelin di bawah tajuk tumbuhan dapat meningkatkan laju
fotosintesis daun tumbuhan
Memacu pertumbuhan daun, terjadi peningkatan pembelahan sel dan
pertumbuhan sel yang mengarah pada perkembangan daun.
Memacu pemanjangan batang tumbuhan.

4. Etilena / Etena / Gas Etilen.

Zat Pengatur Tumbuh ini sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari,
yakni pada saat kita memeram buah. Misalnya penggunaan ethrel untuk mempercepat
pematangan buah cabai, atau penggunaan karbit pada pemeraman buah. Etilen
berfungsi untuk :

membantu proses pematangan buah


memacu pembungaan
merangsang pemekaran bunga
merangsang pertumbuhan akar dan batang
merangsang pengguguran buah dan daun
merangsang perkecambahan biji

19
menghambat pemanjangan batang kecambah
memperkokoh batang tanaman
mengakhiri masa dormansi
jika digunakan bersamaan dengan giberelin, etilen berfungsi dalam mengatur
perbandingan bunga jantan dan betina pada tumbuhan berumah satu.

5. Asam Absisat (ABA)


Sebagai hormon inhibitor, Asam Absisat bekerja berlawanan dengan ZPT lain (Auksin, Sitokinin
dan Giberelin). Cara kerjanya yaitu menghambat aktivitas apical meristematik.

contoh bahan yang mengandung hormon asam absisat alami : rizoma, ubi, tanaman
kapas, alga hijau, tepung sari, kulit biji (dari buah apel, avokat dan kelapa)

contoh merk dagang ZPT ABA : Hormax 2,1 SL, Socepas 235 SL

6. Inhibitor.

Inhibitor berperan dalam menghambat pertumbuhan batang. Penerapan


hormon inhibitor dimanfaatkan pada jenis tanaman umbi, yakni untuk membantu
pembesaran umbi. Misalnya pada tanaman kentang, wortel, bawang, dan
sebagainya. Penerapannya dilakukan ketika akan mencegah pertumbuhan tunas baru
untuk memperbesar umbi tanaman.

7. Paclobutrazol.

Pemakaian paclobutrazol dimaksudkan supaya pohon dapat berbuah diluar


musim. Hormon paclobutrazol berfungsi menghambat biosintesis giberelin.
Pertumbuhan vegetatif tanaman terhambat dan memacu pertumbuhan generatif.
Ketika pertumbuhan vegetatif terhambat atau berhenti maka bunga akan
bermunculan dan menghasilkan buah.

20
2.5 Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Tanaman
Penggunaan ZPT ini tentunya memiliki dampak bagi perkembangan dan
pertumbuhan tumbuhan. Pasalnya pemberian ZPT ini bertujuan untuk mempercepat
reaksi dari perkecambahan, pertumbuhan akar, dan tunas. Menurut Danoesastro dan
Harjono (1987), menyatakan bahwa penggunaan ZPT diharapkan dapat
menambahkan hormon yang ada pada bagian tanaman dan mempercepat pertumbuhan
sehingga diperoleh hasil yang baik. Pada umumnya akar memiliki hormon auksin
yang berfungsi untuk memanjangkan sel akar. Seperti yang diungkapkan oleh Marlin
(2005), yang menyatakan bahwa sel akar umumnya mengandung auksin untuk
memanjang secara normal.
Menurut Lakitan (1995), keberhasilan aplikasi ZPT sangat ditentukan oleh
konsentrasi yang digunakan dan konsentrasi optimum akan bervariasi antara spesies,
fase pertumbuhan dan kondisi lingkungan. Sitokinin endogen salah satunya dibentuk
didalam akar, pemberian sitokinin eksogen konsentrasi tinggi ditambah dengan
adanya sitokinin endogen dalam akar akan menghambat pertumbuhan dan
pembentukan akar. Manurung (2007), menyatakan pertumbuhan secara alami
dikendalikan oleh hormone endogen dan hormone ini terdapat dalam tanaman dalam
jumlah kecil, dan pada pemberian senyawa sintetik tersebut dapat menimbulkan suatu
respon.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT antara lain
adalah dosis, kedewasaan tanaman, dan lingkungan. Pemberian ZPT pada tanaman
yang belum dewasa justru akan memperburuk pertumbuhannya, karena secara
fisiologis tanaman tersebut belum mampu berbunga. Faktor lingkungan yaitu suhu,
kelembaban, curah hujan, cuaca, dan cahaya sangat berpengaruh terhadap aplikasi
ZPT. Bila kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan tanaman, ZPT yang diberikan
akan dapat segera diserap tanaman. Penggunaan dosis ZPT yang tepat dapat
mempengaruhi proses pembungaan tanaman. Dosis yang kurang atau berlebihan
menyebabkan pengaruh ZPT menjadi hilang, sedangkan dosis yang tinggi akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Endah, 2001).

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Dapat diketahui bahwa zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah hormon


tumbuhan sintetik yang diproduksi di pabrik dengan meniru
karakter hormon tanaman. Oleh karena itu, meskipun ZPT itu
sintetik, khasiat dan fungsinya sama dengan hormon yang
diproduksi oleh tanaman.
- Dapat diketahui bahwa kandungan - kandungan yang terdapat pada
ZPT seperti: Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen, dan Asam absitat
(ABA)
- Mengetahui bahwa dampak dari ZPT pada tanaman yang belum dewasa
justru akan memperburuk pertumbuhannya, karena secara fisiologis tanaman tersebut
belum mampu berbunga. Faktor lingkungan yaitu suhu, kelembaban, curah hujan,
cuaca, dan cahaya sangat berpengaruh terhadap aplikasi ZPT. Bila kondisi lingkungan
sesuai dengan kebutuhan tanaman, ZPT yang diberikan akan dapat segera diserap
tanaman.
- Dapat dilihat bahwa manfaat atau fungsi dari ZPT sangat banyak
salah satunya adalah membantu proses pematangan buah, memacu
pembungaan, merangsang pemekaran bunga, merangsang pertumbuhan akar dan
batang.

DAFTAR PUSTAKA

Cross, B. E. 1954. Gibberellic acid Part I. J. Chem. Soc. 4670-4676.

22
Danoestro dan Harjono. 1987. Zat Pengatur Tumbuh dalm Pertanian.
Yogyakarta: FAPERTA UGM.

Endah, Joesi. 2001. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Yogyakarta:


Kanisius.

Gunawan, L. W. 1987. Pengenalan Teknik In Vitro. Skripsi. Laboratorium


Kultur Jaringan Tanaman, Pusat Antar Universitas Bioteknologi
IPB. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.

Hendaryono, D. P. S dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan dan


Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern.
Yogyakarta: Kanisius.

Lakitan, B. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan


Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Press.

Manurung, L. Y. S. 2007. Pengaruh Auksin (2,4-D) dan Sitokinin (BAP)


Dalam Kultur In Vitro Buah Makasar (Brucea javanica L. Merr.).
Skripsi. Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan
Ekowisata. Fakultas Kehutanan. IPB.

Marlin. 2005. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB.

Nurnasari, E dan Djumali. 2012. Respon Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Terhadap
Lima Dosis Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Asam Naftalen Asetat (NAA).
Agrovigor Volume 5 No.

Riyadi, I. 2014. Media Tumbuh : Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh dan


Bahan-bahan Lain. Materi disampaikan pada Pelatihan Kultur
Jaringan Tanaman Perkebunan. BPBPI Bogor 19 23 Mei 2014.

Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Substances in Agriculture. San Fransisco:


W. H. Freeman and Co. Ltd.

Zaki. Ismail F. 2014. Kajian Pengaruh Auksin Terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan
Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya.

23

Anda mungkin juga menyukai