Disusun Oleh :
FIRDAUSI HALIMATUN FADILAH [615200008]
PRODI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS, FARMASI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN
2023
KATA PENGANTAR
Ucapan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Suyamto, S.Si., M.Si. selaku dosen
mata kuliah Fisiologi Tumbuhan II, yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk menyusun makalah ini yang berjudul “Hormon dan zat penghambat
tumbuh pada tumbuhan”.
Dan juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu memberikan materi dan masukannya sehingga terselesainya makalah
ini. Dengan keseriusan dan ketekunan dalam pembuatan makalah karya ilmiah ini,
harapan saya dapat memberikan manfaat bagi teman-teman dan para pembaca,
khususnya memotivasi untuk memulai menulis karya ilmiah. Serta dapat menjadi
pembelajaran bagi saya dalam pembuatan sebuah makalah.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi materi maupun dari tata
bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima kritik dan saran
demi perbaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Sejarah Penemuan Hormon........................................................................3
2.2 Pengertian Hormon Tumbuhan (Fitohormon)............................................3
2.3 Mekanisme Kerja Hormon.........................................................................5
2.4 Macam-macam Hormon pada Tumbuhan..................................................7
2.5 Pengaruh Hormon pada Tumbuhan..........................................................10
2.6 Faktor - Faktor Hormon pada Tumbuhan.................................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
3.1 Kesimpulan...............................................................................................19
3.2 Saran.........................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:
2. Untuk mengetahui Sejarah Penemuan Hormon?
3. Untuk mengetahui pengertian Hormon pada Tumbuhan?
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon pada tumbuhan
5. Untuk mengetahui Macam-macam hormon pada tumbuhan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang sangat rendah menjadi prekursor (“pemicu”) proses transkripsi RNA.
Hormon tumbuhan sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa
aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan
yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan
hormon tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai
tingkat tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang
evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan
diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan
berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya
hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang
evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan
diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankankelangsungan hidup
jenisnya.Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu
peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis
yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan
yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk
(misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu
berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragamanpembungaan
tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa contohnya. Hormon tumbuhan
tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan, melainkan dibentuk
oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan, terutama titik
tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya, hormon akan
bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke bagian
tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon dapat terjadi
melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-ruang antarsel. Hormon
4
dalam menjalankan perannya, dapat berperan secara tunggal maupun dalam
koordinasi dengan kelompok hormon lainnya.
Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon
pada hewan. Hormon dalam konsentrasi rendah menimbulkan respons fisiologis.
Terdapat 2 kelompok hormon yaitu :
a) Hormon pemicu pertumbuhan (auksin, Giberelin dan sitokinin)
b) Hormon penghambat pertumbuhan (asam absisat, gas etilen, hormon kalin
dan asam traumalin.
5
bergerak ke akar untuk memacu pembentukan giberelin dan Sitokinin di akar yang
akan membantu pembentukan dan perkembangan akar . Penambahan kandungan
Auksin eksogen di akar akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberelin
dan Sitokinin endogen di akar akan diangkut ke atas/ bagian tajuk tanaman.
Adanya penambahan Sitokinin dan giberelin eksogen maka terjadi
peningkatan kandungan Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan
meningkatkan jumlah sel (oleh hormon Sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon
giberelin) yang bersama-sama dengan hasil fotosintat yang meningkat di awal
penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif tanaman (termasuk
pembentukan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi kekerdilan tanaman.
Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat
terus dan ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan
perbandingan C/N yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif
dengan terbentuknya kuncup bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga
atau buah, jika kandungan auksin rendah maka sel-sel antara tangkai bunga/buah
dengan ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan mati yaitu jaringan gabus
sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan Auxin Eksogen akan
menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus sehingga
kerontokkan dapat dicegah/dikurangi. Pada fase generatif ini penambahan hormon
sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan
penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan
memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan giberelin akan memperbesar sel
jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih
banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar
(semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung dll).
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik pengikatan
dari hormone ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian
pada reseptor, ini memicu suatu perubahan penyesuaian dari pada reseptor
sedemikian rupa sehingga menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain dari
sel. Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan
hormone reseptor memberikan sinyal pembentukan dari "messenger kedua"
6
Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen (3,7)
Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali.
Reseptor untuk beberapa hormon, seperti insulin dan glukokortikoid, terdistribusi
secara luas, sementara reseptor untuk sebagian besar hormone mempunyai
distribusi yang lebih terbatas.
Adanya reseptor merupakan determinan (penentu) pertama apakah jaringan
akan memberikan respon terhadap hommon. Namun, molekul yang berpartisipasi
dalam peristiwa pasca-reseptor juga penting, hal ini tidak saja menentukan apakah
jaringan akan memberikan respon terhadap hormon itu tetapi juga kekhasan dari
respon itu. Hal yang terakhir ini memungkinkan hormon yang sama memiliki
respon yang berbeda dalam jaringan yang berbeda.
7
fujikuroi. Giberelin di produksi oleh tumbuhan di meristem tunas apical, akar,
daun muda, dan embrio. Fungsi giberelin :
1) Memacu pertumbuhan buah tanpa biji (partenokarpi)
2) Menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan raksasa
3) Meyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya (tidak pada musimnya)
4) Memacu pembentukan cambium pada tanaman dikotil
5) Mematahkan dormansi buah dan biji
c) Sitokinin
Sitokinin ditemukan pada batang tembakau Oleh Skoog dan Miller.Struktur
kimia sitokinin mirip dengan adenine (basa nitrogen yang terdapat pada DNA dan
ATP). Selain dapat ditemukan di batang, sitokinin juga dapat di hasilkan di dalam
akar dan akan diangkut ke organ yang lain. Fungsi Sitokinin, antara lain :
1) Memacau pembelahan sel
2) Mempercepat pelebaran daun
3) Mempercepat tumbuhnya akar
4) Memacu pertunasan lateral pada pucuk batang
5) Menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah.
d) Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang berbentuk gas.
Gas etilen mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat, pisang,
apel, dan jeruk. Buah-buah tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah dan
berwarna hijau. Selanjutnya, buah-buah tersebut dikemas dalam bentuk kotak
berventilasi dan diberi gas etilen untuk mempercepat pemasakan buah sehingga
buah sampai ditempat tujuan dalam keadaan masak. Selain itu, gas etilen juga
menyebabkan penebalan batang dan memacu pembungaan. Oleh karena itu, etilen
dapat ditemukan pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan
bunga yang menua.
e) Asam Traumalin
8
Seperti florigen, asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetik
yaitu merupakan gabungan beberapa aktivitas hormone yang ada (auksin,
giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan mengalami luka
atau perlukaan karena gangguan fisik maka akan segera terbentuk cambium gabus.
Pembentukan cambium gabus itu terjadi karena adanya pengaruh hormone luka
(asam traumalin). Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil kerja sama antar
hormone pada tumbuhan yang di sebut restitusi (regenerasi). Awalnya luka pada
tumbuhan akan memacu pengeluaran hormone luka yang kemudian merangsang
pembentukan cambium gabus. Pembentukan cambium gabus dilakukan oleh
hormone giberelin, selanjutnya, karena pengaruh hormone sitokinin, terbentuklah
sel-sel baru yang akan membentuk jaringan penutup luka yang disebut kalus. Asam
traumalin ini dapat ditemukan pada dinding sel tumbuhan.
f) Asam Absisat
Salah satu fungsi asam absisat adalah menghambat pertumbuhan tumbuhan.
Pada musim tertentu pertumbuhan akan terhambat. Hal itu merupakan adaptasi
pertumbuhan terhadap perubahan linkungan yang tidak memungkinkan bagi
tumbuhan untuk tumbuh. Asam absisat dapat ditemukan pada daun, batang, akar ,
dan buah biji.
Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan
bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (masa dormansi).
Dalam keadaan dorman, tumbuhan terlihat seperti mati, tetapi setelah kondisi
lingkungan menguntungkan, ia akan tumbuh lagi dan mucul tunas-tunas baru.
Contohnya adalah pohon jati yang meranggas pada musim kemarau.
g) Kalin
Kalin adalah hormone tumbuhan yang mempengaruhi pembentukan organ
pada tumbuhan. Berdasarkan organ yang dipengaruhinya, kalin dapat dibedakan
atas :
1. Rizokalin, mempengaruhi pertumbuhan akar
2. Kaulokalin, mempengaruhi pertumbuhan batang
3. Filokalin, mempengaruhi pertumbuhan daun
9
4. Antokalin atau florigen, mempengaruhi pertumbuhan bunga
10
2.5 Pengaruh Hormon pada Tumbuhan
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan.
Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh
tanaman dapat memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada
berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan
bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan. Dengan menganalogikan senyawa
kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke aliran darah yang
dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh,
sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa
ilmuwan memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu
senyawa kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat
mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus. Berbeda dengan yang
diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering mempengaruhi sel-
sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel lainnya,
sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk
membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak
jauh.
a) Hormon Sitokinin
Hormon Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi
akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuh-an secara umum, mendorong
perkecambahan, dan menunda penuaan. Cara kerja hormon Sitokinin yaitu dapat
meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman.
Sitokinin juga dapat menunda penuaan daun, bungan, dan buah dgn cara
mengontrol dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan kematian sel-sel
tanaman. Hormon Sitokinin diproduksi pada akar. Sitokinin sering juga dengan
kinin, merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya
merangsang pembelahan sel (sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991). Selanjutnya
dijelaskan kinin disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang belum masak dan
jaringan pemberi makan (misalnya endosperm cair). Buah jagung, pisang, apel, air
11
kelapa muda dan santan kelapa yang belum tua merupakan sumber kinin yang
kaya.
Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C – 5, ke suatu
molekul adenin. Rantai beratom C – 5 dianggap berasal dari isoprena. Basa purin
merupakan penyusun kimia yang umum pada kinin alami maupun kinin sintetik
(Millers, 1955 dalam Wilkins, 1989). Biosintesis sitokinin dengan bahan dasar
mevalonic acid. Sebenarnya sudah sejak tahun 1892 ahli fisologi I. Wiesner,
menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel membutuhkan zat yang spesifik dan
adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous. Secara pasti baru tahun
1955 sitokinin ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog, M.H. Von Slastea dan
F.M. Strong dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut kinetin dari DNA yang
diautoklap, sangat aktif sebagai promotor mitosis dan pembelahan sel kalus
(Moree, 1979).
Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian
cytokinesis yang berarti pembelahan sel. Sitokinin alami ditemukan oleh D.S.
Lethan dan C.O. Miller tahun 1963 diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung
yang belum matang disebut zeatin. Sitokini alami terjadi dari derivat isopentenyl
adenine. Sitokinin sintetik yang paling umum dimanfaatkan di bidang pertanian
seperti BA, kinetin dan PBA. Kinin menimbulkan kisaran respons yang luas,
tetapi kinin bertindak secara sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.
12
terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi
pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu
cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya
jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak.
Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk
cabang dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga
terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.
b) Hormon Auksin
Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan
bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah
hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman.nama lain dari hormon ini adalah
IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung
batang dan ujung akar.
Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel,
mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon
auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin.tumbuhan yang
pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat
karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak
disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin
tidak dihambat.sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut
cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.
13
ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari
batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal ini
disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat
pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang
diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya
segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh
sinar matahari.
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga
memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa
ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan
beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara osmosis.
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai
auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan,
dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog)
tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto
nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis
auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung
sari bunga yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA
= Asam Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin,
maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2,
14
4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam
(asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau Kloramben (Asam 3 -
amino 2, 5 – diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 –
trikloro – pikonat).
Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang
pertanian, dimana batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan
respon terhadap auksin, yaitu peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada
konsentrasi yang optimal dan penurunan pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan
mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma. Selain memacu peman-
jangan sel, hormon Auksin yg di kombinasikan dengan Giberelin dapat memacu
pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium
pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
15
perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman di dalam tanah sampai air
hujan mencuci ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman dune primroses
(bunga putih) dan tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza – Borrego
(California), biji-bijinya akan berkecambah setelah hujan deras .
Sebagamana telah dibahas di atas bahwa giberelin juga berperan dalam
perkecambahan biji. Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin
menentukan apakah biji akan tetap dorman atau berkecambah. Hal yang sama juga
terdapat pada kasus dormansi kuncup yang pertumbuhannya dikontrol oleh
keseimbangan konsentrasi antar ZPT. Sebagai contoh pada pertumbuhan kuncup
dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA pada kenyataannya lebih tinggi,
tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi pada kuncup yang sedang tumbuh
menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada penghambatan pertumbuhan tunas
dorman.
Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai “ stress plant growth
hormon” yang membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi yang tidak
menguntungkan, misalnya pada saat tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA
diakumulasikan di daun dan menyebabkan stomata menutup. Hal ini walaupun
mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan terselamatkan dari kehilangan air
lebih banyak melalui proses transpirasi.
d) Giberelin
Gambar 5 menunjukkan 2 kelompok tanaman padi yang sedang tumbuh.
Kelompok di sebelah kiri adalah tanaman padi dengan pertumbuhan normal;
sedangkan tanaman di sebelah kiri adalah tanaman padi dengan tinggi tanaman
yang lebih besar tetapi memiliki daun yang berwarna kuning. Tanaman padi ini
telah terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi. Bibit padi yang telah terinfeksi
akan rebah dan mati sebelum sempat menjadi dewasa dan berbunga. Selama
berabad-abad petani padi di Asia mengalami kerugian akibat kerusakan yang
ditimbulkan oleh cendawan ini. Di Jepang, pola pertumbuhan yang menyimpang
ini disebut juga dengan “bakanae” atau “foolish seedling disease” atau “penyakit
rebah anakan/kecambah“ .
16
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa
cendawan Gibberella fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi
penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia tersebut dinamakan Giberelin.
Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin dihasilkan secara alami
oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit rebah kecambah ini
akan muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi
yang menghasilkan senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin
yang biasanya disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang
terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum
dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun muda dan
cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam
bentuk inaktif, tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada
spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat pada
tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah dijumpai
pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti auksin
pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai
prekursor pada sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan
pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh
auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian auksin dalam jumlah
yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek yang
maksimal. Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan
monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada
tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi
tanamannya bisa mencapai 2 m. Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan
tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga
terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin
(Gambar 4). Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan dan
mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji. Disintesis pada ujung batang dan
17
akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah satu efek utamanya
adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya
meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut
belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin,
giberelin akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan
tanaman apel, anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi.
Diketahui giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan buah anggur tanpa
biji pada varietas Thompson. Giberelin juga menyebabkan ukuran buah anggur
lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang di dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak
tanaman. Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk
berkecambah seperti suhu rendah akan segera berkecambah apabila disemprot
dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan
penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan
pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan
menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang
terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi
antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan
dormansi biji.
18
b) Hormon Antagonistik
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang
berlawanan, contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat
turun, pankreas akan memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar
glukosa yang tinggi menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk
menurunkan kadar glukosa tersebut.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, hormone pada tumbuhan terdiri
dari beberapa hormon dan fungsi yang berbeda-beda. Hormon dapatmempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman.
3.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan, antara lain agar makalah ini
dapat menjadi sumber referensi dan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Jika
terdapat kesalahan dalam penulisannya diharapkan dapat memperbaikinya untuk
lebih baik kedepannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
21