HORMON
Disusun Oleh :
Nama
: Firdaus
NIM
: G111 143 19
Kelas
:A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak alasan pentingnya membicarakan masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan.Selain belum ada kesempatan umum tentang keberadaan
masyarakat desa sebagai suatu pengertian yang baku,juga kalau dikaitkan dengan
pembangunan yang orientasinya banyak dicurahkan kepedesaan,maka pedesaan
memiliki arti tersendiri dalam kajian struktur,sosial atau kehidupanya.Dalam
keadaan desa yang sebenarnya,desa masih dianggap sebagai standard an
pemelihara system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong
menolong,keguyuban,persaudaraan,gotong-royong,kesenian,kepribadian
dalam
rukun,tenang,selaras,dan
akur.Akan
tetapi
justru
dengan
1.2 Tujuan
Makalah Hormon Tumbuhan bertujuan untuk
menambah ilmu
BAB II
ISI
2.1 Sejarah Penemuan Hormon
Terdapatnya atau peran zat pengatur tumbuh di tumbuhan pertama kali
dikemukan oleh Charles Darwin dalam bukunya The Power of movement in
plants. Beliau melakukan percobaan dengan rumput Canari (Phalaris canariensis)
dengan memberinya sinar dari samping dan ternyata terjadi pembengkokan ke
arah datangnya sinar . Bagian yang tidak mendapat sinar terjadi pertumbuhan
yang lebih cepat daripada yang mendapat sinar sehingga terjadi pembengkokkan.
Tetapi jika ujung kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak terjadi
pembengkokan. Sehingga dianalisa bahwa jika ujung kecambah mendapat cahaya
dari samping akan menyebabkan terjadi pemindahan pengaruh atau sesuatu zat
dari
atas
ke
bawah
yang
menyebabkan
terjadinya
pembengkokkan.
biji
rumput-rumputan)
menyatakan
pemindahan
pengaruh
adalah
pemindahan zat alami yang dihasilkan dalam koleoptil Avena. Paal (1919)
menguatkan pendapat dengan menyatakan bahwa ujung batang adalah
merupakan pusat pertumbuhan
2.2 Pengertian Hormon Tumbuhan (Fitohormon)
Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang
dihasilkan oleh satu bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain yang
dipengaruhinya. Hormon pada tumbuhan (fitohormon) adalah sekumpulan
senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun
dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per
liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau
mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat
rendah menjadi prekursor (pemicu) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan
sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawasenyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di
tumbuh-tumbuhan
untuk
mempertahankankelangsungan
hidup
berbunga
(misalnya
dalam
aplikasi
etilena
untuk
tanaman
sudah
mengandung
hormon
pertumbuhan seperti Auksin, giberelin dan Sitokin yang dalam tulisan ini
diistilahkan dengan hormon endogen. Kebanyakan hormon endogen di tanaman
berada pada jaringan meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh seperti ujungujung tunas/tajuk dan akar. Tetapi karena pola budidaya yang intensif yang
disertai pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen
tersebut menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman. Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan
bunga/ buah, ukuran umbi/buah kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan
hormon (selain kekurangan zat lainnya seperti unsur hara). Oleh karena itu
penambahan hormon dari luar (hormon eksogen) seperti produk hormonik yang
mengandung
hormon
Auksin,
Giberelin
dan
Sitokinin
organik
(Non
Pemberian
Auksin
eksogen
(hormonik)
akan
meningkatkan
giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan diangkut ke atas/ bagian tajuk
tanaman.
Adanya penambahan Sitokinin dan giberelin eksogen maka terjadi
peningkatan kandungan Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan
meningkatkan jumlah sel (oleh hormon Sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon
giberelin) yang bersama-sama dengan hasil fotosintat yang meningkat di awal
penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif tanaman (termasuk
pembentukan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi kekerdilan tanaman.
Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat
terus dan ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan
meningkatkan perbandingan C/N yang menyebabkan peralihan dari masa
vegetatif ke generatif dengan terbentuknya kuncup bunga/buah atau umbi. Pada
saat terbentuk bunga atau buah, jika kandungan auksin rendah maka sel-sel antara
tangkai bunga/buah dengan ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan mati
yaitu jaringan gabus sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan
Auxin Eksogen akan menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan
gabus sehingga kerontokkan dapat dicegah/dikurangi. Pada fase generatif ini
penambahan hormon sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan
kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll)
yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan giberelin akan
memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil
fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah)
lebih besar (semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung dll).
2.4 Macam-macam Hormon pada Tumbuhan
Macam hormon yang terdapat pada tumbuhan, antara lain auksin,
giberelin, sitokinin, etilen, asam traumalin, asam absisat, kalin.
a)
Auksin
Aukin merupakan senyawa asetat (gugus indol) yang terdapat pada indol,
dibandingkan bagian lain yang terkena cahaya matahari akibat adanya auksin ini.
Pada tumbuhan, auksin dapat ditemukan di embrio biji, meristem tunas apical, dan
daun-daun muda.
Selain berpengaruh menigkatkan laju pemanjangan sel pada pertumbuhan
seperti di uraikan di atas, auksin juga merupakan hormone pengatur fisiologi yang
dapat digunakan untuk memacu pembentukan buah tanpa penyerbukan (disebut
partenokarpi).
b)
Giberelin
Giberelin merupakan hormon yang mirip dengan auksin. Hormone ini
2)
3)
4)
5)
c)
Sitokinin
Sitokinin
ditemukan
pada
batang
tembakau
Oleh
Skoog
dan
Miller.Struktur kimia sitokinin mirip dengan adenine (basa nitrogen yang terdapat
pada DNA dan ATP). Selain dapat ditemukan di batang, sitokinin juga dapat di
hasilkan di dalam akar dan akan diangkut ke organ yang lain.
Fungsi Sitokinin, antara lain :
1)
2)
3)
4)
5)
d)
Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang berbentuk
gas.Gas etilen mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat, pisang,
apel, dan jeruk.Buah-buah tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah dan
berwarna hijau.Selanjutnya, buah-buah tersebut dikemas dalam bentuk kotak
berventilasi dan diberi gas etilen untuk mempercepat pemasakan buah sehingga
buah sampai ditempat tujuan dalam keadaan masak.Selain itu, gas etilen juga
menyebabkan penebalan batang dan memacu pembungaan.Oleh karena itu, etilen
dapat ditemukan pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan
bunga yang menua.
e)
Asam Traumalin
Seperti florigen, asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetik
yaitu merupakan gabungan beberapa aktivitas hormone yang ada (auksin,
giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan mengalami luka
atau perlukaan karena gangguan fisik maka akan segera terbentuk cambium
gabus. Pembentukan cambium gabus itu terjadi karena adanya pengaruh hormone
luka (asam traumalin). Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil kerja sama antar
hormone pada tumbuhan yang di sebut restitusi (regenerasi). Awalnya luka pada
tumbuhan akan memacu pengeluaran hormone luka yang kemudian merangsang
pembentukan cambium gabus. Pembentukan cambium gabus dilakukan oleh
hormone giberelin, selanjutnya, karena pengaruh hormone sitokinin, terbentuklah
sel-sel baru yang akan membentuk jaringan penutup luka yang disebut kalus.
Asam traumalin ini dapat ditemukan pada dinding sel tumbuhan.
f)
Asam Absisat
Salah satu fungsi asam absisat adalah menghambat pertumbuhan
tumbuhan. Pada musim tertentu pertumbuhan akan terhambat. Hal itu merupakan
adaptasi pertumbuhan terhadap perubahan linkungan yang tidak memungkinkan
bagi tumbuhan untuk tumbuh. Asam absisat dapat ditemukan pada daun, batang,
akar , dan buah biji.
Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan
bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (masa dormansi).
Dalam keadaan dorman, tumbuhan terlihat seperti mati, tetapi setelah kondisi
lingkungan menguntungkan, ia akan tumbuh lagi dan mucul tunas-tunas baru.
Contohnya adalah pohon jati yang meranggas pada musim kemarau.
6. Asam jasmonat
7. Steroid (brasinosteroid)
8. Salisilat
9. Poliamina.
10. Asam traumalin
11. Kalin
2.5 Pengaruh Hormon pada Tumbuhan
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan.
Konsentrasi yang sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh
tanaman dapat memacu atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada
berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan
bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.Dengan menganalogikan senyawa
kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke aliran darah yang
dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tubuh,
sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa
ilmuwan memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu
senyawa kimia yang disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat
mempengaruhi organ atau jaringan lain dengan cara khusus. Berbeda dengan yang
diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada tumbuhan sering mempengaruhi selsel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping mempengaruhi sel lainnya,
sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur tumbuh untuk
membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak
jauh.
a. Hormon Sitokinin
Hormon Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi
akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuh-an secara umum, mendorong
perkecambahan, dan menunda penuaan. Cara kerja hormon Sitokinin yaitu dapat
meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman.
Sitokinin juga dapat menunda penuaan daun, bungan, dan buah dgn cara
mengontrol dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan kematian sel-sel
tanaman. Hormon Sitokinin diproduksi pada akar. Sitokinin sering juga dengan
kinin, merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya
merangsang pembelahan sel (sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991). Selanjutnya
dijelaskan kinin disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang belum masak dan
jaringan pemberi makan (misalnya endosperm cair). Buah jagung, pisang, apel,
air kelapa muda dan santan kelapa yang belum tua merupakan sumber kinin yang
kaya.
Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C 5, ke suatu
molekul adenin. Rantai beratom C 5 dianggap berasal dari isoprena. Basa purin
merupakan penyusun kimia yang umum pada kinin alami maupun kinin sintetik
(Millers, 1955 dalam Wilkins, 1989). Biosintesis sitokinin dengan bahan dasar
mevalonic acid. Sebenarnya sudah sejak tahun 1892 ahli fisologi I. Wiesner,
menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel membutuhkan zat yang spesifik dan
adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous. Secara pasti baru tahun
1955 sitokinin ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog, M.H. Von Slastea dan
F.M. Strong dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut kinetin dari DNA yang
diautoklap, sangat aktif sebagai promotor
(Moree, 1979).
Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian
cytokinesis yang berarti pembelahan sel. Sitokinin alami ditemukan oleh D.S.
Lethan dan C.O. Miller tahun 1963 diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung
yang belum matang disebut zeatin. Sitokini alami terjadi dari derivat isopentenyl
adenine. Sitokinin sintetik yang paling umum dimanfaatkan di bidang pertanian
seperti BA, kinetin dan PBA. Kinin menimbulkan kisaran respons yang luas,
tetapi kinin bertindak secara sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks
yaitu tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola
pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan
dari
batangnya
sangat
lemah
dan cenderung
warnanya
pucat
kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh
sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang
tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang
diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya
segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh
sinar matahari.
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga
memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun
dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara
osmosis.
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi
banyak proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel
serta sintesa protein. Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif
(yaitu tunas , daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin
menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari
atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom)
atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai
auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan,
dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog)
tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto
akan
melindungi
kuncup
dari
kondisi
lingkungan
yang
tidak
menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini
menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. Nama tersebut
telah popular walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA
terlibat dalam gugurnya daun.
terinfeksi akan rebah dan mati sebelum sempat menjadi dewasa dan berbunga.
Selama berabad-abad petani padi di Asia mengalami kerugian akibat kerusakan
yang ditimbulkan oleh cendawan ini. Di Jepang, pola pertumbuhan yang
menyimpang ini disebut juga dengan bakanae atau foolish seedling disease
atau penyakit rebah anakan/kecambah .
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa
cendawan Gibberella fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi
penyebab penyakit tersebut. Senyawa kimia tersebut dinamakan Giberelin.
Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa giberelin dihasilkan secara alami
oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit rebah kecambah ini
akan muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella
fujikuroi yang menghasilkan senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin
yang biasanya disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang
terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum
dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun muda dan
cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam
bentuk inaktif, tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif.
Pada spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat
pada tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah
dijumpai pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak
seperti auksin pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai
prekursor pada sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan
pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh
auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian auksin dalam jumlah
yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek yang
maksimal. Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan
monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada
tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi
tanamannya bisa mencapai 2 m. Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan
tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga
terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin
(Gambar 4). Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan
dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji. Disintesis pada ujung batang dan
akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah satu efek utamanya
adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya
meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut
belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin,
giberelin akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan
tanaman apel, anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi.
Diketahui giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan buah anggur tanpa
biji pada varietas Thompson. Giberelin juga menyebabkan ukuran buah anggur
lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang di dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak
tanaman. Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk
berkecambah seperti suhu rendah akan segera berkecambah apabila disemprot
dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan
penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan
pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan
menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang
terdapat di dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi
antagonis dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan
dormansi biji.
2.6 Faktor - Faktor Hormon pada Tumbuhan
a. Faktor Regulasi
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah
hormon yang memiliki fungsi penting bagi tubuh.Senyawa tersebut dikirim ke
pelepas
(releasing
factor)
yang
menyebabkan
kelenjar
pituitari
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, hormone pada tumbuhan terdiri
dari beberapa hormon dan fungsi yang berbeda-beda. Hormon dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman.
4.2. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan, antara lain agar makalah ini
dapat menjadi sumber referensi dan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.
Jika terdapat kesalahan dalam penulisannya diharapkan dapat memperbaikinya
untuk lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA