Anda di halaman 1dari 30

Makalah

Agrohidrologi

AIR BAWAH TANAH

Oleh:
KELOMPOK 7
SITTI RAHMA
PATMAWATI
FIRDAUS
NUR FADLI
WAYAN YASMAN MAHENDRA
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
2015

G11114035
G11114081
G11114319
G11114508
G11114010

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Agrohidrologi ini dengan tema Air Bawah Tanah. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Agrohidrologi.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih memiliki
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami
berharap semoga makalah yang kami buat bermanfat bagi kita semua dan bagi
pembaca pada umumnya.

Makassar, 01 September 2015

Tim Penyusun

Daftar Isi
Kata Pengantar..
Daftar Isi.
Daftar Tabel...
Daftar Gambar......
Daftar Lampiran
I.
II.

Pendahuluan.
Air Bawah Tanah, Sebagian Air Bawah Tanah Merupakan Air Perkolasi
dari Air Infiltrasi yang Permukaannya Ditentukan oleh Musim Hujan dan

III.

Kemarau...................................................................................................
Sumber Air Bawah Tanah Adalah Sangat Potensial Untuk Mensuplai

IV.

Kebutuhan Air Pertanian Melalui Sistem Pompanisasi.


Karakteristik Air Bawah Tanah Berbeda Satu Sama Lain pada Setiap

V.

Bentuk Wilayah
Analisis Potensi Sumber Air Bawah Tanah Dapat Dilakukan Melalui

VI.

Neraca Air Suatu Wilayah..


Kapasitas Pompa Untuk Pengadaan Air Bawah Tanah Ditentukan Oleh

VII.

Luas Areal Pertanaman dan Jenis Tanaman serta Nilai Evapotranspirasi


Penutup.

Daftar Pustaka.
Lampiran......

Daftar Tabel

Tabel II.1 Klasifikasi Tekstur Tanah


Tabel II.2 Permeabilitas Tanah.

Daftar Gambar
Gambar II.1 Pergerakan Air Bawah Tanah.

Gambar II.2 Skema infiltrasi dan perkolasi pada dua lapisan tanah ..
Gambar II.3 Infiltrasi air ke dalam tanah didefinisikan dalam persamaan diferensial
Gambar II.4 Hubungan antara infiltrasi dengan aliran permukaan dan curah hujan..
Gambar II.5 Perbandingan Infiltrasi dan perkolasi.
Gambar III.1 Sistem pompanisasi berupa irigasi tetes dan pompa kincir angin dalam
menyuplai kebutuhan
pertanian...............
Gambar III.2 Irigasi tetes (Drip Irrigation).
Gambar IV.1 Klasifikasi tanah menurut ilmu tanah dan ilmu hidrologi.
Gambar V.1 Akifer air tanah..
Gambar V.2 Parameter Neraca Air pada Sebuah Danau

Daftar Lampiran
Lampiran 1. Penggunaan Air Tanah
Lampiran 2. Pedoman Potensi Air Bawah Tanah

I. Pendahuluan
Air merupakan sumber daya yang sangat penting dan vital bagi kehidupan
mahluk hidup. Tanpa adanya air mungkin aktifitas yang dilakukan manusia

terganggu. Oleh sebab itu perlu ada usaha untuk mempertahankan siklus air (siklus
hidrologi) tersebut agar manusia bisa terhindar dari krisis air yang berkepanjangan.
Konsep hidrologi ini dimulai dengan penguapan air di laut. Uap yang
dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak, dan dalam kondisi yang memungkinkan
uap tersebut terkondensasi membentuk awan, yang pada akhirnya dapat
menghasilkan presipitasi. Presipitasi yang jatuh ke bumi menyebar dengan arah yang
berbeda-beda dalam beberapa cara. Sebagian besar dari presipitasi tersebut untuk
sementara tertahan pada tanah di dekat tempat ia jatuh, dan akhirnya dikembalikan
lagi ke atmosfer oleh penguapan (evaporasi) dan pemeluhan (transpirasi) oleh
tanaman. Sebagian air mencari jalannya sendiri melalui permukaan dan bagian atas
tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih jauh ke dalam tanah
menjadi bagian dari air tanah (ground water). Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik
aliran permukaan (surface streamflow) maupun air dalam tanah bergerak menuju
tempat yang lebih rendah yang akhirnya dapat mengalir ke laut. Namun, sejumlah
besar air permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke atmosfer oleh penguapan
dan pemeluhan (transpirasi) sebelum sampai ke laut.
Air yang berada di wilayah jenuh di bawah permukaan tanah disebut air
tanah/air bawah tanah. Secara global, dari keseluruhan air tawar yang berada di planet
bumi, lebih dari 97 % terdiri atas air tanah. Tampak bahwa peranaan air tanah di bumi
sangat penting. Air tanah dapat dijumpai dihampir semua tempat di bumi. Air dapat
ditemukan di bawah gurun pasir yang paling kering sekalipun. Demikian pula di
bawah tanah yang membeku karena tertutup lapisan salju atau es. Sumbangan
terbesar air tanah berasal dari daerah arid dan semi-arid serta daerah lain yang
mempunyai formasi geologi paling sesuai untuk penampungan air tanah. Dengan
semakin berkembangnya industri serta pemukiman dengan segala fasilitasnya seperti
lapangan golf, kolam renang, maka ketergantungan manusia pada air tanah menjadi
semakin terasakan. Demikian, patut disayangkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
air tanah yang semakin meningkat tersebut, cara pengambilan air tanah seringkali
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hidrologi yang baik sehingga seringkali

menimbulkan dampak negatif yang serius terhadap kelangsungan dan kualitas sumber
daya air tanah. Dampak negatif pemanfaatan air tanah yang berlebihan seperti
pencemaran sumur-sumur penduduk, terutama yang berdekatan dengan aliran sungai
yang menjadi sarana pembuangan limbah pabrik.
Keberadaan air di bumi yang meliputi air laut, air danau, dan air sungai akan
mengalami penguapan yang disebabkan oleh pemanasan sinar matahari. Dalam
hidrologi, penguapan dari badan air secara langsung disebut evaporasi. Penguapan air
yang terkandung dalam tumbuhan disebut transpirasi. Jika penguapan dari permukaan
air bersama-sama dengan penguapan dari tumbuh-tumbuhan disebut evapotranspirasi.
Penguapan air dari dedaunan dan batang pohon yang basah disebut intersepsi. Hujan
dalam istilah hidrologi disebut presipitasi yakni tetes air dari awan yang jatuh
kepermukaan tanah.
Hujan yang turun ke permukaan bumi jatuh langsung kepermukaan tanah,
permukaan air danau, sungai, laut, hutan, atau perkebunan. Air yang meresap ke tanah
akan terus sampai kedalaman tertentu dan mencapai permukaan air tanah (ground
water) yang disebut perkolasi. Jika aliran tanah muncul atau keluar akan menjadi
mata air (spring). Mata air yang keluar dengan cara rembesan disebut seepage.
Air bawah tanah (ground water) nama untuk menggambarkan air yang
tersimpan di bawah tanah dalam batuan yang permeabel. Periode penyimpanannya
dapat berbeda pada siklus waktu tertentu serta bergantung dengan kondisi geologinya
(beberapa minggu tahun). Pergerakan air tanah dapat muncul ke permukaan, dengan
manifestasinya sebagai mata air (spring) atau sungai (river).

Oleh karena itu,

diperlukan analisis mendalam mengenai air tanah dalam kebutuhan pertanian.


II.

Air Bawah Tanah, Sebagian Air Bawah Tanah Merupakan Air Perkolasi
dari Air Infiltrasi yang Permukaannya Ditentukan oleh Musim Hujan dan
Kemarau

a. Analisis Keberadaan Air Bawah Tanah

Keberadaan ABT (Air Bawah Tanah) sangat tergantung besarnya curah hujan
dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir
lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air
hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya batuan dengan sementasi kuat dan
kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir
semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor
lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri,
penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi
terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area).
Air yang meresap kedalam tanah akan mengalir mengikuti gaya gravitasi bumi.
Akibat adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air, menyebabkan
poripori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda. Setelah hujan, air
bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air. Sejumlah air beredar didalam tanah dan
ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang kecil atau tarikan molekuler di
sekeliling partikel-partikel tanah. Bila kapasitas retensi dari tanah telah habis, air akan
bergerak kebawah kedalam daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air di
dalam zona jenuh air ini disebut ABT.

Gambar II.1 Pergerakan Air Bawah Tanah

Istilah infilrasi secara spesifik merujuk pada peristiwa masuknya air ke dalam
permukaan tanah. Infiltrasi merupakan satu-satunya sumber kelembaban tanah untuk
keperluan pertumbuan tanaman dan untuk memasok air tanah. Melalui infiltrasi,
permukaan tanah membagi air hujan menjadi aliran permukaan, kelembaban tanah
dan air tanah.
Infiltrasi berkaitan erat dengan perkolasi yaitu peristiwa bergeraknya air ke
bawah dalam profil tanah. Infiltrasi menyediakan air untuk perkolasi. Laju infiltrasi
tanah yang basah tidak dapat melebihi laju perkolasi.

Gambar II.2 Skema infiltrasi dan perkolasi pada dua lapisan tanah
Mengilustrasikan keterkaitan antara infiltrasi dengan perkolasi dengan sketsa
Gambar 1. Pada Gambar 1.a. formasi tanah lapisan atas mempunyai laju infiltrasi
kecil tapi lapisan bawah mempunyai laju perkolasi tinggi, sebaliknya pada gambar
1.b. lapisan atas dengan laju infiltrasi tinggi sedangkan laju perkolasi pada lapisan
bawah rendah.
Pada Gambar 1.a., meski laju perkolasi tinggi tapi laju infiltrasi yang
memberikan masukan air terbatas. Dalam keadaan seimbang kedua kenyataan ini
ditentukan oleh laju infiltrasi. Sebaliknya pada Gambar 1.b. laju perkolasi yang
rendah menentukan keadaan seluruhnya. Dalam kenyataannya, proses yang terjadi
tidak sesederhana itu, karena adanya kemungkinan aliran antara. Infiltrasi air ke
dalam tanah didefinisikan sebagai persamaan diferensial sebagai berikut:

Gambar II.3 Infiltrasi air ke dalam tanah didefinisikan dalam persamaan diferensial
Terdapat dua parameter penting berkaitan dengan infiltrasi yaitu laju infiltrasi
dan kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi berkaitan dengan banyaknya air per satuan
waktu yang masuk melalui permukaan tanah. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah
laju maksimum air dapat maksuk ke dalam tanah pada suatu saat.
Lebih lanjut dijelaskan, kapasitas infiltrasi tanah pada saat permulaan hujan
adalah terbesar, kemudian berkurang dengan semakin lamanya hujan, sehingga
mencapai nilai minimum yang konstan (Gambar 2). Dari gambar itu, aliran
permukaan baru terjadi setelah beberapa saat hujan berlangsung, yaitu ketika laju
hujan menjadi lebih tinggi dari laju infiltrasi. Selama hujan berlangsung laju aliran
permukaan meningkat dengan semakin berkurangnya laju infiltrasi. Laju aliran
permukaan pada akhirnya akan mencapai nilai maksimum yang konstan.

Gambar II.4 Hubungan antara infiltrasi dengan aliran permukaan dan curah hujan.
Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, tergantung pada kondisi biofisik
permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir ke dalam
tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan ke dalam
tanah disebabkan oleh adanya gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah.
Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam
tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia dapat diuapkan kembali atau
mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat . Makin besar daya
infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah dengan daya infiltrasi menjadi
makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga debit
puncaknya juga akan lebih kecil.

Gambar II.5 Perbandingan Infiltrasi dan perkolasi


Pada Gambar A di atas akan menghasilkan daya infiltrasi yang besar, tetapi
daya perkolasinya kecil, karena lapisan atasnya terdiri dari lapisan kerikil yang
mempunyai permeabilitas tinggi dan lapisan bawahnya terdiri dari lapisan tanah liat
yang relatif kedap air. Demikian juga sebaliknya pada Gambar B akan menghasilkan
daya infiltrasi yang kecil, tetapi daya perkolasinya besar, karena lapisan atasnya
terdiri dari lapisan kedap air dan lapisan bawahnya tiris. Dengan kata lain, permukaan
dan lapisan tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi dan intensitas hujan maupun
kapisitas infiltrasi sangat mempengaruhi laju infiltrasi. Kemudian, Kapasitas
perkolasi dipengaruhi oleh kondisi tanah di bawah permukaan pada daerah tak jenuh
serta laju perkolasi tergantung pada kondisi tanah, baik di permukaan maupun di
bawah permukaan pada daerah tak jenuh. Oleh karena itu, air tanah yang merupakan
air perkolasi dari air infiltrasi yang permukaannya ditentukan oleh intensitas hujan
dan kemarau memiliki keterkaitan.

Gambar II.6 Infiltrasi dan Perkolasi


Infiltrasi adalah proses air masuk (penetration) ke dalam tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Curah hujan
Kelandaian tanah (ground slope)
Tekstur tanah
Kerapatan massa (bulk density)
Permeabilitas
Kadar air tanah dan vegetasi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nama Tekstur
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)
Pasir
85 100
0 15
0 10
Lempeng liat berpasir
45 80
0 28
20 35
Pasir Berlempung
70 90
0 39
10 15
Lempung Berpasir
43 80
0 50
0 20
Lempung
23 52
28 50
7 27
Lempung Berdebu
0 52
50 88
0 27
Debu
0 20
88 100
0 12
Lempung Liat Berdebu
0 20
40 73
27 40
Lempung Berliat
20 45
15 53
27 40
Liat Berpasir
45 65
0 20
35 45
Liat Berdebu
0 20
40 60
40 60
Liat
0 45
0 40
40 100
Tabel II.1 Klasifikasi Tekstur Tanah
Tipe-tipe tanah (pasir, debu, dan liat) dapat mengontrol laju infiltrsi. Sebagai
contoh, permukaan tanah yang berpasir secara umum memiliki laju infiltrasi yang
tinggi dari pada permukaan tanah liat. Kenyataannya pada beberapa pengamatan
kapasitas infiltrasi pada fraksi pasir adalah lebih besar dibandingkan dengan fraksi
liat, hal ini memang dipengaruhi oleh karena litany kaya akan pori yang halus tetapi

miskin akan pori yang besar. Sebaliknya pasir miskin akan pori halus namun kaya
akan pori besar.
Tanah dengan struktur mantap adalah yang memiliki permeabilitas dan drainase
yang sempurna, serta tidak mudah didispersikan oleh air hujan. Permeabilitas tanah
dapat menghilangkan daya air untuk mengerosi tanah, sedangkan drainase
mempengaruhi baik buruknya pertukaran udara. Faktor tersebut selanjutnya
mempengaruhi kegiatan mikroorganisme perakaran dalam tanah.
No
1
2
3
4
5
6
7

Kelas Permeabilitas
Sangat lambat
Lambat
Agak lambat
Sedang
Agak cepat
Cepat
Sangat cepat

(cm/jam)
< 0,125
0, 125 0,50
0,5 2,0
2,0 6,25
6,25 12,5
12,5 25
> 25

Tabel II.2 Permeabilitas Tanah


Aliran permukaan (erosi) dipengaruhi oleh kapasitas infiltrasi dan permeabilitas
dari lapisan tanah. Apabila kapasitas infiltrasi dan permeabilitas besar dan
mempunyai lapisan kedap yang dalam maka aliran permukaan rendah, sedangkan
untuk tanah yang bertekstur halus maka penyerapan air akan semakin lambat dan
aliran permukaan akan semakin tinggi

III.

Sumber Air Bawah Tanah Adalah Sangat Potensial Untuk Mensuplai


Kebutuhan Air Pertanian Melalui Sistem Pompanisasi
Sistem pompanisasi dalam pengembangan irigasi air permukaan maupun air

tanah adalah upaya penyuplaian tanaman yang diangkat dan didistribusikan dengan
mempergunakan pompa air. Termasuk dalam kegiatan ini adalah : pengadaan
pipa/selang hisap, pipa/selang buang serta saluran distribusi ke lahan yang akan diari.

Saluran distribusi ini dapat berupa saluran terbuka ataupun saluran tertutup/pipa
paralon.
Bila ingin diperoleh penyediaan air di daerah lahan kering di luar tadah hujan
yang diharapkan dapat dilakukan para petani dengan menyediakan air tanah atau air
permukaan tanah melalui pompanisasi. Tentunya pompanisasi yang dibutuhkan untuk
menyediakan air di lahan pertanian tanaman palawija petani dapat dilakukan para
petani melalui kerjasama kelompok.

Gambar III.1 Sistem pompanisasi berupa irigasi tetes dan pompa kincir angin
dalam menyuplai kebutuhan pertanian
Sebelum melakukan pelaksanaan pompanisasi di lapangan maka terlebih dahulu
para petani bekerjasama dengan orang yang ahli di dalam pengeboran atau penggalian
air permukaan tanah. Dibutuhkan lahan areal pertanian yang mudah untuk dilakukan
penggalian air tanah dengan penggalian biasa atau memerlukan pengeboran, sehingga
pelaksanaan pengambilan air permukaan tanah untuk pompanisasi berjalan dengan
baik.
Sumber air yang telah digali baik melalui sumur atau pemboran dialirkan
melalui pompanisasi misalnya jetpam atau alat mesin air sejenisnya yang harus benarbenar dialirkan secara efesien dan efektif. Karena diketahui bahwa biaya untuk
pompanisasi ini memerlukan dana yang cukup besar yang harus dikeluarkan petani.

Oleh karena itu diperlukan perawatan dan pemeliharaan dari sumur gali dan
pemboran serta mesin yang digunakan untuk pompanisasi air ini.
Jadi dengan terjadinya iklim ekstrim kering maka usaha tani pertanian, apakah
tanaman padi, tanaman jagung, tanaman kedelai atau tanaman pangan lainnya dengan
jalan pompanisasi maka kegiatan usaha tani pertanian dapat berjalan dengan baik.
Sangat diperlukan kerjasama yang baik antara petani yang ada didalam satu hamparan
dalam hal membeli pompa untuk pengairan dan kerjasama dalam hal perawatan
pompa dan pembagian air dalam wilayah usaha tani masing-masing para petani.

Gambar III.2 Irigasi tetes (Drip Irrigation)


Selain itu ada juga disebut Irigasi tetes yang tampaknya bisa dijadikan pilihan
cerdas untuk mengatasi masalah kekeringan atau sedikitnya persediaan air di lahanlahan kering. Drip irrigation dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan,
sayuran, tanaman keras, greenhouse, bedengan, patio dan tumbuhan di dak. Selain
oleh petani tradisional, sistem mikro irigasi ini cocok untuk kebun perkotaan,
sekolah, rumahan, operator greenhouse. Pada dasarnya siapapun yang bercocok
tanam yang butuh pengairan yang tepat dan efisien, bisa menggunakan sistem ini.
IV.

Karakteristik Air Bawah Tanah Berbeda Satu Sama Lain pada Setiap
Bentuk Wilayah

Karakteristik air bawah tanah berbeda satu sama lain pada setiap bentuk
wilayah. Jelas bahwa

Air bawah tanah pada wilayah dataran dan pada daerah

berlereng memiliki perbedaan. Setiap wilayah memiliki vegetasi, permeabilitas, dan


struktur tanah yang berbeda, yang kemudian struktur, tekstur, lapisan tanah dan
vegetasi sangat mempengaruhi keberadaan air bawah tanah.

Gambar IV.1 Klasifikasi tanah menurut ilmu tanah dan ilmu hidrologi
Hal yang mempengaruhi aliran air tanah, diantaranya adalah batuan-batuan
yang ada di dalam aliran itu sendiri. Karena air tanah berada dalam formasi batuan
geologi yang tembus air (permeable) yang dinamakan akuifer, yaitu formasi-formasi
batuan yang mempunyai struktur yang memungkinkan adanya gerakan air melaluinya
dalam kondisi medan (field condition) biasa. Sebaliknya formasi batuan yang sama
sekali tidak tertembus oleh air (impermeable) dinamakan aquiclude. Formasi batuan
tersebut mengandung air, teteapi tidak memungkinkan adanya gerakan air yang
melaluinya, sebagai contoh air dalam tanah liat. Ada juga Aquifuge adalah formasi
batuan kedap air yang tidak mengandung atau mengalirkan air, dan batuan yang yang
termasuk dalam ini adalah batuan granit yang keras. Dan bagian batuan yang tidak
terisi oleh bagian padatnya (butirnya) akan diisi oleh air tanah. Ruang tersebut
dinamakan rongga-rongga atau juga pori-pori. Karena rongga-rongga tersebut dapat
bekerja sebagai pipa aliran air tanah, maka rongga-rongga tersebut ditandai oleh
besarnya, bentuknya, ketidakaturannya (irregularity) dan distribusinya.
Rongga-rongga primer terbentuk selama proses geologi yang didapatkan dalam
pembentukan batuan beku dan batuan sedimen. Rongga-rongga sekunder terjadi
setelah batuan terbentuk ; sebagai contoh joints (kekar pada batuan), fractures

(rekahan pada batuan), lubang-lubang yang dibuat oleh binatang atau tumbuhtumbuhan. Dilihat dari besarnya rongga tersebut dapat di klarifikasikan sebagai
kapiler, sub kapiler, dan super kapiler. Tergantung kepada hubungan rongga-rongga
tersebut dapat di golongkan dengan rongga berhubungan dan tertutup. Secara umum
terdapat 4 macam wilayah air tanah, sebagai berikut.
1. Wilayah yang masih terpengaruh udara.
Pada bagian teratas dari permukaan bumi terdapat lapisan tanah yang mengandung
air. Karena pengaruh gaya berat (gravitasi), air di wilayah ini akan bebas bergerak ke
bawah. Tumbuh-tumbuhan memanfaatkan air pada lapisan ini untuk menopang
kelangsungan hidupnya.
2. Wilayah jenuh air.
Wilayah inilah yang disebut dengan wilayah kedalaman sumur. Kedalaman wilayah
ini tergantung pada topografi, jenis tanah dan musim.
3. Wilayah kapiler udara.
Wilayah ini merupakan peralihan antara wilayah terpengaruh udara dengan wilayah
jenuh air. Air tanahnya diperoleh dari proses kapilerisasi (perembesan naik) dari
wilayah jenuh air.
4. Wilayah air dalam.
Wilayah ini berisikan air yang terdapat di bawah tanah/batuan yang tidak tembus air.
V.

Analisis Potensi Sumber Air Bawah Tanah Dapat Dilakukan Melalui


Neraca Air Suatu Wilayah

a. Analisis Neraca Air


Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu
tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut
kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Kegunaan mengetahui kondisi air
pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi,
serta dapat pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya.

Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara
lain:
1. Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpana dan pembagi air
serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat
banyak bulan-bulan yang defisit air.
2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini
terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air.
3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti
tanaman pangan hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan.
Model neraca air cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga
model, antara lain:
1. Model Neraca Air Umum. Model ini menggunakan data-data klimatologis dan
bermanfaat untuk mengetahui berlangsungnya bulan-bulan basah (jumlah curah
hujan melebihi kehilangan air untuk penguapan dari permukaan tanah atau
evaporasi

maupun

penguapan

dari

sistem

tanaman

atau

transpirasi,

penggabungan keduanta dikenal sebagai evapotranspirasi).


2. Model Neraca Air Lahan. Model ini merupakan penggabungan data-data
klimatologis dengan data-data tanah terutama data kadar air pada Kapasitas
Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik Layu Permanen (TLP), dan Air Tersedia
(WHC = Water Holding Capacity).
Keterangan:
a) Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap
gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah tersebut akan terus-menerus
diserap akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama makin kering.
Pada suatu saat akar tanaman tidak lagi mampu menyerap air sehingga
tanaman menjadi layu. Kandungan air pada kapasitas lapang diukur pada
tegangan 1/3 bar atau 33 kPa atau pF 2,5 atau 346 cm kolom air.
b) Titik layu permanen adalah kondisi kadar air tanah dimana akar-kar tanaman
tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman layu. Tanaman akan
tetap layu pada siang atau malam hari. Kandungan air pada titik layu

permanen diukur pada tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF 4,18 atau
15.849 cm tinggi kolom air
c) Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih
antara kapasitas lapang dan titik layu permanen.
3. Model Neraca Air Tanaman. Model ini merupakan penggabungan data
klimatologis, data tanah, dan data tanaman. Neraca air ini dibuat untuk tujuan
khusus pada jenis tanaman tertentu. Data tanaman yang digunakan adalah data
koefisien tanaman pada komponen keluaran dari neraca air.
b. Analisis Neraca Air Model Thornthwaite and Matter
Model neraca air dalam makalah pelatihan ini dipilihkan yang paling sederhana,
dari banyak model-model dugaan komponen neraca air yang ada. Model
Thornthwaite dan Matter (1957) merupakan model cukup populer, selain itu dikenal
juga model-model lain untuk menduga besarnya ETP (Evapotranspirasi Potensial),
seperti: Blaney-Criddle, Penman.
c. Karakteristik Air Tanah Pada setiap Lapisan Tanah
Menurut Sosrodarsono (2006 : 98-103) air tanah yang bersangkutan dengan
pengembangan air, diklasifikasikan dalam lima jenis sesuai dengan keadaan kondisi
air tanah yakni, air tanah dalam dataran alluvial, air tanah dalam kipas detrital, air
tanah dalam terras dilluvial, air tanah di kaki gunung api dan air tanah dalam zone
batuan retak.
1. Air tanah dataran aluvial
Volume air tanah dalam dataran alluvial ditentukan oleh tebal, penyebaran dan
permeabilitas dari akuifer yang terbentuk dalam alluvium dan dilluvium yang
mengendap dalam dataran. Air susupan. air tanah yang dalam dataran. Airtanah
dataran alluvial terbagi atas air susupan (influent water), airtanah dilapisan yang
dalam, dan airtanah sepanjang pantai.
2. Air tanah di dalam kipas detrital
Endapan kipas detrital terbagi atas endapan diatas kipas dan dibagian ujung bawah
kipas. Endapan diatas kipas terdiri atas lapisan pasir dan kerikil yang tidak terpilih
sedangkan menuju ke arah ujung bawah kipas cendrung di dominasi oleh lempung.

3. Air tanah di dalam teras dilluvial


Air tanah dalam teras diluvial yang tertutup dengan endapan teras yang agak tebal
ditentukan oleh keadaan bahan dasar dan daerah pengaliran dari terras. Kondisinya
pada lembah terdapat akuifer yang tebal dan mata air pada batuan dasar yang
dangkal, sedangkan jika terras bersambung dengan gunung api dan endapannya juga
bersambung dengan endapan kasar gunung itu, maka pengisian air tanah akan
menjadi besar.
4. Air tanah di kaki gunung api
Kaki gunung api memiliki topografi dan geografi yang khas maka air tanahnya
mempunyai karakteristik tersendiri. Kaki gunung api yang tinggi mengakibatkan
curah hujan tinggi, fragmen-fragmen gunung api memiliki ruang-ruang yang banyak
sehingga mudah menyalurkan airtanah serta memiliki mata air di ujung terras, dan
pada dasar aliran lava banyak lembah tersebut.
5. Air tanah di zone retakan
Lapisan-lapisan zaman tersier mempunyai kepadatan yang besar, porositas effektif
antar butir tanah adalah kecil. Koeffisien permeabilitasnya adalah kirakira10-4
sampai 10-6 cm/detik dan tidak terbentuk akuifer. Akan tetapi jika terdapat zone
retakan yang memotong lapisan-lapisan ini, maka didalamnya terisi air celah.

Gambar V.1 Akifer air tanah


Perhitungan Potensi ABT menggunakan pendekatan neraca air klimatologi
(Climatological Water Balancez). Prinsip pendekatanya adalah dengan menghitung

jumlah masukan air berupa hujan dan kehilangan air yang berupa evapotranspirasi,
sehingga bila kemampuan tanah menahan air (storage) diketahui, maka kelebihan air
yang akan menjadi runoff dapat diketahui pula. Dengan demikian potensi ABT dapat
diestimasikan.

Gambar V.2 Parameter Neraca Air pada Sebuah Danau


Keterangan:
Qi = masukan air/ direct run-off (inflow)
Qg = base flow (inflow)
Qo = outflow
P = presipitasi
SQ = perembesan
E = evaporasi air permukaan bebas
S = perubahan dalam cadangan
t1 = muka air setelah kehilangan
t2 = muka air sebelum kehilangan

Parameter tinjauan neraca air ini adalah meliputi ketersediaan air yang masingmasing titik tinjau (control point) dan kebutuhan yang harus dilayani di titik tersebut
dengan rangkaian sistem yang saling berhubungan mulai dari hulu-tengah-hilir. Dari

neraca air ini akan diperoleh hasil berupa faktor kegagalan, yang merupakan
perbandingan antara ketersediaan air dan kebutuhan air dimana jika perbandingan
tersebut kurang dari 0,70 (70%) maka sistem penyediaan air tersebut dianggap gagal.
VI.

Kapasitas Pompa Untuk Pengadaan Air Bawah Tanah Ditentukan


Oleh Luas Areal Pertanaman dan Jenis Tanaman serta Nilai
Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan peristiwa berubahnya air menjadi uap dan


bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi
(penguapan). Peristiwa pengauapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya
bersama-sama disebut evapotranspirasi. Faktor-faktor utama yang berpengaruh pada
evapotranspirasi adalah:
1. Faktor-faktor meteorology:

radiasi matahari, suhu udara dan permukaan,

kelembaban, angin, dan tekanan barometer.


2. Faktor-faktor Geografi: kualitas air (warna, salinitas dan lain-lain), jeluk tubuh air,
ukuran, dan bentuk permukaan air.
3. Faktor-faktor lainnya: kandungan lengas tanah, karakteristik kapiler tanah, jeluk
muka air tanah, warna tanah, tipe kerapatan dan tingginya vegetasi,
ketersediaan air (hujan, irigasi dan lain-lain) serta model-model Analisis
Evapotranspirasi.
Perkiraan evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-kajian
hidrometeoro-logi. Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air
maupun permukaan lahan yang luas akan mengalami banyak kendala. Untuk itu maka
dikembangkan beberapa metode pendekatan dengan menggunakan input data-data
yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya evapotranspirasi. Apabila jumlah
air yang tersedia tidak menjadi faktor pembatas, maka evapotranspirasi yang terjadi
akan mencapai kondisi yang maksimal dan kondisi itu dikatakan sebagai
evapotranspirasi potensial tercapai atau dengan kata lain evapotranspirasi potensial

akan berlangsung bila pasokan air tidak terbatas bagi stomata maupun permukaan
tanah.
Pada daerah-daerah yang kering besarnya evapotranspirasi sangat tergantung
pada besarnya hujan yang terjadi dan evapotranspirasi yang terjadi pada saat itu
disebut evapotranspirasi aktual. Kapasitas pompa untuk pengadaan air bawah tanah
ditentukan oleh lahan areal tanam dan evapotranspirasi, yang kemudian ditunjang
oleh kondisi/pasokan air bawah tanah. Penguapan eksternal terjadi pada permukaan
tanah (evaporasi) dan terjadi pada tanaman (transpirasi), sedangkan penguapan
internal terjadi dalam pori-pori tanah, maka hal tersebut terwujudkan atas pemenuhan
pasokan air yang tidak terbatas. Beberapa metode yang digunakan dalam analisis
evapotranspirasi, sebagai berikut.

1. Analisis Evapotranspirasi Metode Meyer


Evapotranspirasi merupakan faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air
dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting dalam siklus
hidrologi.
2. Analisis Evapotranspirasi Potensial Metode Thornwaite
Data yang diperlukan dalam metode ini adalah suhu rata-rata bulanan yang
didapat dari suhu rata-rata harian.
3. Analisis Neraca Air Metode Thornwaite Mather
Perhitungan neraca air menurut fungsi meteorologis sangat berguna untuk
evaluasi ketersediaan air di suatu wilayah terutama untuk mengetahui kapan
ada surplus dan defisit air.
4. Analisis Evapotranspirasi Metode Turc Langbein
Evapotranspirasi aktual tahunan dapat diperkirakan dengan menggunakan
rumus Turc-Langbein.

VII. Penutup
Air bawah tanah (ground water) nama untuk menggambarkan air yang
tersimpan di bawah tanah dalam batuan yang permeabel. Periode penyimpanannya
dapat berbeda pada siklus waktu tertentu serta bergantung dengan kondisi geologinya
(beberapa minggu tahun). Pergerakan air tanah dapat muncul ke permukaan, dengan
manifestasinya sebagai mata air (spring) atau sungai (river).
Keberadaan air bawah tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan
besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir
lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air
hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya batuan dengan sementasi kuat dan
kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil.
Air bawah tanah kemudian sangat dipengaruhi oleh keadaan suatu wilayah dan
curah hujan. Semakin tropis suatu wilayah maka kemungkinan keberadaan air bawah
tanah sangat jauh dibawah lapisan tanah.

Daftar Pustaka
Darman F.Saragih,Dipl.Ing.,M.T.2008.Buku Ajar Matakuliah Hidrologi.Medan:
Politeknik Negeri Medan
Effendi, Idham. 2010. Karakteristik Mata Air . Pusat Lingkungan Geologi; Bandung
Firmansyah, Anang. 2010. Teori dan Praktik Analisis Neraca Air Untuk Menunjang
Tugas Penyuluh Pertanian. BPTP; kalimantan tengah.
Hendrayana, Heru.2002. Dampak Pemanfaatan Air Tanah. Geologycal
Engineering.Dept.Gajah
Mada
University/
www.heruhendrayana.
staff.ugm.ac,id
Http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/3737

Kuswansusilo,2008. Air dan Tanah. http://budhikuswansusilo. wordpress.com /


2008/05/ 09/dinamicgeologygroundwater-air-tanah/ Diakses pada 31Agustus
2015 pukul 23.13 WITA
Monteith, J. L. 1975. Vegetation and the Atmosphere. Academic Press. London
Nasir, A. A. dan Y. Koesmaryono. 1990. Pengantar Ilmu Iklim untuk Pertanian.
Pustaka Jaya, Bogor.

Suhardi, 2008. Model Pengelolaan Airbumi untuk Irigasi dengan Operasi Pompa
Tunggal dan Ganda: Kasus Sub-DAS Data, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
[Disertasi] Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai