Anda di halaman 1dari 9

DRAINASE RAWA

Nama : Afiendria Cipta Hermawan


NIM / Kelas : 20150110115 / C
Mata kuliah : Teknik Drainasi
Dosen : Burhan Barid S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

A. Definisi Rawa .................................................................................................. 1

B. Definisi Drainase ............................................................................................. 2

C. Fungsi Drainase Rawa ..................................................................................... 3

D. Perencanaan Teknik Jaringan Drainase Rawa ................................................. 4

E. Konsep Sistem Drainase Rawa ........................................................................ 5

F. Kelebihan dan Kekurangan Drainase Rawa .................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 7

ii
A. Definisi Rawa
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2015 pasal 1 butir 1, Rawa adalah
wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang
secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang
relatif datar atau cekung dengan endapan mineral atau gambut, dan
ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem.
Pendapat lainnya menyatakan bahwa Rawa adalah bagian permukaan
bumi yang tergenang air dan ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan serta
letaknya lebih rendah dari daerah sekitarnya. Air yang menggenangi daerah
rawa pada umumnya dangkal sehingga mudah ditumbuhi oleh tumbuh-
tumbuhan, seperti kayu ulin, rumput-rumputan, enceng gondok, dan
sebagainya.
Berdasarkan tipologinya, lahan rawa dibagi menjadi dua, yaitu rawa
pasang surut dan rawa lebak. Lahan rawa pasang surut (tidal swamp)
merupakan lahan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sedangkan
rawa lebak (non tidal swamp) diartikan sebagai daerah yang tidak langsung
dipengaruhi pasang surut air laut tapi mengalami genangan minimal tiga
bulan daam satu tahun dengan tinggi genangan minimal 50 cm.

Gambar 1 Rawa pasang surut (Tidal Swamp)


Sumber : http://edunkleyha.blogspot.co.id/2009/06/mengenal-lahan-
basah-di-wilayah.html , diunduh Kamis, 22 maret 2018

1
Rawa merupakan lahan yang menempati posisi peralihan antara sistem
daratan dan sistem perairan (sungai, danau, dan laut). Karena menempati
posisi peralihan antara sistem daratan dan sistem perairan, maka lahan ini
sepanjang tahun, atau dalam waktu yang Panjang dalm setahun (beberapa
bulan) tergenang dangkal, selalu jenuh air atau mempunyai air tanah
dangkal. Dalam kondisi alami, sebelum dibuka untuk lahan pertanian, lahan
rawa ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis rerumputan, vegetasi
semak maupun kayu-kayuan atau hutan. Genangan lahan rawa dapat
disebabkan oelh pasangnya air laut, genangan air hujan, dan luapan air
sungai.

B. Definisi Drainase
Drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air (Suripin, 2003). Drainase
merupakan sebuah sistem yang terdiri atas serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk menangani persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang
berada di atas permukaan tanah atau yang di bawah permukaan tanah.
Kelebihan air dapat disebabkan oleh volume hujan yang tinggi atau durasi
hujan yang lama. Secara teknis drainase didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan pada
suatu kawasan sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Gambar 2 Contoh saluran drainase

2
C. Fungsi Drainase Rawa
1. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya
agar tidak terjadi luapan air.
2. Mengendalikan erosi tanah di sekitar lahan rawa.
3. Mengelola sebagian air permukaan akibat hujan agar dapat dimanfaatkan
untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
4. Meresapkan air ke permukaan untuk menjaga kelesarian air tanah
5. Menyediakan air ketika kondisi lahan pertanian pada lahan rawa tersebut
sedang dalam keadaan kering di musim kemarau agar tanaman tetap
dapat tumbuh.
6. Dapat meningkatkan aerasi pada tanah pada lahan rawa.
7. Dapat memengaruhi tingkat kelembapan tanah serta suhu pada tanah, hal
ini akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman di areal tersebut.
8. Dapat menjadi saluran pembuang bahan kimia seperti pestisida, yang jika
terlalu lama tertahan pada lahan akan menimbulkan pencemaran
lingkungan.
9. Drainasi pada lahan rawa dapat membantu menghilangkan bahan-bahan
beracun dan penyakit-penyakit yang dapat merugikan kesehatan manusia
maupun yang menyebabkan terjadinya gagal panen.

Gambar 3 Contoh saluran drainase pada lahan rawa


Sumber : http://almasufia15.blogspot.co.id/2016/02/. diunduh
Kamis, 22 maret 2018

3
D. Perencanaan Teknik Jaringan Drainase Rawa
Tata cara perencanaan jaringan drainase rawa yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Pengumpulan data sekunder berupa data topografi wilayah, data
klimatologi, data hidrologi, data statistic, dan data studi wilayah
terdahulu (jika ada). Data tersebut dapat diperoleh di BMKG, BPS,
BAPPEDA, dan instansi lainnya.
2. Pengumpulan data primer seperti survei awal sebelum pekerjaan, survei
pemetaan atau topografi untuk mengetahui kondisi eksisting Kawasan
rencana, survei jenis tanah, dan survei sosial-agro-ekonomi.
3. Kemudian membuat perencanaan sistem drainase berupa pemanfaatan
tata guna lahan di daerah atau lahan rawa.
4. Melakukan analisis dan simulasi hidraulika.
5. Membuat desain untuk pekerjaan perencanaan jaringan drainasi rawa,
misalnya berupa dimensi atau ukuran saluran.

Gambar 4 Contoh penampang saluran drainase


Sumber : http://www.sanitasi.or.id/?page_id=288. diunduh Kamis,
22 maret 2018

4
E. Konsep Sistem Drainase Rawa
Secara umum ada dua konsep untuk mencegah dan memperbaiki
kondisi tanah dan air yang kurang menguntungkan di lahan rawa.
1. Pencucian Lahan (Leaching)
Kunci keberhasilan pengembangan rawa adalah pencucian lahan
(leaching) agar tidak asam, yaitu membuang bahan beracun (toxic) yang
ada di lahan rawa dengan proses drainase. Tanah yang dicuci adalah
tanah pada zona perakaran. Tinggi muka air tanah tetap dijaga
kedudukannya terhadap muka tanah serta harus selalu berada di atas
lapisan tanah pirit. Bila muka air tanah berada di bawah lapisan tanah
pirit, maka lapisan tanah pirit akan teroksidasi. Sehingga nanti bila waktu
musim hujan, akan terbentuk asam sulfat (H2SO4). Untuk menjaga agar
muka air tanah selalu berada di atas lapisan tanah pirit, maka digunakan
pintu air. Proses pencucian tanah ini dilakukan dengan pemberian air
tetap dengan debit 12 – 14 mm/hari. Yang paling efektif yaitu pada waktu
musim penghujan atau pada waktu terjadi air pasang. Metoda ini mudah
dilaksanakan pada lahan rawa yang berdekatan dengan sungai atau
saluran primer, dimana pada saat terjadi pasang air dapat menggenangi
lahan secara teratur sepanjang terjadinya pasang.
Untuk mempercepat proses pencucian tanah (leaching), maka dibuat
sub-drain serta saluran drainase nya dibuat rapat sehingga banyak dan
pendek-pendek. Di beberapa tempat, tanaman padi dapat tumbuh dengan
bagus pada musim basah.

2. Drainase Dangkal
Yang dimaksud dengan drainase dangkal yaitu membuang bahan
beracun (toxic) dengan oksidasi dan drainase zona perakaran. Elevasi
muka air tanah dijaga pada kedalaman 0.40 – 0.60 m dari muka tanah
melalui pembuatan saluran parit dangkal. Zona perakaran dibilas
(leaching) oleh air hujan yang turun. Tidak diperlukan pencucian secara

5
besar- besaran pada kasus ini, sebab dengan tingkat kejenuhan yang
cukup dari zona perakaran sudah mampu mencegah terjadinya
pembentukan asam organik. Pertumbuhan kondisi tanah asam
dikarenakan terjadinya oksidasi lapisan asam sulfat, dapat dicegah
dengan menjaga muka air tanah agar tidak turun lebih dari 0.70 m dari
muka tanah. Metoda ini direkomendasikan untuk semua lahan rawa
termasuk lahan rawa yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut. Tanaman
padi dapat tumbuh dengan baik pada musim kering.

F. Kelebihan dan Kekurangan Drainase Rawa


1. Kelebihan
a. Drainasi pada lahan rawa dapat membantu menghilangkan bahan-
bahan beracun seperti pestisida dan penyakit-penyakit yang dapat
merugikan kesehatan manusia maupun yang menyebabkan
terjadinya gagal panen.
b. Dapat memengaruhi tingkat kelembapan tanah serta suhu pada
tanah, hal ini akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman
di areal tersebut.
c. Mengendalikan erosi tanah di sekitar lahan rawa serta menjaga
ketersediaan air khususnya pada musim kemarau.
2. Kekurangan
Karena dapat menjadi sebagai saluran pembuang bahan-bahan
berbahaya seperti pestisida, bahan racun (toxic) akan terbawa pada saat
proses leaching sehingga dapat mencemari air pada saluran kanal
pembuang. Untuk menghindari ini, dapat dilakukan dengan cara
penggelontoran atau mengalirkan air sebanyak-banyaknya agar bahan
berbahaya tadi hilang atau hanyut. Penggelontoran ini menjadi sangat
penting, manakala air dari kanal pembuang juga dipakai untuk air irigasi
atau untuk keperluan domestik dan bahkan untuk penyediaan air bersih.

6
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Pengertian Rawa, Jenis, dan Manfaat.


http://www.tugassekolah.com/2016/02/pengertian-rawa-jenis-dan-
manfaat.html. Diakses pada 22 Maret 2018 pada pukul 23.20 WIB.
Effendi. 2011. Drainase Untuk Meningkatkan Kesuburan Lahan Rawa. PILAR
Jurnal Teknik Sipil, Vol.6, No. 2.
Haerani, Anna. Dkk. 2012. Pengelolaan Air : Kunci Keberhasilan Pertanian Rawa.
http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view
=article&id=228&Itemid=5. Diakses pada 22 Maret 2018 pada pukul 20.10
WIB.
Lubis, Hamdani. Dkk. 2011. Perencanaan Saluran Drainase. Universitas Pasir
Pengaraian Riau.
Putri, Yully Santi Eka. Dkk. 2016. Tata Cara Perencanaan Teknik Jaringan Irigasi
Rawa. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, Vol.2, No.1.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi
Press.

Anda mungkin juga menyukai