Anda di halaman 1dari 66

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Drainase

Drainase adalah istilah yang dipergunakan untuk sistem-sistem

penanganan air yang berlebihan. Drainase merupakan suatu sistem pengendalian

pengaliran, proses pengeringan air yang berlebihan, baik secara alamiah atau

buatan manusia dari permukaan tanah maupun dari bawah tanah. Tujuan pokok

dari pada drainase antara lain (Imam Subarkah, 1980):

1. Untuk drainase daerah pemukiman

Drainase daerah pemukiman pada kota-kota besar berfungsi untuk

mengalirkan air limbah dan air hujan melalui saluran drainase permukaan

yang akan mengalirkannya ketempat-tempat dimana dapat dituangkan

dengan aman kedalam sungai, danau atau laut.

2. Untuk drainase lahan

Drainase lahan berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air dari dalam

tanah keluar dari zona perakaran tanaman, untuk memperbaiki

pertumbuhan tanaman dan mengurangi penumpukan garam-garam tanah.

Selain itu juga berfungsi untuk mengalirkan air permukaan yang berasal

dari air hujan atau air irigasi yang tidak meresap kedalam tanah kemudian

dialirkan keluar dari daerah pertanian agar tidak terjadi genangan air.

3. Untuk drainase jalan raya

1
Daerah jalan raya adalah saluran pembuang yang berfungsi untuk

menampung air hujan yang jatuh diatas permukaan jalan atau air hujan

yang mengalir dari daerah lain, agar tidak menimbulkan genangan daerah

sekitarnya.

Pada daerah Kelurahan Kasintuwu saluran drainase dibuat dari saluran

drainase permukaan dimana sebagian merupakan saluran alam dan sebagian sudah

merupakan saluran buatan. Saluran drainase ini umumnya dibuat mengikuti rute

saluaran jalan raya sehingga berfungsi sebagai drainase jalan raya yang

mengalirkan air hujan dan air limbah kesaluran induk dan selanjutnya mengalir

kedalam laut.

Pada perencanaan drainase, yang pertama-tama harus diperhatikan adalah

kemirigan tanah pada daerah setempat atau pada dareah yang akan

direncanakan drainasenya. Yang mana bila terdapat adanya daerah

yang mempunyai kemiringan tidak memenuhi syarat, misalnya

keadaan tanah dasar, maka harus diadakan galian pada tanah tersebut untuk

mendapatkan kemiringan drainase itu. Kemiringan drainase dapat

mempengaruhi kecepatan pengaliran, yaitu apabila kemiringan drainase sangat

minimum, maka akan menyebabkan terjadinya pengendapan sedimen pada dasar

saluran dan menyebabkan penyumbatan pada saluran drainase dan bila

kemiringan drainase maksimum, maka akan menyebabkan terjadinya

penggerusan pada dasar saluran drainase maupun pada sisi saluran

tersebut akibat kecepatan pengaliran air yang terlalu cepat sehingga dapat

mempengaruhi umur dari saluran tersebut. Keadaan drainase juga sangat

2
tergantung

pada keadaan topografi.

3
B. Hidrologi

Hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejadian,

perputaran dan penyebaran air di atmosfir dan di permukaan bumi serta dibawah

pemukaan bumi.

Untuk tujuan oprasional, ruang lingkup hidrologi antara lain meliputi

pekerjaan:

1. Mengumpulkan dan memproses data hidrologi hasil pengukuran di

lapangan sebagai data dasar hidrologi.

2. Mengperhitungan proses hidrologi.

3. Meramalkan kejadian hidrologi, seperti banjir dan kekeringan.

4. Memperkirakan keseimbangan air.

5. Memecahkan berbagai masalah pengelolaan sumber air.

1. Siklus Hidrologi

Menurut Imam Subarkah (1980) daur atau siklus hidrologi adalah gerakan

air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan

atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir kelaut kembali. Susunan

secara siklis peristiwa tersebut sebenarnya tidaklah sederhana yang digambarkan.

Yang pertama daur tersebut dapat merupakan daur pendek, yaitu misalnya

hujan yang jatuh dilaut, danau atau sungai yang segera dapat mengalir kembali

kelaut.

4
Kedua, tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur.

Pada musism kemarau kelihatannya daur berhenti sedangkan dimusim hujan

berjalan kembali.

Ketiga, intensitas dan frekwensi daur tergantung pada keaadan geografi

dan iklim, yang mana hal ini merupakan akibat adanya matahari yang berubah-

ubah letaknya terhadap meridian bumi sepanjang tahun (sebenarnya yang

berubah-ubah letaknya adalah planet bumi terhadap matahari).

Keempat, berbagai bagian daur dapat menjadi sangat kompleks, sehingga

hanya dapat diamati bagian akhirnya saja dari suatu hujan yang jatuh diatas

permukaan tanah dan kemudian mencari jalannya untuk kembali kelaut.

Meskipun konsep daur hidrologi itu talah disederhanakan, namun masih

dapat membantu memberikan gambaran mengenai proses-proses penting dalam

daur tersebut, daur hidrologi tersebut yaitu:

a. Air laut menguap karena adanya radiasi matahari, dan awan yang terjadi

oleh uap air, bergerak diatas daratan karena didesak oleh angin.

b. Presipitasi atau hujan terjadi karena adanya tabrakan antara butir-butir uap

air akibat desakan angin, dapat berbentuk hujan atau salju yang jatuh ke

tanah yang membentuk limpasan (run off) yang menglir kembali kelaut.

c. Air hujan tersebut diantaranya masuk kedalam tanah (infiltrasi) dan

bergerak terus kebawah yang disebut perkolasi kedalam daerah jenuh

(saturated zone) yang terdapat dibawah permukaan air tanah atau

permukaan phreatik. Air dalam daerah ini bergerak perlahan-lahan

melewati akuifer masuk kesungai atau kadang-kadang masuk kelaut.

5
d. Air yang merembes kedalam tanah (infiltrasi) tersebut memberi hidup

kepada tumbuh-tumbuhan dan beberapa diantaranya naik keatas lewat akar

dan batangnya, sehingga terjadi penguapan yang disebut evapotranspirasi,

yang terjadi lewat tumbuh-tumbuhan melalui bagian bawah daun

(stomata).

e. Air yang tertahan dipermukaan tanah (surface detention) sebagian

diuapkan dan sebagian besar mengalir masuk kesungai-sungai kecil dan

mengalir sebagai limpasan permukaan (surface run off) kedalam palung

sungai.

f. Permukaan sungai dan danau juga mengalami penguapan (evaporasi),

sehingga masih ada air yang dipindahkan menjadi uap. Akhirnya sisa air

yang tidak diinfiltrasikan atau diuapkan akan kembali kelaut lewat palung

sungai. Air tanah jauh lebih lambat bergeraknya, baik yang bergerak

masuk kedalam palung sungai atau yang merembes ke pantai dan masuk

ke laut. Dengan demikian seluruh daur telah dijalani dan akan berulang

kembali.

6
Gambar 2. 1. Siklus Hidrologi
Sumber: murid.co.id

7
2. Hujan

Hujan merupakan salah satu unsur yang terbentuk dalam suatu siklus

hidrologi. Siklus hidrologi merupakan suatu sistem yang tertutup dalam arti

bahwa pergerakan air pada sistem tersebut selalu berada didalam sistemnya. Air

laut yang menguap ke udara karena adanya radiasi matahari akan berubah menjadi

hujan. Sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan menjadi aliran

permukaan, yang berkumpul didalam jaringan alur menjadi aliran sungai.

C. Perhitungan Curah Hujan

Menurut Suripin (2003) curah hujan yang diperlukan untuk pembuatan

rancangan dan rencana (perhitungan potongan melintang dan lain-lain) yang

berdasarkan volume debit (yang disebabkan oleh curah hujan) dari daerah

pengaliran yang kecil seperti perhitungan debit banjir, rencana peluap atau

bendungan, gorong-gorong melintasi jalan dan saluran, selokan-selokan samping

adalah curah hujan jangka aktu yang pendek dan bukan curah hujan jangka

panjang seperti curah hujan tahunan atau bulanan. Intensitas curah hujan jangka

waktu yang singkat (biasanya dalam 2 jam) tersebut dirubah menjadi intensitas

curah hujan per jam dan disebut intensitas curah hujan.

Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi dalam bentuk uap air

yang terkondensasi dan jatuh ke tanah dalam ragkaian proses siklus hidrologi

yang dialihkan menjadi aliran sungai, baik melalui limpasan permukaan (surfase

run off), aliran antara (surface interflow) maupun aliran air tanah (groundwater

flow).

8
Dalam praktek dikenal 2 macam alat untuk mengukur curah hujan yaitu

penakaran hujan dan pencatat hujan.

Penakar curah hujan biasa terdiri atas corong dan penampung yang

diletakkan pada ketinggian tertentu. Banyaknya penangkapan air hujan akan

berkurang dengan bertambahnya tinggi alat penakar, hal ini disebabkan karena

pengaruh turbulensi angin.

Gambar 2. 2. Alat Penakar Hujan Manual


Sumber: tangerang.olx.co.id

Pencatat hujan biasanya dibuat sedemikian, sehingga dapat bekerja secara

otomatis. Dengan alat ini dimungkinkan pencatat tinggi hujan setiap saat, sehingga

intensitas hujan pada saat tertentu dapat diketahui.

Gambar 2. 3. Alat Pencatat Hujan


Otomatis Sumber:
tanggerang.olx.co.id
9
Oleh karena itu hujan yang mewakili suatu daerah diukur dengan alat

penakar curah hujan yang ditempatkan pada stasiun-stasiun curah hujan. Curah

hujan yang tercatat pada alat penakar hujan diukur dalam curah hujan harian

yang berdimensi milimeter (mm).

Apabila dalam suatu kawasan tertentu terdapat beberapa alat penakar

curah hujan, maka nilai curah hujan pada kawasan itu adalah rata-rata dari

seluruh alat penakar. Besarnya rata-rata curah hujan ini dihitung dengan metode

Rata-rata Aljabar, Poligon Thiessen dan Garis Isohyet.

D. Perhitungan Curah Hujan Rencana

Perhitungan curah hujan rencana bertujuan untuk memperkirakan atau

menentukan probabilitas terjadinya suatu peristiwa dari suatu pengamatan hujan,

walaupun waktu dan saat terjadinya peristiwa tersebut tidak dapat ditentukan.

Periode ulang/kala ulang adalah interval waktu rata-rata suatu peristiwa

akan disamai atau dilampaui satu kali. Jika periode ulang T = 10 tahun, maka

peristiwa yang bersangkutan (banjir/hujan) akan terjadi rata-rata satu kali tiap 10

tahun, tetapi terjadinya peristiwa tersebut tidak harus tiap 10 tahun, melainkan

rata-rata sekali dalam tiap 10 tahun misalnya 10 kali dalam 100 tahun, 25 kali

dalam 250 tahun.

Dari perhitungan perhitungan frekwensi akan diperoleh besarnya hujan

harian maksimum yang mungkin akan terjadi dengan periode ulang tertentu pada

suatu daerah. Untuk perhitungan curah hujan rencana digunakan beberapa metode

perhitungan frekweensi yaitu distribusi Metode Haspers, Gumbel, Log Pearson III

10
dan Iwai. Dalam Skripsi ini perhitungan curah hujan rencana digunakan Metode

Gumbel karena motode ini umum dipakai dalam menghitung curah hujan rencana.

Persamaan-persamaan yang digunakan untuk perhitungan curah hujan

rencana dengan metode Gumbel digunakan persamaan sebagai berikut.

1. Hitung curah hujan rata-rata dengan persaman:


∑X
X = (2.1)
n......................................................................................................

2. Hitung standar deviasi:


∑n (x – X̅ )²

S = √ i=1
n-1
…...........................................................(2.2)

3. Hitung faktor probabilitas Gumbel (K) dengan persamaan:

YTr - Yn
K = Sn ..........................................................................(2.3)

Dengan:

Yn = Reduced Mean yang tergantung jumlah data (n), Tabel 2.1

Sn = Reduced Standard Deviation yang tergantung jumlah data (n), Tabel

2.2

YTr = Reduced Variate yang tergantung jumlah data (n), Tabel 2.3 Tabel 2. 1.

Reduced Mean, Yn
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5053 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518

11
Lanjutan Tabel 2.1

n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
Sumber: Suripin, 2003
Tabel 2. 2. Reduced Standard Deviation, Sn
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1226 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1480 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1658 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1782 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1936 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
Sumber: Suripin, 2003

Tabel 2. 3. Reduced Variate, YTr Sebagai Fungsi Periode Ulang


Periode Ulang Reduced Variate Periode Ulang Reduced Variate
T (tahun) YTr T (tahun) YTr
2 0,3668 100 4,6012
5 1,5004 200 5,2969
10 2,2510 250 5,3206
20 2,9709 500 6,2149
25 3,1993 1.000 6,9087
50 3,9028 5.000 8,5188
75 4,3117 10.000 9,2121
Sumber: Suripin, 2003

12
4. Curah hujan rencana Gumbel (XT):

XT = X + K.S......................................................................................(2.4)

Dengan:

XT = Curah hujan rencana (mm/tahun)

K = Faktor probabilitas Gumbel

X = Curah hujan rata-rata (mm/tahun)

S = Standar Deviasi

E. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan adalah rata-rata dari hujan yang lamanya sama

dengan lama waktu konsentrasi (tc) dengan masa ulang tertentu. Atau dapat

dikatakan intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada

suatu kurun waktu tertentu dimana air tersebut berkonsentrasi. Waktu konsentrasi

adalah waktu yang dibutuhkan aliran dari titik terjauh ke suatu tempat tertentu.

Menurut Mononobe, intensitas curah hujan (I) dihitung dengan persamaan berikut

(Suripin,

2003):
R₂
₄ 24 2/3
I = ( ) ...........................................................................(2.5)
24 t

Dengan:

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

t = lamanya curah hujan (jam)

R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam


13
F. Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air

hujan yang jatuh dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ketitik kontrol

yang ditentukan dibagian hilir suatu saluran. Waktu konsentrasi dipengaruhi:

1. Luas daerah pengaliran

2. Panjang saluran drainase

3. Kemiringan dasar saluran

4. Debit dan kecepatan aliran

Pada prinsipnya waktu konsentrsai dibagi dua bagian yaitu:

1. Intet time (to), yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir diatas

permukaan tanah menuju saluran drainase

2. Conduit time (td), yakni waktu yang diperlukan air untuk mengalir

disepanjang saluran sampai titik kontrol pada bagian hilir.

Lama waktu mengalir diatas permukaan tanah (to) dan didalam saluran (td)

dihitung dengan persamaan 2.22 dan 2.23. Untuk saluran alami, sifat-sifat

hidroliknya sukar ditentukan, maka td dapat dihitung dengan menggunakan

perkiraan kecepatan air seperti pada di bawah.

to = 0,0195 ( L' 0,77


) ……......................................................(2.6)
√S'
0,77
L
td = 0,0195 ( ) ………….................................................(2.7)
√S
Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus: tc = to + td

Dengan:

tc = Lama waktu konsentrasi (menit)

14
to = Waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir melalui

permukaan tanah kesaluran terdekat (menit)

td = Waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir didalam

salurannya (menit)

L’ = Panjang aliran dipermukaan tanah (m)

L = Panjang aliran dalam saluran (m)

S’ = Kemiringan daerah pengaliran

S = Kemiringan dasar saluran

Tabel 2. 4. Kecepatan Air Maksimum


Jenis saluran Kecepatan maks (m/det)
Tanah / alami 0,70
Pasangan batu 2,00
Pasangan beton 3,00
Sumber: SNI 03 – 3423 – 1994

G. Koefisien Pengaliran (C)

Koefisien pengaliran untuk berbagai kondisi permukaan tanah ditentukan

berdasakan SNI 03 – 3424 – 1994 seperti dalam berikut ini.

Tabel 2. 5. Hubungan Kondisi Permukaan Tanah dan Koefisien pengaliran

No Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran (C)


1 Jalan beton dan aspal 0,70-0,95
2 Jalan kerikil dan tanah 0,40-0,70
3 Bahu jalan:
- Tanah berbutir halus 0,40-0,65
- Tanah berbutir kasar 0,10-0,20
- Batuan masif keras 0,70-0,85
- Batuan masif lunak 0,60-0,75
4 Daerah perkotaan 0,70-0,95
5 Daerah pinggir kota 0,60-0,70
6 Daerah industri 0,60-0,90

15
Lanjutan Tabel 2.5
No Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran (C)
7 Pemukiman padat 0,40-0,60
8 Pemukiman tidak padat 0,40-0,60
9 Taman dan kebun 0,20-0,40
10 Persawahan 0,45-0,60
11 Perbukitan 0,70-0,80
12 Pegunungan 0,75-0,90
Sumber: SNI 03 - 3423 - 1994

H. Debit Rencana

Debit rencana yang diperhitungkan adalah jumlah dari debit total akibat

air hujan dan akibat air buangan rumah tangga.

1. Debit air hujan

Debit akibat air hujan dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

100
Q = x x Cs . C . I . A = 0,00278 Cs . C . I . A.......................(2.8)
1
36 1000

Dengan:

Q = Debit maksimum dengan masa ulang T tahun (m³/dt)

C = Koefisien pengaliran (Tabel 2.9)

Cs = Koefisien penampungan

2 tc
Cs = 2 tc + td ......................................................................(2.9)

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

A = Luas area pengaliran (ha)

2. Debit akibat air buangan rumah tangga

Debit air buangan rumah tangga berdasarkan persamaan H.M.Gifft yaitu:


L 1000
Qpuncak = 5 . P5/6 . qmd + Cr . P . qr +
16
. q...................................(2.10)

17
Dengan:

Qpuncak = Debit maksimum buangan rumah tangga (m³/dt)

P = Jumlah penduduk yang dilayani (jiwa)

qmd = Debit harian maksimum (m³/dt)

= 1,25 . qr

qr = Debit air buangan rata-rata perhari (m³/dt)

= 80 % . Qpakai

Qpakai = Debit pemakaian air (lt/hari/orang)

q = Debit infitrasi = 2 lt/dt/Ha

Cr = Koefisien (0,20)

L = Panjang saluran (m)

I. Proyeksi Jumlah Penduduk

Untuk menentukan perkiraan jumlah penduduk yang akan datang, maka

pertambahan jumlah penduduk perlu diproyeksikan. Dengan memperkirakan

jumlah penduduk dimasa yang akan datang adalah suatuhal yang sangat penting

untuk menghitung kebutuhan sarana dan prasarana lalu lintas. Untuk

memperkirakan proyeksi penduduk pada masa yang akan datang digunakan tiga

metode yang sering digunakan:

1. Metode Aritmatik

Pn = Po (1 + r. n)..............................................................................(2.11)

2. Metode Geometrik

Pn = Po (1+ r)n...................................................................................(2.12)

18
3. Metode Exponensial

Pn = Po . e r . n................................................................................... (2.13)

Dengan:

Pn = Jumlah penduduk tahun ke n

Po = Jumlah penduduk awal tahun

n = Jumlah tahun yang diperhitungkan

r = Presentase angka pertumbuhan penduduk rata-rata (%)

e = Angka exponensial (2,7183)

J. Kriteria Perencanaan Hidrolika

Untuk perencanaan hidrolika dalam drainase secara umum

pembahasannya meliputi bentuk penampang basah ekonomis saluran,

kemiringan saluran samping, gorong-gorong pembuang, kecepatan aliran dan

tinggi ambang bebas (tinggi jagaan).

1. Bentuk Penampang Basah Ekonomis Saluran

Bentuk penampang ekonomis ini mengacu pada Pedoman Standar

Nasional Indonesia (SNI 03 – 3424 – 1994). Bentuk saluran yang umum

digunakan di lapangan yaitu bentuk Trapesium dan Segi Empat.

1. Bentuk Trapesium

Persaman-persamaan yang akan digunakan:

Luas penampang basah : A = (b + m . h) . h

Keliling basah : P = b + 2 . h√1 + m2

19
Jari-jari hidrolis :R=A/P

Dengan:

a = lebar atas saluran (m)

b = lebar dasar saluran (m)

h = tinggi air dalam saluran (m)

m = kemiringan dinding saluran (m)

w = tinggi jagaan (m)

α = sudut kemiringan saluran

m h
α

Gambar 2. 4. Bentuk Saluran Trapesium


Sumber: Suripin, 2003

Suripin dalam Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan tahun 2003,

menyatakan bahwa penampang trapesium yang paling ekonomis adalah jika

kemiringan dindingnya, m = 1/√3, atau α = 600 sehingga luas penampang

saluran drarinase (A) yang ekonomis berikut ini:

b = 2h [(1 + m2)0,5 – m)]

b = 2h [(1 + (1/√3)2)0,5 – 1/ √3)]

20
b = 2h (1,155 – 0,577)

b = 1,155 h.........................................................................................(2.14)

A = (1,155 h + 0,577 h) h

A = 1,732 h2.......................................................................................(2.15)

2. Bentuk Segi Empat

Persamaan-persamaan yang digunakan:

Luas penampang basah :A=bxh

Keliling basah : P = b + 2h

Jari-jari hidrolis : R = A/P

Bentuk saluran segi empat yang paling ekonomis adalah jika kedalaman

air setengah dari lebar dasar saluran (h = b/2), atau jari-jari hidrolisisnya

setengah dari kedalaman air (R = h/2).

Gambar 2.5 Bentuk Saluran Segi Empat


Sumber: Suripin, 2003

2. Dimensi Penampang Saluran

Besarnya debit pada penampang saluran digunakan persamaan:

Q = V . A.............................................................................................(2.16)

21
Dengan:

Q = Debit saluran (m3/det)

V = Kecepatan air (m/det)

A = Luas penampang basah (m)

Kecepatan aliran dihitung dengan menggunakan rumus Manning:


1
V = . R2/3. S1/2......................................................................................(2.17)
n

Dengan:

V = Kecepatan air dalam saluran (m/d t)

R = Jari-jari hidrolis (m)

S= Kemiringan dasar saluran

n = Koefisien kekasaran Manning (Tabel 2.10) Tabel 2. 6.

Harga Koefisien Kekasaran Manning


Bahan Koefisien Manning (n)
Besi tuang lapis 0,014
Kaca 0,100
Saluran Beton 0,013
Bata dilapis mortar 0,015
Pasangan batu disemen 0,025
Saluran tanah bersih 0,022
Saluran tanah 0,030
Sluran dengan dasar batu dan tebing rumput 0,040
Saluran pada galian batu padas 0,040
Sumber: Suripin, 2003.

3. Jagaan

Jagaan (waking) adalah jarak vertikal dari permukaan air sampai puncak

tanggul pada kondisi perencanan. Fungsi dari jagaan adalah untuk mencegah

kenaikan air secara tiba-tiba, akibat gelombang serta fluktuasi permukaan air,

22
sehingga air tidak meluap keluar tanggul. Tinggi jagaan dierencanakan antara 5 %

- 30 % dari dalamnya air.

Tabel 2. 7.Tinggi Jagaan


Debit (m /det)
3
Tinggi jagaan w (m)
Saluran dengan pasangan
Q < 1,50 0,20
1,50 < Q < 5,00 0,25
5,00 < Q < 10,00 0,30
10,00 < Q < 15,00 0,40
Q > 15,00 0,50
Saluran tanpa pasangan
Q < 5,00 0,50
5,00 < Q < 10,00 0,75
Q > 10,00 1,00
Sumber: SNI 03 – 3424 – 1994

4. Kemiringan Saluran

Yang dimaksud dengan kemiringan saluran adalah kemiringan dasar

sluran dan kemiringan dinding saluran.

1. Kemiringan dasar saluran, yaitu kemiringan dasar saluran arah

memanjang, yang ummnya dipengaruhi kondisi topografi, serta tinggi

tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan kecepatan

yang diinginkan. Besarnya kemiringan dasar saluran tergantung dari

bahan saluran yang digunakan. Nilai maksimum yang diperbolehkan

untuk kemiringan dasar saluran adalah 0,005 - 0,008

2. Kemiringan dinding saluran, untuk bentuk trapesium besarnya kemiringan

dinding saluran yang dianjurkan sesuai dengan jenis bahan yang

membentuk dinding bahan saluran dapat dilihat dalam tabel berikut.

23
Tabel 2. 8. Kemiringan Dinding Saluran Sesuai Bahan Pembentuk Dinding
Bahan saluran Kemiringan dinding
Bahan cadas 0
Tanah lumpur 0,25
Lempung keras/tanah 0,5 – 1
Tanah dengan pasangan buatan 1
Lempung 1,5
Tanah berpasir lepas 2
Lumpur berpasir 3
Sumber: SNI 03 – 3424 – 1994

K. Kriteria Perencanaan Struktur Bangunan

Kriteria perencanaan struktur meliputi bahan dan tipe bangunan saluran

dan kriteria atau dasar perhitungan struktur. Pemilihan bahan dan tipe bangunan

saluran adalah hasil yang diperhitungkan dari beberapa faktor teknis maupun non

teknis yang terpadu dan efisien yaitu:

1. Periode ulang

Penggunaan periode ulang curah hujan untuk perencanaan saluran

drainase yaitu:

1) Saluran kwarter = Periode ulang 1 tahun

2) Saluran Tersier = Periode ulang 2 tahun

3) Saluran Sekunder = Periode ulang 5 tahun

4) Saluran Primer = Periode ulang 10 tahun

2. Pemilihan bahan saluran

Jenis bahan untuk saluran pasangan adalah terbuat dari batu kali, dan

beton bertulang. Dengan melihat faktor penentu untuk pemilihan jenis

bahan yang baik dan dipakai di Kelurahan Kasintuwu adalah batu kali.

Dasar
24
pemilihan bahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

25
Tabel 2. 9. Dasar Pemilihan Bahan Saluran
No Faktor Batu Kali Beton Bertulang
1 Ketersediaan Terjamin, banyak sumber batu Diperhitungkan
bahan ketersediaan bahan
2 Harga Konstruksi Relatif murah Relatif mahal
3 Pelaksanaan Mudah Agak sulit
4 Konstruksi Stabil, agak berat dan mudah Stabil dan permanen
patah bila terjadi penurunan
5 Umur Relatif lama Relatif lama
Sumber: Suripin, 2003

3. Pemilihan tipe saluran

Tipe saluran yang biasa digunakan ada dua yakni bentuk trapesium dan

segi empat. Pilihan yang akan digunakan dari kedua tipe tersebut

tergantung pada pertimbangan kondisi areal tanah yang tersedia. Dasar

pemilihan tipe saluran seperti pada tabel berikut.

Tabel 2. 10. Kelebihan dan Kekurangan Tipe Saluran


No Parameter Trapesium Segi empat
1 Perencanaan Stabil terhadap geser dan guling Tidak stabil terhadap guling
(saat air penuh dan kosong) (pada air kosong)
Tidak stabil terhadap geser
(saat air penuh)
2 Pelaksanaan Pelaksanaan mudah Sulit untuk dilaksanakan untuk
menjaga dinding tetap tegak
3 Konstruksi Cenderung stabil pada air kosong. Cenderung stabil pada air
Dan semakin stabil pada air penuh penuh (tekanan air = tekanan
tanah)
4 Pengamanan Perlu dipasang pipa drainase untuk Perlu dipasang pipa drainase
Konstruksi menyamakan tekanan air di dalam untuk menyamakan tekanan air
tanah dengan saluran. Perlu di dalam tanah dengan saluran
pemadatan tanah dibelakang
konstruksi dinding saluran dengan
tanah setiap terjadi air penuh
5 Umur Lama, karena semakin stabil antara Tidak lama, karena tekanan
konstruksi dinding saluran dengan tanah tanah semakin lama semakin
setiap terjadi air penuh besar saat terjadi air penuh
6 Harga Reltif mahal Reltif murah
konstruksi
7 Tanah yang Pembebasan tanah relatif lebih Relatif lebih sedikit
diperlukan luas/banyak
Sumber: Suripin, 2003

26
BAB III.

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa toinasa kecamacan pamona barat


kabupaten poso , secara geografis posisinya terletak pada 3⁰ ‘37 ’41 Lintang
selatan (LS) dan 123⁰06’17” Bujur Timur (BT). Adapun batas-batas wilayahnya
adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan Hutan Lindung

2. Sebelah Selatan berbatasan Danau Poso

3. Sebelah Timur berbatasan kecamatan Pamona Utara

4. Sebelah Barat berbatasan kecamatan Pamona Barat

Gambar 3. 1. Lokasi Studi

27
B. Data Curah Hujan

Desa Toinasa memiliki topografi yang terbagi atas dua bagian yaitu dari

utara ke selatan dan dari timur kebarat. Adapun keadaan daerah dataran sebesar

100%.

Desa Toinasa terletak didaerah beriklim tropis dengan kondisi temperatur

berkisar 27⁰ - 35⁰C dengan keadaan udara yang panas. Berdasarkan data curah

hujan yang ada menunjukkan bahwa Desa Toinasa merupakan wilayah Kabupaten

Poso yang termasuk kota basah karena hampir setiap bulan turun hujan, walaupun

hanya untuk beberapa hari. Data curah hujan yang diambil dari Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meterologi Sanggu 2013 sampai

dengan tahun 2022 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. 1. Data Curah Hujan Harian Maksimum


No Tahun Curah hujan harian maksimimum (mm/jam)
1 2013 216
2 2014 135
3 2015 120
4 2016 160
5 2017 175
6 2018 85
7 2019 65
8 2020 190
9 2021 145
10 2022 128
Sumber: Badan Meteorologi, klimatologi sumatera selatan, 2022

28
C. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk berdasarkan data dari Kantor Desa Soe bahwa jumlah

penduduk yang pada saat ini yang diteliti adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2. Data Jumlah Penduduk Desa Soe /RT 2017– 2020


No Wilayah 2018 2019 2020 2021 2022
1 RT 01 125 245 212 219 324
2 RT 02 145 135 232 235 255
4 RT 03 225 287 309 398 365
5 RT 04 235 376 318 376 289
Sumber: Kantor Desa Soe, 2022

Tabel 3. 3. Luas Luas Wilayah RT di Desa Soe


Luas Kondisi Permukaan Tanah (Ha)
Jumlah
No Wilayah Pemukiman Pemukiman Taman dan
(Ha)
padat tak padat kebun
1 RT01 15.10 2,35 1,25 7,75
2 RT02 7.32 1,57 1,48 10,37
3 RT03 8.05 1,25 1,50 10,8
4 RT04 3.53 - 1,20 4,73
JUMLAH 23.95 4,07 6,63 33,65
Sumber: Kantor Desa Soe, 2022

Dari data penduduk Jalan Kartini terlihat bahwa sebagian besar penduduk

mempunyai mata pencaharian dengan presentase sebagai petani 0,30%, tukang

5%, buruh 35%, PNS 15%, 10% bekerja sebagai pegawai swasta, dan

perbengkelan 5%.

29
D. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di Jalan Kartini yaitu:

1. Air Bersih

Sumber air untuk kebutuhan penduduk Desa toinasa

-PAM Desa

-Sumur

2. Listrik

Saat ini pelayanan listrik oleh stasiun tenaga listrik yang bersumber dari

Perusahan Listrik Negara (PLN).

30
3. Pendidikan

Di sarana pendidikan yaitu:

a. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) = 1 buah

b. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) = 1 buah

c. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama = 1 buah

4. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan yang ada di Desa Toinasa

a. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) = 1 buah

5. Sarana Ibadah

Sarana Ibadah yang terdapat di Jalan Kartini yaitu:

a. Gereja = 4 buah

E. Kondisi Drainase Yang Ada

Saluran drainase di Lingkunga yang ada mempunyai ukuran atau tipe

yang sama. terdiri dari pasangan batu atau beton. Pekerjaan drainase ini di

bangun dari sumber Dana Desa

31
32
berbeda dan dikelola oleh masing-masing instansi atau proyek-proyek yang berbeda

pula.

Pada wilayah Desa Toinasa terdapat beberapa permasalahan mengenai

drainase, dimana pada wilayah ini sudah terdapat saluran drainase, namun kurang

memadai karena masih ada ruas-ruas jalan yang belum ada salurannya sedangkan

elevasi lokasinya rendah dibandingkan daerah lainnya sehingga saat terjadi hujan

maka sebagian ruas jalan akan tergenang, disamping itu diakibatkan oleh

kapasitas saluran yang ada tidak mampu menampung debit genangan serta banyak

saluran yang tidak terpelihara dengan baik.

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah terjadi luapan air di jalan, karena

kondisi saluran yang kurang dapat mengalirkan air permukaan. Kurang dapat

mengalirkan air disini dapat diartikan karena kapasitas saluran yang kurang

mampu menampung volume air. Dari hasil survey di lokasi menunjukkan bahwa

arah aliran pada saluran drainase yang ada menunjukkan pola aliran pembuangan

langsung ke sungai Palu.

Tabel 3. 4. Dimensi Saluran Drainase Saat Ini


Panjang Kemiringan Kemiringan
Dimensi drainase di lapangan aliran dasar daerah
Wilayah permukaan saluran pengliran
b h L
Jenis saluran L’ (m) (S) (S’)
(m) (m) (m)
RT 01 Pasangan/cor 0,60 0,60 2500 380 0,0035 0.00158
RT 02 Pasangan/cor 0,60 0,60 2000 335 0,004 0,00179
RT 03 Pasangan/cor 0,60 0,60 2000 290 0,005 0,0024
RT 04 Pasangan/cor 0,60 0,60 1750 270 0,0045 0,00222
Sumber: Hasil survey

33
b=60

h=60

Gambar 3. 2. Dimensi Saluran Drainase Di Lapangan


Sumber: Hasil survey

F. Bagan Alir

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut.

34
Gambar 3. 3. Diagram Alir

35
BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Gumbel

Data curah hujan yang akan diolah diambil dari Badan Meteorologi

Geofisika Stasiun Kasiguncu Kabupaten Poso dari tahun 2010 sampai dengan

tahun 2019 sebagai berikut.

Tabel 4. 1. Data Curah Hujan Harian Maksimum


No Tahun Curah hujan harian maksimimum (mm/jam)
1 2011 216
2 2012 135
3 2013 120
4 2014 160
5 2015 175
6 2016 85
7 2017 65
8 2018 190
9 2019 145
10 2020 128
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Sanggu, 2019

Sebagai langkah awal, data curah hujan dibuat seperti tabel berikut:

Tabel 4. 2. Perhitungan Standar Deviasi


No X X - X̅ (X - X̅ )2
1 216 73.1 5343.61
2 135 -7.9 62.41
3 120 -22.9 524.41
4 160 17.1 292.41
5 175 32.1 1030.41
6 85 -57.9 3353.41
7 65 -77.9 6068.41
8 190 47.1 2218.41
9 155 12.1 146.41
10 128 -14.9 222.01
Jumlah 1.429 0 19.261,9

36
37
Sumber: Hasil Perhitungan

38
1. Menghitung curah hujan rata-rata dengan persamaan (2.1):
∑X
X̅ =
n
Dengan:

X̅ = curah hujan rata-

rata n = jumlah data

X̅ = = 1.429 = 142.9
10

2. Menghitung standar deviasi dengan persamaan (2.2):

S =√ i=1
n-1

19.261,9
S=√ = 46.3
10-1
3. Menghitung faktor probabilitas Gumbel (K) dengan persamaan (2.3)
Ytr – Yn
K = Sn
Dengan:

K = faktor probabilitas Gumbel

Yn = reduced mean yang tergantung jumlah data (n), Tabel 2.1

Sn = reduced standar deviation yang tergantung jumlah data (n),

Tabel 2.2

YTr = reduced variate yang tergantung jumlah data (n), Tabel 2.3

Untuk n = 10 maka:

1) Yn = 0,4952 (Tabel 2.1)

2) Sn = 0,9496 (Tabel 2.2)

Dalam Tabel 2.3 bahwa YTr yang merupakan fungsi periode ulang curah

hujan yang diperkirakan akan terjadi. Misalnya diinginkan periode ulang

39
curah hujan yang akan terjadi YTr adalah 5 tahun, maka YTr adalah 1,5004

sehingga nilai K adalah:

1,5004 – 0,4952 = 1,06


K = 0,9496
4. Curah hujan rencana tahunan Gumbel (XT) dimenghitung dengan

persamaan (2.4):

Contoh perhitungan curah hujan rencana untuk periode 5 tahun:

XT = X̅ + K . S

Dengan:

XT = Curah hujan rencana (mm/tahun)

K = Faktor probabilitas Gumbel

X̅ = Curah hujan rata-rata (mm/tahun)

S = Standar deviasi

XT = 142.9 + (1,06 x 46.3) = 191.98 mm/jam

Hasil perhitungan yang lain diberikan dalam tabel berikut. Tabel 4. 3. Hasil

Perhitungan Curah Hujan Rencana


Curah hujan
Periode
YTr Yn Sn K X̅ S rencana (XT)
ulang
mm/jam
(Tr)
a= b= c= d=
(tahun) e f g = e + (d . f)
Tabel 2.3 Tabel 2.1 Tabel 2.2 (a-b) : c
2 0,3668 0,4952 0,9496 -0,14 142.9 46.3 136.42
5 1,5004 0,4952 0,9496 1,06 142.9 46.3 191.98
10 2,251 0,4952 0,9496 1,85 142.9 46.3 228.56
25 3,1993 0,4952 0,9496 2,85 142.9 46.3 274.86
50 3,9028 0,4952 0,9496 3,59 142.9 46.3 309.12
Sumber: Hasil Perhitungan

Dalam perhitungan perencanaan saluran drainase digunakan periode ulang

5 tahun dengan curah hujan rencana (R24) = 191.98 mm/jam. Penggunaan periode

ulang curah hujan rencana untuk 5 tahun kedepan dengan pertimbangan bahwa
40
saluran drainase yang terdapat di Jalan Kartini merupakan saluran primer dan

kebutuhan akan saluran drainase yang memadai sudah sangat mendesak.

B. Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan dihitung dengan persamaan (2.5):

R₂₄ 2/3
I = 24 24)
( t

Dengan:

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

t = Lamanya curah hujan (menit)

R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam

Contoh perhitungan intensitas hujan dengan lamanya curah hujan 5 menit =


0,083 jam.

191.98 24 2/3
I = ( ) = 349.78 mm/jam
24 0,083

Perhitungan intensitas hujan untuk lamanya curah hujan yang berbeda dapat

dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4. 4. Intensitas Curah Hujan Rencana


Waktu (t) Intensitas curah hujan (I)
No menit jam mm/jam
1 5 0,083 349.78
2 10 0,167 219.47
3 15 0,250 167.71
4 30 0,500 105.65
5 60 1,000 66.56
6 90 1,500 50.79
7 120 2,000 41.93
8 150 2,500 36.13
9 180 3,000 31.99
10 210 3,500 28.87
11 240 4,000 26.41
Sumber: Hasil Perhitungan
41
C. Perhitungan Debit Air Hujan

Untuk menghitung debit pada saluran drainase yang diakibatkan oleh curah

hujan diberikan dalam contoh sebagai berikut ini.

1. Contoh perhitungan debit saluran drainase di lokasi RW 01

Diketahui:

Curah Hujan Rencana (R24) = 191.98mm/jam

Panjang aliran permukaan (L’) = 380 m

Panjang saluran drainase (L) = 2500 m

Kemiringan dasar saluran (S) = 7 % = 0,07

Kemiringan daerah pengliran (S’) = 7 % = 0,07

Luas area tangkapan (A) = 7.75 Ha

1) Luas area pemukiman padat (A1) = 15,10 Ha

2) Luas area pemukiman tidak padat (A2) = 2,35 Ha

3) Luas area taman dan kebun (A3) = 1,25 Ha

Besarnya koefisien pengaliran (C) digunakan Tabel 2.5 berikut:

1) Untuk pemukiman padat (C1) = 0,6

2) Untuk pemukiman tidak padat (C2) = 0,6

3) Untuk taman dan kebun (C3) = 0,4

A1 ∙ C1 + A2 ∙ C2 + A3 . C3
C =
A1 + A2 + A3

15,10 . 0,6 + 2,35 . 0,6 + 1,25 . 0,4


= 15.10 + 2,35 + 1,25 = 0.587

Waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir melalui permukaan tanah

ke saluran terdekat (to) dihitung dengan persamaan (2.6) berikut.

42
L𝘍 0,77
to = 0,0195 𝘍
)
(
√S

0,77
to = 0,0195 380 )
( √0,07

to = 5,261 menit

Waktu yang diperlukan air hujan untuk mengalir didalam salurannya

ketempat yang di ukur (td) persamaan (2.7):


0,77
td = 0,0195 ( ) L

√S

0,77
td = 0,0195 2500 )
( √0,07

td = 22,443 menit

Waktu konsentrasi (tc):

tc = to + td

tc = 5,261 + 22,443

tc = 27.704 menit

Intensitas curah hujan untuk waktu konsentrasi (tc) = 27.704 menit

diperoleh, persamaan (2.5):

2/3
R₂₄
I = 24 24)
(t
2/3
191.98 24 ) = 111.410 mm/jam.
I = ( 27.704
24 60

Koefisien penampungan (Cs) dihitung dengan persamaan (2.9) berikut.

2tc
Cs =
43
2tc + td

44
2 x 27.704
Cs = 2 x 27.704 + 22,443

Cs = 0,712

Besarnya debit air hujan pada wilayah RW 01dihitung dengan persamaan

(2.8) berikut.

Q = 0,00278 . C . Cs . I . A

Q = 0,00278 x 0,587 x 0,712 x 111.410 x 7.75

Q = 1.033 m3/detik

2. Rekapitulasi debit akibat air hujan

Hasil permenghitungan debit air hujan terhadap saluran drainase untuk

seluruh lokasi dapat dilihat pada Tabel 4.13 sebagai berikut.

45
Tabel 4. 5. Hasil Perhitungan Debit Air Hujan
Uraian RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 Indeks Rumus
Pemukiman Pemukiman Pemukiman Pemukiman
1
padat padat padat padat
Pemukiman Pemukiman
Kondisi permukaan tanah Pemukiman - 2
tak padat tak padat
tak padat
Taman dan
Taman dan Taman dan Taman dan 3
kebun
kebun kebun kebun
15.10 7.32 8.05 3.53 4
Luas area tangkapan Ha 1.25 1.57 1,25 - 5
1,35 1.48 1.50 1.20 6
Total luas area tangkapan (A)
7.75 10.37 10.8 4.73 7 (7) = (4)+(5)+(6)
Ha
0,6 0,6 0,6 0,6 8 Tabel 2.9
Koefisien Pengaliran (C) 0,6 0.6 0,6 - 9 Tabel 2.9
0,4 0.4 0.4 0.4 10 Tabel 2.9
Rata-rata koefisien pengaliran (11) =
0,587 0,571 0,572 0,549 11
(C) ((4)*(8)+(5)*(9)+(6)*(10))/(7)
Panjang aliran permukaan (L’)
380 335 290 270 12 Tabel 3.4
m
Kemiringan pengaliran (S’) m 0,016 0,018 0,0024 0,0022 13 Tabel 3.4
Panjang saluran drainase (L) m 2500 2000 2000 1.750 14 Tabel 3.4

46
Lanjutan Tabel 4.5
Uraian RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 Indeks Rumus
Kemiringan dasar saluran (S) 0,0035 0,0045 0,0055 0,0045 15 Tabel 3.4
Waktu mengalir di
5,261 4.774 4.272 4.044 16 (16) = 0,0195*((12)/(13)0,5)0,77
permukaan (to) menit
Waktu mengalir dalam
22.443 18.900 18.900 17.053 17 (17) = 0,0195*((14)/(15)0,5)0,77
saluran (td) menit
Waktu konsentrasi (tc) menit 27.704 23.674 23.172 21.097 18 (18) = (16)+(17)
Koefisien Penampungan (Cs) 0,712 0,714 0,710 0,712 19 (19) = (2*(18))/((2*(18))+(17))
Curah hujan rencana (R24)
191.98 191.98 191.98 191.98 20 Tabel 4.11
mm/jam
Intensitas hujan (I) mm/jam 111.410 123.719 125.500 133.599 21 (21) = ((20)/24)*(24/((18)/60)2/3
(22) =
Debit (Q) m³/detik 1.033 1.45 1.53 0.686 22
0,00278*(11)*(19)*(21)*(7)
Sumber: Hasil Perhitungan

47
D. Proyeksi Jumlah Penduduk

Tingkat pertumbuhan penduduk dihitung dengan menggunakan metode

Arimetika, Geometrik dan Eksponensial.

Tabel 4. 6. Data Jumlah Penduduk


No Wilayah 2018 2019 2020 2021 2022
1 RT 01 875 906 1027 1332 1453
2 RT 02 983 1020 1304 1569 1367
3 RT 03 925 1012 1201 1314 1765
4 RT 04 1314 1520 1580 1604 1256
5
6
7
8
Sumber: Kantor Kelurahan Kasintuwu Tahun 2019

Metode Aritmetika, persamaan (2.11):

Pn = Po (1 + r . n )

Contoh perhitungan untuk RW 01

Po = 875 (jumlah penduduk tahun 2018)

Pn = 1.453 (jumlah penduduk tahun 2022)

n = 5 tahun

Pn = Po (1 + r . n)

1.100 = 875 (1 + r . 4)
Pn
1+n.r =
Po

Pn
n.r = –1
Po

(Pn/Po)- 1
r = n

(1.453/875)- 1
r = 5

r = 0,0332 = 3.32 %
48
b. Metode Geometrik, persamaan (2.12):

Contoh perhitungan untuk RW 01

Po = 875 (jumlah penduduk tahun 2009)

Pn = 1.100 (jumlah penduduk tahun 2012)

n = 4 tahun

Pn = Po (1 + r)n
1+r
= Pn 1/n
( )
Po
Pn
r = 1/n – 1
( )
Po
1.453 1/4
r =( ) –1
875
r = 0,0278 = 2.78 %

c. Metode Exponensial, persamaan (2.13):

Contoh perhitungan untuk RW 01

Po = 875 (jumlah penduduk tahun 2009)

Pn = 1.100 (jumlah penduduk tahun 2012)

n = 4 tahun

Pn = Po . e r.n

Pn
Po = er.n

Pn
ln ( )=r.n
Po
Pn
ln ( )
Po
r = n
1.453
ln ( 875)
r = 5

r = 0,0280 = 2.80 %

49
Hasil dari ketiga rasio pertambahan penduduk diatas dirata-ratakan dan
3.32 + 2.78 + 2.80
digunakan untuk menghitung pertambahan penduduk yaitu
3

= 0,0296 = 2.96 %

Dalam perhitungan proyeksi pertambahan penduduk diambil 10 tahun

rencana dengan menggunakan Metode Aritmatika, Metode Geometrik, Metode

Exponensial.

Po = jumlah penduduk 2022 (Tabel 4.6)

n = tahun (5 tahun)

r = 0,0.296 = 2.96 %

Tabel 4. 7. Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2024


Metode Rata-rata jumlah
No Wilayah
Aritmatik Geometrik Exponensial penduduk (jiwa)
1 RW 01 1.431 1.473 1.486 1.463
2 RW 02 2.040 2.101 2.119 2.087
3 RW 03 1.709 1.759 1.775 1.748
4 RW 04 2.086 2.148 2.167 2.133
Sumber: Hasil Perhitungan

E. Perhitungan Debit Air Limbah Rumah Tangga

Besarnya debit air limbah tergantung kepada beberapa faktor yaitu jumlah

penduduk yang dilayani, tingkat kebutuhan pemakaian air, koefisien infiltrasi dan

faktor-faktor lainnya.

Untuk menghitung debit air limbah rumah tangga digunakan persamaan

(2.10) sebagai berikut:

Qpuncak = 5 ∙ P5/6 ∙ qmd + Cr ∙ P ∙ qr + L


1000
∙q

1. Contoh perhitungan diambil pada saluran drainase RW 01:


50
1) Luas daerah tangkapan (A) = 7.75 Ha

2) Jumlah penduduk = 1453 jiwa

3) Debit pemakaian air (Qpakai) = 200 liter/hari/1.000 orang

4) Panjang saluran (L) = 2500 m

5) Koefisien (Cr) = 0,20

6) Debit infiltrasi (q) = 2 liter/detik/Ha

Debit air limbah rata-rata sehari diperkirakan 80 % dari debit pemakaian:

0,8 × Qpakai
qr = 24 × 60 × 60 x 103
0,8 × 200
qr = 24 × 60 × 60 x 103

= 1,85 liter/detik/1.000 orang

Debit harian maksimum

qmd = 1,25 × qr

qmd = 1,25 × 1,85

qmd = 2,31 liter/detik/1.000 orang

Jumlah penduduk yang dilayani

A X jumlah penduduk
P = 1.000

7.75 x 1453
P = 1.000
P = 11.26 jiwa/Ha/1.000 orang
L
Qpuncak = 5 ∙ P5/6 ∙ qmd + Cr ∙ P ∙ qr + ∙q
1.000

2500
Qpuncak = (5 x 11.265/6 x 2,31) + (0,20 x 11.26 x 1,85) + (
1.000 x 2)

= 96.035 m3/det

51
Debit untuk 1.000 penduduk:

Qpuncak = 0,096 m3/detik

2. Rekapitulasi debit akibat air limbah rumah tangga.

Hasil perhitungan debit akibat air limbah rumah tangga terhadap saluran

drainase untuk seluruh perencanaan saluran drainase dapat dilihat pada

tabel berikut.

52
Tabel 4. 8. Hasil Perhitungan Debit Limbah Rumah Tangga
Ruas Saluran
Parameter Indeks Rumus
RW 01 RW 02 RW 03 RW 04
Luas area tangkapan (A)
7.75 10.37 10.8 4.73 1
Ha
Jumlah penduduk (jiwa) 1.453 2.079 1.865 2.232 2
Jumlah penduduk
terlayani (P) 11.26 21.56 20.14 10.56 3 (3) = (1)*(2)/1000
jiwa/Ha/1.000 orang
Debit pemakaian (Qpakai)
200 200 200 200 4
liter/hari/1.000 orang
Debit limbah (qr)
1,85 1,85 1,85 1,85 5 (5) = 0,8*(4)*1000/(24*60*60)
ltr/dt/1.000 org
Debit harian maksimum
2,31 2,31 2,31 2,31 6 (6) = 1,25*(5)
(qmd) lt/dt/1.000 org
Debit infiltrasi (q)
2 2 2 2 7
liter/detik/Ha
Koefisien (Cr) 0,2 0,2 0,2 0,2 8

Panjang saluran (L) m 2500 2000 2000 1750 9


Debit maksimum limbah
96.035 161.241 152.477 90.251 10 (10) = 5*(3)5/6*(6)+(8)*(3)*(5)+ (9)*(7)/1000
(Qpuncak) m3/dt
Debit untuk 1 orang
0,096 0,161 0,152 0,090 11 (11) = (10)/1000
penduduk (m3/dt)
Sumber: Hasil Perhitungan

44
F. Perhitungan Dimensi Drainase

Debit yang digunakan dalam perhitungan dimensi drainase adalah debit

total yang merupakan penjumlahan dari debit akibat air hujan dengan debit air

limbah rumah tangga, jenis saluran drainase yang akan digunakan adalah persegi.

Tabel 4. 9. Debit Air Yang Akan Ditampung Saluran Drainase


Luas Debit air hujan Debit rumah tangga Debit total
No Wilayah
(Ha) (m3/det) (m3/det) (m3/det)
1 RW 01 7.75 4,98 0,096 5.076
2 RW 02 10.37 5,71 0,161 5.87
3 RW 03 10.8 6,08 0,152 6.23
4 RW 04 4.73 2,78 0,090 2.87
Sumber: Hasil Perhitungan

1. Contoh perhitungan pada saluran drainase RW 01:

1) Debit total = 5.08 m3/det

2) Jenis saluran = pasangan/cor

3) Vizin = 5,60 m/det (diambil)


Q
A =
V

5.08
A = 5,60
= 0.907 m2

Untuk saluran persegi yang paling ekonomis adalah jika kedalaman air

setengah dari lebar dasar saluran (h = b/2), atau jari-jari hidrolisisnya

setengah dari kedalaman air (R = h/2).

A =bxh

= b x (b / 2)

= b2 / 2

b = √2 x A
45
b = √2 x 0.906
= 1.35 m

h =b/2

= 1,35 / 2

= 0,68 m

Kontrol kecepatan aliran digunakan persamaan (2.17) berikut.

1
V = n . R2/3. S1/2

Dengan:

1) Kemiringan dasar saluran (S) = 0,07

2) Koefisien kekasaran Manning (n) = 0,025 (Tabel 2.6)

3) Jari-jari hidrolis (R) = h/2

= 0,68 / 2

= 0,34 m
1
V = . 0,342/3 x 0,071/2
0,025

= 5,16 m/det < 5,60 m/det (Vizin) …..ok

2. Rekapitulasi perhitungan dimensi saluran

Hasil perhitungan dimensi saluran dapat dilihat pada tabel berikut.

46
Tabel 4. 10. Hasill Perhitungan Dimensi Saluran Drainase
Uraian RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 Indeks Rumus
Debit total (Q) m3/det 5.076 5.87 6.23 2.87 1
Jenis saluran Pasangan cor 2
Kecepatan ijin (Vijin) m/det 5,6 5,6 5,6 5,6 3
Luas penampang (A) m2 0.906 1.048 1.113 0.513 4 (4) = (1)/(3)
Lebar saluran (b) m 1,35 1,45 1,49 1,01 5 (5) = (2*(4))0,5
Tinggi saluran (h) m 0,68 0,73 0,75 0,51 6 (6) = (5)/2
Jari-jari hidrolis (R) m 0,34 0,37 0,36 0,26 7 (7) = (6)/2
Kemiringan dasar saluran (S) 0,07 0,025 0,0055 0,0055 8 Tabel 3.4
Koefisien kekasaran Manning (n) 0,025 0,025 0,025 0,025 9 Tabel 2.10
Kecepatan yang terjadi (V) m/det 5,16 5.45 5.36 4.31 10 (10) = (1/(9))*(7)2/3*(8)1/2
Jagaan (w) m 0,2 0,2 0,2 0,2 11 Tabel 2.11
Tinggi total (H) m 0,88 0,93 0,95 0,71 12 (12) = (6) + (11)
Dimensi untuk perencanaan 13
Tinggi saluran (h) m 0,89 0,93 0,96 0,71 14 Pembulatan indeks (12)
Lebar saluran (b) m 1,40 1,46 1,50 1,00 15 Pembulatan indeks (5)
Sumber: Hasil Perhitungan

47
G. Perbandingan Dimensi Drainase

Data yang digunakan pada perbandingan dimensi drainase ini adalah data

dari lokasi penelitian dan dari hasil perhitungan drainase. Hasil pehitungan

perbandingan drainase dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut.

Tabel 4. 11. Perbandingan Dimensi Saluran Drainase

Drainase di lapangan Hasil perhitungan drainase


Wilayah
b h
Jenis saluran Jenis saluran b (m) h (m) w (m)
(m) (m)
RW 01 Pasangan/cor 0.6 0.6 Pasangan/cor 1,40 0,68 0,20
RW 02 Pasangan/cor 0,6 0,6 Pasangan/cor 1,46 0,73 0,20

RW 03 Pasangan/cor 0,6 0,6 Pasangan/cor 1,50 0,75 0,20


RW 04 Pasangan/cor 0,6 0,6 Pasangan/cor 1,00 0,51 0,20
Sumber: Hasil Perhitungan

w = 0,20 m

h = 0,68 m

b = 1.40 m

Gambar 4. 1. Tipikal Dimensi Saluran Drainase Wilayah RW 01


Sumber: Hasil Perhitungan

48
w = 0,20 m

h = 0.73 m

b = 1,46 m

Gambar 4. 2. Tipikal Dimensi Saluran Drainase Wilayah RW 02


Sumber: Hasil Perhitungan

w = 0,2 m

h = 0,75 m

b = 1,50 m
Gambar 4. 3. Tipikal Dimensi Saluran Drainase Wilayah RW 03
Sumber: Hasil Perhitungan

w = 0,2 m

h = 0,51 m

b = 1,00 m
Gambar 4. 4. Tipikal Dimensi Saluran Drainase Wilayah RW 04
Sumber: Hasil Perhitungan

49
BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan saluran drainase dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Curah hujan rencana untuk periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25

tahun dan 50 tahun yaitu 423,67 mm/jam, 450,38 mm/jam, 468,07

mm/jam, 490,41 mm/jam, 506,99 mm/jam.

2. Proyeksi jumlah penduduk untuk 5 tahun kedepan yaitu RW 01 = 1.913

jiwa, RW 02 = 2.729 jiwa, RW 03 = 2.285 jiwa, RW 04 = 2.790 jiwa.

3. Jumlah debit rumah tangga yang dihasilkan yaitu RW 01 = 0,259 m3/detik,

RW 02 = 0,318 m3/detik, RW 03 = 0,280 m3/detik, RW 04 = 0,283

m3/detik.

4. Dimensi saluran drainase hasil perhitungan yang terbesar yaitu di RW 01

dengan tinggi (h) 0,95 m dan lebar (b) 1,50 m, sedangkan dimensi saluran

yang terkecil yaitu RW 04 dengan tinggi (h) 0,75 m dan lebar (b) 1,00 m.

Tidak seragamnya dimensi saluran drainase ini karena kontur RW 01 yang

paling rendah sehingga seluruh air akan terkumpul di RW 01 sebelum di

teruskan ke laut.

50
B. Saran

1. Untuk merubah dimensi saluran yang sudah ada harus memperhitungkan

lebar lahan yang sudah tersedia di lapangan tanpa mengurangi lebar jalan

yang sudah ada.

2. Perlunya koordinasi antara instansi yang akan melakukan pekerjaan

sehingga pekerjaan yang akan dilakukan dapat dilaksanakan bersama-

sama.

3. Perlunya sosialisasi dari pemerintah lingkungan setempat kepada

masyarakat dalam pemeliharaan dan pebersihan saluran dari sampah dan

tumbuhan yang menghambat aliran saluran, mengingat air buangan yang

langsung dialirkan ke sungai dan ke laut agar tidak tercemar.

51
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Indonesia, 1997. Drainase Perkotaan, Jakarta

Pemerintah Indonesia, SNI 03 - 3424 - 1994, Tata Cara Perencanaan Drainase,


Keputusan Menteri Pekerjaan Umum

Pemerintah Indonesia, 1985. Standar Perencanaan Irigasi (KP - 03 - 04), Penerbit


CV. Galang Persada, Bandung.

Alat Ukur Curah Hujan, http://tanggerang.olx.co.id.

Imam Subarkah, 1980. Hidrologi Untuk Bangunan Air, Penerbit Darma, Bandung.

BPS Kabupaten Poso. 2019. Kecamatan Poso Kota UJtara Dalam Angka 2019.
Toko Rio. Palu

Murid.co.id, https://www.murid.co.id/siklus-hidrologi/

Ray K Linsley Jr, 1986 Teknik Sumber Daya Air, Jilid I, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Soemarto, 1987. Hidrologi Teknik, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

Suripin, 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, penerbit Andi,


Yogyakarta.

52
LAMPIRAN

a) Saat Kering

b) Saat Banjir

Foto 1. Saluran Drainase RW 01


53
a) Saat Kering

b) Saat Banjir

Foto 2. Saluran Drainase RW 02

54
a) Saat Kering

b) Saat Banjir

Foto 3. Saluran Drainase RW 03

55
a) Saat Kering

b) Saat Banjir

Foto 4. Saluran Drainase RW 04

56
Foto 5. Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Poso

57

Anda mungkin juga menyukai