PASANG SURUT
Disusun oleh :
Sarah (171050303)
(1710503095)
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pasang Surut
Pasang surut adalah gerakan naik-turunnya muka air laut, di mana
amplitudo dan fasenya berhubungan langsung terhadap gaya geofisika yang
periodik, yakni gaya yang ditimbulkan oleh gerak reguler benda-benda angkasa,
terutama bulan, bumi, dan matahari. Naik turunnya muka laut akibat gaya
geofisika ini disebut pasang surut gravitasi.
4
1. Revolusi bulan terhadap bumi,
2. Revolusi bumi terhadap matahari,
3. Perputaran bumi terhadap sumbunya sendiri (rotasi bumi).
Muka air laut rata-rata (MSL) adalah ketinggian rata-rata muka air laut
selama satu periode yang panjang (satu tahun atau lebih). Fluktuasi muka air laut
musiman disebabkan oleh faktor-faktor iklim (variasi dalam tekanan udara, arah,
dan kecepatan angin dikombinasi dengan morfologi dasar laut dan garis pantai)
serta pengaruh aliran sungai. Fluktuasi musiman ini menimbulkan perbedaan
penting dalam hal peluang irigasi pasang surut dan drainase antara musim hujan
dan musim kemarau.
5
Sumatera Utara dan Kalimantan Timur mempunyai pasang surut semi-jurnal,
yaitu dua kali pasang dan dua kali surut setiap harinya. Tempat lainnya
mempunyai pasang surut campuran yang kadang-kadang didominasi oleh pasang
surut jurnal ataupun semi-jurnal. Karakteristik pasang surut berpengaruh
terhadap kecepatan aliran dan waktu yang tersedia untuk navigasi, drainase dan
pemberian air.
Rentang pasang surut merupakan perbedaan antara muka air pasang dan
muka air surut harian. Kisarannya bervariasi secara tetap setiap dua minggu dan
mencapai maksimum pada pasang purnama (spring tide) serta minimum pada
pasang perbani (neap tide). Kisaran ini dipengaruhi oleh perubahan musim.
Kisaran pasang surut bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Pada pantai
utara Jawa hanya sekitar 1,00 m, sedangkan pada pantai timur Sumatera dan
pantai selatan Kalimantan bervariasi antara 2,00 - 3,00 m, dan pada pantai
selatan Irian Jaya dapat mencapai sekitar 6,00 m.
Karena elevasi lahan pasang surut umumnya berkisar elevasi muka air
pasang purnama, kisaran pasang surut pada saat pasang purnama memberikan
indikasi kedalaman muka air surut dibawah permukaan tanah, dan juga
merupakan kedalaman drainase maksimum yang mungkin ada. Dengan masuk
dan mengalir di saluran, fluktuasi pasang surut akan mengecil. Pemeliharaan
saluran yang buruk akan semakin mengurangi kisaran pasang surut dan demikian
potensi kedalaman drainase.
D. Saluran Drainase
6
Pada dasarnya sistem drainase pada lahan pasang-surut dibuat dengan
tujuan untuk membuang kelebihan air, juga mengendalikan tinggi muka air tanah
agar - agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu oleh muka air tanah yang
terlalu tinggi. (Pada saluran tersier) Saluran drainase pada sistem drainase
pasang surut terbagi menjadi saluran primer, saluran sekunder,dan saluran
tersier. Fungsi alamat adalah sebagai berikut :
1) Saluran Tersier
2) Saluran Sekunder
Saluran sekunder berfungsi mengeluarkan air berlebih dari area lahan usaha (air
hujan dan air tanah) ke saluran utama, juga menahan air pasang (dari laut) dan
mengeluarkannya kembali saat surut agar tidak menggenagi area lahan penduduk.
7
Berbicara saluran sekunder, saluran sekunder dirancang sesuai kondisi topografi
wilayah yang dilaluinya.
3) Saluran Primer
Mengeluarkan air berlebih dari areal lahan usaha (air hujan dan air tanah)
ke saluran utama, juga menahan air pasang (dari laut) dan dikeluarkannya
kembali saat surut agar tidak merusak area lahan penduduk. Selain itu itu saluran
primer juga bisa digunakan untuk sarana transportasi. Secara umum tata letak
sistem drainase pada lahan pasang surut bisa dilihat pada gambar . Tata letak di
atas tampak itu pintu ditempatkan pada saluran tersier sebelum mencapai
daerah lahan usaha, hal ini mengharapkan agar air pasang dari laut tidak
mencapai lahan usaha.Pintu yang digunakan memiliki engsel yang bisa terbuka
kearah saluran sekunder, sehingga saat pasang, air laut tidak bisa masuk ke
saluran tersier pada lahan usaha, dan saat surut,saluran tersier sekitar lahan
usaha bisa membuang kelebihan air dari air tanah dan hujan. Pintu air bisa juga
diterapkan pada saluran sekunder dan primer, namun terkadang saluran
tersebut sering digunakan sebagai sarana transportasi, jadi penggunaan pintu air
perlu dilengkapi dengan sistem multi-polder yang mampu menaik turunkan
muka air, sepertiyang diterapkan di Belanda.
E. Hidrotopografi
8
Lahan terluapi air pasang sekurang-kurangnya 4 atau 5 kali dalam
14 hari siklus pasang perbani-purnama tetapi hanya di musim hujan saja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Imanudin,S dkk. 2014. Kajian Aplikasi Sistem Drainase Bawah Tanah Untuk
Budidaya Jagung Di Lahan Pasang Surut Telang II Sumatera Selatan.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27
September 2014.ISBN : 979-587-529-9.
Bakri. 1999. Korelasi Air Di Pintu tersier dan Lahan Usaha Pada Lahan Pasang
Surut Primer 2 Sumber Mukti Pulau Rimau Sumatera Selatan. Prosiding
Semiloka Manajemen Daerah Rawa dan Kawasan Pesisir, Palembang, 4-6
Maret 2000.
Damayanti, Dwi dkk. 2017 . Perencanaan Sistem Drainase Wilayah Tawang Sari
Dan Tawang Mas Semarang Barat. Universitas Diponegoro : Jurnal Karya
Teknik Sipil. Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017, Halaman 194-203.
10