Anda di halaman 1dari 8

HORMON DAN REGULATOR PERTUMBUHAN PADA TANAMAN

RAHMI GEMILA SARI


18010070
Kelompok 4A
rahmigemilaas@gmail.com

ABSTRAK
Praktikum tentang Hormon Regulator Pertumbuhan Pada Tanaman dilaksanakan pada
Senin, 14 Oktober 2019 di Laboratorium Pendidikan IV, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Tujuan diadakannya
praktikum ini adalah pada percobaan pertama uji biologis 2,4 Dichlorophenoxyaceticacid
pada pertumbuhan akar untuk melihat pengaruh 2,4 D dalam perkecambahan dan
pertumbuhan akar pada biji Cucumis sativus. Percobaan kedua sitokinin dan senescence
pada daun tanaman Cinnamomum burmanii untuk melihat bahwa sitokinin merupakan zat
pengatur tumbuh yang berperan dalam perlambatan proses senescence. Percobaan ketiga
peranan giberelin (GA3) dalam perkecambahan biji Phaseolus radiatus untuk melihat
pengaruh giberelin terhadap perkecambahan biji. Hasil pengamatan pada percobaan
pertama larutan 2,4 D memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan akar tanaman.
Percobaan kedua sitokinin dengan konsentrasi yang berbeda-beda memberi pengaruh
terhadap warna daun. Dimana pada konsetrasi yang tinggi antara 0,1 – 1M. Pada percobaan
ketiga giberelin dengan konsentrasi yang berbeda-beda memberi pengaruh terhadap
perkecambahan biji. Dimana pada konsetrasi yang tinggi antara 0,1 – 1M memberi
pertumbuhan yang baik untuk perkecambahan.

Kata kunci : Cinnamomum burmanii, Cucumis sativus, Hormon, Phaseolus radiatus, Commented [A1]: Ganti, judul tidak boleh jadi keyword
Regulator.
Commented [A2]: ganti

PENDAHULUAN
Tumbuh tidak saja diatur oleh faktor- dapat diubah dari unit-unit yang bebas
faktor lingkungan tetapi juga oleh menjadi bagian-bagian yang saling
bahan-bahan kimia yang dihasilkan di berkaitan dalam satu kesatuan
dalam tumbuhan. Bahan-bahan kimia organisme (Campbell, 2002).
itu disebut hormon. Hormon Bersamaan dengan itu terjadi
merupakan senyawa organik yang pula perubahan-perubahan dalam
bekerja aktif dalam jumlah yang pola pertumbuhan, sehingga akhirnya
sedikit sekali, ditransportasikan ke terbentuklah akar, batang, daun,
dalam seluruh tubuh tumbuhan dan bunga dan bagian-bagian lain dari
mempengaruhi pertumbuhan atau tumbuhan. Faktor-faktor lingkungan
proses-proses fisiologis lainnya. seperti cahaya dan suhu berinteraksi
Hormon dibentuk di suatu tempat dengan fitohormon dan proses-proses
tetapi menunaikan fungsinya di kimia selama tumbuh dan
tempat lain. Berbeda dengan enzim, deferensisasi berlangsung. W.Went
hormon selama proses-proses (1928), berhasil menemukan adanya
metabolik, dan harus diperbaharui zat yang dihasilkan oleh ujung
untuk menjaga kelangsungan tumbuhan dan yang berpengaruh
pengaruhnya. Pertumbuhan di satu besar terhadap pertumbuhan. Zat itu
bagian dapat bergantung pada disebut zat penumbuh atau auksin
kegiatan selular lainnya. Dengan (Dwidjoseputro, 2001).
bantuan hormon, sel-sel tumbuhan
Hormon pada pertumbuhan pertumbuhan, dan etilen (Isman,
menunjukkan pengaruh satu sama 2006).
lain atau hubungannya dengan Beberapa ilmuwan memberikan
perubahan sel-sel dari bentuk-bentuk definisi yang lebih terperinci terhadap
unit yang bebas menjadi bagian istilah hormon yaitu senyawa kimia
organisme yang menyatu. Dengan yang disekresi oleh suatu organ atau
adanya hor mon itu, hormon terbagi jaringan yang dapat mempengaruhi
atas tiga salah satunya adalah auksin, organ atau jaringan lain dengan cara
yang mempercepat perkembangan khusus. Berbeda dengan yang
tumbuhan dengan adanya diproduksi oleh hewan senyawa kimia
rangsangan dari perbesaran sel-sel pada tumbuhan sering mempengaruhi
tumbuhan yang akan mempercepat sel-sel yang juga penghasil senyawa
pertumbuhan (Haryati, 2003). tersebut disamping mempengaruhi sel
Hormon tumbuhan atau lainnya, sehingga senyawa-senyawa
fitohormon adalah zat pengatur yang tersebut disebutdengan zat pengatur
dihasilkan oleh tumbuhan yang dalam tumbuh untuk membedakannya
konsentrasi rendah mengatur proses- dengan hormon yang diangkut secara
proses fisiologis dalam tubuh sistemik atau sinyal jarak jauh.
tumbuhan. Sedang pengatur tumbuh Konsep Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
merupakan senyawa-senyawa organik diawali dari konsep hormon. Hormon
selain nutrisi, baik yang dihasilkan tanaman atau fitohormon adalah
sendiri oleh tumbuhan maupun senyawa-senyawa organik tanaman
senyawa-senyawa kimia sintetik yang yang dalam konsentrasi rendah
dalam jumlah kecil memacu, mempengaruhi proses-proses
menghambat atau sebaliknya fisiologis. Proses-proses fisiologis
mengubah beberapa proses fisiologis terutama mengenai proses
dalam tumbuhan (Campbell, 2001). pertumbuhan, diferensiasi dan
Istilah pengatur pertumbuhan perkembangan tanaman. Proses-
tanaman meliputi kategori luas yaitu proses lain seperti pengenalan
substansi organik (selain vitamin dan tanaman, pembukaan stomata,
unsur mikro) yang dalam jumlah translokasi dan serapan hara
sedikit merangsang, menghambat, dipengaruhi oleh hormon tanaman
atau sebaliknya mengubah proses (Miftahudin, 2010). Commented [A3]: ringkas
fisiologis. Auksin sintetik diperlukan Semua zat pengatur tubuh yang
karena jaringan dipisahkan dari sangat efektif dalam mengatur
sumber auksin alami. Perangsang pertumbuhan akar adalah golongan
pertumbuhan sintetik, dalam auksin. Sejak pertengahan tahun
campuran yang tepat, merangsang 1930-an dan selanjutnya, penelitian
kalus (pembentukan massa sel yang tentang aspek fisiologis auksin telah
tidak terdiferensiasi), diferensiasi banyak dilakukan. Banyak bukti
organ, dan morfogenesis seluruh menyatakan bahwa auksin sangat
tanaman dari satu sel parenkima. berpengaruh terhadap pertumbuhan
Pengatur pertumbuhan tanaman batang, formasi akar, menghambat
dibagi menjadi 5 kelas, yaitu auksin, terhadap pertumbuhan cabang lateral,
giberelin, sitokinin, penghambat abisisi pada daun dan buah, serta
mengaktifkan kerja lapisan kambium berperan penting dalam pengakaran
dan lainnya (Lakitan, 2004). stek (Isman, 2006).
Auksin adalah zat yang di Tumbuhan mengandung 3
temukan pada ujung batang, akar, senyawa lain yang struktrurnya mirip
pembentukan bunga yang berfungsi dengan IAA dan menyebabkan
sebagai pengatur pembesaran sel dan banyak respon yang sama dengan
memicu pemanjangan sel di daerah IAA. Ketiga senyawa tersebut juga
belakang meristem ujung. Hormon termasuk sebagai auksin. Senyawa-
auksin adalah hormon pertumbuhan senyawa tersebut adalah asam 4-
pada semua jenis tanaman. Nama lain kloroindol asetat, asam fenilasetat
dari hormon ini adalah IAA atau asam (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA)
indol asetat. Letak dari hormon auksin (Dwidjoseputro, 1992). Asam indol-3
ini terletak pada ujung batang dan asetat (IAA) diidentifikasi sebagai
ujung akar. Hormon auksin ini senyawa alami yang menunjukkan
berfungsi untuk membantu proses aktivitas auksin yang mendorong
mempercepat pertumbuhan, baik itu pembentukan akar adventif. IAA
pertumbuhan akar maupun sintetik juga telah terbukti mendorong
pertumbuhan batang, mempercepat pertumbuhan akar adventif. Terdapat
perkecambahan, membantu dalam juga senyawa yang sama seperti
proses pembelahan sel, mempercepat asam indol butirat (IBA) dan asam
pemasakan buah, mengurangi jumlah naptalen asetat (NAA) yang
biji dalam buah. Kerja hormon auksin mempunyai efek sama dengan IAA.
ini sinergis dengan hormon sitokinin Hal itu ditunjukkan bahwa inisiasi sel
dan hormon giberelin (Wibisono, untuk membentuk akar tergantung
2003). dari kandungan auksin. Pembentukan
Boulline dan Went (1933) inisiasi akar dalam batang terbukti
menemukan substansi yang disebut tergantung pada tersedianya auksin di
rhizocaline pada kotiledon, daun dan dalam tanaman ditambah hormon
tunas yang menstimulasi perakaran pemacu auksin (Rooting Co-factors)
pada stek. Menurut Hartmann et al yang secara bersama-sama mengatur
(1997), zat pengatur tumbuh yang sintesis RNA untuk membentuk
paling berperan pada pengakaran primordia akar (Haryati, 2003). Commented [A4]: ringkas
stek adalah Auksin. Auksin yang biasa Tujuan dari praktikum
dikenal yaitu indole-3-acetic acid Hubungan Tumbuhan dengan Air ini
(IAA), indolebutyric acid (IBA) dan adalah untuk melihat pengaruh 2,4 D
nepthaleneacetic acid (NAA). IBA dan dalam perkecambahan dan
NAA bersifat lebih efektif pertumbuhan akar pada biji Cucumis
dibandingkan IAA yang meruapakan sativus, untuk melihat bahwa sitokinin
auksin alami, sedangkan zat pengatur merupakan zat pengatur tumbuh yang
tumbuh yang paling berperan dalam berperan dalam perlambatan proses
pembentukan tunas adalah sitokinin senescence, untuk melihat pengaruh
yang terdiri atas zeatin, zeatin giberelin terhadap perkecambahan
riboside, kinetin, isopentenyl adenin biji.
(ZiP), thidiazurron (TBZ), dan
benzyladenine (BA atau BAP). Selain
auksin, absisic acid (ABA) juga
METODE PRAKTIKUM hubungan antara konsentrasi 2,4-D
Waktu dan Tempat dengan panjang akar primer sehingga
Praktikum tentang Hubungan dapat diketahui pengaruh dari
Tumbuhan dengan Air ini pemakaian 2,4-D dalam pertumbuhan
dilaksanakan pada hari Senin, 14 akar.
Oktober 2019 di Laboratorium
Pendidikan IV, Jurusan Biologi, b. Sitokinin dan Senescence pada
Fakultas Matematika dan Ilmu daun tanaman.
Pengetahuan Alam, Universitas
Dipersiapkan potongan daun tanaman
Andalas, Padang.
dengan ukuran proporsional
menggunakan cork borer masing-
Alat dan Bahan
masing 5 potongan daun untuk 5
Adapun alat-alat yang digunakan
perlakuan percobaan. Larutan
dalam praktikum ini adalah kertas
dipersiapkan untuk perlakuan yang
merang/saring, 16 buah cawan petri,
terdiri dari aquadest dan larutan
cork borer. Bahan kimia yang
kinetin (0,00 ; 0,001 ; 0,01 ; 0,1 ; 1
digunakan adalah 10 ml larutan baku
mg/L) masing-masing 10 ml dalam
2,4-D 100 ppm, kinetin konsentrasi
petridisk. Ditempatkan pada masing-
0,00 ; 0,001 ; 0,01 ; 0,1 ; 1 mg/L
masing larutan potongan daun
aquadest, larutan giberellin 0,001 ;
kemudian tutup petri agar tidak terjadi
0,01 ; 0,1 ; 1 mg/L. Bahan tanaman
interaksi dengan lingkungan. Diamati
yang digunakan adalah 200 biji
apa yang terjadi pada warna daun
tanaman Cucumis sativus,
tersebut selama satu minggu
Phaseoulus radiatus, dan
perendaman baik kontrol atau pada
Cinamomum burmanii.
perlakuan dengan kinetin.
Cara Kerja
c. Peranan giberelin dalam
a. Uji Biologis 2,4-D pada
Pertumbuhan Akar perkecambahan biji tumbuhan
Diletakkan selembar kapas pada Diambil 100 biji tanaman yang
setiap cawan petri dari 6 cawan petri, seragam (biji tanaman jengger ayam),
dari larutan baku 2,4-D dibuat masing- ditempatkan pada petri yang telah
masing 10 ml larutan-larutan 2,4-D dilapisi dengan kertas saring untuk
dengan konsentrasi sebagai berikut masing-masing perlakuan sebanyak 5
0.0, 0.001, 0.01, 0.1, 1.0 dan 10 mg/L. biji, disimpan ditempat gelap dan
setiap petri ditandai dengan angka 1 dilakukan pemeriksaaan terhadap biji
sampai 6. Dituangkan 10 ml larutN setiap hari apakah telah terlihat
2,4-D ke dalam masing-masing adanya biji yang berkecambah.
cawan. Diletakkan 5 biji tanaman Kemudian dilakukan penyiraman
dalam masing-masing cawan petri. dengan larutan yang sama jika terjadi
Disimpan ditempat gelap selama 5 kekeringan, dicatat waktu yang
hari. Pada akhir percobaan diukur diperlukan oleh masing-masing biji
panjang akar primer setiap kecambah. berkecambah sesuai dengan
Dihitung panjang rata-rata pada perlakuan dan bandingkan hasilnya
masing-masing perlakuan. Kemudian diantara masing-masing perlakuan.
dibuat grafik yang memperlihatkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Tabel 1. Uji Biologis 2,4-D pada pertumbuhan akar Cucumis sativus.
Konsentrasi Panjang akar (cm) pada hari ke- Panjang
1 2 3 4 5 rata-rata
akar
primer
Aquadest 2 3,2 3,5 5,6 6 4,06
(0,0)
0,001 1 2,2 2,7 3,1 4 2,6
0,01 1 2 25 2,7 2,9 2,22
0.1 0 1 1,5 2,2 3 1,54
1 0 1 1,2 1,3 1,4 0,98
10 0 0,5 0,6 0,6 0,7 0,48

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat Menurut Dwidjoseputro (2001),


bahwa pertumbuhan akar pada mengatakan bahwa hormon auksin
Phaseolus radiatus yang terpanjang merupakan hormon pertumbuhan
adalah pada konsentrasi 0 atau pada yang yang dapat memacu
pemberian aquadest dapat dilihat pertumbuhan akar dan batang karena
bahwa rata-rata tinggi akarnya 4,06 mengandung hormon yang dapat
cm. Hal ini disebabkan karenakan memacu pembelahan moristematik
adanya hormon auksin sering bagian apikal (ujung) namun harus
digunakan untuk merangsang dalam konsentrasi yang tepat, karena
pertumbuhan akar dan sebagai bahan apabila konsentrasinya tidak tepat
aktif sering yang digunakan dalam atau dalam hal ini kurang ataupun
persiapan hortikultura komersial lebih, maka kerja auksin tidak
terutama untuk akar. optimum bahkan dapat menghambat
pertumbuhan tanaman.

b. Sitokinin dan Senescene pada daun tanaman.


Tabel 2. Hasil Pengamatan Sitokinin dan Senescene pada daun Cinnamomum
burmanii.
Konsentrasi Pertumbuhan warna daun (Hari ke)
1 2 3 4 5 6 7
Aquadest + + + ++ ++ +++ +++
(0,0)
0,001 + + + ++ +++ +++ +++
0,01 + + + ++ +++ +++ +++
0,1 + + ++ ++ +++ +++ ++++
1 + + ++ ++ +++ ++++ ++++
Ket : + = warna daun agak mencoklat
++++ = warna daun coklat sekali

Berdasarkan tabel 2. Diatas pada hari ke tujuh rata-rata perubahan


didapatkan hasil pada pengamatan daun berwarna coklat, hal ini
sitokinin dan senescene pada daun disebabkan karena pengaruh
Cinnamomum burmanii warna daun konsentrasi yang diberikan.
Sitokinin berpengaruh sangat pembentukan organ dan menunda
luas pada proses fisiologis tumbuhan. penuaan daun pada berbagai jenis
Sitokinin mampu meningkatkan tanaman. Proses penuaan daun ini
sitokinensis didalam sel-sel. Selain itu melalui penghambatan perombakan
sitokinin juga berfungsi dalam protein pada daun (Pranata, 2004). Commented [A5]: ganti, cari literatur kenapa bisa mencoklat
dia

c. Peranan giberelin (GA3) dalam perkecambahan biji tumbuhan


Tabel 3. Hasil pengamatan peranan Giberelin (GA3) dalam perkecambahan biji
tumbuhan.
Konsentrasi Tinggi kecambah (cm) Tinggi
1 2 3 4 5 6 7 rata-rata
kecambah
Aquadest 0,5 1,4 2,6 5,5 5,8 6 6,4 4,02
(0,0)
0,001 1 2 2,3 3,5 6,5 9,7 14,5 5,6
0,01 1 1,5 2,5 3,3 4 4,8 5,5 3,2
0,1 0,5 1 1,3 2 2,2 2,4 2,5 1,7
1 1 2,3 3,1 4,6 8,5 12,6 19 7,3
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat perkecambahan mampu menstimulus
bahwa pada pertumbuhan daerah giberelin endogen didalam biji untuk
batang, data yang diperoleh dapat kita mengaktifkan reaksi enzimatik dalam
lihat bahwa pada percobaan ini perombakan pati dan prorem.
terlihat jelas adanya pertumbuhan Pemberian giberelin memperlihatkan
pada ujung batang. Pada konsentrasi rata-rata tinggi kecambah tertinggi hal
0,001 rata-rata tinggi tanaman ini diduga disebabkan munculnya plb
mencapai 5,6 cm. Hal ini disebabkan yang juga paling cepat. Plb yang
karena adanya pengaruh hormone muncul lebih cepat memungkinkan
giberelin. pertumbuhan yang lebih cepat ke
Menurut Heddy (1996), tahap perkecambahan selanjutnya.
penambahan giberelin dalam media

KESIMPULAN DAN SARAN tinggi antara 0,1 – 1M memberi


Kesimpulan pertumbuhan yang baik untuk
Berdasarkan hasil pengamatan dapat perkecambahan.
disimpulkan sebagai berikut :
1. Larutan 2,4 D memberikan Saran
pengaruh terhadap pertumbuhan Adapun saran untuk praktikum
akar tana-man. selanjutnya diantaranya adalah
2. Sitokinin dengan konsentrasi yang praktikan diharapkan membawa
berbeda-beda memberi pengaruh bahan praktikum yang sesuai dengan
ter-hadap warna daun. Dimana apa yang dibutuhkan dan dapat
pada konsetrasi yang tinggi antara melakukan pengamatan sesuai
0,1 – 1M . dengan prosedur kerja, serta gunakan
3. Giberelin dengan konsentrasi yang waktu sebaik mungkin dan bertindak
berbeda-beda memberi pengaruh hati-hati agar tidak ada kesalahan
ter-hadap perkecambahan bji. data.
Dimana pada konsetrasi yang
DAFTAR PUSTAKA Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Campbell, N.A. dkk. 2002. Biologi Makassar.
Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga. Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar –
Jakarta. Dasar Fisiologi Tumbuhan.
Dwidjoseputro,D. 2001. Pengantar Radja Grafindo Persada.
Fisiologi Tumbuhan. PT. Jakarta.
Gramedia. Jakarta. Miftahuddin, dkk. 2010. Fisiologi
Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Tumbuhan Dasar. Departemen
Terhadap Pertumbuhan dan Biologi, FMIPA IPB. Bogor.
Hasil Tanaman. Fakultas Wibisono.2003. Materi Pokok Anatomi
Pertanian USU. Medan. dan Fisiologi Tumbuhan.
Ismail. 2006. Fisiologi Tanaman. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1. Uji biologis 2,4-D pada Cucumis sativus


(Sumber : Kelompok 2A)

Gambar 2. Uji sitokinin dan sense-cene pada daun Cinnamomum burmanii


(Sumber : kelompok 2A)

Anda mungkin juga menyukai