Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH HORMON TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN


BATANG DAN JARINGAN AKAR PADA KECAMBAH JAGUNG (Zea
Mays)

Oleh :
MELA PUJI LESTARI
PENDIDIKAN BIOLOGI B 2015
15030204082

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2017
A. RUMUSAN MASALAH
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh berbagai hormon tumbuhan terhadap pemanjangan jaringan
akar dan batang pada kecambah jagung (Zea mays) ?

B. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Untuk membandingkan pengaruh berbagai hormon tumbuhan terhadap pemanjangan
jaringan akar dan batang pada kecambah Jagung (Zea mays)

C. HIPOTESIS
Berdasarkan permasalahan diatas, dapat dibuat suatu hipotesis yaitu hormone tumbuhan
berpengaruh terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang pada kecambah jagung (Zea
mays)
D. KAJIAN PUSTAKA
Jagung (Zea mays L) adalah tanaman sayur yang memiliki prospek penting di
Indonesia. Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara penanaman benih
jagung. Benih dengan ukuran yang lebih kecil memberi hasil biji yang lebih rendah 10 –
45%. Biji yang lebih besar menghasilkan luas kotiledon dua kali lipat dan potensi
fotosintetiknya lebih tinggi dibandingkan dengan biji kecil. Laju pertumbuhan kecambah
jagung meningkat dengan semakin besarnya ukuran biji dan benih yang berbentuk bulat
lebih tinggi laju pertumbuhannya daripada yang berbentuk pipih (Gusta, Johnson, Nesbit
dan Kirkland, 2003).
Pertumbuhan merupakan proses perubahan secara kuantitatif yang sifatnya
irreversible dan berlangsung selama perkembangan suatu organisme terjadi parameter
perubahan dapat diukur dalam suatu jumlah, ukuran, volume dan berat. Salah satu faktor
internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah hormon
tumbuhan (Rahayu dan Lukas, 2011).
Hormon adalah regulator pertumbuhan yang sangat esensial yang dibuat pada bagian
tumbuhan, sedangkan respon pertumbuhan terjadi di bagian tumbuhan lainnya (Heddy,
1989).
Hormon merupakan suatu senyawa organik yang apabila dalam jumlah kecil dapat
merangsang pertumbuhan sedangkan bila dalam jumlah besar dapat menghambat
pertumbuhan. Dalam pengertian lain, didapatkan bahwa hormon merupakan senyawa
organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain
dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis.
Hormon tumbuhan dihasilkan dalam konsentrasi yang sangat kecil, tetapi hormon dalam
jumlah yang sangat sedikit saja bisa berdampak sangat besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organ tumbuhan. Suatu hormon bisa bekerja dengan cara mengubah
ekspresi gen, mempengaruhi aktivitas enzim yang ada, atau dengan cara mengubah ciri
dan sifat-sifat membran. Salah satu dari kerja ini dapat mengarahkan kembali
metabolisme dan perkembangan dari suatu sel yang merespon sejumlah kecil molekul
hormon. Hormone tumbuh pada tumbuhan terdiri dari hormon Auksin atau AIA,
Giberelin, sitokinin, asam absisat (ABA), dan Etilen.
Hormon tumbuh (auksin) merupakan hormon yang bereaksi dengan bahan kimia lain
pada tumbuhan. Auksin disusun pada jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman,
seperti tunas, kuncup bunga, pucuk daun, dan juga pada ujung akar. Fungsi auksin bukan
hanya menambah kegiatan pembelahan sel pada jaringan meristem melainkan berupa
pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang meristem. Sel-sel tersebut menjadi
panjang dan banyak berisi air. Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel yang
mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas. Seperti halnya pada
akar, yang merupakan bagian tumbuhan berbiji yang berada dalam tanah bewarana putih,
dan seringkali berbentuk meruncing dan suka menembus dalam tanah. Akar memiliki
bagin-bagian/ komponen-komponen penyusun akar, salah satunya adalah tudung akar
yang berada dibagian ujung akar. Dibagian belakang tudung akar terdapat titik tumbuh
yang berupa sel-sel meristem yang selalu membelah. Dibelakang titik tumbuh meristem
terdapat kumpulan sel-sel besar yang memanjangatau disebut sebagi daerah
perpanjangan. Perpanjangan bagian meristem ini sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh
adanya hormon tumbuh pada akar (Heddy, 1990).
IAA merupakan salah satu hormon tumbuh yang berperan untuk memacu
pertumbuhan sepanjang sumbu longitudinal. Hal spesifik yang terlihat berupa
peningkatan pembesaran sel yang berlangsung ke segalaarah secara isodiametrik. Auksin
juga berperan dalam pembelahan dan pembentangan sel. Selanjutnya, yang perlu
diperhatikan adalah komposisi media yaitu kebutuhan zat pengatur tumbuh khususnya
kombinasi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan. Terdapat dua kelompok
zat pengatur tumbuh yang sering digunakan yaitu kelompok auksin seperti Indoleacetic
acid (IAA) dan naphthaleneacetic acid (NAA). Sedangkan kelompok sitokinin misalnya
kinetin dan benzylamino purine (BAP). Penggunaan auksin (IAA dan NAA) dan
sitokinin (BAP dan kinetin) pada konsentrasi yang tepat dapat memacu pertumbuhan
eksplan, terutama pembentukan daun, tunas danruas (Samudin, 2009 : 62).
Pada tahun 1935, Went dan Kenneth V Thimann menunjukkan bahwa IAA memacu
pertumbuhan awal akar pada setek batang, dan dari situlah berkembang pertama kali
penggunaan auksin dalam praktek. Auksin tiruan NAA biasanya lebih efektif daripada
IAA, tampaknya karena NAA tidak dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lain, sehingga
bisa bertahan lebih lama. (Salisbury dan Ross, 1992).
Dari semua jenis zat pengatur tumbuh, yang sangat efektif mengaturpertumbuhan
akar adalah golongan auksin. Asam indol-3 asetat (IAA) diidentifikasi tahun 1934
sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang mendorong
pembentukan akar adventif. IAA sintetik juga telah terbukti mendorong pertumbuhan
akar adventif. Pada era yang sama juga ditemukan asam indol butirat (IBA) dan asam
naptalen asetat (NAA) yang mempunyai efek sama dengan IAA. Pada saat sekarang
masyarakat sudah mengetahui peran auksin sebagai zat tumbuh perangsang perakaran
yang dijual dengan nama dagang Bioroton atau Rootone F (Ashari,1995).
Jika ujung suatu tanaman dipangkas, kemudian luka itu diberi pasta yang
mengandung IAA dalam konsentrasi tinggi, maka akan terjadi pembelahan dan
pengembangan sel-sel meristem yang luar biasa, yang mengakibatkan terjadinya tumor.
Auksin juga mempercepat proses differensiasi di daerah meristem dan menggiatkan
kambium membentuk sel-sel baru. Ujung-ujung lain spesies mempunyai zat yang
fungsinya sama dengan auksin, yaitu auksin-b (C18H30O4). Auksin b ini tidak
mempengaruhi pertumbuhan spesies lain. Selain itu, ada juga auksin a (C18H32O5) yang
mempengaruhi avena. Auksin a ternyata serupa dengan auksin b, bedanya adalah auksin a
mempunyai satu molekul air lebih banyak daripada auksin b ( Dwidjoseputro, 1986).
IAA merupakan salah satu senyawa auksin alami. Terdapat beberapa auksin alami
lain yang ditemukan pada tumbuhan, yaitu 4-chloro-IAA dan phenylacetic acid, namun,
mereka lebih tidak aktif dibandingkan IAA. Selain auksin alami, terdapat juga auksin
sintetis, yakni 2,4 D (2,4- dichlorophenoxyacetic acid) dan NAA (naphthaleneacetic
acid). IAA bergerak melalui sel-sel parenkim di korteks dan jaringan pembuluh. Pada
batang, IAA bergerak secara basipetal, artinya IAA bergerak menuju dasar, bahkan jika
batang dibalikkan. Pada akar, IAA bergerak secara akropetal, artinya bergerak menuju
pucuk (Heddy, S. 1990).
Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yaitu :
1. Merangsang pemanjangan sel pada kecambah dan tumbuhan herba. Penyebaran
auksin pada batang tidak merata sehingga daerah dengan banyak auksin akan
mengalami pemanjangan sel dan membuat batang membengkok.
2. Merangsang pembentukan akar
3. Merangsang pembentukan buah tanpa biji
4. Merangsang deferensiasi jaringan pembuluh sehingga merangsang pertumbuhan
diameter batang
5. Merangsang absisi
6. Berperan dalam dominasi apikal (Heddy, 1990)
Zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara, yang dalam
jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologis
tumbuhan. Untuk mendapatkan hasil perbanyakan bibit yang baik selain perlu
memperhatikan media tumbuh, diperlukan zat pengatur tumbuh (zpt) untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya. Auksin merupakan salah satu hormon yang dapat
berpengaruh terhadap pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel meristem,
pembentukan bunga, pembentukan buah dan terhadap gugurnya daun dan buah (Patma,
2013 : 288).
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel Manipulasi : Larutan AIA, larutan 2,4D, larutan NAA, aquades, epikotil,
hipokotil
Varisbel Kontrol : Jenis kecambah jagung, umur kecambah jagung, panjang epikotil,
panjang hipokotil, jarak dari kotiledon, volume larutan
Variabel Respon : Perubahan panjang dari epikotil dan hipokotil dari kecambah
jagung.

F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


Variabel manipulasi yaitu variabel yang dapat menyebabkan perubahan pada variabel
kontrol dan variabel respon. Pada praktikum kali ini variabel manipulasinya berupa
larutan AIA, larutan 2,4D, larutan NAA, aquades, dan epikotil dan hipokotil pada
kecambah jagung (Zea mays). Yang kedua yaitu variabel kontrol merupakan variabel
yang dibuat konstan akibatnya pengaruh dari kedua variabel tidak dapat dipengaruhi oleh
faktor luar. Disini variabel kontrolnya yaitu berupa jenis kecambah jagung, umur
kecambah jagung yang berumur 5 hari, panjang epikotil dan hipokotil yang panjang
awalnya dibuat sama yaitu 0,5 cm, jarak dari kotiledon, dan volume semua larutan yaitu
sebanyak 10 ml. Variabel respon merupakan variabel yang terbentuk akibat variabel
manipulasi yaitu berupa perubahan panjang dari epikotil dan hipokotil pada kecambah
jagung (Zea mays) yang direndam didalam larutan.

G. ALAT DAN BAHAN

 Alat :
Gelas plastik 8 buah
Silet tajam 1 buah
Penggaris 1 buah

 Bahan :
Kecambah jagung umur 5 hari 20 buah
Larutan AIA 1 ppm 10 ml
Larutan 2,4 D 1 ppm 10 ml
Larutan NAA 1 ppm 10 ml
Aquades 10 ml

H. RANCANGAN PERCOBAAN
Pertama-tama menyiapkan bahan dan alat yang digunakan untuk praktikum.
Kemudian menyediakan potongan koleoptil dan akar primer untuk tiap-tiap perlakuan,
sebanyak 5 potongan. Lalu isi gelas plastik dengan larutan AIA 1 ppm sebanyak 10 ml.
kemudian rendam potongan jaringan tersebut (akar dan batang), melakukan hal yang
sama untuk larutan yang 2,4D; NAA dan aquades. Tutup gelas plastik dan biarkan sampai
48 jam. Selanjutnya, melakukan pengukuran kembali terhadap potongan-potongan
jaringan tersebut. Membuat tabel hasil pengamatan untuk merekam data. Yang terakhir
yaitu membuat histogram yang menyatakan hubungan antara macam hormone terhadap
pertambahan panjang jaringan akar dan batang.

I. LANGKAH KERJA

Kecambah jagung berumur 5 hari. Menyediakan potongan koleoptil dan akar


primer ukuran 0,5 cm diukur 0,2 cm dari kotiledon, untuk tiap perlakuan
sebanyak 5 potongan.

Akuades AIA 1 ppm NAA 1 ppm 2,4 D 1 ppm


Merendam potongan koleoptil dan akar primer kedalam gelas plastik selama 48 jam.

Mengukur kembali potongan-potongan koleoptil


yang telah direndam
J. RANCANGAN TABEL PENGAMATAN

Tabel 1. Data hasil pengamatan perpanjangan jaringan radikula

Hipokotil
Perlakuan Panjang akhir Rata-rata selisih
Panjang Awal (cm)
(cm) (cm)
0,5 0,5 0
0,5 0,5 0
0,5 0,55 0,05
Larutan NAA
0,5 0,55 0,05
0,5 0,5 0
Rata - rata 0,02
0,5 0,7 0,2
0,5 0,6 0,1
0,5 0,6 0,1
Larutan AIA
0,5 0,55 0,05
0,5 0,5 0
Rata - rata 0,09
0,5 0,5 0
0,5 0,6 0,1
0,5 0,5 0
Larutan 2,4 D
0,5 0,5 0
0,5 0,5 0
Rata - rata 0,02
0,5 0,5 0
0,5 0,5 0
0,5 0,5 0
Aquades 0,5 0,5 0
0,5 0,5 0
Rata - rata 0
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Perpanjangan Jaringan Koleoptil

Hipokotil
Perlakuan Panjang akhir Rata-rata selisih
Panjang Awal (cm)
(cm) (cm)
0,5 1,4 0,9
0,5 0,6 0,1
0,5 1 0,5
Larutan NAA
0,5 1 0,5
0,5 0,8 0,3
Rata - rata 0,46
0,5 0,8 0,3
0,5 0,5 0
0,5 0,6 0,1
Larutan AIA
0,5 0,75 0,25
0,5 0,55 0,05
Rata - rata 0,14
0,5 0,6 0,1
0,5 0,55 0,05
0,5 0,6 0,1
Larutan 2,4 D
0,5 0,55 0,05
0,5 0,55 0,05
Rata - rata 0,07
0,5 0,5 0
0,5 0,5 0
0,5 0,55 0,05
Aquades 0,5 0,5 0
0,5 0,5 0
Rata - rata 0,01
 Grafik

K. RENCANA ANALISIS DATA


Dari tabel diatas, maka dapat dianalisis bahwa berbagai jenis hormon tumbuhan
berpengaruh terhadap pemanjangan jaringan akar dan jaringan koleoptil pada kecambah
jagung (Zea mays). Diperoleh data, untuk aquades yang disini sebagai kontrol memiliki
rata-rata pertambahan panjang koleoptil sebesar 0,01 cm dan pada radikula tidak
mengalami pertambahan panjang. Pada larutan NAA rata-rata pertambahan panjang
radikula sebesar 0,02 cm dan rata-rata pada pertambahan panjang koleoptil sebesar
0,46cm, pada larutan NAA ini pertambahan panjang koleoptil paling besar dianatar
lainnya. Selanjutnya, pada larutan AIA rata-rata pertambahan panjang radikula paling
besar diantara lainnya yaitu sebesar 0,09 cm dan rata-rata pertambahan panjang koleoptil
sebesar 0,14 cm. Pada larutan 2,4 D memiliki rata-rata pertambahan panjang jaringan
radikula sebesar 0,02 cm dan rata-rata pertambahan panjang jaringan koleoptil sebesar
0,07 cm.
Dari grafik diatas juga tampak bahwa rata-rata pertambahan panjang jaringan
koleoptil pada larutan NAA paling besar diantara tiga larutan yang lainnya, dan rata-rata
pertambahan panjang jaringan radikula paling besar diantara larutan lainnya yaitu pada
larutan AIA.
 Diskusi
Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormon tumbuh terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang. Samakah pengaruhnya ? kemukakan teori
pendukung yang dapat menjelaskan terjadinya gejala-gejala tersebut.
Jawaban : tidak sama. Berbagai jenis hormon berpengaruh terhadap pemanjangan
sel. Jenis hormon tertentu sangat spesifik terhadap suatu jaringan tumbuhan.
Pemanjangan jaringan pada akar akan dipengaruhi oleh hormon yang berbeda
dengan hormon yang berpengaruh pada pemanjangan koleoptil. Berdasarkan hasil
pengamatan serta analisis yang telah kami lakukan, didapatkan bahwa pada jaringan
koleoptil, hormon 2,4 D mempengaruhi aktifitas pemanjangan jaringan yang sangat
cepat, sedangkan pada jaringan akar jenis hormon AIA yang yang paling cepat
mempengaruhi pemanjangan jaringannya. Pengaruh hormon tidak sama pada
jaringan yang berbeda.

L. HASIL ANALISIS DATA


Dari hasil analisis diatas didapat bahwa Pada jaringan akar kandungan auksin
lebih rendah dibandingkan pada jaringan koleoptil. Hal ini karena secara alami
auksin diproduksi pada jaringan meristematik ujung koleoptil yang kemudian
didistribusikan ke seluruh tubuh tumbuhan untuk aktifitasnya. Pada akar, aktifitas
pemanjangan tidak terlalu ekstrim dibandingkan dengan aktifitas pemanjangan pada
jaringan koleoptil. Pemberian auksin jenis AIA membantu aktifitas pemanjangan
jaringan akar. Sedangkan pada penambahan 2,4 D dan NAA justru menghambat
aktifitas pemanjangan jaringan akar. Pada perlakuan pemberian dengan aquades
aktifitas pemanjangan sel tetap berlangsung. Hal ini disebabkan karena adanya
auksin yang secara alami telah didistribusikan ke jaringan akar untuk pemanjangan
jaringan. Rata-rata pemanjangan jaringan yang ditambahkan AIA lebih tinggi
dibanding dengan pemberian aquades sebagai kelompok kontrol.
Pada koleoptil penambahan hormon auksin (AIA) akan memacu
pemanjangan jaringan. Secara kimia, IAA sama dengan asam amino triptofan.
Beberapa senyawa yang disintesis dapat menimbulkan respon fisiologi seperti AIA,
dianggap sebagai auksin yang termasuk kedalam kelompok ini adalah asam
naftalenasetat (NAA), asam 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D) yang fungsinya jika
diletakkan dalam jaringan meristematik adalah seperti cara kerja auksin. Secara
alami, auksin diproduksi oleh jaringan meristematik yang ada pada pucuk.
Kebutuhan auksin tanaman harus berada pada kisaran tertentu yang optimum yang
dibutuhkan oleh tumbuhan. Penambahan auksin dalam jumlah yang besar justru
mengakibatkan metabolisme sel-sel dalam jaringan menjadi kacau. Pada jaringan
koleoptil yang diberi 2,4 D, jaringan bertambah panjang tetapi tidak sepanjang yang
diberi perlakuan dengan AIA dan NAA. Pada jaringan koleoptil yang diberi
perlakuan dengan aquades menunjukkan adanya pertambahan panjang. Hal ini
dijadikan kelompok kontrol dimana objek tidak diberi perlakuan sebagaimana yang
lain. Jaringan koleoptil akan tetap melakukan aktifitas pemanjangan sel meskipun
tidak diberi auksin. Hal ini karena pada koleoptil sudah memproduksi auksin secara
alami. Oleh karena itu aktifitas pemanjangan sel akan tetap berlangsung. Sedangkan
penambahan 2,4 D justru mengakibatkan terhambatnya aktifitas pemanjangan secara
normal yang dikarenakan terlalu banyaknya 2,4 D dalam tubuh jaringan. Sedangkan
penambahan AIA dan NAA membantu meningkatkan aktifitas pemanjangan sel-sel
pada jaringan koleoptil.

M. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa berbagai
jenis hormon tumbuh berpengaruh terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang pada
kecambah jagung (Zea mays). Pengaruh hormin tumbuh paling tinggi terhadap
pemanjangan jaringan radikula yaitu larutan AIA, sedangkan pengaruh hormone tumbuh
yang paling tinggi terhadap pemanjangan jaringan koleoptil adalah larutan NAA.
Praktikum ini sudah sesuai dengan hipotesis yang dibuat.
N. DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. UI Prees. Jakarta . Azhar, M. 1991.


Dwidjoseputro, D.1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia
Gusta, L.V., E.N. Johnson, N.T. Nesbit, K.J. Kirkland. 2003. Effect of seeding date on
canola seed vigor. Can. J. Plant Sci.45 : 32-39.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta : Rajawali
Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta : Rajawali
Rahayu, Yuni Sri. 2017 . Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Surabaya: Unesa press
Rahayu, Yuni Sri, Yuliani, Lukas S. Budipramana. 2011. Panduan Praktikum Ilmu
Hara. Jurusan Biologi: UNESA.
Salisbury dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Institut Teknik Bandung: Bandung
Samudin, Sakka. 2009. Pengaruh Kombinasi Auksin-sitokinin Terhadap pertumbuhan
Buah Naga. Media Litbang Sulteng. Vol. 2 (1) : 62 66
Patma, Utri, dkk. 2013. Respon Media Tanam dan Pemberian Auksin Asam Asetat
Naftalen Pada Pembibitan Aren (Arenga pinnata merr). Jurnal Online Agroekoteknologi.
ISSN No. 2337-6597. Vol.1.No. 2 : 286-295.
LAMPIRAN

Kecambah jagung yang sudah tumbuh


koleoptil Pengukuran koleoptil

Gelas plastik untuk wada potongan koleoptil Gelas plastik untuk wadah potongan radikula

Proses pengukuran koleoptil sebesar 0,5 cm Proses pengukuran koleoptil sebesar 0,5 cm
Proses pengukuran koleoptil sebesar 0,5 cm Proses pengukuran koleoptil sebesar 0,5 cm

Proses pengukuran radikula sebesar 0,5 cm Proses pengukuran radikula sebesar 0,5 cm

Proses pengukuran radikula sebesar 0,5 cm Proses pengukuran radikula sebesar 0,5 cm

Anda mungkin juga menyukai