Anda di halaman 1dari 10

A.

Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh berbagai hormon tumbuh terhadap pemanjangan


jaringan akar dan batang?

B. Tujuan Percobaan

Membandingkan pengaruh berbagai hormon tumbuh terhadap pemanjangan


jaringan akar dan batang

C. Hipotesis

H0: Hormon tumbuh tidak berpengaruh terhadap pemanjangan jaringan

akar dan batang.

HA: Hormon tumbuh berpengaruh terhadap pemanjangan jaringan akar dan

batang

D. Kajian Pustaka
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan ialah hasil interaksi antara
faktor luar dengan faktor dalam. Interaksi tersebut menghasilkan tumbuhan
yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik dalam hal ukuran batang, jenis
batang, jenis perbungaan dan sebagainya. Faktor internal meliputi sifat
genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon yang merangsang
pertumbuhan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan.
Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak
lepas dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon.
Hormon dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, tetapi akan merusak jika ada
dalam mumlah yang banyak. Konsentrasi hormon yang amat rendah pada
tumbuhan maka hormon pertama yang ditemukan yaitu asam indolasetat
baru dapat diketahui. Hormon dapat menyebabkan begitu banyak respon,
bila diberikan dari luar kepada tumbuhan, maka oleh banyak orang hormon
itu dianggap sebagai satu-satunya hormon tumbuh (Sasmitamihardja, 1996).
Pertumbuhan tanaman setidaknya menyangkut beberapa fase atau proses
diantaranya:
1. Fase pembentukan sel.
2. Fase perpanjangan dan pembesaran sel.
3. Fase diferensiasi sel.
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan
di bagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal.
Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan
tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Dominansi apikal merupakan
konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup

1
terminal secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar (Campbell,
2012).
Dominansi apikal atau dominansi pucuk biasanya menandai
pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun.
Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan
lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan
terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi
dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong
pertumbuhan tunas lateral (Dwidjoseputro, 1983).
Hormon, adalah molekul sinyal yang dihasilkan dalam jumlah kecil oleh
salah satu tubuh organisme, dan ditranspor ke bagian-bagian yang lain,
tempat hormon berikatan ke suatu reseptor spesifik dan memicu respon-
respon di dalam sel-sel dan jaringan target. Hormon-hormon tumbuhan
dihasilkan dalam konsentrasi yang sangat rendah, namun hormon dalam
jumlah yang kecil dapat memiliki efek yang besar pada pertumbuhan dan
perkembangan organ tumbuhan. Suatu hormon bisa bertindak dengan
mengubah ekspresi gen-gen, memengaruhi aktifitas enzim-enzim yang sudah
ada atau mengubah aktivitas membran.tindakan manapun dapat mengarahkan
kembali metabolisme dan perkembangan sebuah sel yang merespon molekul-
molekul hormon dalam jumlah kecil.
Zat pengatur tumbuh yang paling dikenal dikelompokkan menjadi 5,
yaitu auxin, giberelin, sitokinin, etilen dan inhibitor (asam absisat). Auxin
dicirikan dengan struktur kimia yang khas yaitu indol ring. Beberapa struktur
kimia zat pengatur tumbuh yang dikelompokkan ke dalam auxin adalah IAA,
NAA, IBA, IAN, 2.4 D dan banyak lagi yang lainnya.
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang
khususnya merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan
suatu kisaran respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin
berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat
menghambat (Salisbury, 1995).

Auksin adalah asam indol asetat (IAA), IAA merupakan suatu group dan
senyawa-senyawa lain, misalnya asam naftalin asetat dan asam 2,4
diklorofenoksi asetat atau disingkat 2,4-D. Banyak lagi auksin lain dan
sangat mudah untuk mengetahui apakah senyawa itu auksin atau tidak. Efek
karakteristik auksin adalah kemampuan untuk mendorong pembengkokan
suatu benih dan efek ini berhubungan dengan adanya suatau group atau di
dalam molekul auksin tersebut (Loveless, 1991).
Hormon ini dihasilkan pada ujung pucuk yang sedang tumbuh dan akan
mendatangkan efek atau akibat apabila telah bergerak kebagian organ yang
lain. Fungsi auksin dalam memacu pertumbuhan tanaman adalah sebagai
pengaturan perbesaran sel dan pergerakan auksin selalu menjauhi arah

2
cahaya. Pengaruh auksin terhadap rangsangan berbeda-beda, rangsangan
yang paling kuat adalah rangsangan terhadap sel-sel meristem apikal batang
dan koleoptil. Pada kadar yang sangat tinggi, auksin lebih bersifat
menghambat daripada merangsang pertumbuhan. Pengaruh auksin terhadap
perkembangan sel menunjukkan adanya indikasi bahwa auksin dapat
menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan sintesa protein, meningkatkan
permeabilitas sel terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang kemudian
diikuti menurunnya tekanan dinding sel sehingga air dapat masuk ke dalam
sel yang disertai dengan kenaikan volume sel. Dengan adanya kenaikkan
sintesa protein, maka dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam
pertumbuhan (Hendaryono, 1994).
Auksin yang terlibat dalam banyak peraturan terutama yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman proses pada
tanaman. Fungsi auksin dalam transmisi isyarat lingkungan seperti cahaya
dan gravitasi, regulasi percabangan proses dalam tunas dan akar, karena
mereka menemukan lebih baru-baru ini, pola diferensiasi sel-sel di meristem
dan organ dewasa. Hal ini tentu sinyal spasial dan temporal serbaguna.
Auksin transportasi menghasilkan konsentrasi maksimum auksin dan
terdegradasi dalam jaringan yang berperan dalam regulasi beragam proses
perkembangan berbagai tanaman, termasuk embriogenesis, organogenesis
pembentukan, jaringan pembuluh darah dan tropisme. Mekanisme transport
auksin hanya signal molecule sebagian besar mendasari plastisitas yang luar
biasa dari perkembangan tanaman danmpertumbuhan yang memungkinkan
arsitektur untuk berubah sesuai dengan lingkungan (Yong, 2009).
Hormon 2,4 D dan NAA adalah hormon sintetik yang dibuat oleh ahli
kimia dan mampu menyebabkan respon fisiologis seperti AIA sehingga
menyebabkan pertambahan panjang pada jaringan akar dan batang. Kedua
hormon tersebut juga memiliki sebuah gugus karboksil yang menempel pada
gugus lain yang mengandung karbon dan akhirnya akan berhubungan dengan
cincin aromatik. Hormon NAA lebih mirip dengan hormon AIA yaitu
memiliki dua cincin aromatik sedangkan hormon 2,4 D hanya memiliki satu
cincin aromatik (Loveless, 1991).

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Manipulasi : Jenis hormon


2. Variabel Kontrol : Jenis kecambah, umur kecambah, ukuran akar
dan koleoptil, jenis kontrol, volume larutan
hormon dan kontol, konsentrasi larutan, waktu
penyimpanan.
3. Variabel Respon : Perubahan pemanjangan jaringan akar dan batang
kecambah jagung

3
F. Definisi Operasional Variabel
Pada percobaan pengaruh hormon terhadap pemanjang jaringan variabel
kontrol, yaitu jenis hormon yang mempengaruhi pemanjangan jaringan akar
dan koleoptil. Variabel kontrol, yaitu jenis kecambah yang digunakan adalah
kecambah jagung dengan umur kecambah yang sudah ditanam selama ± 5
hari, lalu ukuran akar dan batang yang digunakan dibuat potongan koleoptil
dan akar dengan panjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari kotiledon
sehingga menghasilkan ukuran yang sama panjang pada semua koleoptil dan
akar. Jenis kontrol yang digunakan adalah aquades untuk membedakan
dengan akar dan koleoptil yang direndam pada larutan hormon, konsentrasi
larutan hormon yang digunakan adalah 1 ppm dengan volume sebanyak
10mL pada setiap larutan hormon. Waktu penyimpanan adalah 48 jam (2
hari). Variabel respon yang didaptkan adalah perubahan pemanjang jaringan
akar dan koleoptil kecambanh jagung (Zea mays).

G. Alat dan Bahan

Alat :

 Gelas plastik 6 buah


 Silet 1 buah
 Penggaris 1 buah

Bahan :

 Kecambah jagung (umur 5 hari) Secukupnya


 Air suling 10mL
 Larutan AIA 1ppm 10mL
 Larutan 2,4D 1ppm 10mL
 Larutan Naa 1ppm 10mL

4
H. Rancangan Percobaan

Disediakan potongan Diisi cawan petri Direndam


koleoptil, akar dengan larutan potongan jaringan
primer (5 AIA, 2,4 D, NAA, akar dan batang,
potongan). dan aquades 1 biarkan sampai 48
ppm, 10 ml. jam.

Buat histogram Buatlah tabel Lakukanlah


hubungan hormon hasil pengamatan pengukuran
dan pertambahan untuk merekam kembali terhadap
data. potongan jaringan
panjang jaringan.
tersebut.

I. Langkah Kerja

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan


2. Menyediakan potongan koleoptil dan akar primer untuk tiap-tiap
perlakuan sebanyak 5 potongan.
3. Mengisi cawan petri dengan larutan AIA 1 ppm sebanyak 10ml,
kemudian rendam potongan jaringan tersebut (akar dan batang),
lakukan hal yang sama untuk larutan yang 2,4 D; NAA dan air suling.
Tutup cawan petri dan biarkan sampai 48jam.
4. Melakukan pengukuran kembali terhadap potongan-potongan jaringan
tersebut.
5. Membuat tabel hasil pengamatan untuk merekan data.

5
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Pengaruh Hormon terhadap Perubahan Panjang Jaringan Koleoptil

Jaringan Koleotil Jaringan Radikula


Panjang Panjang Pertambaha Panjang Panjang Pertambahan
Perlakua Awal akhir n Panjang awal Akhir Panjang
n (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
5 5
Larutan 5 5
AIA 5 5
5 5
5 5
Rata-rata Rata-rata
5 5
5 5
Larutan 5 5
2,4 D 5 5
5 5
Rata-rata Rata-rata
5 5
5 5
Larutan 5 5
NAA 5 5
5 5
Rata-rata Rata-rata
5 5
Larutan 5 5
aquades 5 5
5 5
5 5
Rata-rata Rata-rata
dan Akar

K. Rencana Analisis Data

6
1. Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormon tumbuh terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang. Samakah pengaruhnya?
Kemukakan teori pendukung yang dapat menjelaskan terjadinya gejala-
gejala tersebut.
Jawaban : Penggunaan berbagai macam hormon tumbuh memiliki
pengaruh yang sama pada tumbuhan yaitu pemanjangan
jaringan. Hormon tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuh adalah hormon IAA dan terdapat
senyawa sintetik lainnya yang serupa dengan senyawa IAA
dan mempengaruhi pemanjangan jaringan yaitu hormon
NAA, 2,4 D dan sintetis lainnya. Semua hormon tersebut
mempunyai struktur kimia yang sama dengan auksin yaitu
berupa senyawa berbentuk cincin aromatik tetapi
mengandung ikatan lain yang berbeda. Pada 2,4 D terikat
unsur Cl disamping terikat gugus asetat. NAA lebih mirip
dengan IAA yaitu memiliki 2 cincin aromatik sedangkan 2,4
D hanya memiliki satu cincin aromatik.

L. Hasil Analisis Data

Tabel 1. Pengaruh Hormon terhadap Perubahan Panjang Jaringan Koleoptil

Jaringan Koleotil Jaringan Radikula


Panjang Panjan Pertambahan Panjang Panjang Pertambahan
Perlakua Awal g akhir Panjang awal Akhir Panjang
n (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
5 5 0 5 5 0
5 5 0 5 5 0
5 6 1 5 5 0
Larutan
5 6 1 5 5 0
AIA 5 5 0 5 5 0
Rata-rata 0,2 Rata-rata 0
5 5 0 5 5 0
5 5 0 5 5 0
5 5 0 5 6 1
Larutan 5 5 0 5 6 1
2,4 D 5 6 1 5 6 1
Rata-rata 0,2 Rata-rata 0,6
Jaringan Koleotil Jaringan Radikula
Panjang Panjan Pertambahan Panjang Panjang Pertambahan
Perlakua Awal g akhir Panjang Awal akhir Panjang
n (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

7
Jaringan Koleotil Jaringan Radikula
Panjang Panjan Pertambahan Panjang Panjang Pertambahan
Perlakua Awal g akhir Panjang awal Akhir Panjang
n (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
5 7 2 5 5 0
5 6 1 5 6 1
5 6 1 5 6 1
Larutan 5 6 1 5 6 1
NAA 5 5 0 5 6 1
Rata-rata 1 Rata-rata 0,8
5 6 1 5 5 0
5 5 0 5 5 0
5 5 0 5 5 0
Larutan
5 5 0 5 5 0
aquades 5 5 0 5 5 0
Rata-rata 0,2 Rata-rata 0
Rata - rata pertumbuhan panjang (mm)

1.2

1
1

0.8
0.8

0.6
0.6

0.4

0.2 0.2 0.2


0.2

0 0
0

Perlakuan

Gambar 1. Grafik Pengaruh Pemberian Beberapa Hormon Tumbuh Terhadap

Pertambahan Pemanjangan Jaringan Jagung (Zea mays)

1. Analisis Data
Berdasarkan tabel hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan
hasil pertambahan panjang rata-rata jaringan koleoptil dengan jenis
hormon AIA 0,2 mm; hormon 2,4D 0,2 mm; hormon NAA 1 mm; dan
akuades 0,2 mm, sedangkan pertambahan panjang rata-rata jaringan akar
dengan jenis hormon AIA 0 mm; hormon 2,4D 0,6 mm; hormon NAA
0,8 mm; dan akuades 0 mm.
2. Pembahasan

8
Berdasarkan percobaan pengaruh hormon terhadap pemanjangan
jaringan koleoptil dan akar pada kecambah jagung (Zea mays). Bertujuan
untuk membandingkan pengaruh berbagai hormon tumbuh terhadap
pemanjangan jaringan koleoptil dan akar (Zea mays). Hormon yang
mempengaruhi pertambahan jaringan pada kedua jaringan kecambah
jagung (koleoptil dan akar) adalah hormon AIA. Hal ini dikarenakan
hormon AIA (auksin) berfungsi dalam pengembangan sel-sel yang ada di
daerah belakang meristem. Sel-sel tersebut menjadi memanjang dan
banyak berisi air sehingga tekanan dinding sel berkurang yang
mengakibatkan protoplas mendapat kesempatan untuk meresap air dari
sel-sel yang ada di bawahnya dikarenakan sel-sel yang terdapat di dekat
titik tumbuh mempunyai nilai osmosis yang tinggi. Oleh karena itu,
didapatkan sel yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah
belakang titik tumbuh (Dwidjoseputro, 1982). Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa hormon AIA hanya
mempengaruhi pertambahan panjang pada jaringan koleoptil dengan rata-
rara 0,2 mm , sedangkan 0 mm pada jaringan akar.
Pada percobaan perendaman di dalam larutan hormon 2,4 D
didapatkan hasil pertambahan panjang jaringan akar yang lebih panjang
dibandingkan dengan pertambahan panjang jaringan koleoptil.
Seharusnya larutan hormon 2,4 D adalah zat pengatur tumbuh yang
strukturnya mirip hormon auksin atau AIA. Hormon auksin atau AIA
banyak diproduksi di bagian koleoptil tanaman. Pada koleoptil terdapat
hormon AIA oksidase dan enzim lainnya sehingga saat direndam di dalam
larutan hormon 2,4 D, AIA oksidase tidak dapat merusak larutan hormon
2,4 D akibat strukturnya sedikit berbeda. Oleh karena itu seharusnya,
larutan hormon 2,4 D akan merangsang pemanjangan jaringan batang
(koleoptil) kecambah jagung (Kusumo, 1989). Pada jaringan akar,
pemberian larutan hormon 2,4 D dan air suling pertambahan panjangnya
bernilai rendah dikarenakan pada konsentrasi tertentu larutan hormon
tersebut dapat menghambat pertumbuhan jaringan akar. Selain itu,
dikarenakan larutan hormon 2,4 D merupakan senyawa sintesis auksin
(AIA) yang menunjukkan struktur sedikit berbeda dengan auksin alami
sehingga larutan hormon 2,4 D tidak dirusak oleh AIA oksidase yang
tidak terdapat pada akar (Kusumo, 1989).
Larutan hormon NAA adalah senyawa sintetik yang strukturnya
berbeda dari auksin alami dan mengandung sebuah gugus karboksil yang
menempel pada gugus lain yang mengandung karbon, sehingga
pertambahan panjangnya sedikit lambat daripada pertambahan panjang
pada larutan hormon AIA dan 2,4 D (Kusumo, 1989). Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil perendaman larutan

9
NAA lebih tinggi dibandingkan larutan AIA hal ini disebabkan adanya
kesalahan saat melakukan percobaan.
Pertambahan panjang jaringan batang (koleoptil) kecambah jagung
yang direndam pada air suling dipengaruhi oleh proses osmosis. Proses
osmosis terjadi karena PO dan PA air suling lebih tinggi daripada PO dan
PA jaringan sehingga air berpindah ke dalam jaringan akar kecambah
jagung yang menyebabkan terjadinya pertambahan panjang pada jaringan
tersebut (Dwidjoseputro, 1982). Selain itu juga masih danya kinerja enzim
yang mendorong terjadinya pertambahan panjang jaringan. Oleh karena
itu pada perlakuan air suling selisih batang lebih tinggi dibandingkan
dengan akar.

M. Kesimpulan

Hormon NAA, AIA, dan 2,4 D berpengaruh dalam pertumbuhan panjang


jaringan koleoptil dan jaringan radikula. Pertambahan panjang jaringan
tertinggi terdapat pada hormon NAA jaringan koleoptil sebesar 1 mm dan
jaringan radikula sebesar 0,8 mm. Pertambahan panjang jaringan terendah
terdapat pada akuades yaitu jaringan koleoptil sebesar 0,2 mm dan jaringan
radikula 0 mm.

Daftar Pustaka

Campbell, Neil A.; Jane B. Reece and Lawrence G.Mitchell. 2012.


Biologi Jilid 2 edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Dwidjoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT
Gramedia.
Hendaryono, D.P dan A. Wijayani. 1994. Tehnik Kultur Jaringan:
Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara
Vegetatif-modern. Yogyakarta: Kanisius.
Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah
Tropik. Jakarta : Erlangga.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2019. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi
Tumbuhan. Surabaya: Jurusan Biologi-FMIPA Unesa.
Salisbury, Frank B dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid
3. Bandung : ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Yong, Jean W. H. 2009. The Chemical Composition and Biological
Properties of Coconut (Cocos nucifera L.) Water Molecules, 14,
5144-5164; doi:10.3390/molecules14125144.

10

Anda mungkin juga menyukai