Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Pengaruh Hormon Terhadap Pemanjangan Jaringan

Oleh
Nilam Cahya Ningrum 17030244048

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2018
A. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh berbagai hormon terhadap pemanjangan jaringan
akar dan batang?

B. TUJUAN PERCOBAAN
Membandingkan pengaruh berbagai hormon terhadap pemanjangan
jaringan akar dan batang.

C. HIPOTESIS
H1 : Terdapat pengaruh pemberian berbagai hormon terhadap pemanjangan
jaringan akar dan batang.
H0 : Tidak terdapat pengaruh pemberian berbagai hormon terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang.

D. KAJIAN PUSTAKA
Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan
tidak lepas dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut
hormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi
fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga
dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli
berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar,
misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar
sistem individu). Para ilmuwan sendiri lebih sering menggunakan istilah
zat pengatur tumbuh atau plant growth regulator. Hormon juga dapat
didefinisikan sebagai senyawa non hara, disintesis oleh tumbuhan di suatu
bagian tumbuhan tertentu, lalu ditransport atau diedarkan ke seluruh
bagian tubuh tumbuhan tenpat hormone tersebut dibutuhkan. Tidak hanya
satu jenis hormone saja yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan
tetapi banyak jenis hormon lain yang berperan dalam pertumbuhan
(Sasmita, 1996).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik
dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu
terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai
tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi
(Soewardiati, 1991).
Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian
dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap
fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian
dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki
pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur
tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan
meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa
biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi
etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman.
Hormon-hormon tersebut antara lain auksin, giberelin, sitokinin dan asam
abisat (Sallisbury, 1995).

1. Auksin
Istilah auksin ( dari bahasa Yunani auxien, “meningkatkan” )
pertama kali digunakan oleh Frits Went,seorang mahasiswa
pascasarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang menemukan
bahwa suatu senyawa yang belum dapat diketahui mungkin
menyebabkan pembengkokan ini, yang disebut fototropisme. Senyawa
yang ditemukan Went didapati cukup banyak di ujung koleoptil dan
menunjukkan upaya Went untuk menjelaskan hal tersebut. Hal penting
yang ingin diperlihatkan bahwa bahan tersebut berdifusi dari ujung
koleoptil menuju ptongan kecil agar. Aktivitas auksin dilacak melalui
pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan
pada sisi yang ditempeli potongan agar (Sallisbury, 1995).
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam
indolasetat (IAA) dan beberapa ahli fifiologi masih menyamakan IAA
dengan auksin. Namun, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang
srukturnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang
sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai
hormon auksin. Salah satunya adalah asam 4- kloroindolasetat (4-
kloroIAA) yang ditemukan pada biji muda berbagai jenis kacang-
kacangan. Yang lainnya asam fenilasetat (PAA) ditemui pada banyak
jenis tumbuhan dan sering lebih banyak jumlahnya daripada IAA,
walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon khas IAA
(Wightman dan Lighty, 1982; Leuba dan Le Torneau, 1990). Yang
ketiga asam indobutirat (IBA) yang ditemukan belakangan semula
diduga hanya merupakan auksin tiruan yang aktif namun ternyata
ditemukan daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil sehingga
barangkali zat tersebut tersebar luas pada dunia tumbuhan (Sallisbury,
1995).
Secara kimia, IAA mirip dengan asam amino triptofan dan
barangkali memang disintesis dari triptofan. Ada dua mekanisme
sintesis yang dikenal dan keduanya meliputi pengusiran gugus asam
amino dan gugus karboksil – akhir dari cincin samping triptofan. Ada
dua proses lain untuk menyingkirkan IAA yang bersifat merusak. Yang
pertama meliputi oksidasi dengan O2 dan hilangnya gugus karboksil
sebagai CO2 hasilnya bermacam-macam tapi biasanya yang utama
adalah 3-metilenoksindol. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah
IAA oksidase. Terdapat beberapa isozim bagi IAA oksidase, dan
semuanya atau hampir semuanya sama dengan peroksidase yang
berperan dalam lignin (Sallisbury, 1995).
2. Giberelin
Giberelin ditemukan pertama kali di jepang saat mempelajari
tumbuhan padi yang tumbuh tinggi secara tidak wajar. Saat ini lebih
dari 60 jenis giberelin telah diidentifikasi dari berbagai jamur dan
tumbuhan, tetapi tidak satu pun yang mengandung lebih dari 15
macam giberelin dalam satu individu, bahkan beberapa spesies hanya
mengandung beberapa macam giberelin saja. Giberelin diasa disingkat
GA, untuk membedakan antara giberelin satu dengan yang lainnya
digunakan tanda GA1, GA2, GA3 dan seterusnya. Diantara semua jenis
hormone giberelin yang ditemukan, hormone giberelin GA3 merupakan
yang paling banyak digunkana dibandingkan hormone giberelin yang
lain (Sallisbury, 1995).
3. Sitokinin
Sitokinin yang paling banyak dideteksi dan secara fisiologi paling
aktif pada berbagai tumbuhan yaitu zeatin, dihidrozeati dan isopentenil
adenine. Zeatin ribose merupakan sitokinin yang paling banyak
dijumpai pada tumbuhan. Sitokinin jugan dijumpai pada lumut,
diatomae, ganggang coklat dan ganggang merah. Fungsi utama
sitokinin adalah merangsang pembelahan sel (Sallisbury, 1995).

Penggunaan hormon atau zat tumbuh untuk mengatur pertumbuhan


telah dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Seperti menghambat
pertunasan pada umbi-umbian, memacu pertumbuhan akar pada proses
setek, memepertahankan buah agar tidak lekas gugur atau masak dengan
menggunakan hormon auksin serta memperbanyak tumbuhan dengan
teknik kultur jaringan dengan menggunakan kombinasi hormone auksi dan
sitokinin pada medium penumbuhan (Soerodikosoemo, 1993).

E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel kontrol : Panjang koleoptil batang dan panjang koleoptil
akar primer jagung.
Variabel manipulasi : jenis larutan (larutan AIA; larutan 2,4 D; larutan
NAA, air suling).
Variabel respon : Penambahan panjang koleoptil batang dan
koleoptil akar primer jagung.
F. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Dalam praktikum kali ini, variabel kontrolnya ialah panjang
koleoptil batang dan panjang koleoptil akar primer pada jagung yaitu
sepanjang 5 mm yang diukur 2 mm dari kotiledon.
Variabel manipulasi yang digunakan yaitu jenis larutan meliputi
larutan AIA; laritan 2,4 D; larutan NAA, dan air suling
Yang kemudian dihasilkan variabel respon yaitu penambahan
panjang koleoptil batang dan panjang koleoptil akar primer jagung melalui
metode perhitungan pada tabel kemudian dibuat grafik.

G. ALAT DAN BAHAN


- Kecambah jagung umur 5 hari. Dibuat potongan koleoptil batang dan
akar primer dengan panjang 5 mm diukur pada jarak 2 mm dari
kotiledon. (20 biji jagung, 20 koleoptil akar, 20 koleoptil batang)
- Larutan AIA 10 ml
- Larutan 2,4 D 10 ml
- Larutan NAA 10 ml
- Air suling 10 ml
- Cawan petri 4 buah
- Silet tajam 1 buah
- Penggaris 1 buah
H. RANCANGAN PERCOBAAN

5 potongan koleoptil
akar dan 5 potongan
koleoptil batang

- Rendam dalam cawan petri yang berisi larutan AIA 10 ml.


- Tutup cawan petri dan biarkan sampai 48 jam.
- Lakukan pengukuran kembali terhadap potongan-
potongan jaringan tersebut.

Hasil

5 potongan koleoptil
akar dan 5 potongan
koleoptil batang

- Rendam dalam cawan petri yang berisi larutan 2,4 D 10


ml.
- Tutup cawan petri dan biarkan sampai 48 jam.
- Lakukan pengukuran kembali terhadap potongan-
potongan jaringan tersebut.

Hasil
5 potongan koleoptil
akar dan 5 potongan
koleoptil batang

- Rendam dalam cawan petri yang berisi larutan NAA 10


ml.
- Tutup cawan petri dan biarkan sampai 48 jam.
- Lakukan pengukuran kembali terhadap potongan-
potongan jaringan tersebut.

Hasil

5 potongan koleoptil
akar dan 5 potongan
koleoptil batang

- Rendam dalam cawan petri yang berisi air suling 10 ml.


- Tutup cawan petri dan biarkan sampai 48 jam.
- Lakukan pengukuran kembali terhadap potongan-
potongan jaringan tersebut.

Hasil
I. LANGKAH KERJA
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Sediakan potongan koleoptil batang dan koleoptil akar primer untuk
tiap tiap perlakuan sebanyak 5 potongan.
3. Isi cawan petri dengan larutan AIA 1 ppm sebanyak 10 ml, kemudian
rendam potongan jaringan tersebut (akar dan batang), lakukan hal yang
sama untuklarutan yang 2,4 D; NAA dan air suling. Tutup cawan petri
dan biarkan sampai 48 jam.
4. Lakukan pengukuran kembali terhadap potongan-potongan jaringan
tersebut.
5. Buatlah tabel hasil pengamatan untuk merekam data anda.
6. Buatlah histogram yang menyatakan hubungan antara macam hormon
terhadap pertambahan panjang jaringan akar dan batang.
J. RANCANGAN TABEL PENGAMATAN
Tabel 1. Pertambahan panjang jaringan akar dan batang pada jagung (Zea
mays)

Panjang Koleoptil (Cm)


Perlakuan
A0 B0 A1 B1
AIA 5 5 6 5,2
NAA 5 5 5,8 5,2
2,4 D 5 5 5,8 5,8
Kontrol 5 5 6,4 6,6
Keterangan :
A = Koleoptil akar
B= Koleoptil batang

Gambar 1. Grafik pertambahan panjang jaringan akar dan batang pada


jagung (Zea mays)
7

4
Koleoptil Akar
3 Koleoptil Batang

0
AIA NAA 2,4 D Kontrol
K. RENCANA ANALISIS DATA
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dan grafik pada percobaaan
diatas dapat diperoleh hasil bahwa hormon dapat mempengaruhi
pemanjangan jaringan akar dan batang tumbuhan jagung, yang besarnya
dapat dilihat dari nilai rata-rata pertambahan panjang jaringan setelah
dilakukan perendaman selama 48 jam.

AKAR
Pada perendaman akar yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm dari
kotiledon diperoleh hasil, pada larutan AIA perendaman yang dilakukan
pada 5 buah akar mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 6 cm.
Pada perendaman akar yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm dari
kotiledon diperoleh hasil, pada larutan NAA perendaman yang dilakukan
pada 5 buah akar mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 5,8
cm.
Pada perendaman akar yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm dari
kotiledon diperoleh hasil, pada larutan 2,4 D perendaman yang dilakukan
pada 5 buah akar mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 5,8
cm.
Pada perendaman akar yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm dari
kotiledon diperoleh hasil, pada air suling perendaman yang dilakukan pada
5 buah akar mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 6,4 cm

BATANG
Pada perendaman batang yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm
dari kotiledon diperoleh hasil, pada larutan AIA perendaman yang
dilakukan pada 5 buah batang mengalami pertambahan panjang dengan
rata-rata 5,2 cm.
Pada perendaman batang yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm
dari kotiledon diperoleh hasil, pada larutan NAA perendaman yang
dilakukan pada 5 buah batang mengalami pertambahan panjang dengan
rata-rata 5,2 cm.
Pada perendaman batang yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm
dari kotiledon diperoleh hasil, pada larutan 2,4 D perendaman yang
dilakukan pada 5 buah batang mengalami pertambahan panjang dengan
rata-rata 5,8 cm.
Pada perendaman batang yang dipotong 5 mm yang diukur 2 mm
dari kotiledon diperoleh hasil, pada air suling perendaman yang dilakukan
pada 5 buah batang mengalami pertambahan panjang dengan rata-rata 6,6
cm.

L. HASIL ANALISIS DATA


Pada praktikum kami menggunakan jaringan akar dan batang dari
kecambah jagung yang berumur 5 hari dan dipotong 5 mm dari kotiledon
yang direndam selama 2 hari dengan menggunakan hormon AIA, 2,4 D,
NAA, dan air suling. Berdasarkan analisis data diperoleh bahwa macam
hormon dapat mempengaruhi pemanjangan akar dan batang. Besar
kecilnya tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata pertambahan panjang
jaringan pada masing-masing rendaman. Dari keempat rendaman yang
menggunakan AIA, NAA, 2,4 D dan air suling nilai rata-rata pertambahan
panjang untuk akar berturut-turut adalah 6 cm, 5,8 cm, 5,8 cm, dan 6,4 cm.
Sedangkan pertambahan panjang untuk batang rata-rata adalah 5,2 cm, 5,2
cm, 5,8 cm, dan 6,6 cm.

Hal yang seharusnya terjadi ialah hormon yang paling besar


pengaruhnya terhadap pertambahan panjang batang maupun akar adalah
AIA dan secara berurutan 2,4 D, NAA dan air suling. Namun, pada
praktikum kali ini kami membuat kesalahan sehingga hasil yang terjadi
tidak sesuai teori. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi ialah : gelas
ukur yang dipakai bergantian sehingga menyebabkan tiap larutan menjadi
bercampur saat tertuang dalam cawan petri, kurang telitinya praktikan
dalam mengambil larutan, kurang teliti dalam menghitung panjang
jaringan.

AIA
Pada akar dan batang yang diberi hormon AIA menunjukkan
pertumbuhan yang lebih besar karena AIA adalah hormon auksin alami
yang dihasilkan dipucuk dan juga pada batang, aktivitas auksin, Menurut
(Koeffli, Thimann dan went 1966), aktivitas AIA ditentukan oleh (a)
adanya struktur cincin yang tidak jenuh, (b) adanya rantai keasaman (acid
chain). (c) pemisahan karboksil grup (-COOH) dari struktur cincin. (d)
adanya pengaturan ruangan antara struktur cincin dengan rantai keasaman.
Persyaratan diatas merupakan faktor yang menentukan terhadap
aktivitas AIA. Tentang sifat dari rantai keasaman, (Koeffli 1966)
menerangkan bahwa posisi dan panjang rantai keasaman, berpengaruh
terhadap aktivitas AIA. Rantai yang mempunyai karboksil grup dipisahkan
oleh karbon atau karbon dan oksigen akan memberikan aktivitas yang
normal dan akan berjalan optimum jika 4 hal diatas terpenuhi. Arti AIA
bagi fisiologi tanaman. AIA sebagai salah satu hormon tumbuh bagi
tanaman mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon tumbuh ini berpengaruh
terhadap : a. Pengembangan sel, b. Phototropisme, c. Geotropisme Apical
dominasie, d. Pertumbuhan akar (root initiation), e. Parthenocarpyg
abisissionh.
Pengembangan sel dari hasil studi tentang pengaruh AIA terhadap
perkembangan sel, menunjukan bahwa terdapat indikasi yaitu AIA dapat
menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,
menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan
sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel.
Dalam hubungannya dengan permeabilitas sel, kehadiran auksin
meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel. Hal inilah yang
menyebabkan pertambahan panjang pada batang dan akar lebih besar.
NAA dan 2,4 D

NAA dan 2,4 D merupakan hormon sintetik yang dibuat oleh ahli
kimia dan mampu menyebabkan respon fisiologis seperti AIA sehingga
menyebabkan pertambahan panjang pada akar dan batang. Kedua hormon
tersebut juga memiliki sebuah gugus karboksil yang menempel pada gugus
lain yang mengandung karbon dan akhirnya akan berhubungan dengan
cincin aromatik. NAA lebih mirip dengan AIA yaitu memiliki 2 cincin
aromatik sedangkan 2,4 D hanya memiliki satu cincin aromatik.

Air suling

Jaringan akar (radikula) dan batang (koleoptil) yang direndam air


suling mempunyai nilai pertambahan panjang rata-rata paling rendah. Hal
itu disebabkan karena air suling bukan merupakan hormon pertumbuhan
yang menyebabkan pengenduran dinding sel sehingga pertambahan
panjang jaringan hanya disebabkan oleh peristiwa osmosis yang akan
berhenti jika CIS dan CES dalam keadaan seimbang dan dinding akan
menegang sehingga pertambahan jaringan rendah batang (koleoptil).
M. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa pemberian hormon mempengaruhi panjang jaringan
koleoptil batang dan koleoptil akar primer jagung. Pada perendaman
jaringan koleoptil akar primer larutan AIA adalah 6 cm, sedangkan pada
perendaman jaringan koleoptil batang batang larutan AIA adalah 5,2 cm.
Pada perendaman jaringan koleoptil akar primer larutan 2,4 D adalah 5,8
cm, sedangkan pada perendaman jaringan koleoptil batang batang larutan
2,4 D adalah 5,8 cm. Pada perendaman jaringan koleoptil akar primer
larutan NAA adalah 5,8 cm, sedangkan pada perendaman jaringan
koleoptil batang batang larutan NAA adalah 5,2 cm. Pada perendaman
jaringan koleoptil akar primer dalam air suling adalah 6,4 cm, sedangkan
pada perendaman jaringan koleoptil batang batang dalam air suling adalah
6,6 cm. Pada perendaman jaringan koleoptil akar dalam larutan AIA, dapat
memicu lebih cepat jika dibandingkan dengan hormone 2,4 D dan NAA.
Sedangkan pada perendaman koleoptil batang di larutan 2,4 D lebih cepat
jika dibandingkan dengan hormone AIA dan NAA.
DISKUSI

Jelaskan bagaimana pengaruh berbagai macam hormon tumbuh terhadap


pemanjangan jaringan akar dan batang? Samakah pengaruhnya?
Kemukakan teori pendukung yang dapat menjelaskan terjadinya gejala-
gejala tersebut?

JAWAB :
Penggunaan berbagai macam hormon tumbuh memilki pengaruh yang
sama pada tumbuhan yaitu pemanjangan jaringan. Hormon tumbuh yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tumbuh adalah hormon AIA dan terdapat senyawa sintetik lainnya yang
serupa dengan senyawa AIA dan mempengaruhi pemanjangan jaringan
yaitu hormone NAA; 2,4 D dan sintetis lainnya. Semua hormon tersebut
mempunyai struktur kimia yang sama dengan auksin yaitu berupa senyawa
berbentukcincin aromatik tetapi mengandung ikatan lain yang berbeda.
Pada 2,4 D terikat unsure Cl disamping terikat gugus asetat. NAA lebih
mirip dengan AIA yaitu memiliki 2 cincin aromatik sedangkan 2,4 D
hanya memiliki satu cincin aromatik.
N. DAFTAR PUSTAKA

Sasmita Mihardja, Dradjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung ITB.

Sallisbury, Frank B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB

Soerodikosoemo, Wibisono dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.


Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soewardiati. 1991. Biologi Umum. Surabaya : Unipress IKIP Surabaya.


LAMPIRAN

Larutan AIA Larutan 2,4 D

Larutan NAA Air suling

Kecambah jagung umur 5 hari

Anda mungkin juga menyukai