Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pacet adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Trawas di
sebelah timur, Kecamatan Kutorejo di sebelah utara, Kecamatan Gondang di
sebelah barat, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu. Wilayah Pacet berada di kaki dan lereng Gunung
Welirang dan Gunung Penanggungan dengan ketinggian rata-rata 600 meter di
atas permukaan laut. Hal tersebut menempatkan Pacet sebagai salah satu
daerah wisata yang diperhitungkan di Jawa Timur. Pemandian air panas, kolam
renang, dan arung jeram dapat ditemukan di daerah ini. Air terjun dan wana
wisata merupakan pilihan lain bagi penikmat panorama alam yang sejuk dan
bebas polusi. Pacet banyak menarik wisatawan karena memiliki pesona wisata
alam yang sangat indah dan menawan. Hal ini menyebabkan banyak
dibangunnya villa-villa yang digunakan untuk penginapan bagi para
wisatawan. Pembangunan villa ini tentu berdampak pula bagi resapan air, salah
satunya di sumber mata air Djoebel Pacet, Mojokerto.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, khawatir terhadap maraknya
rumah hunian atau vila yang tidak terdaftar resmi sebagai usaha penginapan.
Apalagi, jumlahnya kini hampir menyamai hotel dan vila resmi. Vila dan
rumah hunian liar tersebut kebanyakan berdiri di dekat objek wisata dengan
bentuk hampir mirip dengan rumah biasa. Sehingga tawaran harga jauh lebih
murah dari hunian resmi. Kondisi ini yang mampu merusak persaingan pasar
penginapan dan hotel. Tidak hanya itu, keberadaan vila liar juga dinilai banyak
merugikan daerah resapan air.
Sumber mata air Djoebel memasok air di PDAM Djoebel Tirta Mojokerto.
Dengan adanya pembangunan penginapan tersebut akan berpengaruh pada
daerah resapan air yang nantinya akan berpengaruh pula pada tingkat kualitas
air. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas air yaitu
keanekaragaman plankton yang hidup di suatu perairan (Sudiana, 2005).
Tinggi rendahnya tingkat kenaekaragaman plankton di suatu perairan
dipengaruhi adanya beberapa faktor fisika-kimia antara lain DO, BOD, CO2,
pH, suhu, kecepatan arus dan kecerahan.
Plankton dijadikan sebagai indikator kualitas air karena mampu
menunjukkan tingkat ketidakstabilan ekologi dan mengevaluasi berbagai
bentuk pencemaran. Dampak dari proses pembangunan villa ini adalah
penurunan kemampuan tanah untuk meresap air yang nantinya akan
berdampak pula pada penurunan kualitas air.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kualitas air di sumber mata air Djoebel, Pacet, Mojokerto?
2. Bagaimana keanekaragaman plankton di sumber mata air Djoebel, Pacet,
Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kualitas air di sumber mata air Djoebel, Pacet, Mojokerto.
2. Menghitung dan mengetahui indeks keanekaragaman plankton di sumber
mata air Djoebel, Pacet, Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa terkait
kualitas air di sumber mata air Djoebel Pacet Mojokerto dan plankton yang
hidup didalamnya.
2. Menginformasikan kepada masyarakat sekitar tentang kualitas air di
sumber mata air Djoebel Pacet Mojokerto.

E. Batasan Penelitian
1. Sampel yang diambil yaitu plankton (fitoplankton dan zooplankton) dengan
pengambilan plankton secara metode tuang.
2. Kondisi air diukur berdasarkan parameter fisik (suhu, arus, salinitas,
kecerahan), parameter kimia (pH, DO, BOD, COD), dan parameter biologi
(indeks keanekaragaman plankton).

Anda mungkin juga menyukai