Oleh
Nilam Cahya Ningrum 17030244048
JURUSAN BIOLOGI
2018
A. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah?
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan repirasi kecambah.
C. HIPOTESIS
H1 : Terdapat pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah
H0 : Tidak terdapat pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi
kecambah
D. KAJIAN PUSTAKA
1. Ketersediaan substrat
Respirasi bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang
kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada
laju yang rendah. Tumbuhan yang kahat gula sering melakukan
respirasi lebih cepat bila gula disediakan. Bahkan laju respirasi daun
sering lebih cepat segera setelah matahari tenggelam, saat kandungan
gula tinggi dibandingkan dengan ketika matahari terbit, saat kandungan
gulanya lebih rendah. Selain itu, daun yang ternaungi atau daun bagian
bawah biasanya berespirasi lebih lambat daripada daun sebelah atas
yang terkena cahaya lebih banyak. Bila hal ini tidak terjadi, maka daun
sebelah bawah akan lebih cepat mati. Perbedaan kandungan gula akibat
tak berimbangnya laju fotosintesis mungkin yang menyebabkan laju
respirasi yang lebih rendah pada daun yang ternaungi. (Salisbury, Frank
and Ross, Cleon. 1995).
2. Suhu
Suhu optimum merupakan suhu pada saat enzim memiliki aktivitas
maksimum. Hubungan antara aktivitas enzim dengan suhu diterangkan
bahwa suhu dapat meningkatkan laju reaksi enzimatik sampai batas
tertentu. Suhu yang terlalu tinggi (jauh dari suhu optimum suatu enzim)
akan menyebabkan enzim terdenaturasi (Poedjiadi, 1994).
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan
faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat
untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10° C, namun hal ini tergantung
pada masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan
spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu
antara 5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau
35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai
menurun. Penjelasan tentang penurunan Q10 pada suhu yang tinggi ini
adalah bahwa laju penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau
periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung
dengan cepat. Difusi O2 dan CO2 juga dipercepat dengan peningkatan
suhu, tapi Q10untuk proses fisika ini hanya 1,1 ; jadi suhu tidak
mempercepat secara nyata difusi larutan lewat air. Peningkatan suhu
sampai 40°C atau lebih, laju respirasi malahan menurun, khususnya bila
tumbuhan berada pada keadaan ini dalam jangka waktu yang lama.
Nampaknya enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi
dengan cepat pada suhu yang tinggi, mencegah peningkatan metabolik
yang semestinya terjadi. Pada kecambah kacang kapri, peningkatan
suhu dari 25 menjadi 45°C mula-mula meningkatkan respirasi dengan
cepat, tapi setelah dua jam lajunya mulai berkurang. Kemungkinan
penjelasannya ialah jangka waktu dua jam sudah cukup lama untuk
merusak sebagian enzim respirasi. (Salisbury, Frank and Ross, Cleon.
1995).
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel kontrol : jenis kecambah, umur kecambah, berat kecambah,
konsentrasi NaOH, HCl dan BaCl2, tetesan PP,
waktu penyimpanan.
Variabel manipulasi : suhu
Variabel respon : kecepatan respirasi
30 ml NaOH 0,5 M
5 gram kecambah
- Bungkus dengan kain kasa dan ikat dengan seutas tali. Masing-masing
2 sampel untuk suhu ruangan dan 2 sampel untuk suhu didalam ruang
inkubator.
- Masukkan kedalam Erlenmeyer dan gantungkan bungkusan kecambah
tersebut di atas larutan NaOH dengan bantuan talinya, kemudian tutup
rapat-rapat botol tersebut dengan plastik.
- Simpanlah 2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecam bah
(kontrol) masing-masing di dalam ruang dengan suhu ruangan dan
yang lain didalam inkubator bersuhu 37° C.
- Setelah 24 jam, lakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang
dilepaskan selama respirasi kecambah.
5 ml NaOH
I. LANGKAH KERJA
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Siapkan 6 erlenmeyer kemudian isilah masing-masing dengan 30 ml
larutan NaOH 0,5 M.
3. Timbang 5 gram kecambah yang disediakan kemudian bungkus
dengan kain kasa dan ikat dengan seutas tali. Masing-masing 2 sampel
untuk suhu ruangan dan 2 sampel untuk suhu di dalam ruang
inkubator.
4. Masukkan ke dalam erlenmeyer dan gantungkan bungkusan kecambah
tersebut di atas larutan NaOH dengan bantuan talinya, kemudian tutuo
rapat-rapat botol tersebut dengan plastik.
5. Simpanlah 2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambah
(kontrol) masing-masing didalam ruang dengan suhu ruangan dan yang
lain didalam inkubator bersuhu 37° C.
6. Setelah 24 jam, lakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang
dilepaskan selama respirasi kecambah.
7. Ambil 5 ml larutan NaOH dalam botol, masukkan dalam erlenmeyer.
Kemudian tambahkan 2,5 ml BaCl2 dan tetesi dengan 2 tetes PP
sehingga larutan berwarnamerah. Selanjutnya larutan tersebut di titrasi
dengan HCl 0,5 N. titrasi dihentikan setelah warna merah tepat
menghilang.
0.15
0.1
0.05
0
Suhu Ruang Suhu Inkubator
Suhu
M. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa suhu mempengaruhi kecepatan repirasi pada kecambah. Hal ini
dapat diketahui dari nilai laju respirasi pada suhu ruang (32° C) ialah
0,18125 ml/jam, seedangkan pada suhu incubator (37° C) nilai laju
repirasinya ialah 0,1372 ml/jam.
N. DAFTAR PUSTAKA