Anda di halaman 1dari 14

A.

Rumusan masalah
Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang
hijau (Vigna radiata)?

B. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap keceptan respirasi kecambah
kacang hijau (Vigna radiata)

C. Hipotesis
Hipotesis a (Ha) : Suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi
kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
Hipotesis nol (H0) : Suhu tidak berpengaruh terhadap kecepatan
respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiata)

D. Kajian pustaka
Kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki sistem perakaran yang
bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Nodul atau
bintil akar merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara bakteri nitrogen
dengan tanaman kacang-kacangan sehingga tanaman mampu mengikat
nitrogen bebas dari udara. Makin banyak nodul akar, makin tinggi
kandungan nitrogen (N) yang diikat dari udara sehingga meningkatkan
kesuburan tanah (Rukmana, 1997). Pada kecambah terdapat beberapa
enzim yang mendukung dalam proses metabollismenya yaitu enzim
amilase. Enzim ini berfungsi untuk mendegradasi karbohidrat (pati)
menjadi monosakarida dalam proses metabolisme tubuh dan sebagai
penghasil energi dalam bentuk ATP (Mahardikaningrum, 2012).
Perkecambahan biji merupakan serangkaian proses awal yang
terjadi sebelum munculnya ujung akar dari kulit biji. Selama proses,
terdapat degradasi komponen makromolekul hasi-hasil metabolism yang
dikendalikan oleh enzim. Enzim yang dimaksud imulai dengan bantuan
enzim amilolitik, proteolitik dan lipolitik. Produk dari hasil pemecahan ini
digunakan untuk pertumbuhan biji dan perkembangannya. Agar proses
pemecahan dapat berjalan dengan baik, diperlukan suatu senyawa yang
disebut enzim. Enzim merupakan suatu senyawa organik yang dihasilkan
oleh sel hidup, berupa protein yang berfungsi sebagai katalisator (Kamil,
1982).
Menurut (Sutopo, 1993), proses perkecambahan biji merupakan
suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi
dan biokimia. Proses penumbuhan kecambah dilakukan dengan keadaan
lingkungan yang lembab sehingga berlangsungnya metabolisme sehingga
tahap perkecambahan adalah kadar air biji kacang hijau harus dinaikkan
dengan cara dilakukan perendaman atau ditempatkan pada lingkungan
yang jenuh uap air (Anggrahini, 2009). Penyerapan air pada proses
perkecambahan biji mempunyai aktivitas utama untuk mengaktifkan
makromolekul dan organel sel di dalam biji. Selama proses
perkecambahan sebagian besar enzim dalam biji menjadi aktif diantaranya
enzim α-amilase (Suarni, 2007).
Respirasi adalah suatu proses yang melibatkan terjadinya
penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2) serta
energi yang digunakan untuk mempertahankan reaksi metabolisme dan
reaksi lainnya yang terjadi di dalam jaringan. (Kitajima, 2014)
mengatakan bahwa tumbuhan memerlukan respirasi dalam hidupnya.
Respirasi ini menghasilkan energi yang diperlukan tanaman. Respirasi
juga sering dikatakan sebagai kebalikan dari fotosintesis. Hal tersebut
dikarenakan dalam fotosintesis merombak karbondioksida dan air dengan
bantuan energi matahari menghasilkan glukosa dan oksigen, sedangkan
pada respirasi merombak oksigen dan glukosa yang menghasilkan air dan
karbondioksida (Hapsari, 2016). Kebutuhan oksigen yang diperlukan pada
reaksi respirasi dapat dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan pernyataan
(Imamah, 2016), bahwa semakin tinggi suhu lingkungan maka akan
semakin cepat kerja enzim dan semakin banyak oksigen yang dibutuhkan,
begitu juga sebaliknya. Respirasi dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan suhu dan peningkatan CO2 jangka panjang, dan respon
fotosintesis terhadap CO2 yang meningkat dapat diatur secara turun karena
keterbatasan biogeokimia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah (Salisbury,
1995):
a. Ketersediaan Substrat
Respirasi bergantung pada tersedianya substrat, tumbuhan yang
kekurangan nutrisi (kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah) maka
akan melakukan respirasi pada laju yang rendah. Laju respirasi daun akan
lebih cepat saat matahari tenggelam di mana kandungan gula tinggi
dibandingkan saat matahari terbit yang kandungan gulanya rendah. Daun
bagian bawah yang ternaungi biasanya berespirasi lebih lambat dari pada
daun bagian atas yang terkena cahaya yang lebih banyak.
b. Ketersediaan Oksigen
c. Suhu
Laju respirasi menurun akibat enzim yang diperlukan untuk respirasi
mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu tinggi, sehingga
mencegah peningkatan metabolik yang seharusnya terjadi. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh (Salisbury, 1995), pada kecambah
kacang kapri, peningkatan suhu dari 25 menjadi 45oC mula-mula
meningkatkan laju respirasi dengan cepat, tetapi setelah dua jam laju
respirasinya berkurang. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena jangka
waktu dua jam sudah cukup lama untuk merusak sebagian enzim
respirasi.
d. Jenis dan Umur Tumbuhan
Pada umumnya, bakteri, fungi, dan ganggang berespirasi lebih cepat
dibandingkan dengan tumbuhan berbiji. Salah satu alasan bahwa bakteri
dan fungi mempunyai nilai laju respirasi yang jauh lebih tinggi dengan
tumbuhan karena mengandung hanya sedikit cadangan makanan dan tidak
mempunyai sel berkayu metabolik. Pucuk akar dan organ lainnya yang
mengandung sel meristimatik dengan presentase protoplasma dan protein
yang tinggi mempunyai laju respirasi yang tinggi. Pada umumnya,
terdapat hubungan yang cukup baik antara laju tumbuh beberapa jenis sel
tertentu dan laju respirasinya. Hal ini akibat berbagai faktor, seperti
penggunaan ATP, NADPH, dan NADH, baik untuk sintesis protein,
bahan dinding sel, komponen membran, dan asam nukleat, maupun untuk
penimbunan ion dan pengangkutan karbohidrat. Akibatnya, ADP,
NADP+, dan NAD+ menjadi tersedia untuk digunakan dalam respirasi.
Biji yang tidak aktif dan spora mempunyai laju respirasi yang terendah.
Perubahan tertentu di dalam protoplasma, khusunya pengeringan, akan
menghentikan metabolisme. Biji dan spora tersebut umumnya
mengandung banyak cadangan makanan. Umur tumbuhan juga
mempengaruhi respirasinya sampai derajat tertentu.
E. Variabel penelitian
1. Variabel manipulasi : suhu
2. Variabel kontrol : volume NaOH, volume BaCl2, jumlah tetes
PP, waktu penyimpanan, umur dan massa
kecambah
3. Variabel respon : kecepatan respirasi

F. Definisi operasional variabel


Variabel manipulasi pada praktikum ini yaitu suhu pada waktu
penyimpanan yang didapatkan dari perbedaan tempat penyimpanan tabung
erlenmeyer yang sudah diberi gantungan bungkusan kecambah, tabung
erlenmeyer pertama diletakkan di dalam ruangan dengan suhu 33°C dan
tabung erlenmeyer kedua diletakkan di dalam inkubator dengan suhu 37°C.
perbedaan suhu ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh suhu
terhadap proses respirasi kecambah kacang hijau. Pada praktikum ini juga
dilakukan perlakuan yang sama yaitu volume NaOH yang digunakan
sebanyak 30 mL, volume BaCl2 sebanyak 2,5 mL, konsentrasi larutan NaOH,
BaCl2, dan HCl masing-masing sebesar 0,5 M, larutan PP sebanyak 2 tetes
tiap erlenmeyer, lalu massa kecambah kacang hijau (Vigna radiata) masing-
masing 5 gram tiap Erlenmeyer dengan umur 1 hari dan waktu penyimpanan
selama 21 jam. Sebagai bentuk respon dari perlakuan ini didapatkan adanya
hasil kecepatan respirasi yang diperoleh dari volume HCl titrasi. Dari volume
tersebut dihasilkan volume NaOH terikat dan bebas, kemudian didapatkan
volume CO2 respirasi sehingga diketahui kecepatan respirasi tanaman dengan
menggunakan rumus perhitungan :
Vol. NaOH awal
a. Vol. NaOH bebas = Vol. x Vol. titrasi HCl
NaOH akhir
b. Vol. NaOH terikat CO2 = Vol. NaOH awal – Vol. NaOH bebas
Vol. NaOH terikat CO2 (perlakuan)
c. Vol. CO2 respirasi = - Vol. NaOH kontrol
2
Vol. CO2 respirasi (ml)
d. Kecepatan respirasi = waktu (24 jam)

G. Alat dan bahan


Alat :
1. Tabung Erlenmeyer 250 ml ( 6 buah )
2. Timbangan ( 1 buah )
3. Buret (beserta statif dan klem) ( 1 set )
4. Kain kasa ( secukupnya )
5. Benang ( secukupnya )
6. Plastik ( secukupnya )
7. Pipet ( 2 buah )
8. Karet ( 6 buah )
9. Spet 1 mL ( 2 buah )
10. Inkubator ( 1 buah )
Bahan :

1. Kecambah kacang hijau berumur 1 hari ( 5 gram )


2. Larutan Phenolftalin (PP) ( secukupnya )
3. Larutan NaOH 0,5 M ( 180 mL )
4. Larutan BaCl2 0,5 N ( 15 mL )
5. Larutan HCl 0,5 N ( secukupnya )

H. Rancangan percobaan

Disiapkan 6 buah Ditimbang 5 gr Dimasukkan ke


erlenmeyer kecambah, dalam erlenmeyer
dibungkus kain digantung dengan
kemudian diisi 30
kasa, dan diikat tali di atas NaOH,
ml larutan NaOH
dan tutup dengan
0,5M dengan benang.
plastik

Disimpan 2 botol
isi kecambah, 1
Diambil 5 ml Setelah 24 jam botol tanpa
NaOH dari dalam dilakukan titrasi kecambah
botol (ruangan dan
inkubator)

Ditetesi dengan Ditetesi dengan


Ditambahkan 2,5 larutan PP (2 HCl 0,5 N
ml BaCl2 tetes) sehingga dihentikan
larutan berwarna setelah warna
merah merah hilang
I. Langkah kerja
Cara Kerja :
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan
2. Siapkan 6 erlenmeyer kemudian isilah masing-masing dengan 30 ml
larutan NaOH 0,5 M
3.Timbang 5 gram kecambah yang disediakan kemudian bungkus dengan
kain kasa dan ikat dengan seutas tali. Masing-masing 2 sampel untuk
suhu ruangan dan 2 sampel untuk suhu di dalam inkubator
4. Masukkan ke dalam erlenmeyer dan gantungkan bungkusan kecambah
tersebut di atas larutan NaOH dengan bantuan talinya, kemudian tutup
rapat-rapat botol tersebut dengan plastik
5. Simpanlah 2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambah
(kontrol) masing-masing di dalam ruang dengan suhu ruangan dan
yang lain di dalam inkubator bersuhu 37° C
6. Setelah 24 jam lakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang
dilepaskan selama respirasi kecambah
7. Ambil 5 ml larutan NaOH dalam botol, masukkan dalam erlenmeyer.
Kemudian tambahkan 2,5 ml BaCl2 dan tetesi dengan 2 tetes PP
sehingga larutan berwarna merah muda. Selanjutnya larutan tersebut
dititrasi dengan HCl 0,5 M. Titrasi dihentikan setelah warna tepat
hilang

J. Rancangan tabel pengamatan


Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

Suhu Vol. HCl Vol. NaOH yang Vol. CO2 Kecepatan


titrasi tidak terikat respirasi respirasi

Ruang
(33°C)

Inkubator
(37°C)

K. Rencana analisis data


-
L. Hasil analisis data
Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

Suhu Vol. HCl titrasi Vol. NaOH Vol. Kecepatan


yang tidak CO2 respirasi
terikat respirasi
Ruang a. 0,4mL 27,6 mL 4,5 mL 0,214
(33°C) b. 0,3mL 33,2 mL mL/jam
c. 1,1mL 23,4 mL

Inkubator a. 0,4mL 27,6 mL 5,1 mL 0,242


(37°C) b. 0,5mL 27 mL mL/jam
c. 1,5mL 22,2 mL

Hasil Perhitungan

A. Suhu ruang (330 C)


1) Vol. NaOH yang terikat
Vol. NaOH awal
Vol. NaOH terikat = Vol. x Vol. titrasi HCl
NaOH akhir
30
a) A = x 0,4 = 2,4 mL
5
30
b) B = x 0,3 = 1,8 mL
5
30
c) C = x 1,1 = 6,6 mL
5

2) Vol. NaOH yang tidak terikat


Vol. NaOH tidak terikat = Vol. NaOH awal – Vol. NaOH yang terikat
a) A = 30 mL – 2,4 mL = 27,6 mL
b) B = 30 ml – 1,8 mL = 28,2 mL
c) C = 30 ml – 6,6 ml = 23,4 mL
Vol. NaOH terikat (A+B)
3) Vol. CO2 respirasi = - Vol. NaOH kontrol
2
(27,6 𝑚𝑙+28,2 𝑚𝑙)
= - 23,4 ml = 4,5 mL
2
Vol. CO2 respirasi (ml) 4,5 𝑚𝑙
4) Kecepatan respirasi = = 21 𝑗𝑎𝑚 = 0,214 mL/jam
waktu (24 jam)

B. Suhu inkubator (370C)


1) Vol. NaOH yang terikat
Vol. NaOH awal
Vol. NaOH terikat = Vol. x Vol. titrasi HCl
NaOH akhir
30
a) A = x 0,4 = 2,4 mL
5
30
b) B = x 0,5 = 3 mL
5
30
c) C = x 1,5 = 9 mL
5

2) Vol. NaOH yang tidak terikat


Vol. NaOH tidak terikat = Vol. NaOH awal – Vol. NaOH yang terikat
a) A = 30 mL – 2,4 mL = 27,6 mL
b) B = 30 mL – 3 mL = 27 mL
c) C = 30 mL – 7,8 mL = 22,2 mL
Vol. NaOH terikat (A+B)
3) Vol. CO2 respirasi = - Vol. NaOH kontrol
2
(27,6 𝑚𝑙+27 𝑚𝑙)
= - 22,2 mL = 5,1 mL
2
Vol. CO2 respirasi (ml) 5,1 𝑚𝑙
4) Kecepatan respirasi = = 21 𝑗𝑎𝑚 = 0,242 mL/jam
waktu (24 jam)

Grafik Hasil Pengamatan

Grafik Suhu Ruangan Terhadap


Kecepatan Respirasi Kecambah
0.245 0.242
Kecepatan Respirasi (mL/Jam)

0.24

0.235

0.23

0.225
Ruang
0.22 Inkubator
0.214
0.215

0.21

0.205

0.2
Ruang Inkubator

Gambar I. Diagram Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi


Kecambah
Analisis Data
Pada uji ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna pada
larutan yang digunakan sebagai indikator kecepatan respirasi. Berdasarkan
tabel percobaan di atas, diketahui terdapat pengaruh perbedaan suhu
terhadap kecepatan respirasi pada kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan volume HCl yang dibutuhkan
tiap-tiap tabung erlenmeyer yang berisi NaOH 5 mL. Berdasarkan tabel 1,
pada suhu ruang 330 C dibutuhkan HCl sebanyak 0,4 mL untuk tabung
erlenmeyer a dan 0,,3 mL untuk tabung erlenmeyer b agar warna NaOH
menjadi hilang sebagai indikator penunjuk kecepatan respirasi. HCl yang
dibutuhkan untuk menghilangkan warna merah muda pada tabung
erlenmeyer kontrol pada suhu ruang (330C) adalah 1,1 mL. Sedangkan,
volume HCl yang dibutuhkan pada tabung erlenmeyer perlakuan suhu
inkubator (370C) yaitu 0,4 mL pada tabung erlenmeyer a dan 0,5 pada
tabung erlenmeyer b. HCl yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna
merah muda pada tabung erlenmeyer kontrol pada suhu inkubator (370C)
adalah 1,5 mL.
Berdasarkan hasil nilai volume HCl tersebut dapat diperoleh nilai
volume NaOH yang tidak terikat yaitu pada perlakuan suhu ruang 330C
tabung Erlenmeyer a sebesar 27,6 mL, tabung Erlenmeyer b sebesar 33,2
mL serta pada tabung erlenmeyer kontrol adalah 23,4 mL. Sedangkan
pada tabung erlenmeyer perlakuan suhu inkubator 37oC pada tabung a
sebesar 27,6 mL, tabung b sebesar 27 mL, dan volume NaOH dan tabung
erlenmeyer kontrol suhu inkubator 37oC adalah 22,2 mL. Setelah
mendapatkan nilai voume NaOH yang tidak terikat, nilai tersebut
dimasukkan ke dalam rumus sehingga didapatkan nilai volume CO2
respirasi. Volume CO2 respirasi pada suhu ruang 33oC sebesar 4,5 mL dan
pada suhu inkubator 37oC sebesar 5,1 mL. Begitu pula untuk mengetahui
nilai kecepatan respirasi pada kecambah kacang hijau yaitu dengan
menggunakan rumus yang sudah ditentukan sehingga didapatkan nilai
kecepatan respirasi sebesar 0,214 mL/jam pada tabung erlenmeyer
perlakuan suhu ruang 33°C dan 0,242 mL/jam padaa tabung erlenmeyer
perlakuan suhu inkubator 37°C.
Berdasarkan diagram batang diatas, menunjukkan bahwa
kecepatan respirasi pada suhu ruang 33°C yaitu 0,214 mL/jam lebih
rendah dibandingkan pada suhu inkubator 37°C yaitu 0,242 mL/jam.
Perbedaan kecepatan tersebut menunjukkan bahwa suhu berpengaruh
terhadap laju respirasi.

Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
bahwasanya kecepatan respirasi pada kecambah kacang hijau dipengaruhi
oleh suhu, tabung erlenmeyer pada suhu ruang memiliki kecepatan
respirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan tabung erlenmeyer pada
suhu inkubator. Dalam percobaan digunakan kecambah berumur 1 hari
karena kecambah muda masih aktif melakukan metabolisme dan masih
terdapat banyak enzim karena belum digunakan untuk pertumbuhan
radikula. Apabila tumbuhan sedang tumbuh, maka laju respirasi akan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan.
Tabung erlenmeyer yang berisi kacang hijau akan melakukan
respirasi secara meningkat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya.
Produk respirasi (CO2) akan diikat oleh NaOH agar diketahui kecepatan
respirasi dengan meneteskan HCl. Reaksi yang terjadi dalam proses uji
respirasi menggunakan titrasi adalah sebagai berikut :
2NaOH + 3CO2  2NaCO3 + 2H2O (pengikatan CO2 oleh NaOH).
NaOH + BaCl2  NaCl + BaOH.
BaOH + 2HCl  BaCl2 + H2O

Penggunaan metode titrasi bertujuan mengetahui volume larutan


HCl yang digunakan untuk menghitung volume NaOH bebas dan terikat.
Tabung erlenmeyer yang berisi kacang hijau akan menghasilkan CO2 yang
banyak sehingga CO2 tersebut akan diikat oleh NaOH. NaOH berfungsi
sebagai pengikat CO2 yang dilepaskan oleh kecambah kemudian
mengubahnya menjadi karbondioksida terlarut. Oleh sebab itu, larutan
NaOH diambil sebanyak 5 ml untuk menentukan jumlah CO2 yang
dilepaskan oleh kecambah. Kemudian menambahkan larutan BaCl2 yang
berperan untuk mengendapkan CO2 yang telah diikat oleh NaOH.
Penambahan BaCl2 menyebabkan perubahan warna larutan yang awalnya
bening menjadi putih. Kemudian meneteskan fenolptalein (indikator PP)
yang mengubah warna larutan dari putih menjadi keunguan. Penambahan
PP mempermudah proses titrasi, dikarenakan warna merah akan hilang
jika larutan memiliki pH netral. Larutan awal adalah NaOH yang bersifat
basa kuat, oleh sebab itu untuk menjadikan larutan tersebut bersifat netral
maka perlu penambahan asam kuat, misalnya HCl. Fungsi HCl yaitu
untuk proses penghilangan warna merah muda yang dihasilkan pada
larutan tersebut. Sedangkan pada tabung erlenmeyer yang tidak berisi
kacang hijau tidak akan melakukan respirasi karena tidak adanya
organisme. Walaupun terdapat organisme, tetapi produk yang dihasilkan
tidak sebesar tabung erlenmeyer yang berisi kecambah kacang hijau.
Berdasarkan hal tersebut maka akan membutuhkan titrasi HCl yang lebih
banyak untuk tabung erlenmeyer yang tidak berisi kecambah kacang hijau.
Kecepatan respirasi dapat diketahui dengan melakukan titrasi HCl.
Banyaknya kadar HCl yang dibutuhkan untuk tabung erlenmeyer yang
tidak berisi kacang hijau berfungsi untuk menetralkan pH NaOH karena
proses respirasi lebih cepat terjadi pada pH yang mendekati netral. Hal
tersebut terjadi karena kandungan CO2 pada NaOH sedikit sehingga
larutan NaOH cenderung basa, maka titrasi HCl dilakukan untuk
menetralkan pH tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kecepatan respirasi


pada suhu ruang 330 C lebih lambat dibandingkan kecepatan respirasi pada
suhu inkubator 370 C. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
respirasi merupakan perubahan atau perombakan energi kimia yang
tersimpan dalam suatu tanaman dalam bentuk karbohidrat dan digunakan
untuk menjalankan proses-proses metabolisme. Proses respirasi
menghasilkan energi, air, karbondioksida, dan elektron. Apabila proses
respirasi meningkat maka pengambilan oksigen yang diperlukan dan
pengeluaran karbondioksida, energi, dan air yang berupa panas juga akan
meningkat. Kecambah pada suhu yang lebih tinggi yaitu 37ºC melepaskan
CO2 lebih banyak daripada kecambah pada suhu ruang 330C. Jumlah CO2
yang dilepaskan dapat dilihat dari volume CO2 respirasi (Chaidir, 2015).
Hal ini dikarenakan suhu inkubator (37oC) merupakan suhu optimum
tumbuhan untuk melakukan respirasi sehingga kecepatan respirasi lebih
tinggi pada suhu tersebut. Hal ini diperkuat oleh teori dari (Isnawati,
2009).

M. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pengamatan yang telah didapatkan,
dapat disimpulkan bahwa pada uji ini terdapat pengaruh suhu terhadap
kecepatan proses respirasi yang ditunjukkan dari hasil perhitungan
kecepatan respirasi pada kedua perlakuan. Tabung erlenmeyer pada suhu
ruang (33° C) memiliki nilai kecepatan reaksi lebih rendah dibandingkan
dengan tabung erlenmeyer pada suhu inkubator (30°C), artinya semakin
tinggi suhu maka semakin tinggi pula kecepatan respirasinya
.

N. Daftar pustaka
Anggrahini. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Hapsari. 2016. Kemampuan Tumbuhan Kayu Apu (Pistia stratiotes L.)


dalam Menyisihkan Kromium Total (Cr-T) dan COD Limbah
Elektroplating. Teknik Lingkungan. Vol 5 (4).
Imamah. 2016. Arrhenius Model to Predict Respiration Rate of Minimally
Processed Broccoli. Jurnal Keteknikan Pertanian, 4(1), pp. 25–30.
Kamil, J. 1982. Teknologi Benih. Jakarta: Angkasa Raya
Kitajima. 2014. General Patterns of Acclimation of leaf respiration to
elevated temperatures across biomes and plant types. Oecologia.
Vol 177 (3).
Mahardikaningrum. 2012. Aktivitas Enzim Amilase Rattus norvegicus
pada Diet Tinggi Serat Pangan: Variasi Ph dan Lama Perebusan.
Unesa Journal of Chemistry. Vol. 1 No. 1.
Rahayu. 2017. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pasca Panen.
Yogyakarta: Kanisius.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:
ITB.
Suarni. 2007. Potensi Kecambah Kacang Hijau sebagai Sumber Enzim Α-
Amilase. Indo. J. Chem., 2007, 7 (3), 332-336.
Sutopo, L. 1993. Teknologi Benih. Jakarta : Raja Grafindo Pustaka.
Isnawati. 2009. Biokimia. Surabaya : Unesa University Press.
Lampiran

Gambar Keterangan

Kecambah kacang hijau ditimbang 5


gram

Erlenmeyer kontrol pada suhu ruang


dan inkubator

Erlenmeyer berisi kecambah kacang


hijau diletakkan pada suhu inkubator
37˚C

Erlenmeyer berisi kecambah kacang


hijau diletakkan pada suhu ruangan
34˚C

Larutan NaOH sebelum dititrasi

Larutan NaOH yang telah dititrasi

Anda mungkin juga menyukai