Rumusan masalah
Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang
hijau (Vigna radiata)?
B. Tujuan percobaan
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap keceptan respirasi kecambah
kacang hijau (Vigna radiata)
C. Hipotesis
Hipotesis a (Ha) : Suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi
kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
Hipotesis nol (H0) : Suhu tidak berpengaruh terhadap kecepatan
respirasi kecambah kacang hijau (Vigna radiata)
D. Kajian pustaka
Kacang hijau (Vigna radiata L.) memiliki sistem perakaran yang
bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Nodul atau
bintil akar merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara bakteri nitrogen
dengan tanaman kacang-kacangan sehingga tanaman mampu mengikat
nitrogen bebas dari udara. Makin banyak nodul akar, makin tinggi
kandungan nitrogen (N) yang diikat dari udara sehingga meningkatkan
kesuburan tanah (Rukmana, 1997). Pada kecambah terdapat beberapa
enzim yang mendukung dalam proses metabollismenya yaitu enzim
amilase. Enzim ini berfungsi untuk mendegradasi karbohidrat (pati)
menjadi monosakarida dalam proses metabolisme tubuh dan sebagai
penghasil energi dalam bentuk ATP (Mahardikaningrum, 2012).
Perkecambahan biji merupakan serangkaian proses awal yang
terjadi sebelum munculnya ujung akar dari kulit biji. Selama proses,
terdapat degradasi komponen makromolekul hasi-hasil metabolism yang
dikendalikan oleh enzim. Enzim yang dimaksud imulai dengan bantuan
enzim amilolitik, proteolitik dan lipolitik. Produk dari hasil pemecahan ini
digunakan untuk pertumbuhan biji dan perkembangannya. Agar proses
pemecahan dapat berjalan dengan baik, diperlukan suatu senyawa yang
disebut enzim. Enzim merupakan suatu senyawa organik yang dihasilkan
oleh sel hidup, berupa protein yang berfungsi sebagai katalisator (Kamil,
1982).
Menurut (Sutopo, 1993), proses perkecambahan biji merupakan
suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi
dan biokimia. Proses penumbuhan kecambah dilakukan dengan keadaan
lingkungan yang lembab sehingga berlangsungnya metabolisme sehingga
tahap perkecambahan adalah kadar air biji kacang hijau harus dinaikkan
dengan cara dilakukan perendaman atau ditempatkan pada lingkungan
yang jenuh uap air (Anggrahini, 2009). Penyerapan air pada proses
perkecambahan biji mempunyai aktivitas utama untuk mengaktifkan
makromolekul dan organel sel di dalam biji. Selama proses
perkecambahan sebagian besar enzim dalam biji menjadi aktif diantaranya
enzim α-amilase (Suarni, 2007).
Respirasi adalah suatu proses yang melibatkan terjadinya
penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2) serta
energi yang digunakan untuk mempertahankan reaksi metabolisme dan
reaksi lainnya yang terjadi di dalam jaringan. (Kitajima, 2014)
mengatakan bahwa tumbuhan memerlukan respirasi dalam hidupnya.
Respirasi ini menghasilkan energi yang diperlukan tanaman. Respirasi
juga sering dikatakan sebagai kebalikan dari fotosintesis. Hal tersebut
dikarenakan dalam fotosintesis merombak karbondioksida dan air dengan
bantuan energi matahari menghasilkan glukosa dan oksigen, sedangkan
pada respirasi merombak oksigen dan glukosa yang menghasilkan air dan
karbondioksida (Hapsari, 2016). Kebutuhan oksigen yang diperlukan pada
reaksi respirasi dapat dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan pernyataan
(Imamah, 2016), bahwa semakin tinggi suhu lingkungan maka akan
semakin cepat kerja enzim dan semakin banyak oksigen yang dibutuhkan,
begitu juga sebaliknya. Respirasi dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan suhu dan peningkatan CO2 jangka panjang, dan respon
fotosintesis terhadap CO2 yang meningkat dapat diatur secara turun karena
keterbatasan biogeokimia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah (Salisbury,
1995):
a. Ketersediaan Substrat
Respirasi bergantung pada tersedianya substrat, tumbuhan yang
kekurangan nutrisi (kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah) maka
akan melakukan respirasi pada laju yang rendah. Laju respirasi daun akan
lebih cepat saat matahari tenggelam di mana kandungan gula tinggi
dibandingkan saat matahari terbit yang kandungan gulanya rendah. Daun
bagian bawah yang ternaungi biasanya berespirasi lebih lambat dari pada
daun bagian atas yang terkena cahaya yang lebih banyak.
b. Ketersediaan Oksigen
c. Suhu
Laju respirasi menurun akibat enzim yang diperlukan untuk respirasi
mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu tinggi, sehingga
mencegah peningkatan metabolik yang seharusnya terjadi. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan oleh (Salisbury, 1995), pada kecambah
kacang kapri, peningkatan suhu dari 25 menjadi 45oC mula-mula
meningkatkan laju respirasi dengan cepat, tetapi setelah dua jam laju
respirasinya berkurang. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena jangka
waktu dua jam sudah cukup lama untuk merusak sebagian enzim
respirasi.
d. Jenis dan Umur Tumbuhan
Pada umumnya, bakteri, fungi, dan ganggang berespirasi lebih cepat
dibandingkan dengan tumbuhan berbiji. Salah satu alasan bahwa bakteri
dan fungi mempunyai nilai laju respirasi yang jauh lebih tinggi dengan
tumbuhan karena mengandung hanya sedikit cadangan makanan dan tidak
mempunyai sel berkayu metabolik. Pucuk akar dan organ lainnya yang
mengandung sel meristimatik dengan presentase protoplasma dan protein
yang tinggi mempunyai laju respirasi yang tinggi. Pada umumnya,
terdapat hubungan yang cukup baik antara laju tumbuh beberapa jenis sel
tertentu dan laju respirasinya. Hal ini akibat berbagai faktor, seperti
penggunaan ATP, NADPH, dan NADH, baik untuk sintesis protein,
bahan dinding sel, komponen membran, dan asam nukleat, maupun untuk
penimbunan ion dan pengangkutan karbohidrat. Akibatnya, ADP,
NADP+, dan NAD+ menjadi tersedia untuk digunakan dalam respirasi.
Biji yang tidak aktif dan spora mempunyai laju respirasi yang terendah.
Perubahan tertentu di dalam protoplasma, khusunya pengeringan, akan
menghentikan metabolisme. Biji dan spora tersebut umumnya
mengandung banyak cadangan makanan. Umur tumbuhan juga
mempengaruhi respirasinya sampai derajat tertentu.
E. Variabel penelitian
1. Variabel manipulasi : suhu
2. Variabel kontrol : volume NaOH, volume BaCl2, jumlah tetes
PP, waktu penyimpanan, umur dan massa
kecambah
3. Variabel respon : kecepatan respirasi
H. Rancangan percobaan
Disimpan 2 botol
isi kecambah, 1
Diambil 5 ml Setelah 24 jam botol tanpa
NaOH dari dalam dilakukan titrasi kecambah
botol (ruangan dan
inkubator)
Ruang
(33°C)
Inkubator
(37°C)
Hasil Perhitungan
0.24
0.235
0.23
0.225
Ruang
0.22 Inkubator
0.214
0.215
0.21
0.205
0.2
Ruang Inkubator
Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
bahwasanya kecepatan respirasi pada kecambah kacang hijau dipengaruhi
oleh suhu, tabung erlenmeyer pada suhu ruang memiliki kecepatan
respirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan tabung erlenmeyer pada
suhu inkubator. Dalam percobaan digunakan kecambah berumur 1 hari
karena kecambah muda masih aktif melakukan metabolisme dan masih
terdapat banyak enzim karena belum digunakan untuk pertumbuhan
radikula. Apabila tumbuhan sedang tumbuh, maka laju respirasi akan
meningkat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan.
Tabung erlenmeyer yang berisi kacang hijau akan melakukan
respirasi secara meningkat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya.
Produk respirasi (CO2) akan diikat oleh NaOH agar diketahui kecepatan
respirasi dengan meneteskan HCl. Reaksi yang terjadi dalam proses uji
respirasi menggunakan titrasi adalah sebagai berikut :
2NaOH + 3CO2 2NaCO3 + 2H2O (pengikatan CO2 oleh NaOH).
NaOH + BaCl2 NaCl + BaOH.
BaOH + 2HCl BaCl2 + H2O
M. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pengamatan yang telah didapatkan,
dapat disimpulkan bahwa pada uji ini terdapat pengaruh suhu terhadap
kecepatan proses respirasi yang ditunjukkan dari hasil perhitungan
kecepatan respirasi pada kedua perlakuan. Tabung erlenmeyer pada suhu
ruang (33° C) memiliki nilai kecepatan reaksi lebih rendah dibandingkan
dengan tabung erlenmeyer pada suhu inkubator (30°C), artinya semakin
tinggi suhu maka semakin tinggi pula kecepatan respirasinya
.
N. Daftar pustaka
Anggrahini. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Gambar Keterangan