Anda di halaman 1dari 12

A.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas saat praktikum kali ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah?
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Untuk mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.

C. Hipotesis
Ha

: dapat mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi

kecambah.
Ho

: tidak dapat mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi

kecambah.

D. Kajian Pustaka
Respirasi dalam arti luas adalah pertukaran gas antara organisme dengan
lingkungannya, sedangkan dalam arti yang khusus yaitu adanya pengambilan
gas oksigen dan pelepasan gas karbondioksida. Pengambilan oksigen ini ada
yang secara langsung melalui udara dan ada yang mengambil melalui medium
cair yang berada disekeliling mereka. Respirasi terbagi atas yaitu Respirasi
Eksternal, yang merupakan pertukaran udara yang terjadi antara organisme
dengan udara disekeliling mereka dan Respirasi Internal, merupakan pertukaran
udara yang terjadi antara sel dengan organ didalamnya (Willey, 1982).
Respirasi merupakan suatu proses pelepasan energi kimia molekul
organik di dalam sel. Energi molekul organik adalah energi matahari yang
disimpan di dalamnya, terjadi pada proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis
terjadi adanya pembentukan gula dari molekul-molekul karbohidrat dan air
dengan bantuan cahaya matahari (Dwijoseputro, 1994).
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2
dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui,
respirasi lebih dari sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan
merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan

O2 yang diserap direduksi menjadi H2O, Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang
lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat
respirasi. (Salisbury & Ross, 1995).
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan
berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan
oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah
oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari
oksigen yang tersedia di udara. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi
tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10C, namun hal
ini tergantung pada masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian
tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada
suhu antara 5 dan 25C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35C,
laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun
(Salisbury dan Ross, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi adalah ketersediaan substrat
yang dimana laju respirasi daun sering lebih cepat segera setelah matahari
tenggelam saat kandungan gula tinggi. Daun bagian bawah ternaungi respirasi
lebih lambat dari daun sebelah atas yang terkena cahaya matahari berhubung
kandungan pati dan gula, ketersediaan O2, pada akar, batang, dan daun sedikit
mempengaruhi respirasi karena sitokrom oksidase mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap oksigen biarpun konsentrasi hanya 0,05 %, suhu ; peningkatan
suhu sampai 40 C atau lebih menurunkan respirasi, karena enzim mengalami
denaturasi (rusaknya bentuk tiga dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak
dapat

lagi berikatan dengan subtratnya) untuk mencegah metabolik yang

semestinya terjadi, jenis dan umur tanaman ; umunya bakteri, fungi, dan
ganggang berespirasi lebih cepat dibandingkan dengan tumbuhan berbiji.
Berdasarkan bobot kering hanya mengandung sedikit makanan dan tidak
mempunyai sel nonmetabolik. Respirasi tinggi selama pertumbuhan vegetatif

yang pesat, rendah saat pembuangan. Sebagian besar respirasi pada tumbuhan
dewasa dilakukan oleh daun, akar yang muda, bunga yang sedang tumbuh
waktu buah masih muda (Burhan, 1997).
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman dikenal sebagai suhu
kardinal yaitu meliputi suhu optimum (pada kondisi ini tanaman dapat tumbuh
baik), suhu minimum (pada suhu di bawahnya tanaman tidak dapat tumbuh),
serta suhu maksimum (pada suhu yang lebih tinggi tanaman tidak dapat
tumbuh). Suhu kardinal untuk setiap jenis tanaman memang bervariasi satu
dengan lainnya. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dibedakan sebagai berikut : (1) Batas suhu yang membantu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan (2) Batas suhu yang tidak
membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Batas suhu yang
membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman diketahui sebagai batas
suhu optimum. Pada batas ini semua proses dasar seperti : fotosintesis,
respirasi, penyerapan air, transpirasi, pembelahan sel, perpanjangan sel dan
perubahan fungsi sel akan berlangsung baik dan tentu saja akan diperoleh
produksi tanaman yang tertinggi. Batas suhu optimum tidak sama untuk semua
tanaman, sebagai contoh : apel, kentang, sugar-beet menghendaki suhu yang
lebih rendah dibandingkan : tanaman jeruk, ketela rambat atau gardenia (Sunu
dan Wartoyo, 2006).
Pasokan O2 juga mempengaruhi respirasi, tapi peranannya sangat
berbeda, bergantung pada jenis tumbuhan bahkan bagian tumbuhan. Keragaman
normal kandungan O2 udara terlalu kecil untuk mempengaruhi respirasi
sebagian besar daun dan batang. Lagi pula, laju penetrasi O 2 ke dalam daun,
batang, dan akar biasanya cukup untuk memepertahankan tingkat pengambilan
normal O2 oleh mitokondria, terutama karena sitokrom oksidase mempunyei
afinitas yang tinggi terhadap oksigen sehingga akan tetap berfungsi walaupun
konsentrasi O2 di udara hanya sekitar 0,05% (Drew, 1988).
Suhu tinggi (diatas optimum) akan merusak tanaman dengan mengacau
laju respirasi dan absorbsi air. Bila suhu udara meningkat, laju respirasi

meningkat, karena penurunan tekanan defisit uap dari udara yang hangat dan
suhu yang tinggi pada daun yang mengakibatkan peningkatan tekanan uap air
padanya. Kelayuan akan terjadi jika absorbsi terbatas karena kurangnya air atau
kerusakan system vaskuler atau system perakaran. Tingkat kerusakan akibat
suhu tinggi, lebih besar pada jaringan yang lebih muda, karena terjadi
denaturasi protoplasma oleh dehidrasi (Jumin, 2002).
Menurut

Dwijoseputro

(1983),

menyatakan

bahwa

temperatur

mempengaruhi atau punya pengaruh yang besar terhadap respirasi. Pada suhu
0oC respirasi sangat sedikit dan pada suhu 30oC sampai 40oC sangat giat
bekerja. Kecepatan respirasi berkurang dapat disebabkan oleh materi yang
mempunyai kadar oksigen lebih rendah dari karbohidrat, karbohidrat yang
pengoksidasian tidak lengkap. Pengambilan oksigen yang berlebihan pada
kegiatan selain respirasi. Penyebaran CO2 pada proses asimilasi CO2 ditempat
gelap. Respirasi tumbuhan membebaskan sejumlah besar karbondioksida pada
atmosfer, hutan diperkirakan menghasilkan 3400 gr CO2/cm2 tiap tahunnya.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi : suhu ruangan
2. Variabel Kontrol

: berat kecambah, umur kecambah, volume larutan

NaOH, banyaknya tetesan PP, dan BaCl2


3. Variabel Respon

: pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

F. Definisi Operasional Variabel


1. Praktikum kali ini menggunakan suhu ruang yang masing-masing 37C
merupakan suhu inkubator

dan 28C merupakan suhu ruang, digunakan

untuk mengetahui kecepatan respirasi kecambah.


2. Praktikum kali ini akan mendapatkan hasil berupa kecepatan respirasi

kecambah pada suhu yang berbeda-beda, dengan cara pengujian titrasi. Dan di
lihat perubahan warnanya.

G.

Alat Dan Bahan


1. Kecambah kacang hijau umur 2 hari
2. Larutan NaOH 0,5 M dan HCl 0,5 N
3. Larutan BaCl2 0,5 N
4. Larutan Phenolftalin (PP)
5. Erlenmeyer 250ml 6 buah; Timbangan; Buret (beserta statif dan klem)
6. Kain kasa, benang, plastik, pipet.

H.

Rancangan Percobaan

5 gram kecambah
- ditimbang
- dibungkus kain kasa dan
diikat dengan tali
- disiapkan 2 sampel untuk
suhu didalam inkubator

2 erlenmeyer berisi kecambah dan 1


erlenmeyer tanpa kecambah
- disimpan disuhu ruang

6 Erlenmeyer
- diisi dengan 30ml
NaOH 0,5
- kecambah dimasukkan kedalam erlenmeyer
- digantungkan bungkusan kecambah diatas
larutan NaOH dengan bantuan talinya
- ditutup rapat-rapat botol dengan plastik
2 erlenmeyer berisi kecambah dan 1
erlenmeyer tanpa kecambah
- disimpan didalam
ankubator dengan suhu
37C
- dibiarkan 24 jam
5 ml NaOH dari
setiap botol

- dimasukkan kedalam Erlenmeyer


- ditambahkan 2,5 ml BaCl2
- ditetesi
Larutan NaOH
yang 2 ttes PP hingga berwarna merah
berwarna merah
- difitrasi dengan HCl 0,5 M
- dihentikan stelah warna merah
Hasil tepat hilang
Gambar 1. Rancangan percobaan pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi
kecambah

I. Langkah Kerja
1. Siapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Siapkan 6 erlenmeyer kemudian isilah masing-masing dengan 30 ml larutan
NaOH 0,5 M.
3. Timbang 5 gram kecambah yang disediakan kemudian bungkus dengan kain
kasa dan ikat dengan seutas tali. Masing-masing 2 sampel untuk suhu ruangan
dan 2 sampel untuk suhu incubator.

4. Masukkan kedalam Erlenmeyer dan gantungkan bungkusan kecambah trsebut


di atas larutan NaOH dengan bantuan talinya, kemudian tutup rapat-rapat
botol tersebut dengan plastic.
5. Simnpanlah 2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambah (control)
masing-masing di dalam ruang dengan suhu ruangan dan yang lain di dalam
incubator bersuhu 37C.
6. Setelah 24 jam lakukan titrasi untuk mengetahuin jumlah gas CO 2 yang
dilepaskan selama respirasi kecambah.
7. Ambil 5 ml larutan NaOH dalam botol, masukkan dalam Erlenmeyer.
Kemudian tambahkan 2,5 ml Bacl2 dan tetesi dengan 2 tetes PP sehingga
larutan berwarna merah. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan HCI 0,5
N. Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat hilang.
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Berikut merupakan tabel hasil praktikum pengamatan pengaruh suhu terhadap
kecepatan respirasi kecambah.
Tabel 1. Hasil percobaan pengukuran kadar klorofil tanaman yang jenis dan umurnya berbeda-beda
Perlakuan
Suhu ruang
28C
Suhu Inkubator
37C

Bahan yang

Volume HCl

CO2 yang

Rata-rata CO2 yang

Kecepatan respirasi

digunakan

(ml)

dilepas

dilepas

(ml/jam)

Kecambah 1
Kecambah 2
Kontrol
Kecambah 1
Kecambah 2
Kontrol

0,44
0,38
0,75
0,3
0,45
0,64

2,2
1,9
3,75
1,5
2,25
3,2

2,05

0,085

3,75

0,156

1,875

0,078

3,2

0,133

Berikut merupakan grafik hasil pengamatan pada praktikum pengamatan


pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.

Gambar 2. Grafik hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.

K. Rencana Analisis Data

Berdasarkan dari kajian teori, apabila suhu semakin tinggi maka


proses respirasi akan semakin cepat. Namun, pada (tabel 1) dapat diketahui
bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan kajian teori. Praktikum ini
menggunakan suhu ruang yang berbeda-beda yaitu suhu yang dalam
inkubator sebesar 37C, dan suhu ruangan sebesar 28C. suhu tersebut
digunakan untuk menguji kecepatan respirasi pada kecambah.
Kecambah yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu kecambah
kacang hijau, yang umurnya 2 hari. Setelah kecambah dikupas kulitnya
kecambah tersebut ditimbang sebesar 5 gram. Kemudian diletakkan di kain
kasa, dan diikat dengan benang. Selanjutnya, bungkusan kecambah tersebut
di masukkan di dalam erlenmeyer yang berisi NaOH 30 ml. Erlemeyer yang
di butuh kan yaitu sebanyak 6 erlenmeyer. Cara meletakkan bungkusan
keambah tersebut yaitu bungkusan kecambah itu digantungkan

di atas

larutan NaOH dengan bantuan talinya. Kemudian erlemeyer tersebut di


tutup rapat-rapat dengan plastik.
Setelah media selesai dibuat, maka 2 erlemmeyer yang berisi
kecambah dan 1 botol tanpa kecambah (kontrol) masing-masing diletakkan
di suhu ruang yang berbeda-beda yaitu suhu ruang dan suhu inkubator.
Media tersebut disimpan selama 24 jam, setelah itu dilakukan titrasi
guna untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang telah dilepaskan selama
respirasi kecambah. Cara melakukan titrasi yaitu mengambil 5 ml BaCl 2
dan kemudian ditetesi dengan PP (phenolftalin) sebanyak 2 tetes sehingga
warnanya merah mda. Selanjutnya larutan tersebut ditetesi dengan HCl 0,5
N, sampai warnya berubah menjadi putih.
Pada suhu ruang 28C untuk erlenmeyer yang berisi kecambah laju
respirasinya sebesar 0,085 ml/jam. Dan kontrol sebesar 0,156 ml/jam. Untuk
suhu ruang 37C, erlenmeyer yang berisi kecambah laju reaksinya sebesar
0,075 ml/jam. Dan kontrol sebesar 0,133 ml/jam. Hasil ini berbeda dengan
kajian teori yang ada.

L.

Hasil Analisis Data


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada, hal ini dapat terjadi karena
beberapa hal misal suhu dalam ruangan pada saat praktikum dan juga
faktor-faktor lain.
Dilihat dari hasil praktikum yang telah praktikan lakukan yaitu pada
suhu ruang 28C untuk erlenmeyer yang berisi kecambah laju respirasinya
sebesar 0,085 ml/jam. Dan pada kontrol sebesar 0,156 ml/jam. Untuk suhu
ruang 37C, erlenmeyer yang berisi kecambah laju reaksinya sebesar 0,075
ml/jam. Dan kontrol sebesar 0,133 ml/jam. Hasil yang telah diperoleh ini
berbeda dengan kajian teori yang ada.
Teori yang ada menyatakan bahwa pengaruh suhu terhadap
pertumbuhan tanaman dikenal sebagai suhu kardinal yaitu meliputi suhu
optimum (pada kondisi ini tanaman dapat tumbuh baik), suhu minimum
(pada suhu di bawahnya tanaman tidak dapat tumbuh), serta suhu
maksimum (pada suhu yang lebih tinggi tanaman tidak dapat tumbuh).
Suhu kardinal untuk setiap jenis tanaman memang bervariasi satu dengan
lainnya. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibedakan sebagai berikut : (1) Batas suhu yang membantu pertumbuhan
dan perkembangan tanaman, dan (2) Batas suhu yang tidak membantu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Batas suhu yang membantu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman diketahui sebagai batas suhu
optimum. Pada batas ini semua proses dasar seperti : fotosintesis, respirasi,
penyerapan air, transpirasi, pembelahan sel, perpanjangan sel dan perubahan
fungsi sel akan berlangsung baik dan tentu saja akan diperoleh produksi
tanaman yang tertinggi. Batas suhu optimum tidak sama untuk semua
tanaman, sebagai contoh : apel, kentang, sugar-beet menghendaki suhu yang
lebih rendah dibandingkan : tanaman jeruk, ketela rambat atau gardenia
(Sunu dan Wartoyo, 2006).

Perbedaan hasil praktikum kali ini dengan kajian teori yaitu karena
faktor dalam dan faktor luar yaitu saat preparasi banyak bercanda sehungga
uap yang dari praktikan ikut tercampur dengan laturan NaOH, dan saat
dilangsungkannya praktikum suhu dalam ruangan laboratorium panas,
sehingga suhu runganya bisa melebihi suhu inkubator yang telah dijadikan
sebagai variabel manipulasi dalam praktikum kali ini.
Salah satu cara menurunkan laju respirasi adalah dengan
memodifikasi konsentarsi O2 dan CO2 di lingkungan atmosfer sekitar produk
dengan menggunakan penegmas plastik denagn permeabilitas tertentu yang
dikenal sebagai Modified Atmosphere Packing (MAP) (Apandi, 1984)
Praktikum kali ini tidak sesuai dengan teori yang ada, berarti terima
Ho dan tolak Ha, yaitu suhu tidak perpengaruh terhadap respirasi pada
kecambah yang umurnya 2 hari.
M.

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Cara mengukur laju respirasi kecambah dapat dilakukan dengan cara titrasi.
2. Suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi pada kecambah.

3. Apabila suhu semakin tinggi maka semakin cepat juga laju respirasi.
N.

Daftar Pustaka
Apandi, 1984. Teknologi Buah dan Sayur.Alumni Bandung: Bandung
Burhan, Walyati dkk, 1997, Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan., Universitas
Andalas. Padang.
Dwidjoseputro, D, 1982, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia,
Jakarta.
Drew, M. C, 1988, Effects Of Flooding Oxygen Deficiencion Plant Nutrition,
Advebces in Plant Nutritions, New York.
Jumin, H. B. 2002, Agro Ekologi, Suatu Pendekatan Fisiologis, Rajawali, Ja
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB
Bandung.
Sunu, P dan Wartoyo. 2006. Buku Ajar Dasar Hartikultura. Program Studi
Agronomi, Fakultas Pertanian, UNS.

Willey, J. 1982, Study Guide to Accompany Botany, New York , Chesther


Bistane Toronto, Singapore

Lampiran

2 kecambah dan 1
kontrol dalam
inkubasi

Proses titrasi

2 kecambah dan 1
kontrol dalam suhu
ruang

Hasil titrasi

Larutan sebelumdi
titrasi

Hasil penghitungan
daun tua dengan
panjang gelombang
649

Hasil penghitungan
daun tua dengan
panjang gelombang
665

Anda mungkin juga menyukai