Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM IPA

SEMESTER 4/TAHUN 2022

NAMA : NUR FATMANINGSIH

NIM : 1820600030

KELOMPOK : 2 (DUA)

LABORATORIUM IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
PERCOBAAN
MAKHLUK HIDUP DAN CIRI-CIRINYA
TUMBUHAN BERNAPAS MENGELUARKAN CO2

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah membuktikan jika tumbuhan bernapas
sehingga mengeluarkan CO2.
II. DASAR TEORI
2.1 Respirasi Pada Tumbuhan
Setiap makhluk hidup pasti melakukan proses metabolisme salah satunya
tumbuhan. Metabolisme merupakan serangkaian proses kimiawi dalam tubuh makhluk
hidup yang berperan untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk melakukan
aktivitas kehidupan. Pada proses metabolisme ini, terdapat dua proses yaitu
metabolisme primer dan sekunder. Tumbuhan memiliki ciri makhluk hidup sebagai
proses kehidupan yaitu bernafas atau disebut respirasi. Respirasi yaitu proses
masuknya oksigen dan keluarnya karbondioksida sebagai hasil proses respirasi.
Respirasi salah satu proses metabolisme primer yang merupakan proses esensial
bagi kehidupan tumbuhan. Proses respirasi mengeluarkan energi kimia Adenosin
trifosfat (ATP) sebagai penggerak respirasi (Novitasari, 2017).
Sel pada tumbuhan menggunakan respirasi seluler sebagai alat untuk
mengubah energi tersimpan menjadi bahan kimia yang dikonsumsi oleh sel individual.
Adenosin trifosfat (ATP) adalah makanan kimia yang digunakan semua sel. Tanaman
pertama kali membuat gula sederhana melalui fotosintesis. Sel individu kemudian
memecah gula itu melalui respirasi seluler. Respirasi seluler bertujuan menghasilkan
Adenosin trifosfat (ATP) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sel. Sel
membutuhkan energi untuk melakukan berbagai tugas dalam tubuh, termasuk
menggerakkan otot, menjaga organ vital bekerja, dan pembelahan sel (Novitasari,
2017).
Proses respirasi seluler menurut Campbell (2012) dalam Novitasari, (2017),
langkah pertama dalam reaksi respirasi seluler disebut glikolisis, dan terjadi
bersamaan dengan tidak adanya oksigen. Proses ini terjadi pada sitoplasma sel di
dalam cairan sitosol, yang merupakan bahan gel yang terdapat di dalam sel individu
tanaman. Glikolisis yang terjadi dalam sitosol mengawali perombakan dengan
pemecahan glukosa menjadi dua molekul senyawa yang disebut piruvat. Siklus Krebs,
yang terjadi dalam matriks mitokondria menyempurnakan pekerjaan ini dengan
menguraikan turunan piruvat menjadi karbon dioksida. Dengan demikian, karbon
dioksida yang dihasilkan oleh respirasi merupakan fragmen molekul organik yang
teroksidasi. Sebagian tahap glikolisis dan siklus Krebs ini merupakan reaksi redoks di
mana enzim dehidrogenase mentransfer elektron dari substrat ke NAD+ dan
membentuk NADH. Pada langkah ketiga respirasi, rantai transpor elektron menerima
elektron dari produk hasil perombakan kedua langkah yang pertama tersebut
(biasanya melalui NADH) dan melewatkan elektron ini dari satu molekul ke molekul
yang lain. Pada akhir rantai ini, elektron digabungkan dengan ion hidrogen dan oksigen
molekuler untuk membentuk air. Energi yang dilepas pada setiap langkah rantai
tersebut disimpan dalam suatu bentuk yang digunakan oleh mitokondria untuk
membuat ATP. Modus sintesis ATP ini disebut fosforilasi oksidatif karena sintesis ini
digerakkan oleh reaksi redoks yang mentransfer elektron dari makanan ke oksigen.
Glukosa digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa
dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui
respirasi seluler. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi
dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia
(Pertamawati, 2010).

2.1 Macam-Macam Respirasi Pada Tumbuhan


Respirasi terdiri atas respirasi anaerob dan respirasi aerob, Adapun penjelasan
di antara keduanya yaitu:
a. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob dapat berlangsung di dalam udara yang bebas, tetapi
proses ini tidak menggunakan O2 yang tersedia di dalam udara itu. Respirasi anaerob
juga lazim disebut fermentasi, meskipun tidak semua fermentasi itu anaerob. Tujuan
fermentasi sama dengan tujuan respirasi yaitu untuk memperoleh energi. Energi yang
didapat melalui fermentasi lebih sedikit dibandingkan dengan respirasi biasa. Pada
umumnya, respirasi anaerob pada jaringan-jaringan dalam tubuh tanaman tinggi
tertentu hanya terjadi jika persediaan oksigen bebas ada di bawah minimum. Tiap
jaringan tanaman mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap mekanisme ini
(Harahap, 2012).
b. Respirasi Aerob
Menurut Handoko & Rizki (2020), respirasi aerob yaitu respirasi yang
menggunakan oksigen-oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Persamaan reaksi
proses respirasi aerob secara sederhana dapat dituliskan:

Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa jaringan ataupun mikroorganisme


yang dapat melangsungkan respirasi anaerob itu lebih mengutamakan respirasi aerob
jika ada kesempatan, sebab dengan respirasi aerob dapat diperoleh lebih banyak
energi daripada dengan jalan respirasi anaerob. Perubahan sikap yang demikian ini
disebut efek Pasteur (Harahap, 2012).

2.3 Faktor Yang Memengaruhi Respirasi


Respirasi sering kali disebut dipengaruhi oleh tingkat substrat dan kebutuhan
ATP (Cannal & Thornley, 2000, dalam O’Leary et al., 2017). Selain itu, menurut
Handoko & Rizki (2020), laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang
dijelaskan sebagai berikut:
a. Ketersediaan substrat
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan
respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila
substrat yang tersedia cukup banyak maka laju
respirasi akan meningkat.
b. Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies.
Bahkan, pengaruh oksigen berbeda antara organ satu dengan yang
lain pada tumbuhan yang sama.
c. Suhu
Umumnya, laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan
suhu sebesar 10°C. Namun, hal ini tergantung pada masing-masing
spesies.
d. Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme
sehingga kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada
masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi
yang lebih tinggi dibandingkan tumbuhan yang tua.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
- 2 buah botol selai/kaca
- selang plastik kecil (f 0,5 cm)
- selang (pipa) plastik pencabang (cabang T)
- karet sandal (untuk penyumbat)
- cutter (pisau silet)
- botol bekas aqua (untuk pompa)
3.2 Bahan
- air kapur
- kecambah umur 2 atau 3 hari

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Siapkan 2 set rangkaian alat percobaan seperti pada gambar berikut:

2. Isilah botol 1, 2, dan 4 pada kedua rangkaian alat itu dengan air kapur
3. Untuk perlakuan: penuhilah botol 3 dengan kecambah segar
4. Untuk kontrol: penuhilah botol 3 dengan kecambah mati
5. Tutuplah dengan rapat semua botol, kemudian pasanglah pompa pada botol 1
seperti gambar.
6. Biarkan percobaan itu selama 20 menit 6. Pompakan udara 15 kali sehingga
udara bergerak dari botol 1 ke arah botol 4
7. Amati warna air kapur pada botol 1, 2 pada perlakuan dan kontrol
8. Bandingkan warna air kapur pada botol 4 antara perlakuan dan kontrol
9. Catat hasil pengamatanmu pada tabel

V. DATA/HASIL PERCOBAAN
Tabel 12.3 Gejala yang Teramati pada Air Kapur
Percobaan Warna air kapur

Sebelum Sesudah

Set 1 (Perlakuan) Air berwarna putih jernih Pada botol 1, 2, dan 4, air
Botol 1 dan 2 berubah warna menjadi
Botol 4 lebih keruh

Set II (Kontrol) Air berwarna putih jernih Air tetap jernih


Botol 1 dan 2
Botol 4

VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan dengan hasil yang ditunjukkan pada tabel 12.3, telah dilakukan
pengamatan perubahan warna pada air kapur dalam botol yang diisi oleh kecambah
segar dan kecambah mati selama 20 menit. Terdapat perbedaan dari keduanya.
Pada set 1 (perlakuan), didapati bahwa selama 20 menit pengamatan air kapur
berubah warnanya dari jernih menjadi keruh dikarenakan adanya banyak sekali
karbondioksida dan ditemukan adanya endapan garam dengan konsentrasi yang
lumayan di dasar botol pada air kapur pada saat air kapur atau Ca(OH)2 direaksikan
dengan karbondioksida atau CO2. Dari respirasi pernapasan tumbuhan ini kemudian
akan menghasilkan garam CaCO3 dan air H2O. Dan yang membuat air kapur keruh
adalah garam yang dihasilkan karena respirasi.
Pada set 2 (kontrol), karena bahan yang digunakan adalah kecambah mati
maka tidak didapati adanya perubahan warna pada air kapur. Selain itu, tidak
ditemukan adanya endapan pada dasar botol.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


Respirasi seluler merupakan salah satu proses yang sangat penting bagi
tanaman karena berperan dalam menghasilkan energi untuk keberlangsungan hidup
tumbuhan. Tumbuhan melakukan respirasi seluler yang dibuktikan dengan perubahan
warna pada air kapur menjadi lebih keruh akibat adanya reaksi antara karbon dioksida
dengan air kapur hingga membentuk endapan kalsium karbonat yang menyebabkan
keruhnya air kapur yang semula jernih.
Perubahan warna pada air kapur dalam botol disebabkan oleh reaksi kimia
yang terjadi antara air kapur dan CO2 sebagai produk yang dihasilkan dari respirasi
seluler pada tumbuhan, endapan di dasar botol menyebabkan perubahan tingkat
kekeruhan pada air kapur, hal ini didukung oleh penelitian Masyhuri et al., (2013),
larutan Ca (OH)2 disebut air kapur dan merupakan basa dengan kekuatan sedang.
Larutan tersebut bereaksi hebat dengan berbagai asam, dan bereaksi dengan banyak
logam dengan adanya air. Larutan tersebut menjadi keruh bila dilewatkan karbon
dioksida, karena mengendapnya kalsium karbonat. Adapun reaksi kimia yang terjadi
menurut Nikulshina et al., (2006) yaitu sebagai berikut:
Dan, pada kecambah yang merupakan jaringan yang memiliki laju respirasi
paling tinggi di antara jaringan lainnya karena jaringan tersebut adalah jaringan muda
yang sedang dalam tahap perkembangan, sehingga laju respirasi yang terjadi juga
akan semakin meningkat. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Handoko & Rizki
(2020), yang menyatakan bahwa laju respirasi salah satunya dipengaruhi oleh umur
tumbuhan, tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan
tumbuhan yang tua. Pada rimpang, laju respirasi yang cukup tinggi disebabkan oleh
tersedianya substrat, seperti pernyataan Handoko & Rizki (2020), bahwa laju respirasi
dipengaruhi oleh ketersediaan substrat.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Al, Suyitno. 2005. Ciri-ciri Makhluk. Materi Pelatihan Pendalaman Materi IPA
Cabang Dinas Kecamatan Kokap, Kulon Progo, 26 Februari 2005
Rumanta, Maman. 2009. Praktikum IPA di SD. Jakarta: Penerbit Universitas
Terbuka

IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai