RESPIRASI
Oleh:
Golongan A/ Kelompok 3b
1. Fitria Nur Aminanti (161510501269)
2. Muhammad Gandi Siregar (171510501190)
1
penting dalam proses respirasi tanaman. Selain itu, komponen penting yang lainnya
dalam proses respirasi tanaman yaitu karbondioksida.
Laju respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
ketersediaan substrat, ketersediaan oksigen, suhu, tipe tumbuhan, dan umur
tumbuhan. Pertama, ketersediaan substrat yaitu jika kandungan substratnya rendah,
maka laju respirasinya juga rendah. Begitu juga sebaliknya, jika kandungan
substratnya tinggi, maka laju respirasinyapun juga tinggi. Kedua, ketersediaan
oksigen yaitu besarnya pengaruh oksigen terhadap laju respirasi tergantung pada
tiap spesies. Ketiga, laju respirasinya akan meningkat tiap suhu 10 derajat celcius,
serta tergantung pada masing-masing spesiesnya, dan terakhir yaitu tipe dan umur
tumbuhan yang dimana setiap spesies tumbuhan mempunyai metabolisme yang
berbeda sehingga laju respirasinya pun juga berbeda. Tumbuhan yang muda
mempunyai laju respirasi yang tinggi dibandingkan dengan tumbuhan yang tua.
Oleh karena itu, komponen oksigen dan karbondioksida ini sangat penting
peranannya dalam proses respirasi, sehingga perlu diadakan pengamatan terhadap
kandungan volume oksigen dan karbondioksida yang dihasilkan dari proses
respirasi, agar dapat diketahui jumlah volume oksigen yang diperlukan tumbuhan
atau tanaman serta jumlah volume karbondioksida yang dikeluarkan oleh tumbuhan
atau tanaman. Dengan demikian, laporan ini di latar belakangi oleh permasalahan
respirasi.
1.2 Tujuan
Mengetahui volume O2 dan CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi serta
membuktikan bahwa suhu berpengaruh pada proses respirasi.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3
Siklus krebs menyempurnakan oksidasi bahan bakar organik dari glikolisis.
Gandin et al. (2014) mengatakan bahwa siklus krebs berlangsung di dalam
mitokondria dengan proses asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C)
menjadi asam piruvat (6C). Asam oksaloasetat memasuki daun menjadi berbagai
macam zat yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat. Setelah itu ada reduksi,
yaitu pelepasan electron dan ion hydrogen oleh NAD dan FAD menghasilkan 2
molekul NADH, dan 2 molekul FADH, dan 2 molekul ATP.
4
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.2.2 Bahan
1. Kecambah kacang hijau
2. Larutan CaCl2 0,2 N
3. Larutan NaOH 0,2 N
4. Larutan HCL 0,05 N
5. Aquadest
6. Vaseline
5
2. Memasukkan 15 kecambah kacang hijau ke dalam tabung objek.
3. Mengisi alat suntik dengan sedikit air dengan menyedotnya.
4. Menyuntik air satu tetes kecil ke ujung atas pipa ukur dan tabung pengumpul
(sebaiknya tetes air tersebut berada pada angka yang mudah terbaca).
5. Melihat perubahan tetes air dalam pipa ukur setelah 2 menit, kemudian mengetahui
volume O2 yang terserap oleh kecambah tersebut.
6. Menghitung volume oksigen yang terpkai dengan rumus: V = 3,14 x 0,75 x 0,75 x
(perubahan posisi tetes air) mm3.
6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Volume Oksigen dan Karbondioksida
5 4,29 4,48
3,74
Volume (mm3)
2 1,2 1,4
0,66
1
0
Imbibisi 24 Jam 48 Jam
O2 CO2
7
4.1.2 Kuosien Respirasi (KR)
5,67
6
3,57
3,20
4
0
imbibisi 24 Jam 48 Jam
Kuosien…
4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari hasil pengamatan bahwa pada kecambah yang ditanam
selama 24 jam menghasilkan perubahan posisi tetes air sebesar 0,69 dan volume
HCL sebesar 3,9. Sehingga dari perolehan data tersebut dapat diketahui jumlah
volume oksigen yang diperlukan oleh kecambah yang ditanam selama 24 jam
dengan rumus: V = 3,14 x 0,75 x 0,75 x 0,69 dan diperoleh hasil sebesar 1,2 mm3.
Selain itu, jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dapat dihitung dengan rumus:
V = ½ x 0,05 x 44 x 3,9 dan diperoleh hasil sebesar 4,29 ml. Dengan demikian, dari
hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai dari KR atau Kuosien Respirasi
pada kecambah yang ditanam selama 24 jam yaitu dengan cara jumlahnya
karbondioksida yang keluar dibanding dengan oksigen yang diperlukan dalam
penguraian suatu subtrat pada proses respirasi atau nilai KR = 4,29/1,2 , maka akan
diperoleh hasil sebesar 3,575.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa volume oksigen yang
diperlukan pada kecambah kacang hijau dengan perlakuan imbibisi sebesar 0,66
mm3, sedangkan volume karbondiokasida yang dikeluarkan sebesar 3,74 ml.
8
Sehingga didapatkan nilai KR atau Kuosien Respirasi sebesar 5,67. Pada kecambah
kacang hijau yang telah ditanam selama 24 jam volume oksigen yang dibutuhkan
pada kecambah kacang hijau sebesar 1,2 mm3 dan volume karbondioksida yang
dikeluarkan sebesar 4,29 ml, sehingga menghasilkan nilai KR sebesar 3,575.
Selanjutnya pada kecambah kacang hijau yang telah ditanam selama 48 jam
dibutuhkan volume oksigen sebesar 1,4 mm3 dan volume karbondiokasida yang
dikeluarkan sebesar 4,48 ml, sehingga dapat dihasilkan nilai KR sebesar 3,2.
Berdasarkan dari hasil data perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai
KR kecambah kacang hijau dengan perlakuan imbibisi lebih besar dari pada nilai
KR pada kecambah kacang hijau yang ditanam selama 48 jam. Nilai KR atau
Kuosien Respirasi ini merupakan nilai yang ditentukan oleh jumlah volume
karbondioksida yang dilepaskan dibanding dengan jumlah volume oksigen yang
diperlukan serta substrat yang tersimpan di dalam suatu tanaman. Kebutuhan
oksigen dalam setiap jenis tanaman itu berbeda. Respirasi pada tumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketersediaan substrat, suhu, ketersediaan
oksigen, serta jenis dan umur tanaman. Respirasi sendiri merupakan perubahan atau
perombakan energi kimia yang tersimpan dalam suatu tanaman dalam bentuk
karbohidrat dan digunakan untuk menjalankan proses-proses metabolisme. Proses
respirasi menghasilkan energi, air, karbondioksida, dan elektron. Apabila proses
respirasi meningkat maka pengambilan oksigen yang diperlukan juga akan
meningkat pula dan pengeluaran karbondioksida serta energi, air yang berupa panas
(Chaidir dan Ahmad, 2015). Tahapan proses respirasi tanaman yaitu pertama
glikolisis yang dimana merupakan tahap awal dari proses respirasi tumbuhan. Pada
proses ini terjadi perombakan glukosa menjadi asam piruvat. Selanjutnya yaitu
tahap siklus krebs yang dimana pada tahap ini terjadi perombakan asam piruvat
menjadi karbondioksida. Kemudian masuk ke tahap transfer energi atau bisa
disebut dengan fosforilasi oksidatif. Pada tahap transfer energi ini terjadi transfer
elektron dan juga hidrogen yang akan membentuk molekul air (Sari dan Ratna,
2015).
9
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Umur tanaman dapat mempengaruhi jumlah volume oksigen yang dihasilkan
dan jumlah volume karbondioksida yang dilepaskan.
2. Semakin rendah jumlah volume oksigen yang diperlukan maka nilai KR akan
semakin tinggi.
3. Jumlah volume oksigen yang diperlukan dan volume karbondioksida yang
dilepaskan pada setiap jenis tanaman berbeda.
4. Laju respirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketersediaan oksigen,
substrat, suhu, umur dan jenis tanaman.
5. Komponen terpenting dalam respirasi yaitu oksigen dan karbondioksida.
5.2 Saran
Kegiatan praktikum pada acara respirasi cukup menarik dan semua berjalan
sebagaimana mestinya. Peralatan praktikumnya juga lengkap. Namun pada
praktikum respirasi ini memiliki tahapan dan proses yang cukup panjang sehingga
dalam pengerjaannya menjadi tergesa-gesa dikarenakan waktu yang terbatas.
Mungkin bisa diperbaiki dari manajemen waktu nya, agar tidak mengganggu
perkuliahan selanjutnya. Terima kasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Azmin, N., Sugiyarto dan Marsusi. 2015. Pertumbuhan Carica (Carica pubescens)
dengan Perlakuan Dosis Pupuk Fosfor dan Kalium untuk Mendukung
Keberhasilan Transplantasi di Lereng Gunung Lawu. EL-Vivo. Vol 3 (1):34-
40.
Gandin, A., Koteyeva, N.K., Voznesenskaya, E.V., Edwardsl, G.E., dan Cousins,
A.B. 2014. The acclimation of photosynthesis and respiration to
temperature in the intermediate Salsola divaricata: Induction of high
respiratory CO2 release under low temperature. Plant, Cell and
Environment, 37(11), pp. 2601–2612. doi: 10.1111/pce.12345.
Hapsari, S., Zaman, B. dan Andarani, P. (2016). Kemampuan Tumbuhan Kayu Apu
(Pistia stratiotes L.) dalam Menyisihkan Kromium Total (Cr-T) dan COD
Limbah Elektroplating. Teknik Lingkungan. Vol 5 (4).
Sari, Y. P., R. Kusuma. 2015. Modifikasi Konsentrasi pada Media Padat dan Cair
untuk Pertumbuhan Kalus Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia tuberose
JACK.) Secara Invitro. Ilmiah Ilmu Biologi, 1(1): 9-13.
Setiowati, T. dan Furqonita, D. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta Timur: Azka Press.
11
LAMPIRAN
12
Lampiran 3 Flowchart
13
Lampiran 5 Hapsari, S., Zaman, B. dan Andarani, P. 2016.
14
Lampiran 7 Azmin, N., Sugiyarto dan Marsusi. 2015.
15
Lampiran 9 Chaidir, L., A. Taofik. 2015.
16
Lampiran 11 Gandin, A. et al. 2014.
17
Lampiran 13 Gambar pengambilan bahan kecambah
18
Lampiran 15 Gambar penyuntikan tinta
19
Lampiran 17 Penambahan CaCl2
20
\\
Lampiran 19 Proses titrasi
21