Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum ini adalah :
Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah ?
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.
C. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.
Ho : Tidak ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.
D. Kajian Pustaka
1. Respirasi
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi
bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik
maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob
dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit
energi.
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat
dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang
penting lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa,
fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan protein (digunakan pada
keadaan & spesies tertentu). Secara umum, respirasi karbohidrat dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2
Asam
Piruvat
hasil
glikolisis
akan
diubah
menjadi
karena
bertambahnya
sel
melakukan
protoplasma
pertumbuhan.
diikuti
dengan
Sejalan
dengan
penambahan
dan
bekerja
maka
memungkinkan
untuk
menyebabkan
b. Cahaya
Peningkatan intensitas cahaya menyebabkan peningkatan laju
respirasi. Mengenai pegaruh cahaya terhadap laju respirasi dapat
ditinjau dari tiga sisi, yaitu :
1) Meningkatnya
intensitas
cahaya
akan
meningkatkan
laju
Alat
Erlenmeyer 250 ml
6 buah
Neraca
1 buah
Buret
1 set
Pipet
1 buah
Bahan
-
30 gr
300 mL
secukupnya
15 mL
secukupnya
Kain kasa
secukupnya
Benang
secukupnya
Plastic
secukupnya
H. Rancangan Percobaan
Menyiapkan 6 erlenmeyer kemudian mengisi masing-masing erlenmeyer tersebut
dengan 30 mL larutan NaOH 0,5 M
30 ml larutan
NaOH 0.5 M
Kacang Hijau
5 gram
Memasukkan ke erlenmeyer dan menggantung bungkusan
kecambah tersebut diatas larutan NaOH 0,5 M dengan
bantuan tali, kemudian menutup rapat botol tersebut dengan
plastik dan karet.
Setelah 24 jam, melakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang
dilepaskan selama proses respirasi kecambah.
Perlakuan
Ruang
(250 C)
Inkubator
(360 C)
Volume HCl
(ml)
CO2 yang
dihasilkann
(ml)
Rata-rata
CO2 yang
dihasilkan
(ml)
Kecepatan
Respirasi
(ml/jam)
0,6
0,6
3
3
0,125
0,5
2,5
2,5
0,104
0,8
0,8
4
4
0,166
0,7
3,5
3,5
0,145
Kecambah 1
Kecambah 2
Tanpa
Kecambah
Kecambah 1
Kecambah 2
Tanpa
Kecambah
Setelah memperoleh data volume HCl, CO2 yang dihasilkan pada masingmasing perlakuan dan dimasukkan ke perhitungan hingga diperoleh rata-rata CO2
hingga kecepatan respirasinya, maka diperolehlah grafik seperti berikut :
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
Kecepatan respirasi 0.04
0.02
0
Kecambah
Tanpa Kecambah
Perlakuan
10
(25C) jumlah HCl yang diperlukan untuk menitrasi NaOH yang mengikat CO 2
secara berturut-turut yakni 0,5 ml pada ernmeyer tanpa kecambah (kontrol), 0,6
ml pada erlenmeyer kecambah 1, dan 0,6 ml pada erlenmeyer kecambah 2. Rata
rata CO2 hasil respirasi sebesar 2,5 ml pada tanpa kecambah (kontrol) dan 3 ml
pada kecambah. Sehingga berdasarkan penghitungan laju reaksi, pada suhu ruang
(25C) diperoleh kecepatan respirasi pada erlenmeyer tanpa kecambah 0,104
ml/jam dan 0,125 ml/jam pada erlenmeyer kecambah.
Pada suhu inkubator (36C) jumlah HCl yang diperlukan untuk menitrasi
NaOH yang mengikat CO2 secara berturut-turut yakni 0,7 ml pada ernmeyer tanpa
kecambah (kontrol), 0,8 ml pada erlenmeyer kecambah 1, dan 0,8 ml pada
erlenmeyer kecambah 2. Rata rata CO2 hasil respirasi sebesar 3,5 ml pada tanpa
kecambah (kontrol) dan 4 ml pada kecambah. Sehingga berdasarkan penghitungan
laju reaksi, pada suhu inkubator (36C) diperoleh kecepatan respirasi pada
erlenmeyer tanpa kecambah 0,145 ml/jam dan 0,166 ml/jam pada erlenmeyer
kecambah. Dari hasil tersebut diketahui bahwa semakin tinggi suhunya maka laju
respirasi semakin tinggi diikuti dengan banyaknya kadar CO2 yang dihasilkan.
L. Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut
berpengaruh terhadap laju respirasi. Rangkaian kecambah pada suhu yang
lebih tinggi yaitu 36C memiliki kecepatan respirasi lebih tingg dari pada
rangkaian kecambah pada suhu 25C. Hal ini bisa dilihat melalui perhitungan
kecepatan respirasi kecambah, setelah diketahui banyaknya HCl yang
dibutuhkan saat titrasi dan jumlah CO2 yang dilepaskan.
Perlakuan pada percobaan kali ini adalah kecambah dibungkus dengan
kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga dapat
digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat dilewati oleh oksigen
dan karbon dioksida pada saat proses respirasi. Kecambah dimasukkan
kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar tidak
ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti
oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada karbon dioksida
yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan basa kuat
yaitu NaOH, NaOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan
11
Karbon dioksida hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang mengikat karbon
dioksida
akan
membentuk
natrium
bikarbonat
yang
merupakan
Na2CO3 + H2O
Pada suhu ruangan (250C) volume CO2 hasil respirasi kecambah lebih
rendah daripada suhu inkubasi (360C), yakni sebesar 1,2 ml. Hal ini
dikarenakan pada suhu yang lebih rendah, kerja enzim tidak optimal sehingga
mengakibatkan reaksi pengubahan glukosa menjadi CO2 lebih lambat
sehingga volume CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi lebih sedikit.
Selain itu, pada suhu yang lebih rendah, volume CO 2 akan lebih sedikit diikat
oleh NaOH sehingga CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi lebih kecil.
Pada suhu incubator (360C) diperoleh volume CO2 hasil respirasi lebih besar
dibandingkan pada suhu ruangan, yakni sebesar 2,4 ml. Hal ini dikarenakan
pada suhu incubator, keadaan suhunya dibuat konstan (stabil), dimana pada
suhu yang konstan (stabil) kerja enzim akan lebih optimal tanpa mengalami
kerusakan. Seperti yang kita ketahui bahwa proses respirasi melibatkan kerja
berbagai enzim. Karena enzim tidak mengalami kerusakan maka enzim akan
mempercepat pengubahan glukosa menjadi karbon dioksida. Oleh karena itu,
CO2 yang dilepaskan dari respirasi kecambah lebih besar. Selain itu, pada
suhu yang lebih tinggi volume CO 2 akan lebih banyak diikat oleh NaOH
sehingga kadar CO2 yang dilepaskan makin besar.
Kontrol pada percobaan ini adalah Erlenmeyer yang hanya diisi NaOH
tanpa kecambah, ternyata menunjukkan nilai respirasi yang lebih rendah. Hal
ini dikarenakan pada erlenmeyer tanpa kecambah tidak ada enzim dari
kecambah. Sedangkan respirasi pada NaOH ada kecambah lebih cepat
respirasinya dan CO2 yang dihasilkan lebih banyak dibanding dengan
respirasi pada NaOH tanpa kecambah , karena dipengaruhi oleh substrat
untuk oksidasi dalam metabolisme respiratoris. Dan umumnya substrat untuk
respirasi adalah zat yang tertimbun dalam jumlah yang relative banyak dan
proses metabolisme melibatkan serangkaian reaksi enzimatis yang juga
melibatkan enzim, maka kecepatan respirasi pada Erlenmeyer yang ada
kecambahnya juga dipengaruhi oleh enzim-enzim yang terdapat dalam
12
kecambah dan enzim akan meningkat bila suhu juga tinggi namun apabila
suhu terlalu tinggi juga akan merusak enzim. Sedangkan tabung Erlenmeyer
yang hanya berisi NaOH saja respirasinya lambat dan CO 2 yang dihasilkan
sedikit. Hal ini karena tidak dipengaruhi oleh enzim.
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan
basa (NaOH) dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang
digunakan adalah asam kuat HCl. Sebelum dititrasi dengan HCL, larutan dari
rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan Ba
sebanyak 5 ml, penambahan BaCl2 berfungsi untuk mengendapkan karbon
dioksida yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat
digambarkan sebagai berikut :
BaCl2 + Na2CO3
Larutan
yang
awalnya
BaCO3 + 2 NaCl
berwarna
bening
kemudian
berubah
NaCl + H2O
jumlah HCl yang digunakan sudah dapat dilihat pengaruh suhu terhadap laju
respirasi aerob.
Dengan demikian, percobaan yang kami lakukan, telah berhasil
membuktikan bahwa suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi
kecambah. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman dikenal sebagai
suhu kardinal yaitu meliputi suhu optimum (pada kondisi ini tanaman dapat
tumbuh baik), suhu minimum (pada suhu di bawahnya tanaman tidak dapat
tumbuh), serta suhu maksimum (pada suhu yang lebih tinggi tanaman tidak
dapat tumbuh). Suhu kardinal untuk setiap jenis tanaman memang bervariasi
satu
dengan
lainnya.
Pengaruh
suhu
terhadap
pertumbuhan
dan
sangat
banyak
menaikkan
penguapan
dan
sedikit
difusi
14
enurunkan
proses
perkembangan
respirasi,
mikrobia
memperkecil
(Tugwel
dan
transisi,
Dahlenburg,
menghambat
2000).
Tetapi
isalnya
glikolisis. Bila satu molekul gula dioksidasi sempurna maka hasilnya adalah 6
atom karbon dibebaskan dari gula dan keluar sebagai CO2 . 12 atom H
dikeluarkan dari gula pada reaksi. Reaksi berikutnya bergabung dengan atom
O yang berasal dari oksigen atmosfer, membentuk 16 molekul air
(Loveless,1991)
M. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi kecambah.
Semakin tinggi suhu maka kecepatan respirasi kecambah semakin
cepat, begitupula sebaliknya.
M. Daftar Pustaka
Darsana, L., Wartoyo, Wahyuti, T., 2003. Pengaruh saat Panen dan Suhu
Penyimpanan terhadap Umur Simpan dan Kualitas Mentimum Jepang
(Cucumis sativus). Agrosains 5 (1): 12-20.
Loveless,A.R.1991, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah
Tropik1,Gramedia,Jakarta.
Nasaruddin, Musa, Y., dan Kuruseng, M. A. Aktifitas Beberapa Proses
Fisiologi Tanaman Kakao Muda di Lapang Pada Beberapa Naungan
Buatan. Jurnal Agrisistem (2)1 : 31-32.
Rahayu, Yuni Sri, Yuliani, Sari Kusuma Dewi. 2016. Petunjuk Praktikum
Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
Sasmita Mihardja, Dradjat. 1996j. Fisiologi Tumbuhan. Bandung ITB.
Soerodikosoemo, Wibisono dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soewardiati. 1991. Biologi Umum. Surabaya : Unipress IKIP Surabaya.
15
Sunu, P dan Wartoyo. 2006. Buku Ajar Dasar Hartikultura. Program Studi
Agronomi, Fakultas Pertanian, UNS.
LAMPIRAN
Penghitungan Kecepatan Respirasi Kecambah
SUHU RUANG (250 C)
CO2 yang dibebaskan :
Kecambah 1 5 x 0,6 = 3
Kecambah 2 5 x 6 = 3
Tanpa kecambah 5 x 0,5 = 2,5
Rata-rata CO2 yang dibebaskan kecambah 1 dan 2
CO 2 kecambah1+CO 2 kecambah 2
=
2
3+ 3
=
2
=3
Rata-rata CO2 yang dibebaskan tanpa kecambah = 2,5
Kecepatan respirasi kecambah 1 dan 2
CO 2 yang dibebaskan( ml)
=
24 ( jam)
3
=
24
= 0,125 ml/jam
Kecepatan respirasi tanpa kecambah
CO 2 yang dibebaskan( ml)
=
24 ( jam)
2,5
=
24
= 0,104 ml/jam
SUHU DALAM INKUBATOR (370 C)
CO2 yang dibebaskan :
Kecambah 1 5 x 0,8 = 4
Kecambah 2 5 x 0,8 = 4
Tanpa kecambah 5 x 0,7 = 3,5
16
GAMBAR
KET.
N
O
GAMBAR
KET.
17
Menyiapkan
Menimbang 5
6 erlenmeyer
gram
dan masing-
kecambah
masing diisi
30 ml NaOH
3
Membungkus
Mengikat
kecambah
kain
dengan kain
dengan
kasa.
kasur
Memasukkan
kasa
tali
4 erlenmeyer
kecambah ke
perlakuan
dalam
(diisi
erlenmeyer
kecambah)
dan
ditutup
rapat dengan
7
plastik
2 erlenmeyer 8
2 erlenmeyer
sebagai
berisi
kontrol (tidak
kecambah
diisi
dan 1 tanpa
kecambah
kecambah
diletakkan
dalam
inkubator dan
suhu ruang
18