Anda di halaman 1dari 18

A.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum ini adalah :
Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah ?
B. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.
C. Hipotesis
Ha : Ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.
Ho : Tidak ada pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah.
D. Kajian Pustaka
1. Respirasi
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa
organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi
bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik
maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan
dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob
dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain
karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit
energi.
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat
dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang
penting lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti glukosa,
fruktosa, dan sukrosa; pati; asam organik; dan protein (digunakan pada
keadaan & spesies tertentu). Secara umum, respirasi karbohidrat dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + O2

6CO2 + H2O + energi

Reaksi di atas merupakan persamaan rangkuman dari reaksi-reaksi


yang terjadi pada proses respirasi. Proses respirasi diawali dengan adanya
penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam
tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang
digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan
jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran
sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan
berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena
membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi
kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian

digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya


yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor
elektron. Tahapan yang pertama adalah glikolisis, yaitu tahapan
pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam piruvat (beratom C3),
peristiwa ini berlangsung di sitosol. Asam Piruvat yang dihasilkan
selanjutnya akan diproses dalam tahap dekarboksilasi oksidatif. Selain itu
glikolisis juga menghasilkan 2 molekul ATP sebagai energi, dan 2 molekul
NADH yang akan di gunakan pada transport electron. Dalam keadaan
anaerob,

Asam

Piruvat

hasil

glikolisis

akan

diubah

menjadi

karbondioksida dan etil alkohol. Proses pengubahan ini dikatalisis oleh


enzim dalam sitoplasma. Dalam respirasi anaerob jumlah ATP yang
dihasilkan hanya dua molekul untuk setiap satu molekul glukosa, hasil ini
berbeda jauh dengan ATP yang dihasilkan dari hasil keseluruhan respirasi
aerob yaitu 36 ATP. Tahapan kedua dari respirasi adalah dekarboksilasi
oksidatif, yaitu pengubahan asam piruvat (beratom C3) menjadi Asetil
KoA (beratom C2) dengan melepaskan CO2, peristiwa ini berlangsung di
sitosol. Asetil KoA yang dihasilkan akan diproses dalam siklus krebs.
Hasil lainnya yaitu NADH yang akan di gunakan dalam transport electron.
Tahapan selanjutnya adalah siklus asam sitrat (daur krebs) yang terjadi di
dalam matriks dan membran dalam mitokondria, yaitu tahapan pengolahan
asetil KoA dengan senyawa asam sitrat sebagai senyawa yang pertama kali
terbentuk. Beberapa senyawa dihasilkan dalam tahapan ini, diantaranya
adalah satu molekul ATP sebagai energi, satu molekul FADH dan tiga
molekul NADH yang akan digunakan dalam transfer elektron, serta dua
molekul CO2. Tahapan terakhir adalah transfer elektron, yaitu serangkaian
reaksi yang melibatkan sistem karier elektron (pembawa elektron). Proses
ini terjadi di dalam membran dalam mitokondria. Dalam reaksi ini
elektron ditransfer dalam serangkaian reaksi redoks dan dibantu oleh
enzim sitokrom, quinon, piridoksin, dan flavoprotein. Reaksi transfer
elektron ini nantinya akan menghasilkan H2O.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi
Respirasi dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu :
2

1. Faktor Dalam, berupa :


a. Umur Sel Tanaman Dan Tipe Jaringan
Semakin bertambah umur maka laju respirasi menjadi makin
cepat

karena

bertambahnya

sel

melakukan

protoplasma

pertumbuhan.

diikuti

dengan

Sejalan

dengan

penambahan

dan

penyempurnaan enzim-enzim di dalam protoplasma.


Respirasi pada jaringan muda lebih tinggi dari pada jaringan tua,
dan jaringan berkembang melakukan respirasi lebih tinggi daripada
jaringan dewasa.
b. Konsentrasi Substrat Respirasi Yang Tersedia
Laju respirasi sangat tergantung pada konsentrasi substrat yang
tersedia. Makin banyak substrat respirasi yang tersedia dalam sel,
maka laju respirasi makin cepat. Pada tumbuhan yang kandungan
pati/gulanya rendah, melakukan respirasi pada laju yang rendah. Laju
respirasi lebih cepat setelah matahari tenggelam saat kandungan gula
tinggi dibandingkan dengan ketika matahari terbit saat gulanya rendah.
2. Faktor Luar, berupa :
a. Temperatur
Pada rentang temperatur 00C sampai dengan 450C, peningkatan
temperatur akan diikuti peningkatan laju respirasi. Tinggi dan lamanya
temperatur

bekerja

maka

memungkinkan

untuk

menyebabkan

rusaknya protein enzim, sehingga laju respirasi menurun. Demikian


juga pada temperatur yang rendah, laju respirasi menurun karena
terjadi perubaha struktur dari protein enzim.
Menurut Meyer dan Anderson (1952) menurunnya laju respirasi
disebabkan oleh :
1) Masuknya oksigen kedalam sel karena pada temperatur yang tinggi
konsentrasi oksigen menurun.
2) Keluarnya CO2 tidak cepat sehingga banyak tertimbun di dalam sel
dan menyebabkan hambatan pada proses respirasi.
3) Pada temperatur tinggi, substrat respirasi yang tersedia menurun,
sehingga substrat menjadi faktor pembatas.

b. Cahaya
Peningkatan intensitas cahaya menyebabkan peningkatan laju
respirasi. Mengenai pegaruh cahaya terhadap laju respirasi dapat
ditinjau dari tiga sisi, yaitu :
1) Meningkatnya

intensitas

cahaya

akan

meningkatkan

laju

fotosintesis yang berarti substrat respirasi yang tersedia meningkat


dengan demikian laju respirasi juga meningkat.
2) Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan temperatur
sehingga laju respirasi cepat.
3) Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan hasil fotosintat
di dalam sel penutup stoma sehingga mnyebabkan stoma
membuka. Dengan demikian proses pertukaran gas O2 dan CO2
berlangsung dengan cepat. Akibatnya laju respirasi meningkat.
c. Konsentrasi Oksigen di Udara
Suplai oksigen mempengaruhi respirasi, tetapi pengaruhnya
berbeda-beda dalam setiap tumbuhan, yakni tergantung pada jenis dan
bagian tumbuhan.
Kadar O2 di udara sangat kecil untuk dapat mempengaruhi
respirasi daun dan batang. Laju penetrasi O2

ke dalam daun dan

batang serta akar biasanya cukup untuk mempertahankan tingkat


pengambilan normal O2 oleh mitokondria. Dalam jaringan yang lebih
tebal dengan bandingan permukaan/volume rendah, O2 berdifusi dalam
sel-sel sebelah dalam diperlambat sehingga aju reaksi menjadi rendah.
d. Konsentrasi Karbondioksida
Meningkatnya konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat
menghambat terjadinya respirasi. Karena konsentrasi karbondioksida
yang tinggi menyebabkan menutupnya stoma sehingga proses
pertukaran gas menjadi terbatas (kurang cepat). Hal ini mengakibatkan
pada penurunan laju respirasi.
e. Tersedianya Air

Air dalam jumlah banyak dapat menyebabkan penurunan laju


respirasi. Hal ini karena air merupakan medium tempat terjadinya
reaksi respirasi.
f. Luka dan Stimulus Mekanis
Stimulus mekanis pada jaringan daun menyebabkan respirasi
naik untuk sementara. Penekanan mempunyai efek yang rendah dan
penyobekan mampu memacu respirasi. Hal ini dikarenakan pemisahan
antara substrat dan oksidasenya, glikolisis yang normal dan
katabolisme oksidatif meningkat karena rusaknya sel, sel-sel kembali
ke keadaan meristematis diikuti proses penyambuhan.
g. Garam-Garam
Apabila akar-akar menyerap garam, laju respirasi akan
mningkat. Hal ini dikaitkan pada saat garam atau ion diserap. Dan
keperluan energi itu akan dipenuhi dengan menaikkan respirasi.
3. NaOH
Merupakan basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam
bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa
disebut sorensen. Bersifat lembab dan secara spontan menyerap
karbondioksida dari udara bebas. Sangat larut dalam air dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan, karena dalam proses pelarutannya
dalam air bereaksi pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis.
4. HCl
Pada suhu kamar, asam klorida adalah gas tidak berwarna.
Merupakan larutan akuatik dari gas HCl. Berupa asam kuat dan
merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga
digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida merupakan asam
pilihan dalam tirtrasi untuk menentukan jumlah basa. Asam yang lebih
kuat akan memberikan hasil yang lebih oleh karena titik akhir yang jelas.
Asam klorida azeotropik (kira-kira 20,2%) dapat digunakan sebagai
standar primer dalam analisis kuantitatif, walaupun konsentrasinya
bergantung tekanan atmosfernya ketika dibuat.

Asam klorida dibuat dengan melarutkan hidrogen klorida ke dalam


air. Hidrogen klorida dapat dihasilkan melalui beberapa cara. Produksi
skala besar asam klorida hampir selalu merupakan produk sampingan dari
produksi industri senyawa kimia lainnya.
5. BaCl2
Barium klorida adalah senyawa anorganik yang dapat ditemukan
dalam bentuk hidratnya BaCl2.2H2O. Merupakan garam barium yang
paling umum larut dalam air. Fungsi BaCl 2 adalah sering digunakan untuk
tes ion sulfat, pengeras baja, pembuatan garam barium lainnya, bahan
mendapatkan logam Barium dengan cara elektrolisis, kembang api untuk
memberikan warna hijau terang, pigmen, detergen boiler, pemurnian gula,
pembuatan soda, polimer dan stabilisator.
E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
a) Variabel Manipulasi :
Suhu/temperatur.
Erlenmeyer dengan kecambah
b) Variabel Respon
:
Volume CO2 hasil respirasi kecambah.
c) Variabel Kontrol
:
Jenis kecambah yang digunakan adalah kacang hijau, umur 2 hari.
Erlenmeyer tanpa kecambah
Volume larutan NaOH 0.5 M
Tabung erlenmeyer
Larutan indikator adalah Larutan Phenolfalin (PP).
Volume larutan BaCl2 0.5 M
Volume larutan HCl 0.5 M
F. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel manipulasi dalam praktikum ini yaitu suhu, suhu yamg dimaksud
adalah suhu ruangan untuk meletakkan erlenmeyer, dimana ada 2
perlakuan, yakni diletakkan pada suhu ruamngan dan suhu dalam
inkubator. Variabel manipulasi yang kedua adalah perlakuan pada
erlenmeyer, yakni ada yang diberi kecambah dan NaOH dan ada yang diisi
NaOH saja tanpa kecambah.
b. Variabel respon yang akan diamati yaitu
G. Alat dan Bahan

Alat

Erlenmeyer 250 ml

6 buah

Neraca

1 buah

Buret

1 set

Pipet

1 buah

Bahan
-

Kecambah kacang hijau umur 2 hari

30 gr

Larutan NaOH 0,5 M

300 mL

Larutan HCl 0,5 M

secukupnya

Larutan BaCl2 0,5 M

15 mL

Larutan Phenolftalin (PP)

secukupnya

Kain kasa

secukupnya

Benang

secukupnya

Plastic

secukupnya

H. Rancangan Percobaan
Menyiapkan 6 erlenmeyer kemudian mengisi masing-masing erlenmeyer tersebut
dengan 30 mL larutan NaOH 0,5 M

30 ml larutan
NaOH 0.5 M

Membuang kulit biji kecambah kacang hijau


.

Kacang Hijau

Menimbang 5 gram kecambah kemudian membungkusnya dengan kain kasa


dan mengikatnya dengan seutas tali, 2 sampel untuk suhu rungan dan 2 sampel
untuk suhu di dalam ruang inkubator

5 gram
Memasukkan ke erlenmeyer dan menggantung bungkusan
kecambah tersebut diatas larutan NaOH 0,5 M dengan
bantuan tali, kemudian menutup rapat botol tersebut dengan
plastik dan karet.

Menyimpan di dalam ruang dengan suhu ruangan dan di


dalam inkubator yang suhunya 360 C

Suhu ruangan (280C)

Suhu Inkubator (360C)

Setelah 24 jam, melakukan titrasi untuk mengetahui jumlah gas CO2 yang
dilepaskan selama proses respirasi kecambah.

Mengambil 5 mL larutan NaOH dalam botol kemudian menambahkan 2,5


mL larutan BaCl2 dan menetesi dengan 2 tetes larutan PP sehingga larutan
berwarna merah. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan larutan HCl 0,5
M. Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat hilang.
Gambar 1. Rancangan percobaan pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi
I. Langkah Kerja
1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
2. Menyiapkan 6 erlenmeyer lalu mengisi masing-masing dengan 30 ml
larutan NaOH 0,5 M.
3. Menimbang 5 gram kecambah yang disediakan kemudian membungkus
dengan kain kasa dan diikat dengan seutas tali. Masing-masing 2 sampel
untuk suhu ruangan dan 2 sampel untuk suhu dalam inkubator.
4. Memasukkan kedalam Erlenmeyer dan menggantungkan bungkusan
kecambah tersebut di atas larutan NaOH dengan bantuan tali. Kemudian
menutup rapat-rapat botol tersebut dengan plastic.
5. Menyimpan

2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambah

(control) masing-masing pada suhu ruangan dan yang lain di dalam


incubator dengan suhu 360 C.
6. Setelah 24 jam, melakukan titrasi untuk mengetahui jumla gas CO 2 yang
dilepaskan selama respirasi kecambah.
7. Mengambil 5 ml larutan NaOH dalam botol kemudian memasukkan dalam
Erlenmeyer. Setelah itu menambahkan 2,5 ml BaCl2 dan menetesi dengan
2 tetes PP sehingga larutan berwarna merah. Selanjutnya larutan tersebut
dititrasi dengan HCl 0,5 M. Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat
hilang.

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Berikut ini adalah tabel pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan
respirasi kecambah.
Tabel 1. Tabel Pengamatan Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Respirasi
Kecambah.
Suhu

Perlakuan

Ruang
(250 C)
Inkubator
(360 C)

Volume HCl
(ml)

CO2 yang
dihasilkann
(ml)

Rata-rata
CO2 yang
dihasilkan
(ml)

Kecepatan
Respirasi
(ml/jam)

0,6
0,6

3
3

0,125

0,5

2,5

2,5

0,104

0,8
0,8

4
4

0,166

0,7

3,5

3,5

0,145

Kecambah 1
Kecambah 2
Tanpa
Kecambah
Kecambah 1
Kecambah 2
Tanpa
Kecambah

Setelah memperoleh data volume HCl, CO2 yang dihasilkan pada masingmasing perlakuan dan dimasukkan ke perhitungan hingga diperoleh rata-rata CO2
hingga kecepatan respirasinya, maka diperolehlah grafik seperti berikut :
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
Kecepatan respirasi 0.04
0.02
0

Kecambah
Tanpa Kecambah

Perlakuan

Gambar 2. Grafik Pengaruh Suhu terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah.


K. Rencana Analisis Data
Pada percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi
kecambah, dapat diketahui melalui data tabel dan grafik, pada suhu suhu ruangan

10

(25C) jumlah HCl yang diperlukan untuk menitrasi NaOH yang mengikat CO 2
secara berturut-turut yakni 0,5 ml pada ernmeyer tanpa kecambah (kontrol), 0,6
ml pada erlenmeyer kecambah 1, dan 0,6 ml pada erlenmeyer kecambah 2. Rata
rata CO2 hasil respirasi sebesar 2,5 ml pada tanpa kecambah (kontrol) dan 3 ml
pada kecambah. Sehingga berdasarkan penghitungan laju reaksi, pada suhu ruang
(25C) diperoleh kecepatan respirasi pada erlenmeyer tanpa kecambah 0,104
ml/jam dan 0,125 ml/jam pada erlenmeyer kecambah.
Pada suhu inkubator (36C) jumlah HCl yang diperlukan untuk menitrasi
NaOH yang mengikat CO2 secara berturut-turut yakni 0,7 ml pada ernmeyer tanpa
kecambah (kontrol), 0,8 ml pada erlenmeyer kecambah 1, dan 0,8 ml pada
erlenmeyer kecambah 2. Rata rata CO2 hasil respirasi sebesar 3,5 ml pada tanpa
kecambah (kontrol) dan 4 ml pada kecambah. Sehingga berdasarkan penghitungan
laju reaksi, pada suhu inkubator (36C) diperoleh kecepatan respirasi pada
erlenmeyer tanpa kecambah 0,145 ml/jam dan 0,166 ml/jam pada erlenmeyer
kecambah. Dari hasil tersebut diketahui bahwa semakin tinggi suhunya maka laju
respirasi semakin tinggi diikuti dengan banyaknya kadar CO2 yang dihasilkan.
L. Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut
berpengaruh terhadap laju respirasi. Rangkaian kecambah pada suhu yang
lebih tinggi yaitu 36C memiliki kecepatan respirasi lebih tingg dari pada
rangkaian kecambah pada suhu 25C. Hal ini bisa dilihat melalui perhitungan
kecepatan respirasi kecambah, setelah diketahui banyaknya HCl yang
dibutuhkan saat titrasi dan jumlah CO2 yang dilepaskan.
Perlakuan pada percobaan kali ini adalah kecambah dibungkus dengan
kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga dapat
digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat dilewati oleh oksigen
dan karbon dioksida pada saat proses respirasi. Kecambah dimasukkan
kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar tidak
ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti
oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada karbon dioksida
yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan basa kuat
yaitu NaOH, NaOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan
11

Karbon dioksida hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang mengikat karbon
dioksida

akan

membentuk

natrium

bikarbonat

yang

merupakan

karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :


2NaOH + CO2

Na2CO3 + H2O

Pada suhu ruangan (250C) volume CO2 hasil respirasi kecambah lebih
rendah daripada suhu inkubasi (360C), yakni sebesar 1,2 ml. Hal ini
dikarenakan pada suhu yang lebih rendah, kerja enzim tidak optimal sehingga
mengakibatkan reaksi pengubahan glukosa menjadi CO2 lebih lambat
sehingga volume CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi lebih sedikit.
Selain itu, pada suhu yang lebih rendah, volume CO 2 akan lebih sedikit diikat
oleh NaOH sehingga CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi lebih kecil.
Pada suhu incubator (360C) diperoleh volume CO2 hasil respirasi lebih besar
dibandingkan pada suhu ruangan, yakni sebesar 2,4 ml. Hal ini dikarenakan
pada suhu incubator, keadaan suhunya dibuat konstan (stabil), dimana pada
suhu yang konstan (stabil) kerja enzim akan lebih optimal tanpa mengalami
kerusakan. Seperti yang kita ketahui bahwa proses respirasi melibatkan kerja
berbagai enzim. Karena enzim tidak mengalami kerusakan maka enzim akan
mempercepat pengubahan glukosa menjadi karbon dioksida. Oleh karena itu,
CO2 yang dilepaskan dari respirasi kecambah lebih besar. Selain itu, pada
suhu yang lebih tinggi volume CO 2 akan lebih banyak diikat oleh NaOH
sehingga kadar CO2 yang dilepaskan makin besar.
Kontrol pada percobaan ini adalah Erlenmeyer yang hanya diisi NaOH
tanpa kecambah, ternyata menunjukkan nilai respirasi yang lebih rendah. Hal
ini dikarenakan pada erlenmeyer tanpa kecambah tidak ada enzim dari
kecambah. Sedangkan respirasi pada NaOH ada kecambah lebih cepat
respirasinya dan CO2 yang dihasilkan lebih banyak dibanding dengan
respirasi pada NaOH tanpa kecambah , karena dipengaruhi oleh substrat
untuk oksidasi dalam metabolisme respiratoris. Dan umumnya substrat untuk
respirasi adalah zat yang tertimbun dalam jumlah yang relative banyak dan
proses metabolisme melibatkan serangkaian reaksi enzimatis yang juga
melibatkan enzim, maka kecepatan respirasi pada Erlenmeyer yang ada
kecambahnya juga dipengaruhi oleh enzim-enzim yang terdapat dalam

12

kecambah dan enzim akan meningkat bila suhu juga tinggi namun apabila
suhu terlalu tinggi juga akan merusak enzim. Sedangkan tabung Erlenmeyer
yang hanya berisi NaOH saja respirasinya lambat dan CO 2 yang dihasilkan
sedikit. Hal ini karena tidak dipengaruhi oleh enzim.
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan
basa (NaOH) dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang
digunakan adalah asam kuat HCl. Sebelum dititrasi dengan HCL, larutan dari
rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan Ba
sebanyak 5 ml, penambahan BaCl2 berfungsi untuk mengendapkan karbon
dioksida yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat
digambarkan sebagai berikut :
BaCl2 + Na2CO3
Larutan

yang

awalnya

BaCO3 + 2 NaCl
berwarna

bening

kemudian

berubah

menjadikeruh karena terbentuk endapan putih dari BaCO3. Selanjutnya


larutan tersebut diteteskan indicator fenolptalein (indicator pp). Indikator
yang berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah
muda. Indicator pp berfungsi untuk memudahkan mengamati perubahan
warna ketika larutan dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan asam kuat
yaitu HCl dengan menggunakan pipet tetes hingga larutan berubah warna
menjadi bening kembali. Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa
larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga larutan menjadi
netral. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
NaOH + HCl

NaCl + H2O

Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses


repirasi aerob berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika
titrasi dengan kata lain semakin banyak karbon dioksida yang dilepaskan
maka semakin banyak HCl yang diperlukan saat titrasi, dan begitu pula
sebaliknya. Sebenarnya dalam praktikum ini dibutuhkan larutan control yaitu
larutan NaOH tanpa kecambah yang digunakan sebagai pembanding pada
saat membuat persamaan jumlah karbondioksida yang dilepaskan namun
karena kecerobohan praktikan sehingga larutan control terbuang. Namun dari
13

jumlah HCl yang digunakan sudah dapat dilihat pengaruh suhu terhadap laju
respirasi aerob.
Dengan demikian, percobaan yang kami lakukan, telah berhasil
membuktikan bahwa suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi
kecambah. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan tanaman dikenal sebagai
suhu kardinal yaitu meliputi suhu optimum (pada kondisi ini tanaman dapat
tumbuh baik), suhu minimum (pada suhu di bawahnya tanaman tidak dapat
tumbuh), serta suhu maksimum (pada suhu yang lebih tinggi tanaman tidak
dapat tumbuh). Suhu kardinal untuk setiap jenis tanaman memang bervariasi
satu

dengan

lainnya.

Pengaruh

suhu

terhadap

pertumbuhan

dan

perkembangan tanaman dibedakan sebagai berikut : (1) Batas suhu yang


membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan (2) Batas suhu
yang tidak membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Batas suhu
yang membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman diketahui sebagai
batas suhu optimum. Pada batas ini semua proses dasar seperti : fotosintesis,
respirasi, penyerapan air, transpirasi, pembelahan sel, perpanjangan sel dan
perubahan fungsi sel akan berlangsung baik dan tentu saja akan diperoleh
produksi tanaman yang tertinggi. Batas suhu optimum tidak sama untuk
semua tanaman, sebagai contoh : apel, kentang, sugar-beet menghendaki suhu
yang lebih rendah dibandingkan : tanaman jeruk, ketela rambat atau gardenia
(Sunu dan Wartoyo, 2006).
Konduktan stomata yang rendah menyebabkan suhu daun meningkat
sebab transpirasi rendah melalui permukaan daun. Naiknya suhu daun,
misalnya

sangat

banyak

menaikkan

penguapan

dan

sedikit

difusi

kemungkinan menyebabkan stomata menutup atau membuka lebih lebar,


tergantung pada spesies atau faktor lain. Stomata membuka karena
meningkatnya pencahayaan (dalam batas tertentu) dan peningkatan cahaya
menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih cepat naiknya suhu
membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembaban sehingga
transpirasi meningkat dan akan mempengaruhi bukaan stomata (Nasarudin et.
a.l., 2006).
Penyimpanan dalam suhu rendah mampu memepertahankan kualitas
tanaman memperpanjang masa simpan hasil pertanian, karena dapat

14

enurunkan

proses

perkembangan

respirasi,

mikrobia

memperkecil

(Tugwel

dan

transisi,

Dahlenburg,

menghambat
2000).

Tetapi

penyimapanan pada suhu rendah tidak menekan seluruh aspek metabolisme


pada tingkat yang sama (Darsana, et. al., 2003)
Pengukuran respirasi dilakukan dengan mengetahui jumlah O 2 yang
dikonsumsi juga dapat dilakukan elektron oksigen. Dengan mengukur
konsumsi O2 dan produk CO2 dapat diketahui dengan jalur mana yang dilalui
respirasi. Perbandingan antara O2 dan CO2 dinamakan dengan koefisien
respirasi. Biasanya koefisien respirasi tergantung pada substrat,

isalnya

glikolisis. Bila satu molekul gula dioksidasi sempurna maka hasilnya adalah 6
atom karbon dibebaskan dari gula dan keluar sebagai CO2 . 12 atom H
dikeluarkan dari gula pada reaksi. Reaksi berikutnya bergabung dengan atom
O yang berasal dari oksigen atmosfer, membentuk 16 molekul air
(Loveless,1991)
M. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Suhu berpengaruh terhadap kecepatan respirasi kecambah.
Semakin tinggi suhu maka kecepatan respirasi kecambah semakin
cepat, begitupula sebaliknya.
M. Daftar Pustaka
Darsana, L., Wartoyo, Wahyuti, T., 2003. Pengaruh saat Panen dan Suhu
Penyimpanan terhadap Umur Simpan dan Kualitas Mentimum Jepang
(Cucumis sativus). Agrosains 5 (1): 12-20.
Loveless,A.R.1991, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah
Tropik1,Gramedia,Jakarta.
Nasaruddin, Musa, Y., dan Kuruseng, M. A. Aktifitas Beberapa Proses
Fisiologi Tanaman Kakao Muda di Lapang Pada Beberapa Naungan
Buatan. Jurnal Agrisistem (2)1 : 31-32.
Rahayu, Yuni Sri, Yuliani, Sari Kusuma Dewi. 2016. Petunjuk Praktikum
Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
Sasmita Mihardja, Dradjat. 1996j. Fisiologi Tumbuhan. Bandung ITB.
Soerodikosoemo, Wibisono dkk. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soewardiati. 1991. Biologi Umum. Surabaya : Unipress IKIP Surabaya.

15

Sunu, P dan Wartoyo. 2006. Buku Ajar Dasar Hartikultura. Program Studi
Agronomi, Fakultas Pertanian, UNS.

LAMPIRAN
Penghitungan Kecepatan Respirasi Kecambah
SUHU RUANG (250 C)
CO2 yang dibebaskan :
Kecambah 1 5 x 0,6 = 3
Kecambah 2 5 x 6 = 3
Tanpa kecambah 5 x 0,5 = 2,5
Rata-rata CO2 yang dibebaskan kecambah 1 dan 2
CO 2 kecambah1+CO 2 kecambah 2
=
2
3+ 3
=
2
=3
Rata-rata CO2 yang dibebaskan tanpa kecambah = 2,5
Kecepatan respirasi kecambah 1 dan 2
CO 2 yang dibebaskan( ml)
=
24 ( jam)
3
=
24
= 0,125 ml/jam
Kecepatan respirasi tanpa kecambah
CO 2 yang dibebaskan( ml)
=
24 ( jam)
2,5
=
24
= 0,104 ml/jam
SUHU DALAM INKUBATOR (370 C)
CO2 yang dibebaskan :
Kecambah 1 5 x 0,8 = 4
Kecambah 2 5 x 0,8 = 4
Tanpa kecambah 5 x 0,7 = 3,5

16

Rata-rata CO2 yang dibebaskan kecambah 1 dan 2


CO 2 kecambah1+CO 2 kecambah 2
=
2
4+ 4
=
2
=4
Rata-rata CO2 yang dibebaskan tanpa kecambah = 3,5
Kecepatan respirasi kecambah 1 dan 2
CO 2 yang dibebaskan( ml)
=
24 ( jam)
4
=
24
= 0,166 ml/jam
Kecepatan respirasi tanpa kecambah
CO 2 yang dibebaskan( ml)
=
24 ( jam)
3,5
=
24
= 0,145 ml/jam

Dokumentasi Kegiatan Praktikum


N
O

GAMBAR

KET.

N
O

GAMBAR

KET.

17

Menyiapkan

Menimbang 5

6 erlenmeyer

gram

dan masing-

kecambah

masing diisi
30 ml NaOH
3

Membungkus

Mengikat

kecambah

kain

dengan kain

dengan

kasa.

kasur

Memasukkan

kasa
tali

4 erlenmeyer

kecambah ke

perlakuan

dalam

(diisi

erlenmeyer

kecambah)

dan

ditutup

rapat dengan
7

plastik
2 erlenmeyer 8

2 erlenmeyer

sebagai

berisi

kontrol (tidak

kecambah

diisi

dan 1 tanpa

kecambah

kecambah
diletakkan
dalam
inkubator dan
suhu ruang

18

Anda mungkin juga menyukai