Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

RESPIRASI PADA HEWAN


DAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN

MATA KULIAH IPA PENDIDIKAN DASAR

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Endang Widi Winarni, M.Pd.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

1. Angela Permata Ayunani


2. Mubarok Agum Prasetyo
3. Nadia Elpa Meilanda
4. Rosa Widi Astuti

PRODI S2 MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
A. DASAR TEORI
1. Definisi Respirasi

Respirasi adalah proses reduksi, oksidasi, dan dekomposisi, baik


menggunakan oksigen maupun tidak dari senyawa organik kompleks
menjadi senyawa lebih sederhana dan dalam proses tersebut dibebaskan
sejumlah energi. Tenaga yang dibebaskan dalam respirasi berasal dari
tenaga potensial kimia yang berupa ikatan kimia. (Sembiring, 2009: 24)
Jadi, respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang
menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh,
baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi
dilakukan baik pada siang maupun malam hari. Respirasi terjadi pada
seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi
terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada
respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis.
Campbell (2002: 48) menyatakan bahwa “Pada respirasi pembakaran
glukosa oleh oksigen akan menghasilkan energi karena semua bagian
tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka
respirasi terjadi pada sel”.

2. Macam-macam Respirasi
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Respirasi Aerobik (Aerob)
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen-oksigen
bebas untuk mendapatkan energi. Persamaan reaksi pada proses
respirasi aerob secara sederhana dapat dituliskan:
C6H12O6 + 6H2O –>>6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu.
Banyak tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi.
b. Respirasi Anaerobik (Anaerob)
Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat
untuk mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi
anaerobik menggunakan senyawa tertentu misalnya asam fosfoenol
piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogen dan
membentuk asam laktat atau alkohol. Respirasi anaerobik terjadi pada
jaringan yang kekurangan oksigen contohnya, akan tumbuhan yang
terendam air, biji-biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen,
sel-sel ragi dan bakteri anaerobik. Pada respirasi anaerobik energi
yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik.
Reaksinya : C6H12O6 Ragi >> 2C2H5OH + 2CO2 + 21 Kal
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak
diperlukan. Bahkan bakteri anaerobik seperti Klostidriium tetani
(tetanus) tidak dapat hidup jika berhubungan dengan udara bebas.

3. Alat Respirasi
Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat O2 yang dapat
berdifusi masuk dan sebaliknya CO2 yang dapat berdifusi keluar. Alat
respirasi pada tumbuhan berbeda dengan alat respirasi pada tumbuhan.
a. Alat Respirasi pada Tumbuhan
Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada
tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang
maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada
karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis.
b. Alat Respirasi pada Hewan
Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu
dengan hewan yang lain, bahkan ada beberapa organisme yang belum
mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari
lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu seperti
porifera dan coelenterata. Sedangkan alat respirasi pada hewan bersel
banyak atau organisme multiseluler ada yang berupa paru-paru,
insang, kulit, trakea, dan paru paru buku.

4. Proses Respirasi
Proses respirasi yang terjadi pada tumbuhan dan hewan tidaklah
sama, hal ini karena keduanya memiliki alat pernapasan yang berbeda.
a. Proses Respirasi pada Tumbuhan
Respirasi pada tumbuhan menyangkut proses pembebasan
energi kimiawi menjadi energi yang diperlukan untuk aktivitas hidup
tumbuhan. Pada siang hari, laju proses fotosintesis yang dilakukan
tumbuhan sepuluh kali lebih besar dari laju respirasi. Hal itu
menyebabkan seluruh karbondioksida yang dihasilkan dari respirasi
akan digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Respirasi yang
dilakukan tumbuhan menggunakan sebagian oksigen yang dihasilkan
dari proses fotosintesis, sisanya akan berdifusi ke udara melalui daun.
1) Respirasi Aerob
“Reaksi yang terjadi pada proses respirasi aerob yaitu,
reaksi penguraian glukosa sampai menjadi H2O, CO2 dan energi
melalui tiga tahap, yaitu glikolisis, daur Krebs, dan transpor
elektron respirasi”. (Rochmah, 2009: 47)
a) Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian
glukosa (yang memiliki 6 atom C) menjadi asam piruvat
(senyawa yang memiliki 3 atom C), NADH, dan ATP.
NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen)
adalah koenzim yang mengikat elektron (H), sehingga
disebut sumber elektron berenergi tinggi. ATP (adenosin
trifosfat) merupakan senyawa berenergi tinggi. Setiap
pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi. Pada
proses glikolisis, setiap 1 molekul glukosa diubah menjadi
2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP.
b) Dekarboksilasi Oksidatif dan Siklus Krebs

 Dekarboksilasi Oksidatif
Senyawa hasil dari tahapan glikolisis akan masuk ke
tahapan dekarboksilasi oksidatif, yaitu tahapan
pembentukan CO2 melalui reaksi oksidasi reduksi (redoks)
dengan O2 sebagai penerima elektronnya. Dekarboksilasi
oksidatif ini terjadi di dalam mitokondria sebelum masuk
ke tahapan siklus Krebs. Oleh karena itu, tahapan ini
disebut sebagai tahapan sambungan (junction) antara
glikolisis dengan siklus Krebs. Pada tahapan ini, asam
piruvat (3 atom C) hasil glikolisis dari sitosol diubah
menjadi asetil koenzim A (2 atom C) di dalam mitokondria.
Pada tahap 1, molekul piruvat (3 atom C) melepaskan
elektron (oksidasi) membentuk CO2 (piruvat dipecah
menjadi CO2 dan molekul berkarbon 2). Pada tahap 2,
NAD+ direduksi (menerima elektron) menjadi NADH +
H+. Pada tahap 3, molekul berkarbon 2 dioksidasi dan
mengikat Ko-A (koenzim A) sehingga terbentuk asetil Ko-
A. Hasil akhir tahapan ini adalah asetil koenzim A, CO2,
dan 2NADH.
 Siklus Krebs
Asetil-KoA yang telah terbentuk akan menjadi
bahan baku pada siklus selanjutnya, yaitu siklus Krebs.
Oleh karena itu, Asetil Ko-A disebut senyawa intemediate
atau senyawa antara. Siklus Krebs terjadi di matriks
mitokondria dan disebut juga siklus asam trikarboksilat.
Hal ini disebabkan siklus Krebs tersebut menghasilkan
senyawa yang mempunyai 3 gugus karboksil, seperti asam
sitrat dan asam isositrat. Asetil koenzim A hasil
dekarboksilasi oksidatif memasuki matriks mitokondria
untuk bergabung dengan asam oksaloasetat dalam siklus
Krebs, membentuk asam sitrat. Demikian seterusnya, asam
sitrat membentuk bermacam-macam zat dan akhirnya
membentuk asam oksaloasetat lagi. Hasil akhir pada
tahapan ini adalah 6 NADH, 2FADH2 dan 2ATP
c) Sistem Transportasi Elektron
Sistem transportasi elektron terjadi di membran
dalam mitokondria. Pada tahap ini, elektron-elektron yang
dibawa oleh produk glikolisis dan siklus Krebs (NADH dan
FADH2) dipindahkan melewati beberapa molekul yang
sebagian besar berupa protein. Transportasi elektron
menghasilkan 90% ATP dari keseluruhan ATP hasil
respirasi aerobik sel. Pada sistem transportasi elektron,
NADH dan FADH2 masing-masing menghasilkan rata-rata
3 ATP dan 2 ATP. Sebanyak 2 NADH hasil glikolisis dan 2
NADH hasil dekarboksilasi oksidatif masing-masing
menghasilkan 6 ATP. Sementara itu, 6 NADH dan 2
FADH2 hasil siklus Krebs menghasilkan 18 ATP dan 4
ATP. Jadi, sistem transportasi elektron menghasilkan 34
ATP.
 Respirasi Anaerob
Pada keadaan anaerob, piruvat diubah menjadi produk
lain seperti etanol atau asam laktat melalui fermentasi.
Oleh karena itu, fermentasi dikatakan sebagai kelanjutan
dari glikolisis. Proses respirasi dan fermentasi tersebut
dapat dilakukan pada suatu sel, tergantung pada ada
tidaknya oksigen. Fermentasi dibedakan berdasarkan
produknya, misalnya fermentasi alkohol (produknya
alkohol) dan fermentasi asam laktat (produknya asam
laktat). Penerima elektron pada proses fermentasi dapat
berupa asam piruvat, yaitu pada fermentasi asam laktat.
Sementara itu, penerima elektron pada fermentasi
alkohol adalah asetaldehid. Energi yang dihasilkan pada
fermentasi lebih kecil dibandingkan energi hasil
respirasi aerobik, yaitu 2 ATP, sedangkan energi hasil
respirasi aerobik adalah 38 ATP.

b. Proses Respirasi pada Hewan


Proses respirasi pada hewan berbeda-beda tergantung pada alat
respirasinya. Contohnya pada serangga yang alat respirasinya berupa
trakea maka proses respirasinya tentu akan berbeda dengan ikan yang
alat respirasinya berupa insang. Adapun proses respirasi pada
serangga yaitu, udara masuk dan ke luar melalui lubang kecil yang
disebut spirakel atau stigma yang terdapat di kanan kiri tubuhnya.
Dari spirakel, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang.
Trakea memanjang ini selanjutnya bercabang-cabang menjadi saluran
halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen yang masuk
melalui saluran ini akan langsung berdifusi ke dalam jaringan.
Dengan cara yang sama, CO2 dilepaskan oleh jaringan, dan masuk ke
pembuluh trakea, dan dikeluarkan. Oleh sebab itu, pada sistem trakea
ini pengangkutan O2 dan CO2 tidak diedarkan oleh darah, karena
darah serangga tidak mengandung hemoglobin.

5. Frekuensi Pernapasan
Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan di otak,
sedangkan aktivitas saraf pernapasan dirangsang oleh stimulus
(rangsangan) dari karbon dioksida (CO2). Frekuensi pernapasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
a. Umur. Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak
dibanding orang dewasa. Hal itu disebabkan volume paru-paru yang
relatif kecil dan sel-sel tubuh sedang berkembang sehingga
membutuhkan banyak oksigen. Orang tua juga memiliki frekuensi
napas lebih banyak karena kontraksi otot-otot dada dan diafragma
tidak sebaik saat masih muda, sehingga udara pernapasan lebih
sedikit.
b. Jenis Kelamin, Frekuensi pernapasan wanita pada umumnya lebih
banyak daripada laki-laki. Hal ini disebabkan wanita pada umumnya
memiliki volume paru-paru lebih kecil dari laki-laki sehingga
frekuensi bernapasnya lebih banyak.
c. Suhu Tubuh, Semakin tinggi suhu tubuh, semakin cepat frekuensi
pernapasannya. Hal ini berhubungan erat dengan peningkatan proses
metabolisme tubuh.
d. Posisi Tubuh, Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi
pernapasan. Pada tubuh yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi
sehingga diperlukan tenaga untuk menjaga tubuh tetap tegak berdiri.
Untuk itu diperlukan banyak O2 dan diproduksi banyak CO2. Pada
posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat. Pada posisi
duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar
bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini
mengakibatkan jumlah energi yang diperlukan untuk menyangga
tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi pernapasannya juga
rendah.
e. Kegiatan Tubuh, Orang yang banyak melakukan kegiatan
memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan orang yang
tidak melakukan kegiatan (santai atau tidur). Oleh karena itu, tubuh
memerlukan lebih banyak oksigen untuk oksidasi biologi dan lebih
banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu meningkatkan frukuensi
pernapasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih banyak.

B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM RESPIRASI


1. ALAT DAN BAHAN

Jarum injeksi kecil


Respirometer Sendok Kecil

Serangga ( 2 Jangkrik ) Kapas Atau Tissue


Kecambah (20 Batang)
Vasselin Putih
Zat Pewarna Makanan

2. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Respirasi Pada Tumbuhan
1) Mengetahui kecepatan respirasi pada tumbuhan (kecambah).
2) Mengetahui pengaruh berat tumbuhan (kecambah) terhadap laju
respirasi.
b. Respirasi Pada Hewan
1) Mengetahui kecepatan respirasi pada hewan (jangkrik).
2) Mengetahui pengaruh berat badan jangkrik terhadap laju respirasi.

3. PROSEDUR KERJA
a. Respirasi Pada Hewan
1) Ceklah kelengkapan alat dan bahan yang digunakan.
2) Letakkan pada tempat yang datar dan stabil.
3) Bungkus Kristal KOH dengan kapas masukkan hingga menyentuh
dasar botol respirometer.
4) Masukkan 2 hewan Jangkrik yang telah ditimbang ke dalam botol
respirometer.
5) Oleskan vaselin putih pada pangkal pipa berskala kemudian masukkan
ke dalam mulut botol respirometer.
6) Tutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih 1 menit.
7) Masukkan satu tetes cairan berwarnadengan menggunakan jarum
injeksi kecil sampai skala 0 ml.
8) Amati pergerakan cairan pada skala per dua menit.

b. Respirasi Pada Tumbuhan


1) Ceklah kelengkapan alat dan bahan yang digunakan.
2) Letakkan pada tempat yang datar dan stabil.
3) Bungkus Kristal KOH dengan kapas masukkan hingga menyentuh
dasar botol respirometer.
4) Masukkan kecambah yang telah ditimbang ke dalam botol
respirometer.
5) Oleskan vaselin putih pada pangkal pipa berskala kemudian
masukkan ke dalam mulut botol respirometer.
6) Tutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih 1 menit.
7) Masukkan satu tetes cairan berwarnadengan menggunakan jarum
injeksi kecil sampai skala 0 ml.
8) Amati pergerakan cairan pada skala per dua menit.

c. HASIL PENGAMATAN
a. Hasil Pengamatan Praktikum I (Respirasi Pada Hewan)
1) Siapkan alat dan bahan yang sudah diketahui
2) Siapkan hewan serangga sebagai bahan praktikum yaitu 2 hewan
serangga dengan ukuran yang sedang untuk praktikum.
BANYAK KEBUTUHAN OKSIGEN (menit)
JUMLAH JENIS BERAT
2 4 6 8 10
HEWAN SAMPEL (gr)
Menit Menit Menit Menit Menit
2 Jangkrik 0,6 0,1 0,2 0,25 0,33 0,4

3) Hasil Perhitungan Respirasi Pada Hewan Serangga Jangkrik


Berat : 0,6 gram
II : 0,1
0,1
IV : 0,2
0,05
VI : 0,25
Rata-rata : 0,2+0,1+0,05
3

: 0,1167≈0,12
Jadi, rata-rata hasil perhitungan nya adalah 0,12

b. Hasil Pengamatan Praktikum II (Respirasi Pada Tumbuhan)


1) Siapkan alat dan bahan yang sudah diketahui
2) Siapkan tumbuhan berupa kecambah sebagai bahan praktikum
yaitu 20 Cambah dengan ukuran yang sedang untuk praktikum.
BANYAK KEBUTUHAN OKSIGEN (menit)
JUMLAH JENIS BERAT
2 4 6 8 10
HEWAN SAMPEL (gr)
Menit Menit Menit Menit Menit
20 Kecambah 10 0,03 0,07 0,1 0,013 0,015

3) Hasil Perhitungan Respirasi Tumbuhan Pada Kecambah


Berat : 10 gr
II : 0,03
0,4
IV : 0,07
0,3
VI : 0,1
Rata-rata : 0,03+0,4+0,3
3

: 0,73 ≈ 0,24
Jadi, rata-rata hasil perhitungan nya adalah 0,24

4. HASIL PEMBAHASAN

5. PERTANYAAN DAN JAWABAN LKM


a. Apa fungsi kristal KOH yang diletakkan pada tabung respirometer?
Jawab : Dalam percobaan ini digunakan KOH/ NAOH yang berfungsi
sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik dan kecambah) tidak
menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik dan kecambah
bernapas, maka pergerakan larutan eosin benar-benar hanya
disebabkan oleh konsumsi oksigen. KOH dapat mengikat CO2 karena
memiliki rumus reaksi: KOH + CO2 → K2CO3 + H2O. Alasan kenapa
CO2 harus diikat oleh KOH / NaOH adalah sebagai berikut ini :
Didalam tabung respirasi yang ditempatkan makhluk hidup misalnya
jangkrik akan terjadi proses pernapasan. Saat oksigen dipakai oleh
jangkrik, maka larutan detektor yang ada di pipa respirometer akan
ikut bergerak kearah tabung berisi jangkrik. Jika CO2 tidak diikat
dengan KOH / NaOH maka larutan detector ini tidak dapat bergerak
sehingga oksigen yang dipakai oleh jangkrik tidak dapat diukur.

b. Jelaskan tujuan mengamati tanda-tanda yang terjadi di tabung


respirometer ?
Jawab:
c. Jelaskan bagaimana kecepatan respirasi pada kecambah yang diamati !
Jawab:
d. Jelaskan bagaimana kecepatan respirasi pada jangkrik yang diamati !
Jawab:
e. Jelaskan hubungan antara berat tubuh tumbuhan dengan laju respirasi !
Jawab:
f. Jelaskan hubungan antara berat tubuh hewan dengan laju respirasi !
Jawab:
KESIMPULAN

Kesimpulan dari percobaan berdasarkan hasil pengamatan, dapat ditarik


kesimpulan bahwa NaOH dapat membantu mempercepat proses pernapasan pada
jangkrik dan terdapat hubungan antara berat (ukuran/besar) serangga dengan
kecepatan pernapasannya. Semakin berat (besar) tubuh jangkrik maka semakin
banyak oksigen yang dibutuhkan sehingga semakin cepat pernapasannya.
Semakin ringan tubuh jangkrik maka semakin sedikit oksigen yang dibutuhkan
sehingga semakin lambat pernapasannya. Aktivitas dari jangkrik itu sendiri juga
mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kemudian dalam hal respirasi, respirasi hewan
lebih cepat dan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada respirasi tumbuhan
karena hewan bergerak aktif sedangkan tumbuhan bergerak pasif. Terlihat dari
hasil percobaan yang kami lakukan dimana pergerakan kedudukan eosin lebih
cepat pada saat percobaan menggunakan jangkrik, sedangkan pada saat
menggunakan kecambah pergerakan eosin terlihat bergerak lambat.
Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh mempegaruhi laju
pernapasan, semakin besar ukuran dan berat tubuh maka semakin cepat
pernapasannya. Karena pada jangkrik yang berukuran besar melakukan aktifitas
yang berkemungkinan banyak melakukan pergerakkan, sehingga membutuhkan
banyak oksigen. Faktor lain yang memperngaruhi antara yaitu, kondisi fisik, suhu

tubuh dan suhu di dalam respirometer. Kecepatan pernafasan yang di lakukan


makhluk hidup berbeda-beda. Kecepatan pernafasan kecambah yang beratnya
besar lebih cepat di banding kecepatan pernafasan jangrik yang beratnya ringan
sehingga pergerakan eosin lebih cepat pada jangkrik.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 1999. Biologi, Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga


Hanafi, Ikhsan. 2013. Buku Ajar Biologi Kelas XI. Surakarta: Citra Pustaka.
Muslimin, dkk. 2016. Panduan Pratikum Konsep Dasar IPA 2. Makassar: FIP
UNM.
Rohima, Iip dan Diana Puspita. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu Kelas 7. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai