Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

BAHASA INDONESIA
(CERITA RAKYAT)

Dosen Pengampu :
Dr. Abdul Muktadir, M.Si.

Disusun Oleh :

Rosa Widi Astuti

PRODI S2 MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
Legenda Puyang Gadis
Kabupaten Empat Lawang

            Puyang Gadis adalah salah satu legenda yang sangat terkenal di setiap sudut Empat
Lawang. Semua masyarakat Bumi Saling Keruani Sangi Kerawati mengetahui tentang
legenda tersebut. Dari segi penamaan tokoh terdapat banyak versi cerita legenda yang ada di
masyarakat. Namun demikian tak menghilangkan esensi sebenarnya dari legenda Puyang
Gadis.
            Berawal dari sebuah kisah seorang gadis nan cantik jelita yang lahir di desa Kupang.
Desa tersebut saat ini terletak di Kecamatan Tebing Tinggi berjarak sekitar 2 km dari
perumahan dinas Bupati Empat Lawang. Diberi nama Kupang karena konon katanya di desa
tersebut banyak ditumbuhi tanaman Kupang. Ada yang menyebut gadis cantik itu bernama
Siti Rohina, ada juga yang mengatakan namanya Siti Lam Jen’ah, dan ada juga yang
mengatakan ia bernama Mahina. Terlepas dari siapapun namanya, ia merupakan gadis miskin
yang dijuluki dengan Kembang Desa Kupang. Siti Rohina dikaruniai kecantikan lahir dan
bathin. Tak hanya parasnya nan jelita, ia juga sangat rendah hati. Meski terlahir dengan wajah
menawan, tak pernah sekalipun ia meninggikan hati. Bahkan kecantikannya sudah tersebar
keluar desa Kupang.
Siti Rohina tinggal bersama kakak kesayangannya, ayah dan ibu mereka sudah tiada.
Sama hanya dengan Siti Rohina, terdapat perbedaan nama mengenai kakak Siti Rohina. Ada
yang menyebutnya Hulu Balang, ada juga yang bilang namanya Abdul Amaran dan diberi
julukan Bujang Juaro. Abdul Amaran memiliki ilmu silat dengan kesaktian yang tinggi serta
piawai dalam berbagai hal. Ia adalah sosok laki-laki yang sangat menyayangi adiknya.
            Pada suatu hari, Siti Rohina bersama dengan gadis lainnya sedang mencuci pakaian
dan mandi di sungai yang ada di dekat Desa Kupang. Mereka terlalu asyik bermain air dan
menikmati keindahan sungai yang sejuk dan jernih. Siti Rohina dan teman-temannya
menghabiskan waktu di sungai hingga sore hari. Saat hendak pulang, Siti Rohina lupa
membawa tempat alat-alat mandinya atau disebut dengan Tukuk Labu. Ada juga yang bilang
Tukuk Labu itu tak sengaja hanyut terbawa arus sungai saat mereka sedang asyik bermain air.
Pada intinya, Siti Rohina kehilangan Tukuk Labu-nya.
Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Tukuk Labu milik Siti Rohina berkelana
terbawa arus hingga ke Sungai Musi Palembang.
            Di suatu sore nan berawan, sebuah kapal besar atau Jung melintas diperairan Sungai
Musi kota Palembang. Kapal itu milik seorang Sunan Palembang yang sangat kaya raya.
Salah seorang pengawal melihat benda aneh yang mengapung di atas permukaan air.
            “Tuanku Sunan. Tengok, ado sesuatu yang mengambang di sano.” Salah seorang
pengawal menunjuk ke arah tujuan.
            “Cepat kau ambekkan untukku.” Perintah Sunan Palembang.
            Dengan serta merta pengawal tersebut mengambil benda yang mengapung.
            “Benda ini aneh nian, tuanku Sunan,” pengawal yang lain berbicara.
            “Yo, kau benar. Ini aneh nian. Aku jadi penasaran benda ini apo dan milik siapo.”
Sunan Palembang benar-benar dibuat penasaran.
            “Kalau cak itu cepat kau carikan ahli nujum.” Perintah Sunan kepada salah satu
pengawalnya.
            “Baik, Sunan.” Yang diperintah mencari ahli nujum setelah kapal mereka menepi di
tujuan.
            Alhasil mereka menemukan ahli nujum yang kemampuannya tidak diragukan lagi.
Segeralah Sunan Palembang menemui ahli nujum tersebut dengan harapan tinggi dapat
mengetahui mengenai benda aneh yang ditemukannya.
            “Cubo kau cari tahu benda apo dan milik siapo ini?” Perintah Sunan Palembang.
            Si ahli nujum mengambil benda itu lalu mengucapkan beberapa mantra yang
terdengar asing bahkan aneh. Hanya si ahli nujum yang mengetahui makna ucapannya.
            Tak butuh waktu lama untuk memenuhi hasrat keingintahuan Sunan Palembang, si
ahli nujum sudah mengetahui nama benda itu, siapa pemiliknya serta darimana asalnya.
            “Apo kau sudah tau?” Tanya Sunan Palembang penasaran.
            “Yo, Sunan. Aku sudah tahu.” Jawab ahli nujum dengan mantap.
            “Cepat beritahu aku.” Sunan Palembang semakin tak sabaran.
            “Benda ini namonyo Tukuk Labu. Biasonyo dipakai untuk narok perlengkapan mandi.
Tukuk Labu ini punyo gadis beagak namonyo Siti Rohina.” Si ahli nujum diam sejenak.
            Mendengar pemilik Tukuk Labu itu seorang gadis cantik, Sunan Palembang semakin
bersemangat dan semakin tak sabaran.
            “Lalu dimano Siti Rohina tinggal?” Sunan Palembang mendesak.
            Si ahli nujum menarik nafas pendek lalu melanjutkan ucapannya.
            “Siti Rohina tinggal di desa yang banyak ditumbuhi tanaman Kupang di belahan
Sungai Musi arah Selatan. Dio adalah kembang desa yatim piatu dan berasal jak di keluargo
miskin. Kalau Sunan nak pegi ke sano maka harus pakai perahu.”
            Setelah mengetahui semuanya, Sunan Palembang memutuskan untuk berkunjung
menemui Siti Rohina. Ia memang tipe laki-laki yang sangat suka dengan gadis cantik. Karena
itulah Sunan Palembang memiliki banyak selir.
            Tanpa menunggu waktu lama, esok hari pagi-pagi sekali Sunan Palembang dengan
didampingi pengawalnya segera meluncur ke desa yang banyak ditumbuhi tanaman Kupang.
Kapal megah milik Sunan Palembang berlayar menuju ke kampung Siti Rohina. Setibanya di
tempat tujuan, masyarakat Desa Kupang dibuat kaget dengan kedatangan seorang tamu
terhormat yang turun dari kapal mewah.
            “Kau cari tahu dimano rumah Siti Rohina.” Perintah Sunan Palembang kepada
pengawalnya.
            “Baik, tuanku.”
            Tak sulit mencari rumah gadis paling cantik di desa Kupang. Masyarakat yang sedang
mencari ikan segera menunjukkan rumah Siti Rohina.
            Sayangnya, pada hari pertama berkunjung, Sunan Palembang tak dapat berjumpa
dengan gadis cantik idamannya dikarenakan Siti Rohina sedang nyamah atau menangkap
ikan hanya dengan menggunakan tangan. Hanya ada Bujang Juaro di rumahnya.
            Sunan Palembang menyampaikan maksud dan tujuannya datang ke Desa Kupang.
Mengetahui hal tersebut Bujang Juaro sangat terkejut. Ketenaran Sunan Palembang yang
memiliki banyak selir sudah tersebar luas. Termasuk Bujang Juaro mengetahui hal tersebut.
Ia jelas tak ingin jika adik kesayangannya menjadi selir dari orang seperti Sunan Palembang.
            “Kalau begitu silakan Sunan Palembang datang ke sini tigo hari lagi.” Ucap Bujang
Juaro dengan sopan.
            “Baiklah. Tigo hari lagi harus ado kabar baik yang aku terimo,” Sunan Palembang
agak sedikit kecewa karena tak bisa menemui Siti Rohina.
            Sepulangnya Siti Rohina dari nyamah di sungai, Bujang Juaro langsung menceritakan
perihal yang terjadi selama adiknya tak ada di rumah. Sontak Siti Rohina terkejut dan
menolak pinangan dari Sunan Palembang.
            “Kak, Rohina dak galak menikah dan jadi selir dari Sunan Palembang itu. Kakak kan
tahu kalau dio punyo banyak selir,”
            “Aku pun tambah dak galak jikalau adikku menjadi selir.”
            Mereka terdiam sejenak. Lalu Bujang Juaro punya rencana agar Sunan Palembang tak
bertemu Siti Rohina.
            “Nah, aku punyo akal. Klek kalau si Sunan itu datang agi ke sini, kau nyemuni lah
dulu ke desa sebelah, Batu Pance. Jangan balik sebelum rombongan Sunan itu balik,”
            “Ao, kak.”
            Tibalah hari yang telah dijanjikan. Sunan Palembang beserta pengawalnya datang
kembali ke rumah Siti Rohina dengan harapan bisa bertemu dengan kembang desa tersebut.
Namun sayang, Sunan Palembang dibuat kesal dengan tidak adanya Siti Rohina. Untuk kedua
kalinya Sunan Palembang merasa kecewa.
            “Dimano Siti Rohina?” Tanya Sunan Palembang menyelidik.
            “Maafkan aku, Sunan. Siti Rohina sedang dak katek di rumah.” Jawab Bujang Juaro
tegas.
            Tampak jelas dari raut Bujang Juaro bahwa ia menolak kedatangan rombongan.
Sunan Palembang yang merasa dipermainkan tidak terima dengan perlakuan si Bujang Juaro.
Ia sangat kesal dan memerintahkan para pengawalnya untuk menyerang Bujang Juaro.
Namun sayang, kesaktian Bujang Juaro sudah terkenal seantero nusantara, tak ada satupun
dari pengawal Sunan Palembang mampu menumbangkan Bujang Juaro. Malah satu per satu
para pengawal dikalahkan. Hari kedua kedatangannya, Sunan Palembang kembali pulang
dengan tangan kosong.
            Sekembalinya Sunan Palembang ke tanah asalnya, Bujang Juaro memerintahkan Siti
Rohina yang sedang bersembunyi di desa Batu Pance untuk kembali ke desa Kupang. Kali
ini, mereka harus menyiapkan siasat terbaru agar Siti Rohina tidak bertemu dengan Sunan
Palembang yang belum juga menyerah bahkan rasa penasarannya semakin menggebu. Tak
baik jika Siti Rohina kembali ke desa Batu Pance, cepat atau lambat Sunan Palembang pasti
akan mengetahuinya.
            Lama mereka berpikir, akhirnya Bujang Juaro bersama warga desa Kupang
menemukan ide brilian untuk menyembunyikan Siti Rohina. Mereka memutuskan
membuatkan lubang persembunyian untuk Siti Rohina yang dibuatkan di belakang rumahnya.
Alhasil setiap kali Sunan Palembang dan rombongan ke Desa Kupang untuk menjemput
paksa Siti Rohina, mereka harus kembali dengan tangan kosong. Ditambah lagi warga desa
Kupang sudah sangat geram dan merasa terganggu dengan kedatangan mereka.
            Pada suatu hari saat Sunan Palembang dan para pengawalnya kembali ke desa
Kupang, bergegaslah Bujang Juaro dan warga menyembunyikan Siti Rohina ke dalam lubang
dengan sangat terburu-buru. Kali ini Sunan Palembang sungguh amat geram dan terpaksa
meninggalkan desa Kupang tanpa membawa apa-apa.
            Seketika Bujang Juaro tersadar dan tersentak bahwa dirinya lupa memberikan bambu
yang biasanya digunakan Siti Rohina untuk jalur pernafasan.
            “Alamak, aku nede tegingat masangka bolo pernafasan di lubang Siti Rohina,” ucap
Bujang Juaro dengan wajah cemas.
            Segeralah mereka menggali lubang tersebut tapi alangkah terkejutnya, di dalam
lubang tak dijumpai Siti Rohina. Hanya menyisahkan sehelai pakaiannya saja. lalu tiba-tiba
terdengarlah suara ghaib dari Siti Rohina.
                 Uman ade anak cucong aku yang kecantikannyo lebih dari aku, make die nede
kan panjang umur, dia pasti mati mude. Make nede tejadi hal yang same lok aku.
            Kisah dari Puyang gadis ini sangat diyakini oleh warga desa Kupang hingga saat ini.
Menurut pengakuan dari warga setempat sudah banyak terjadi gadis Kupang yang cantik
jelita selalu saja mati muda atau meninggal sebelum menikah.
            Bahkan kuburan Puyang Gadis yang berdampingan dengan kuburan Bujang
Jauro  sering diziarahi oleh warga setempat. Hal aneh lainnya ialah kuburan Puyang gadis
selalu meninggi beberapa sentimeter setiap tahunnya. Fenomena tersebut diyakini agar warga
desa Kupang selalu mengenang Puyang Gadis.

Hasil Mereview Cerita Rakyat


Judul : Puyang Gadis Kabupaten Empat Lawang
Penulis : Tokoh Masyarakat Desa Kupang
Pengelaran Seni Teater
Prosedur : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Empat Lawang
Sutradara : Maskur Wahyudi (Mahwa)
Penata Musik : Hendrianto, S.Pd.
Pelaku/Pameran : Tim Sanggar Seghumpun Kawo Emas
Artistik Panggung : Kiki
Nama Pereview : Rosa Widi Astuti
Pembahasan
1. Isi : Cerita ini menggambarkan ada seseorang gadis cantik
kembang desa yang cantik jelita dan menjadi pujaan
setiap orang yang berada dikupang dan berasal dari
keluarga miskin yang terletak dipesisir sungai.

2. Topik Utama : Seorang gadis itu bernama Siti Rohina yang dimana dia
pergi kesungai bersama teman-temannya untuk mencuci
dan sekaligus mandi disungai musi. Kemudian tidak
sengaja siti rohina menjatuhkan takok labu atau tempat
mandi kesungai musi kemudian diketahui bahwa takok
labu tersebut sudah sampai kepalembang dan ditemui
oleh seorang sultan palembang. Lalu dipanggillah seorang
ahli nujung atau dukun kemudian bertanyalah sang sultan
pada ahli nujung tersebut. Lalu sultan bertanya benda
apakah ini ? kemudia dia menjawab itu adalah alat untuk
meletakkan kelengkapan mandi yang dimiliki oleh
seorang gadis yang cantik jelita.

3. Issue/Masalah : Sultan dari palembang ingin melamar sang gadis tetapi


siti rohina menolak untuk dilamar oleh sultan palembang

4. Penyelesaian : Setelah mengetahui kedatangan sultan Palembang kakak


Masalah kandung dari siti rohina yang bernama bujang juare pun
langsung menyuruh warga desa untuk membantunya
membuat lubang untuk menyembunyikan siti rohina
kedalam tanah dan kakak kandungnya melupakan untuk
memasang selang pernafasan sehingga mengakibatkan siti
rohina meninggal dunia dengan hanya menyisakan baju
saja. Kemudian kakak dan warganya mendengarkan suara
yaitu jika kelak ada cucung kerabatku yang
kecantikannya melebihi aku maka umurnya tidak akan
panjang, supaya tidak akan terjadi bencana seperti yang
aku sedang alami.
5. Kesimpulan : Pada cerita ini menggambarkan sebuah kejadian yang
telah terjadi di masa lalu agar tidak terjadi pada masa
sekarang

Ekologi : Sungai Musi

Secara etimologis, ekologi berasal dari bahasa Yunani


yaitu oikos dan logos. Oikos memiliki arti sebagai habitat
sedangkan logos berarti ilmu. Ekologi dapat diartikan
sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang
interaksi makhluk hidup atau kelompok makhluk hidup
dengan lingkungannya. (Menurut Djohar
Maknun,2017:5)

Sosial : Hubungan masyarakat yang saling bekerjasama untuk


membantu warga lain yang sedang kesusahan atau
kesulitan.

Hubungan kerja merupakan hasil dari adanya interaksi


yang dapat menimbulkan kerjasama, karena orientasi
orang perorangan terhadap kelompoknya dan bahkan
terhadap kelompok lainnya, seperti yang dikemukakan
oleh Soerjono Soekanto (1987:192)

Religius : Menjadi kepercayaan dari dulu sampai sekarang

Religius adalah bagaimana orang tersebut menggunakan


keyakinan atau agamanya dalam kehidupan sehari-hari
serta suatu cara pandang seseorang mengenai ajaran
agamanya (Earnshaw : 2000).
Lagu Puyang Gadis Empat Lawang

Empat Lawang ade cerite

Puyang gadis yang cantik jelite

Disunting oleh pangeran Pugane

Nak dijadikan permaisurie

Oh singkat cerite

Belaghila die sa di kupang

Lewati batu pance

Takot lah disunting pangeran pugane

Si putri dikuburkan kakange

Suleng panjang bada tepakse

Oh rupenye kakange la lupe

Ase aghi ujan lagi panas gete 

Dijaroi la tinggal bajue

Oh konon katenye ade kutukane

Gadis kupang nede kebelagak ige

Ase aghi ujan lagi panas gete

Dijaroi la tinggal bajue.

Anda mungkin juga menyukai