Anda di halaman 1dari 5

Larangan masyarakat asli lamongan mengkonsumsi lele

The origin of people lamongan don’t eat catfish

Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pantai utara Jawa Timur.
Sebagian kawasan pesisirnya berupa perbukitan. Formasi ini merupakan kelanjutan dari
rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Di bagian tengah terdapat dataran rendah dan
bergelombang, dan sebagian tanah berawa. Di bagian selatan terdapat pegunungan, yang
merupakan ujung timur dari Pegunungan Kendeng. Sungai Bengawan Solo mengalir di
bagian utara. Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, dan ikan lele seakan menjadi bagian yang
tidak terpisahkan. Sederet warung pecel lele yang berada di Indonesia selalu menyematkan
nama Lamongan. Lele penyet ini sendiri sudah menjadi kuliner yang melekat dengan nama
Lamongan. Karena itu Kabupaten Lamongan dan ikan lele seolah menjadi dua hal yang tak
terpisahkan. Selain masuk sebagai lambang kabupaten, ikan lele juga memiliki sejarah dan
mitosnya sendiri. Mitos tersebut terkait dengan larangan bahwa warga Lamongan asli
dilarang mengonsumsi dan berurusan dengan ikan lele. Mitos larangan memakan ikan lele
sudah diperkenalkan orang tua di wilayah Lamongan kepada anaknya sejak kecil. Konon jika
pantangan itu dilanggar, maka kulit orang tersebut akan berubah menjadi belang-belang.
Tidak cuma pantang memakannya, warga Lamongan juga tidak berani berhubungan dengan
ikan lele karena dianggap keramat. Dan Kepercayaan tersebut masih dipegang teguh oleh
masyarakat Desa Medang,keban dan payungan hingga sekarang.

Pantangan bagi masyarakat lamongan asli untuk memakan ikan lele bermula dari kisah masa
lalu. Kisah yang abadi secara turun temurun dalam cerita di masyarakat Lamongan. Alasan
larangan memakan lele bagi orang lamongan adalah berawal dari kisah mbah Boyopatih .

Dahulu kala ada seorang putri cantik yang termenung di tepian pantai pesisir lamongan. Putri
tersebut berasal dari desa Terbis yang juga termasuk daerah Lamongan, pada saat itu pula
datanglah seorang pemuda tampan yang menghampirinya serta ingin mempersuntingnya
menjadi istrinya. Putri tersebut mensetujui ucapan pemuda itu dan menikahlah mereka serta
hidup bahagia, pernikahan itupun membuahkan anugrah yang sangat besar tidak hanya
mereka hidup bahagia melainkan sang putri hamil dan akan segera mempunyai anak. Pemuda
itu sangat bahagia, akan tetapi beliau tidak dapat menyambut kelahiran anaknya kelak karena
sedang mengemban tugas untuk pergi dari lamongan.
Sebelum pergi dari Lamongan Pemuda tersebut berwasiat kepada sang istri.” Kelak anak kita
akan lahir laki laki dan jangan kasih nama apapun kecuali nama Boyo Patih” kata pemuda
kepada istrinya. Beberapa bulan kemudian, sang istri pun melahirkan seorang putra yang
kemudian diberi nama Boyopatih. Sejak kecil Boyopatih di manajakan oleh Ibunya. Dengan
bergulirnya waktu boyopatih pun tumbuh besar dan tampan seperti ayahnya. Boyopatih
mempunyai keinginan untuk mencari ilmu kepada sunan giri didaerah gersik. Pada mulanya,
sang ibu menolak keinginan Boyopatih. Tetapi karna tekad Boyopati yang besar ibunya pun
mengijinkan keinginannya tersebut. Boyopati pun pergi mengaji dan nyantri di tempat Sunan
Giri. Sunan giri menyambut muridnya ini dengan senang hati.

Suatu waktu, sunan giri mengunjungi temannya yang Bernama Tumenggung Hadi (mbah
lamong) di kota lamongan, setelah pulang dari mengunjungi temannya sunan giri mampir ke
rumah temannya yang bernama mbok rondo mbarang di desa mbarang. Disitu, mbok rondo
mbarang ingin meminjam keris Sunan giri untuk mencegah huru hara dan konflik sekaligus
menjaga kewibaannya di wilayah lamongan dan berjanji untuk mengembalikannya. Setelah
terlibat obrolan yang Panjang, Sunan giri pun meminjamkan kerisnya ke mbah rondo
mbarang dengan syarat tidak boleh dipakai untuk kekerasan. Kemudian sunan giri pun pamit
pulang .

Setelah melewati tujuh purnama, keris pun tak kunjung di kembalikan hingga membuat sunan
giri gelisah. Karena takut kerisnya di salah gunakan Sunan giri pun mengutus para santrinya
untuk mengambil kerisnya yang tertinggal. Tetapi, para santrinya tidak ada yang berani
mengambilnya karena tau mbok rondo mbarang terkenal dengan kesaktiannya dan sifatnya
yang pemarah. Karena tidak ada satupun santri yang mau dan karena pengabdiannya yang
besar pada sunan giri, Boyopatih pun mengajukan diri untuk pergi mengambil keris tersebut.
Singkat cerita pergilah boyopati ke Desa mbarang Kecamatan Karangbinangun.

Setibanya di desa barang, ia menemui mbah rondo mbarang dan mengutarakan maksud
kedatangannya. Namun mbok rondo mbarang berkata bahwa ia akan mengembalikan
kerisnya sendiri ke Sunan giri karena janjinya. Akhirnya, boyopati mengalah dan
meninggalkan tempat mbah rondo mbarang. Tetapi, dia tidak langsung Kembali ke gersik
karena ia tidak percaya dengan ucapan mbah rondo mbarang. Diam-diam Boyopatih
memantau apa yang dilakukan mbah rondo selama tujuh hari. Ternyata selama itu, mbah
rondo mbarang memang tidak ada niat mengembalikan keris tersebut. Akhirnya, boyopatih
berinisiatif mengambil keris tersebut dengan berbagai macam cara yang dia bisa.
Mulanya dia ingin mengambil keris tersebut saat mbok rondo mbarang menyapu pekarangan
kediamannya, boyopatih menyamar menjadi daun berharap bisa mengambil keris yang ada
diperut mbok rondo mbarang. Namun gagal karena kesaktian mbok rondo mbarang yang
mengetahui penyamaran tersebut. Boyopatih pun langsung melarikan diri dari tempat
tersebut. Hingga suatu Ketika, boyopatih mengetahui kelemahan mbah rondo mbarang. Mbah
rondo mbarang sangat suka terhadap kucing. Bergegaslah boyopati menyamar menyerupai
kucing dan masuk diam diam ke rumahnya untuk mengambil keris. Melihat ada hewan
kesayangannya muncul di hadapannya, membuat mbok rondo gemas, kemudian
menggendong dan mengelus kucing (penjelmaan Boyopatih). Saat mbok rondo mbarang
mulai lengah, boyopatih bergegegas mengambil keris tersebut dan lari keluar rumah , tetapi,
mbok rondo mbarang mengetahui kerisnya di ambil dan tersadar bahwa kucing itu adalah
jelmaan dari boyopatih. Mbok Rondo Mbarang berteriak maling dan memerintahkan para
prajuritnya untuk lari mengejar boyo patih tersebut sampai ketemu.

Karena panik dikejar banyak prajurit mbok rondo Mbarang, Bayapati lari hingga sampai
desa Medang dan memberanikan diri terjun ke jublang (kolam) ikan lele untuk menghindari
kejaran dan amukan para prajurit. Tanpa disangka, kolam tersebut dipenuhi ikan lele di
permukaan kolam hingga menutupi tubuh mbah boyopatih. Keberadaan Bayapati
tersembunyikan oleh munculnya ikan-ikan lele tersebut .warga yang sedang mengejar boyo
patih kehilangan jejak.mereka tidak mengira bahwa boyo patih berada dalam sendang. Sebab,
jika ada orang didalamnya otomatis ikan lele tidak bergerombol. Warga pun menganggap
bahwa Boyo pati meninggal karena tak terlihat lagi, padahal masih hidup. Karena berjasa
menyelamatkan hidupnya, Bayapati pun bersumpah jika dia dan semua keturunannya tidak
akan memakan ikan lele. Bayapati lalu segera meninggalkan lokasi kolam tersebut dan
kembali ke Giri. Bayapati lantas menceritakan kejadian aneh tersebut sambil mengembalikan
keris kepada Sunan Giri. Karena jasanya, akhirnya Sunan Giri menghadiahkan kerisnya yang
sekarang disebut dengan KoroWelang kepada Bayapati. Dan juga mendapat gelar dari Sunan
Giri dengan nama ‘Sayyid Abdus Shomad’.

Boyo Pati memberikan pesan dan mewanti-wanti warga Desa Medang dan turunannya orang
lamongan agar tidak makan lele. Pesan tersebut dijaga betul sampai sekarang. Jika ada yang
nekat melanggar, balak pun bisa menghampirinya. kulitnya terkelupas hingga berwarna putih
belang belang . Jangankan mengonsumsi. Membudidayakan atau menjual lele pun mereka tak
berani. Hal itu bukan tanpa alasan. Para leluhur percaya kejadian buruk akan menimpa siapa
saja yang melanggar. bagi mereka yang telanjur makan lele, biasanya harus berziarah ke
makam Mbah Boyo Pati. Setelah berdoa, warga bisa mengambil kembang kering (layon)
yang ada di makam. Setelah itu, dioleskan ke kulit yang terkelupas dan berwarna putih. Atau
dicampurkan air dan dipakai mandi.

Hingga saat ini pantangan ini sangat dipercayai oleh masyarakat dusun Medang, Payungan,
dan Keban semua masyarakatnya tidak berani makan lele bahkan tidak berani juga untuk
membudidayakan lele. Meskipun tidak semua orang lamongan yang tidak memakan lele,
Pantangan ini berlaku bagi keturunan mbah boyopatih dan di beberapa kecamatan di
Lamongan. Bahkan sampai luar Kota Lamongan seperti Gresik hingga Solo.

boyopatih di makamkan di dusun Medang kecamatan Glagah Lamongan, makam yang


selalu ramai dan banyak dikunjungi para peziarah di hari jumat pon. ,Adapun Tradisi yang
dilakukan masyarakat setiap tahun adalah memperingati haul mbah boyopatih (sayyid Abdus
Shomad) pada hari jumat akhir di bulan ruwah atau bulan sya’ban ,Adapun acaranya berupa
khotmil qur’an ,tahlilan, istighosah dan sholawatan.

Bukan tanpa sebab Ternyata simbol ikan lele dalam logo kota lamongan masih berkaitan
dengan kisah ini, selain untuk menghormati para leluhur kota lamongan simbol ikan lele juga
bermakna sebagai sikap hidup ulet tahan menderita, sabar tetapi ulet, dan bila diganggu akan
berbahaya menyerang dengan senjata patilnya.

Kisah ini ternyata sudah sering dituliskan oleh banyak orang , hal ini terbukti bahwa banyak
orang yang sering mengunjungi dusun medang untuk menggali informasi dan wawancara.
dan juga kisah ini juga banyak ditemukan di internet di youtube maupun google.

INFORMAN

 Nama : Qona’ah
 Usia : 70
 Profesi : Ibu Rumah Tangga
 Alamat: Desa Medang kecamatan glagah lamongan

 Nama : Abdul Khalim


 Usia : 47
 Profesi : Guru
 Alamat: Desa Medang kecamatan glagah lamongan

 Nama : Mustahal
 Usia : 52
 Profesi : Perangkat Desa
 Alamat: Desa Medang kecamatan glagah lamongan

Anda mungkin juga menyukai