Pak Lebai adalah seorang guru agama yang tinggal ditepian sebuah sungai didaerah Sumatra
Barat. Suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang yang sama-sama kaya. Pak Lebai
bingung, yang mana yang hendak didatanginya karena pesta itu berlangsung di waktu yang
sama, di tempat berjauhan.
Jika ia datang ke undangan yang pertama, yakni di hulu sungai, tuan rumah akan memberinya 2
ekor kepala kerbau. Namun, masakan di sanan konon tidak enak. Lagipula, ia tak terlalu kenal
dengan tuan rumah tersebut. Jika ia datang ke undangan kedua, ia akan menerima satu saja
kepala kerbau. Namun masakannya enak. Di sana ia juga akan mendapatkan tambahan kue-kue.
Lagipula, ia kenal baik dengan tuan rumah tersebut.
Pak Lebai mulai mengayuh perahunya. Namun, ia masih belum juga bisa membuat keputusan,
undangan mana yang dipilihnya. Dengan ragu ia mulai mengayuh perahunya menuju hulu
sungai. Di tengah perjalanan, ia mengubah rencananya, lalu berbalik menuju hilir sungai. Ketika
hilir sungai sudah makin dekat, beberapa tamu terlihat sedang mengayuh perahu menuju arah
yang berlawanan. Mereka memberitahukan pada Pak Lebai.
Pak Lebai kemudian berbalik lagi ke hulu, mengikuti orang-orang itu. Sesampai di hulu, ah….
pesta ternyata sudah usai. Para tamu sudah tak ada. Makanan sudah habis. Pak Lebai lalu segera
mengayuh perahunya lagi menuju hilir. Di sana pun sama, pesta juga baru saja usai. Sudah sepi,
tak ada satu pun undangan yang terlihat. Pak Lebai pun lemas, juga karena kelelahan mendayung
ke hulu dan hilir. Ia mulai merasakan lapar, lalu memutuskan untuk melakukan dua hal, yakni
memancing dan berburu.
Ia lalu kembali ke rumahnya sebab untuk berburu ia perlu mengajak anjingnya. Ia juga
membawa bekal sebungkus nasi. Mulailah ia memancing. Setelah menunggu beberapa lama, ia
merasakan kailnya dimakan ikan. Pak Lebai merasa lega. Namun ketika ditarik, pancing itu
susah untuk diangkat ke atas. Pak Lebai berpikir, kail itu pasti tersangkut batu atau karang di
dasar sungai. Kemudian ia terjun ke sungai untuk mengambil ikan itu. Berhasil. Ia keluarkan
pancing dan ikannya dari lekukan batu. Namun, ups! Begitu ia selesai melakukan hal itu,
ikannya malah terlepas. Pak Lebai merasa kecewa sekali. Ia lalu naik ke atas sungai.
Sesampainya di atas air Pak Lebai merasa lapar dan ingin memakan nasi bungkus yang
dibawanya dari rumah.
Oh, ia juga mendapati nasinya sudah dimakan oleh anjignya! Benar-benar malang nasib Pak
Lebai. Kemalangan demi kemalangan didapatinya.Sejak saat itu, ia mendapat julukan dari orang-
orang sekitarnya Pak Lebai Malang
3. sebutlkan tokoh antagonis dan dan protagonist dari masing-masing cerita diatas
Kisah ini bermula dari seorang dewa dan seorang dewi yang karena kesalahan yang dibuatnya di
kayangan, akhirnya harus menjalani hukuman di dunia. Keduanya dihukum untuk berbuat
kebaikan dalam hidupnya di bumi dalam bentuk seekor babi hutan dan seekor anjing. Babi hutan
jelmaan dewi itu bernama Wayung Hyang, sedangkan anjing jelmaan dewa itu bernama Tumang.
Wayung Hyang karena dihukum sebagai babi hutan atau celeng, maka ia berusaha melakukan
berbagai kebaikan di dalam sebuah hutan. Sementara Tumang, sang anjing jelmaan dewa itu
mengabdi sebagai anjing pemburu pada seorang raja yang bernama Sumbing Perbangkara. Pada
suatu hari, raja Sumbing Perbangkara berburu ke hutan di tepi kerajaan. Di suatu tempat yang
dekat dengan tempat tinggal babi hutan Wayung Hyang, Sumbing Perbangkara ingin sekali
kencing. Ia kemudian kencing dan tanpa sengaja, tertampung dalam sebuah batok kelapa. Selang
beberapa saat, babi hutan Wayung Hyang yang sedang kehausan kemudian meminum air
kencing Sumbing Perbangkara. Siapa sangka, Wayung Hyang akhirnya hamil.Sumbing
Perbangkara yang pada dasarnya memang suka berburu kembali ke hutan tersebut setelah
berbilang bulan, tepat saat Wayung Hyang melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat
cantik. Sumbing Perbangkara yang berburu kijang mendengar suara tangisan bayi. Ditemani
anjing pemburunya Tumang, ia akhirnya menemukan bayi perempuan yang tak lain adalah
anaknya sendiri. Terpikat oleh keelokan paras bayi itu, Sumbing Perbangkara membawanya
pulang dan mengangkatnya sebagai anak. Bayi perempuan itu kemudian diberi nama Dayang
Sumbi.Dayang Sumbi kemudian semakin dewasa dan tumbuh menjadi seorang putri yang
berparas elok. Kecantikan tersiar ke segenap penjuru kerajaan hingga didengar raja-raja dan para
pangeran. Dayang Sumbi diperebutkan. Perang besar terjadi di mana-mana. Merasa tidak
nyaman dengan perang yang terjadi di mana-mana karena memperebutkan dirinya, Dayang
Sumbi akhir meminta kepada ayahnya raja Sumbing Perbangkara untuk menyendiri dan pergi
dari kerajaan. Sumbing Perbangkara akhirnya mengijinkannya dan memberikan Tumang si
anjing pemburu untuk menemaninya. Dayang Sumbi tinggal di sebuah pondok di tepi hutan.
Dengan kehidupannya yang sederhana tak seorangpun yang tahu bahwa ia adalah Dayang Sumbi
yang diperebutkan banyak raja dan pangeran. Di pondok itu ia mengisi kegiatannya dengan
menenun.
Suatu hari, saat menenun kain, Dayang Sumbi duduk di atas sebuah bale-bale. Karena
mengantuk, alat tenunnya yang disebut torak jatuh ke lantai. Dayang Sumbi merasa malas sekali
memungut torak itu, sehingga ia bersumpah bahwa ia akan menikahi siapapun yang
mengambilkan torak itu untuknya. Tumang, anjing yang ditugaskan menemani Dayang Sumbi
akhirnya mengambilkan torak yang terjatuh itu dan menyerahkannya kepada Dayang Sumbi.
Demi memenuhi sumpah yang terlanjur diucapkannya, Dayang Sumbi akhir menikah dengan
Tumang.Raja Sumbing Perbangkara yang mengetahui hal itu akhirnya merasa sangat malu.
Putrinya yang cantik menikah dengan seekor anjing dan kini tengah mengandung. Dayang
Sumbi akhirnya diasingkan ke hutan bersama-sama dengan Tumang. Tidak ada seorangpun yang
tahu bahwa Tumang adalah jelmaan seorang dewa, kecuali Dayang Sumbi. Setiap malam
purnama, Tumang dapat menjelma menjadi seorang lelaki yang tampan. Dayang Sumbi yang
hamil akhirnya melahirkan seorang putra yang tampan. Kulitnya putih dengan rambut lebat
legam seperti arang. Dayang Sumbi memberinya nama Sangkuriang. Bayi itu kemudian tumbuh
menjadi anak yang tangkas. Sangkuriang telah mulai mahir memanah, pada suatu hari diminta
ibunya untuk berburu. Dayang Sumbi ingin sekali memakan hati rusa. Ditemani Tumang,
Sangkuriang berburu di hutan. Di suatu tempat, Sangkuriang melihat babi hutan Wayung Hyang
melintas. Ia segera membidikkan panahnya. Akan tetapi Wayung Hyang berlari dan bersembunyi
dengan gesit. Sangkuriang memerintahkan anjing pemburunya, Tumang untuk mengejar babi
hutan itu. Tumang yang mengetahui jika babi hutan itu bukan sembarang babi hutan melainkan
jelmaan dewi yang bernama Wayung Hyang, menolak perintah Sangkuriang. Tumang, si anjing
jelmaan dewa itu hanya duduk diam memandang Sangkuriang.Sangkuriang sangat marah kepada
Tumang. Ia menakut-nakuti Tumang dengan mengarahkan anak panah pada Tumang. Tetapi,
tanpa sengaja, ia melepaskan anak panah itu pada busurnya. Anak panah melesat dan
menghunjam ke tubuh Tumang. Anjing jelmaan dewa itu tewas. Sangkuriang yang ketakutan
bercampur putus asa akhirnya mengambil hati Tumang. Hati itu kemudian dibawanya pulang
dan diserahkannya kepada dayang Sumbi dengan mengatakan bahwa itu adalah hati rusa hasil
buruannya.Dayang Sumbi dengan gembira memasak hati itu, mereka ia makan dengan lahap.
Setelah selesai makan, Dayang Sumbi teringat akan Tumang. Ia bertanya kepada Sangkuriang di
mana anjing Tumang. Sangkuriang yang akhirnya tidak bisa berkelit jujur mengakui bahwa
Tumang telah tewas karena panahnya dan hatinya telah diserahkan kepada ibunya untuk dimasak
Dayang Sumbi sangat murka. Sangkuriang telah membunuh ayah kandungnya sendiri. Ia
kemudian mengambil centong nasi dan memukul kepala Sangkuriang hingga terluka sangat
parah. Akan tetapi, luka di hati Sangkuriang lebih parah. Ia akhirnya lari dari pondok mereka.
Menyadari bahwa ia telah melukai anaknya sendiri dan membuatnya lari, Dayang Sumbi
akhirnya merasa sangat menyesal. Sangkuriang adalah putranya satu-satunya yang telah
menemaninya hidup di hutan bersama Tumang. Demi menenangkan perasaannya, Dayang Sumbi
akhirnya bertapa. Dalam pertapaannya, Dayang Sumbi kemudian dikaruniakan umur panjang
dan awet muda. Semumur hidupnya, ia akan tetap menjadi seorang wanita yang cantik dan tak
akan pernah terlihat tua.Sementara itu, Sangkuriang yang lari dengan kepala terluka mengembara
ke mana-mana. Ia berguru dengan beberapa orang sakti. Ia masuk hutan keluar hutan. Saat
Sangkuriang telah menjadi pemuda sakti dan perkasa, ia mengalahkan semua makhluk-makhluk
halus atau guriang yang ditemuinya dalam pengembaraan. Ia menaklukkan mereka dan dengan
kesaktiannya menjadi tuan dari guriang-guriang itu.Pada suatu ketika, dalam pengembaraannya
Sangkuriang akhirnya bertemu dengan Dayang Sumbi. Sangkuriang sangat terpesona dengan
kecantikan Dayang Sumbi, lalu akhirnya jatuh cinta. Perasaan Sangkuriang berbalas. Dayang
Sumbi juga terpikat oleh ketampanan Sangkuriang. Akhirnya, Sangkuriang berniat menikahi
Dayang Sumbi.Saat Dayang Sumbi menyisir rambut dan merapikan ikat kepala Sangkuriang, ia
melihat ada bekas luka yang sangat besar. Setelah mengamati wajah Sangkuriang, barulah ia
sadar bahwa ia akan menikah dengan anak kandungnya sendiri. Sangkuriang sendiri tidak
menyangka bahwa Dayang Sumbi adalah ibu kandungnya. Dayang Sumbi akhirnya mencoba
menjelaskan kenyataan bahwa Sangkuriang adalah putranya. Tetapi Sangkuriang telah
kehilangan akal sehat. Sangkuriang tetap memaksa. Akhirnya Dayang Sumbi secara halus
menghindari terjadinya perkawinan mereka. Ia meminta Sangkuriang membuatkannya sebuah
danau lengkap dengan perahunya dalam semalam. Bagi Dayang Sumbi, ini adalah hal yang
mustahil untuk dapat dilakukan oleh Sangkuriang. Anak kandungnya itu tidak akan sanggup
memenuhi persyaratan yang mintanya. Di luar dugaan Dayang Sumbi, Sangkuriang
menyanggupi permintaannya.Malam itu, Sangkuriang bekerja keras membuat sebuah danau.
Sangkurang menebang pohon, bekas pohon tebangannya itu berubah menjadi sebuah bukit yang
kini dikenal sebagai Gunung Bukit Tunggul, sementara daun, ranting dan bagian kayu lainnya
yang tidak terpakai ditumpuknya dan terbentuklah Gunung Burangrang. Ia telah bekerja separuh
malam. Selanjutnya setelah perahu selesai dibuat Sangkuriang mulai membuat danau.
Sangkuriang, seperti pengerjaan perahu, mengerahkan makhluk halus guriang untuk membantu.
Melihat situasi ini, Dayang Sumbi menjadi ketakutan. Akhirnya ia menebarkan kain-kain hasil
tenunannya di arah timur. Ia memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar usaha Sangkuriang
digagalkan. Doanya dikabulkan. Kain-kain tenunan Dayang Sumbi bercahaya kemerah-merahan
di ufuk timur. Ayam-ayam jantan kemudian berkokok. Kemudian, makhluk-makhluk halus
guriang yang membantu pekerjaan Sangkuriang membuat danau mengira hari akan segera pagi.
Merekapun segera berlari dan bersembunyi masuk ke dalam tanah. Sangkuriang tinggal sendirian
dengan pekerjaan pembuatan danau yang hampir selesai. Sangkuriang merasa usahanya telah
gagal. Ia menjadi marah sekali.Sangkuriang mengamuk. Sumbat yang dibuatnya untuk
membendung Sungai Citarum dibuangnya ke arah timur dan menjadi Gunung Manglayang.
Danau Talaga Bandung yang dibuatnya kemudian menyurut. Lalu dengan sekali tendangan
keras, perahu buatannya terlempar jauh dan tertelungkup. Dalam sekejap berubah menjadi
Gunung Tangkuban Perahu. Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang melarikan diri. Ketika
Dayang Sumbi hampir terkejar oleh Sangkuriang di Gunung Putri, Dayang Sumbi memohon
pertolongan Sang Hyang Tunggal. Ia akhirnya menjelma menjadi sekuntum bunga jaksi.
Sangkuriang terus mencari Dayang Sumbi hingga sampai ke Ujung Berung dan tersesat ke alam
gaib.
Catatan:
Legenda Sangkurian dan Asal-Usul Gunung Tangkuban Perahu berasal dari Jawa Barat (Sunda)
dan sudah lama menjadi cerita yang diwariskan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi
sebagai cerita pengantar tidur anak-anak. Cerita ini telah dibuat filmnya dalam beberapa versi.
7. buatlah ringkasannya!
Cerita Dongeng Putri Bambu 1: Asal-Usul Putri Bambu
Cerita Rakyat Jepang
AIkisah, di sebuah desa di negeri epang, hiduplah seorang bapak tua dan istrinya. Mereka tidak
mempunyai anak. Mereka sangat ingin memiliki anak. Setiap malam, mereka berdoa kepada
dewa agar diberikan anak. Namun, dewa belum juga memberinya.
Bapak tua bekerja sebagai penebang bambu. la menebang dan memotong-motong bambu, lalu
menjualnya ke kota.
Suatu hari, saat hendak menebang bambu, bapak tua melihat seberkas cahaya di antara rimbunan
batang bambu. la mendekati cahaya itu. Cahaya itu ternyata datang dari sebuah batang bambu.
Dengan hati-hati, bapak tua membelah bambu yang bercahaya itu. Di dalam batang bambu,
bapak tua menemukan seorang bayi.
Dengan senang hati, bapak tua mengangkat bayi itu dan membawanya pulang. la menceritakan
pada istrinya bagaimana menemukan bayi mungil nan cantik itu. lstri bapak tua senang sekali.
Mereka yakin bayi itu adalah jawaban atas doa-doa mereka selama ini.
Karena mereka menemukan bayi perempuan itu dalam sebuah bambu, mereka memberinya nama
Putri Bambu. Mereka merawat Putri Bambu dengan baik dan penuh cinta.
Tahun demi tahun berlalu, Putri Bambu tumbuh menjadi seorang gadis yang mempesona. Tidak
hanya cantik jelita, ia juga gadis yang baik hati dan suka membantu orangtua.
Sejak saat itu, hidup bapak tua dan istrinya menjadi lebih baik. lnilah hasil dari doa dan usaha
mereka.
Petilasan calonarang yang hidup saat zaman Raja Airlangga masih bisa ditemui hingga saat ini.
Calonarang ini diceritakan sebagai sebagai seorang rondo (janda) yang menguasai ilmu hitam
dan penganut aliran durga yang sakti dan jahat. Ia dijuluki “Rondo Naten Girah” (janda yang
tinggal di Girah). Karena sangat jahat, warga menamainya Calonarang. Ia juga mempunyai
banyak murid, yang semuanya adalah perempuan (baca: Kisah Interaksi dengan Leak).
Setelah tengah malam tiba, semua masyarakat telah beristirahat tidur. Suasananya menjadi
gelap dan sunyi senyap, ditambah lagi pada hari tersebut adalah hari Kajeng Kliwon. Suatu hari
yang dianggap kramat bagi masyarakat. Masyarakat biasanya pantang pergi sampai larut malam
pada hari Kajeng Kliwon. Karena hari tersebut dianggap sebagai hari yang angker. Sehingga
penduduk tidak ada yang berani keluar sampai larut malam.
Ketika penduduk rakyat Kediri tertidur lelap di tengah malam, ketika itulah para murid atau
sisya Ibu Calonarang yang sudah menjadi leak datang ke Desa-desa wilayah pesisir Kerajan
Kediri. Sinar beraneka warna bertebaran di angkasa. Desa-desa pesisir bagaikan dibakar dari
angkasa. Ketika itu, penduduk desa sedang tidur lelap. Kemudian dengan kedatangan pasukan
leak tersebut, tiba- tiba saja penduduk desa merasakan udara menjadi panas yang membuat tidur
mereka menjadi gelisah. Para anak-anak yang gelisah, dan terdengar tangis para bayi di tengah
malam. Lolongan anjing saling bersahutan seketika (baca: Kisah Leak Camre Berag). Demikian
pula suara goak atau burung gagak terdengar di tengah malam. Ketika itu sudah terasa ada yang
aneh dan ganjil saat itu. Ditambah lagi dengan adanya bunyi kodok darat yang ramai, padahal
ketika itu adalah musim kering. Demikian pula tokek pun ribut saling bersahutan seakan-akan
memberitahukan sesuatu kepada penduduk desa. Mendengar dan mengalami suatu yang ganjil
tersebut, masyarakat menjadi ketakutan, dan tidak ada yang berani keluar.
Endih atau api jadi-jadian yang berjumlah banyak di angkasa kemudian turun menuju jalan-
jalan dan rumah-rumah penduduk desa. Api sebesar sangkar ayam mendarat di perempatan jalan
desa, dan diikuti oleh api kecil-kecil warna-warni. Setelah itu para leakyang tadinya terbang
berwujud endih, kemudian setelah dibawah bberubah wujud menjadi leak beraneka rupa, dan
berkeliaran di jalan jalan desa.
Para leak di malam itu telah menyebarkan penyakit grubug di desa-desa wilayah pesisir
Kerajaan Kediri. Setelah beberapa hari mengalami kepanikan, kebingungan danketakutan,
akhirnya para prajuru desa atau pengurus desa, para pengelingsir atau tetua dan para pemangku
mengadakan pertemuan di salah satu balai banjar di desa Girah. Pada intinya mereka
membicarakan mangenai masalah atay penyakit gerubug yang menyerang desa-desa pesisir
Kerajan Kediri. Raja Kediri setelah mengetahui kejadian ini menjadi sangat murka.
Diceritakan Ki Patih Madri sebagai utusan raja telah mengumpulkan tokoh masyarakat dan
penduduk yang mempunyai ilmu kanuragan atau ilmu kewisesan. Mereka semua dikumpulkan di
Istana dan diberikan pengarahan mengenai rencana penyerangan ke tempat Ratu Leak di Desa
Girah menggempur Calonarang di malam hari.
Karena kesaktian Calonarang maka serangan dari pihak Kediri yang dipimpin Ki Patih Madri
telah diketahui sebelumnya. Sehingga Calonarang dengan mudah mengalahkannya. Dengan
kalahnya Patih Madri melawan Nyi Larung murid Calonarang, maka Raja Kediri sangat panic
sehingga Raja Kediri memanggil seorang Bagawanta (Rohaniawan Kerjaan) yaitu Pendeta
Kerajaan Kediri yang bernama Empu Bharadah yang situgaskan oleh Raja untuk mengatasi
gerubug sebagai ulah onar si Ratu Leak Calonarang.
Empu Bharadah lalu mengatur siasat dengan cara Empu Bahula putra Empu Bharadahdi
tugaskan untuk mengawini Diah Ratna Mengali agar berhasil mencuri rahasia ilmu pengeleakan
milik janda sakti itu.
Empu Bahula berhasil mencuri buku lontar yang bertuliskan aksara Bali yang menguraikan
tentang teknik-teknik pengeleakan. Setelah Ibu Calonarang mengetahui bahwa dirinya telah
diperdaya oleh Empu Bharadah dengan memenfaatkan putranya Empu Bahula untuk pura-pura
kawin dengan putrinya sehingga berhasil mencuri buku ilmu pengeleakan milik Calonarang.
Ibu Calonarang sangat marah dan menantang Empu Bharadah untuk perang tanding pada
malam hari di Setra Ganda Mayu yaitu sebuah kuburan yang sangat luas yang ada diKerajan
Kediri. Pertarungan pun terjadi dengan sangat seram dan dahsyat antara penguasa ilmu hitam
yaitu Calonarang dibantu para sisya atau murid-murid dengan penguasa ilmu putih yaitu Empu
Bharadah dibantu pasukan Balayuda Kediri, di Setra Ganda Mayu.
Pertempuran berlangsung sangat lama sehingga sampai pagi, dan karena ilmu
hitam mempunyai kekuatan hanya pada malam hari saja, maka setelah siang hari Ibu
Calonarang akhirnya tidak kuat melawan Empu Bharadah. Calonarang terdesak dan sisyanya
banyak yang tewas dalam pertempuran melawan Empu Bharadah dan Pasukan Balayuda Kediri.
Calonarang tewas ketika ia berubah wujud menjadi garuda (Baca: Kisah Leak Garuda
Anglayang) dan terkena bidikan senjata pusaka Jaga Satru oleh Empu Bharadah. Segera si
garuda mengambil wujud kembali menjadi manusia sosok Calonarang. Ratu Leak Calonarang
yang sakti mandra guna tidak berdaya dengan kesaktian senjata pusaka Jaga Satru Empu
Bharadah. Dengan meninggalnya Ibu Calonarang maka bencana gerubug (wabah) yang melanda
Kerajaan Kediri bisa teratasi.
Sebelum saya Share Cerita Rakyat Lutung Kasarung Sebelumnya saya telah share Cerita Rakyat
Danau Toba dan Cerita Rakyat Timun Mas, Cerita Lutung Kasarung ini menjadi sebuah Cerita
Legenda yang bersal dari tataran sunda atau masyarakat Jawa Barat, Lutung kasarung sendiri
berarti Lutung yang tersesat, Okelah langsung saja untuk membaca Cerita Rakyat Lutung
Kasarung ini.
LUTUNG KASARUNG
Cerita Rakyat Jawa Barat
Lutung kasarung.
Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja
yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.Prabu Tapa Agung mempunyai dua
orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.Pada saat mendekati akhir hayatnya
Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu
tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.Purbasari memiliki kakak yang bernama
Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung,
seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya
yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat
mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek
sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-
totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang
dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya.
Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang
paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan
mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang
sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa
Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah
dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat
harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga
tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama
setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti
semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin
ditelaga tersebut.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung
Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya.
Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui
kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon
untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya
mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang
ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.