Anda di halaman 1dari 16

Dhisa Ayu Damayanti

1185030048/6B
Sosiologi Sastra

KUMPULAN FOLKLORE, PANTUN, PUISI, SINDIRAN,


MANTRA DAN ISTILAH LOKAL BESERTA SUMBER

1. Legenda Si Lancang: Cerita Rakyat Riau


By Storyteller
Pada zaman dahulu, di daerah Kampar, hiduplah Si Lancang dengan ibunya. Mereka sehari-hari hidup
prihatin mengandalkan penghasilan yang minim sebagai buruh tani. Keadaan ini membuat Si Lancang
berpikir untuk memperbaiki nasib dengan pergi merantau.
Pada suatu hari, Si Lancang berangkat ke negeri orang. Diceritakan, Si Lancang bekerja keras bertahun-
tahun lamanya. Segala perjuangannya tidak sia-sia, ia berhasil menggapai cita-citanya menjadi orang
kaya. Ia menjadi saudagar yang memiliki berpuluh-puluh kapal dagang. Akan tetapi, ia lupa pada ibunya
dan segala janji manisnya dahulu.
Pada suatu hari, Si Lancang singgah di Kampar. Berita kedatangan Si Lancang terdengar oleh ibunya. Ia
mengira bahwa Si Lancang pulang untuk dirinya. Dengan memberanikan diri, ia naik ke geladak kapal
mewah Si Lancang. Si ibu langsung menghampiri Si Lancang dan ketujuh istrinya. Betapa terkejutnya Si
Lancang ketika menyaksikan bahwa perempuan berpakaian compang camping itu adalah ibunya. Akan
tetapi, harapan ibu Si Lancang hanya tinggal harapan. Rasa malu dan marah pun tak dapat ia tahan.
Ibunya segera menghampirinya.Advertising
“Engkau Lancang, Anakku! Oh… betapa rindunya hati emak padamu.” Mendengar sapaan itu, si
Lancang begitu tega menepis pengakuan ibunya sambil berteriak.
“Mana mungkin aku mempunyai ibu perempuan miskin seperti kamu. Kelasi! usir perempuan gila ini!”
Dengan perasaan hancur, ibunya pergi meninggalkan semua angan-angan tentang anaknya. Luka hati
seperti disayat sembilu. Setibanya di rumah, hilang sudah akal sehatnya dan kasih sayangnya karena
perlakuan buruk yang diterimanya. Ia mengambil pusaka yang dimilikinya berupa lesung penumbuk padi
dan sebuah nyiru. Diputarnya lesung itu dan dikibas-kibaskan nyiru itu sambil berkata, “Ya Tuhanku…
hukumlah si anak durhaka itu.”
Tidak perlu waktu lama, Tuhan mengabulkan permintaan ibu tua renta itu. Dalam sekejap, turunlah badai
topan. Badai tersebut meluluh lantakkan kapal-kapal dagang milik Si Lancang dan harta benda miliknya.
Menurut cerita rakyat setempat, kain sutranya melayang-layang dan jatuh menjadi negeri Lipat Kain yang
terletak di Kampar Kiri. Gongnya terlempar ke Kampar Kanan dan menjadi Sungai Ogong. Tembikarnya
melayang menjadi Pasubilah, sedangkan tiang bendera kapal si Lancang terlempar hingga sampai di
sebuah danau yang diberi nama Danau Si Lancang. Hingga sekarang, nama nama tempat itu masih ada
dan dapat kita disaksikan.
Source: https://histori.id/legenda-si-lancang-cerita-rakyat-riau/

2. Legenda Batu Menangis – Kalimantan Barat


By Storyteller
Pada zaman dahulu kala, di atas sebuah bukit kecil yang jauh dari pemukiman penduduk, di daerah
Kalimantan Barat hiduplah seorang janda yang sangat miskin bersama seorang anak gadisnya.
Anak gadis nya sangat cantik, bentuk tubuhnya sangat indah, rambutnya terurai mengikal sampai ke mata
kaki. Poni rambutnya tersisir rapi dan keningnya sehalus batu cendana. Namun sayang nya ia memiliki
sifat yang buruk.
Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya
hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia
meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin,
setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat
jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang
dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan
mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan
pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua
perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona
melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah
gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya.
Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, “Hai,
gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?”
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
“Bukan,” katanya dengan angkuh. “Ia adalah pembantuku !”
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang
pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
“Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?” “Bukan, bukan,” jawab gadis itu dengan
mendongakkan kepalanya. ” Ia adalah budakk!”
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya,
selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.

Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan
diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati,
akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.
“Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan
diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia….”
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu.
Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu
menangis memohon ampun kepada ibunya.
” Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu…Ibu…ampunilah
anakmu..” Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya
telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun
orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh
karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut ” Batu Menangis “.
Demikianlah cerita legenda batu menangis, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu
benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan
membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Source: https://histori.id/legenda-batu-menangis-kalimantan-barat/

3. Asal Mula Nama Simalungun


By Historian
Simalungun adalah nama salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Sumatra Utara. Dulu, sebelum
bernama Simalungun, daerah ini dikenal dengan nama Kampung Nagur. Namun karena sebuah peristiwa,
daerah tersebut kemudian dinamai Simalungun. Peristiwa apakah yang menyebabkan perubahan nama
itu? Simak kisahnya dalam cerita Asal Mula Nama Simalungun berikut ini!
Dahulu, di wilayah Kampung Nagur, Sumatra Utara, terdapat sebuah kerajaan kecil bernama Kerajaan
Tanah Djawo. Kerajaan suku Batak yang bermarga Sinaga ini dipimpin oleh seorang raja yang adil dan
bijaksana. Dalam menjalankan tugas pemerintahan, sang Raja didampingi oleh sejumlah hulubalang yang
tangguh dan setia sehingga kerajaan ini aman dan tenteram.

Sementara itu, di luar wilayah Nagur, terdapat pula dua kerajaan suku Batak yang berlainan marga, yaitu
Kerajaan Silou dari marga Purba Tambak dan Kerajaan Raya dari marga Saragih Garingging. Meskipun
berlainan marga, kedua kerajaan ini menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Nagur. Rakyat
mereka pun senantiasa hidup rukun dan makmur. Kemakmuran ketiga kerajaan kecil itu ternyata menarik
perhatian kerajaan-kerajaan lain untuk menguasainya.
Suatu hari, tersiar kabar bahwa Kerajaan Majapahit dari tanah Jawa akan datang menyerang Kerajaan
Tanah Djawo. Mendengar kabar tersebut, Raja Tanah Djawo segera meminta bantuan kepada Kerajaan
Silou dan Kerajaan Raya. Kedua kerajaan itu pun menyatakan kesediaan untuk membantu Kerajaan
Tanah Djawo dalam menangkal serangan dari Kerajaan Majapahit.
Bantuan yang diberikan oleh Kerajaan Silou dan Kerajaan Raya ternyata sanggup menangkal bahkan
mengusir pasukan Majapahit dari wilayah Nagur. Hal yang sama terjadi ketika Kerajaan Silou mendapat
serangan dari Kerajaan Aceh. Kedua kerajaan ini, Kerajaan Tanah Djawo dan Kerajaan Raya, membantu
Kerajaan Silou hingga akhirnya selamat dari ancaman bahaya.
Suatu ketika, ribuan tentara yang tidak diketahui asalnya datang menyerang ketiga kerajaan tersebut
secara bergantian. Pertama-tama, mereka Kerajaan Tanah Djawo, lalu Kerajaan Silou, dan terakhir
Kerajaan Raya. Meskipun sudah saling membantu, ketiga kerajaan tersebut akhirnya takluk juga.
Serangan itu membuat masing-masing raja terpaksa menyelamatkan diri. Hal yang sama terjadi pula para
rakyat yang lari tunggang-langgang menghindari sergapan musuh. Mereka meninggalkan wilayah itu
secara berkelompok. Selama masa pelarian, mereka harus berpindah-pindah tempat untuk menghindari
kejaran musuh.

Nasib para pengungsi tersebut sangat menderita. Mereka dilanda kelaparan dan terserang berbagai macam
penyakit. Untuk bertahan hidup, setiap kelompok pengungsi mencari tempat tinggal masing-masing yang
dirasa aman. Sekelompok pengungsi dari Kampung Nagur kemudian menemukan tanah Sahili Misir yang
kini dikenal pulau Samosir, yaitu sebuah pulau yang terletak di tengah-tengah Danau Toba. Di sanalah
mereka menetap dan membuka perladangan untuk bercocok tanam.
Setelah sekian lama menetap di pulau itu, hidup mereka pun mulai tertata. Bahkan, mereka telah memiliki
anak cucu. Suatu ketika, mereka merasa rindu untuk kembali ke kampung halaman di Kampung Nagur.
Mereka akhirnya mengadakan musyawarah.
“Siapa di antara kalian yang ingin kembali ke Kampung Nagur?” tanya seorang sesepuh selaku pemimpin
musyawarah.
Mendengar pertanyaan itu, sebagian dari peserta enggan untuk kembali ke kampung halaman mereka.
“Maaf, Bapak-bapak. Kenapa kalian tidak mau ikut bersama kami? Apakah kalian tidak rindu pada
kampung halaman?” tanya sesepuh itu kepada mereka.
“Maaf, Tuan Sesepuh. Sebenarnya kami pun sangat rindu pada kampung halaman. Tapi, kami sudah
merasa betah dan nyaman tinggal di pulau ini. Tempat ini sudah seperti kampung halaman sendiri. Lagi
pula, siapa yang akan menjaga hewan ternak dan ladang-ladang jika semuanya ikut kembali ke kampung
halaman?” jawab salah seorang peserta musyawarah.
“Benar Tuan Sesepuh, anak dan cucu kami pun merasa senang tinggal di pulau ini,” imbuh seorang
peserta musyawarah lainnya.
“Baiklah, kalau begitu. Bagi yang ingin tetap tinggal di sini, ku harap kalian tetap merawat baik-baik
tempat ini. Bagi yang ingin pulang ke kampung halaman harap segera mempersiapkan segala
sesuatunya,” ujar sesepuh itu.

Para warga yang berkeinginan kembali ke kampung halaman segera mengadakan persiapan seperlunya.
Mereka akhirnya berangkat menuju Kampung Nagur. Setelah berhari-hari menempuh perjalanan, mereka
akhirnya tiba di Kampung Nagur. Saat tiba kampung halaman, beberapa warga terlihat menangis. Mereka
teringat pada peristiwa yang menimpa kampung mereka dahulu. Rumah-rumah mereka telah tiada. Hanya
tumbuhan semak-belukar dan pepohonan yang terlihat tumbuh dengan subur.
“Sima-sima nalungun,” kata mereka.
Sejak itulah Kampung Nagur berubah nama menjadi Sima-sima Nalungun, yang berarti daerah sunyi sepi.
Lama-kelamaan, orang-orang menyebutnya Simalungun. Hingga saat ini, kata Simalungun tetap dipakai
untuk menyebut nama sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatra Utara.
Source: https://histori.id/asal-mula-nama-simalungun/

4. Legenda Garuda Wisnu Kencana


By Storyteller
Konon disebuah negeri di Pulau Bali, hiduplah seorang Resi yang arif dan bijaksana. Resi itu bernama
Resi Kasyapa. Beliau memiliki dua orang istri yakni Kadru dan Winata. Resi kasyapa bersikap adil
kepada kedua istrinya, namun salah satu istrinya yaitu Kadru selalu menyimpan rasa iri dan dengki
kepada Winata.

Alkisah Kedua istri Resi Kasyapa masing-masing dikaruniai anak. Kadru dikaruniai para Naga,
sedangkan Winata dikaruniai seekor Burung Garuda. Kadru yang tetap memiliki rasa iri dan dengki
terhadap Winata selalu melancarkan niat jahat agar Winata dapat keluar dari lingkaran keluarga Resi
Kasyapa.
Suatu ketika, Para Dewa mengaduk-aduk samudra untuk mendapatkan Tirtha Amartha. Tirtha(air) yang
diebut-sebut dapat memberikan keabadian kepada siapapun yang dapat meminumnya walaupun hanya
setetes. Bersamaan dengan kejadian itu, muncullah kuda terbang bernama Ucaihswara. Oleh karena
Kadru yang selalu menaruh rasa dengki terhadapa Winata, Kadru kemudian menantang Winata untuk
menebak warna Kuda Ucaihswara yang belum terlihat oleh mereka.
Winata kemudian menyanggupi tantangan dari Kadru dengan perjanjian, jika siapapun yang kalah harus
bersedia menjadi budak dan selalu mentaati seluruh perintah dari yang menang. Kemudian Kadru
menebak warna kuda itu berwarna hitam, dan Winata menebak warna kuda itu berwarna putih. Sebelum
kuda itu muncul, secara diam-diam Kadru menerima informasi dari anaknya(naga) bahwa kuda itu
sebenarnya berwarna putih.
Mengetahui bahwa dirinya akan kalah, maka Kadru berbuat licik dengan menyuruh anaknya untuk
menyembur dengan racun tubuh kuda itu sehingga terlihat kehitaman.
Benar saja kuda yang dulunya putih kemudian menjadi hitam setelah muncul dan dilihat oleh Kadru dan
Winata. Karena Winata merasa dirinya telah kalah, maka ia bersedia menjadi budak Kadru selama
hidupnya.
Garuda wisnu kencana menyadari kelicikan Kadru, anak Winata yakni sang Garuda tidak tinggal diam.
Dia kemudian bertarung dengan anak-anak Kadru yakni para Naga yang berlangsung tanpa henti siang
dan malam. Keduanya berhasil menahan imbang disetiap pertarungan sampai akhirnya para Nagapun
memberikan persyaratan bahwa dia akan membebaskan Winata dengan syarat sang Garuda dapat
membawakan Tirtha Amartha kepada para Naga.
Sang Garuda menyanggupinya, dia bersedia mencari Tirtha Amertha yang tidak dia ketahui tempatnya
agar dia dapat menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Di tengah petualangannya, sang Garuda bertemu
dengan Dewa Wisnu yang membawa Tirtha Amertha. Garuda kemudian meminta Tirtha Amertha itu,
Dewa Wisnu menyerahkannya dengan syarat agar Garuda mau menjadi tunggangan Dewa Wisnu yang
kemudian dikenal dengan nama Garuda Wisnu Kencana.
Garuda kemudian mendapat tirtha amertha dengan berwadahkan kamendalu dengan tali rumput ilalang. Ia
memberikan tirtha tersebut kepada para naga, namun sebelum para naga sempat meminumnya tirtha itu
terlebih dahulu diambil oleh dewa indra yang kebetulan lewat. Namun tetesan tirtha amertha itu masih
tertinggal di tali rumput ilalangnya. Naga kemudian menjilat rumput ilalang tersebut yang ternyata sangat
tajam dan lebih tajam dari pisau. Oleh karena itu lidah naga menjadi terbelah menjadi 2 ujung yang
kemudian disetiap keturunan naga itu juga memiliki lidah yang terbelah.
Kemudian ibu Winata berhasil dibebaskan dari jeratan perbudakan.
Begitulah akhir cerita dari Sejarah Cerita Garuda Wisnu Kencana. Lalu apa hubungan Garuda anak
Winata dengan Garuda Lambang Negara Indonesia? Karena melihat filosofi diatas para petinggi yang
membangun Negara Indonesia kemudian memilih Burung Garuda sebagai lambang Negara Indonesia
karena melihat kegigihan Burung Garuda dalam berbakti kepada ibunya agar ibunya dapat lolos dari
perbudakan. Garuda tersebut melambangkan kegigihan masyarakat pribumi (masyarakat indonesia)
dalam memperjuangkan tanah Ibu pertiwi agar lolos dari perbudakan para penjajah kala itu.
Source: https://histori.id/legenda-garuda-wisnu-kencana/

5. Cerita Rakyat Lutung Kasarung


Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang putri bernama Purbasari.
Dia merupakan anak bungsu dari Prabu Tapa Agung yang merupakan raja kerajaan pasir batang.
Purbasari memiliki enam orang kakak perempuan yaitu Purbararang, Purbadewata, Purbaendah,
Purbakancana, Purbamanik dan Purbaleuih.
Purbasari sangat baik sifat dan kelakuannya. Dia lembut, manis budi, ddan suka menolong.
Siapapun juga yang membutuhkan pertolongan dengan senang hati dibantunya.
Selain hatinya yang elok, Purbasari juga memiliki paras yang cantik dan rupawan, setiap orang yang
melihatnya pasti jatuh hati pada pandangan pertama.
Sayangnya kecantikan dan kebaikan hati purbasari tidak menurun dari kakak sulungnya Purbararang yang
berperangai sangat buruk.
Walaupun cantik Purbararang sangat kasar, sombong, kejam dan iri hati terhadap siapapun juga.
Source: https://dongengceritarakyat.com/kumpulan-cerita-rakyat-pendek-nusantara-terbaik-dan-
terpopuler/#1_Cerita_Rakyat_Lutung_Kasarung

6. Legenda Nyi Roro Kidul Penguasa Laut Selatan


Pada zaman dahulu, tepat di daerah Jawa Barat. Terdapat sebuah Kerajaan bernama Pakuan Pajajaran.
Kerajaan tersebut di pimpin oleh seorang Raja yang sangat bijaksana dan arif.

Rakyat dibawah kekuasaanya sangat bahagia dan menghormati sang raja karena kepemimpinannya
membuat hidup para rakyat sejahtera.
Raja tersebut bernama Raja Prabu Siliwangi. Sang Prabu mempunyai cukup banyak anak, salah satunya
bernama Putri Kandita.
Ia adalah seorang gadis yang sangat cantik jelita, baik hati dan memiliki sifat yang sama seperti Ayahnya.
Sang Prabu Siliwangi sangat menyayangi Putri Kandita, dan Seiring bertambahkan usia, putri Kandita
semakin memiliki paras yang cantik dan area ia merupakan anak tunggal maka ialah sang calon pewaris
tahta raja Prabu Siliwangi kelak.
Source: https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-nyi-roro-kidul-laut-selatan/
7. Dongeng Timun Mas : Perjanjian Dengan Raksasa
Mbok Sarni tinggal sebatang kara di hutan yang sepi. Ia sangat menginginkan kehadiran seorang anak.
Tiap hari ia tiada henti selalu berdoa, “Tuhan, karuniai seorang anak padaku. Sesungguhnya hidupku
sangat sepi. Jika engkau mengaruniai aku seorang anak tentunya aku akan semakin bersyukur dan taat
kepadamu.”
Suatu hari, raksasa yang kebetulan lewat mendengar doa Mbok Sarni. Dengan suaranya yang
menggelegar, raksasa itu bertanya, “Hei wanita tua! Apakah kau sungguh-sungguh menginginkan seorang
anak?”
Mbok Sarni terkejut. Dengan gemetar, ia menjawab, “Benar sekali. Aku mendambakan seorang anak
yang bisa menemaniku. Namun sepertinya hal itu tak mungkin, usiaku sudah tua, dan suamiku telah
meninggal.”
“Ha… ha… ha… aku bisa mengabulkan keinginanmu dengan mudah, tapi tentu ada syaratnya. Apakah
kau bersedia?” tanga si raksasa.
“Baiklah, aku bersedia,” sahut Mbok Sarni menjawab walau hatinya takut melihat sosok raksasa yang
besar dan seram.
Source: https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-timun-mas-dari-jawa-tengah/

8. Legenda Asal Muasal Gunung Tangkuban Perahu Kisah Sangkuriang


Alkisah pada jaman dahulu kala seekor babi tengah melintas di sebuah hutan belantara.
Babi hutan itu sedang merasa kehausan di tengah panasnya terik matahari.
Pada saat dia mencari-cari mata air, dia melihat ada air yang tertampung di pohon keladi hutan.
Segera diminumnya air itu untuk melepas dahaga.
Tanpa disadarinya air itu adalah air seni Raja Sungging Perbangkara. Karena kesaktian Raja Sungging
Perbangkara, babi hutan itu pun mengandung setelah meminum air seninya.
Sembilan bulan kemudian si babi hutan melahirkan seorang bayi perempuan.
Raja Sungging Perbangkara mengetahui perihal adanya bayi perempuan yang terlahir karena air seninya
itu. Ia pun pergi ke hutan untuk mencarinya. Ditemukannya bayi prempuan itu. Dia pun memberinya
nama Dayang Sumbi dan membawanya pulang ke istana kerajaan.
Dayang Sunbi tumbuh menjadi perempuan yang sangat cantik wajahnya. Serasa tak terbilang jumlah raja,
pangeran dan bangsawan yang berkehendak memperistri anak perempuan Raja Sungging Perbangkara itu.
Namun, semua pinangan itu di tolak Dayang Sumbi dengan halus. Sama sekali tidak diduga oleh Dayang
Sumbi , mereka yang ditolak pinangannya itu saling berperang sendiri untuk memperebutkan dirinya.
Source: https://dongengceritarakyat.com/legenda-sangkuriang-asal-gunung-tangkuban-perahu/

9. PADA UPACARA MENJEMPUT DAUN BERINGIN


– buat Made Wianta
Karya Saut Situmorang

gunung keramat menghembus hujan


turun di ujung kakiku
ke manakah si mati yang dibakar tadi pergi?

gamelan lembut merangkul rambut langit


yang tergerai jatuh dekat kakiku
begitu jauh dariMu
wahai gadis kecil menari di buih putih masa lalu
“white wine lebih nikmat pake es”
kawanku memandang minta aku setuju

ikat kepala hitam aku pakai di kepala


untuk menghormatimu
o perempuan tua yang tak pernah aku kenal –
betapa sunyi kematian tanpa tangis tanpa keturunan

pada upacara kematian perempuan tua tak pernah kukenal


betapa indah terkenang senyumMu yang penuh kehidupan!

karena laut, sungai lupa jalan pulang

di kota kecil itu


gerimis turun
dan kita basah
oleh senyum dan tatapan tatapan curian
yang tiba tiba mekar jadi ciuman ciuman panjang …

karena laut, sungai lupa jalan pulang


dan batu batu hitam
daun daun gugur
danau kecil di lembah jauh
jadi sunyi
kehilangan suara jangkrik suara burung

gerimis yang turun


mengikuti terus
di jalan jalan gunung
pasar hiruk pikuk
bis antar kota
pertunjukan pertunjukan malam yang membosankan
sampai botol botol bir kosong
tempat lampu neon berdustaan dengan bau tembakau

karena laut, sungai lupa jalan pulang


dan di meja-warung basah oleh gerimis
sebuah sajak setengah jadi
mengabur di kertas tissue yang tipis
Source: https://catatanpringadi.com/puisi-puisi-saut-
situmorang/#PADA_UPACARA_MENJEMPUT_DAUN_BERINGIN

10. BOCAH PEMANCING IKAN


– untuk Vasko Popa
Karya Saut Situmorang

seorang bocah kecil memancing di danau


dan mendapatkan bulan
bulan itu lalu dipecahkannya dan keluarlah matahari
karena terlalu panas matahari itu meleleh di dalam solunya

si bocah kecewa dan menangis


menangisi matahari yang meleleh hingga tak ada hasil
untuk dibawa pulang
menangisi bulan yang sudah pecah berkeping keping
hingga tak lagi menyinari
jalan yang membawanya pulang
menangisi danau yang hanya punya satu bulan saja
dalam perutnya
menangisi dirinya yang bocah yang kecil yang hanya bisa
menangis di dalam
solunya di tengah tengah pekatnya lapar malam
Source: https://catatanpringadi.com/puisi-puisi-saut-
situmorang/#PADA_UPACARA_MENJEMPUT_DAUN_BERINGIN

11. Rereuh
Karya Dhisa Ayu

"..Ngenteung nganjanteng tatalanjangan


Nembong kakeeung semu kanineung
Hawar-hawar nu ngahariring
Eling-eling mangka eling.."

"..Ngenteung nganjanteng kana kapusing


De'et kadedeuh tuntung kahayang
Rereuh tinggalkeun mangsa katukang
Eling-eling mangka eling.."
Source: https://herewellnooneseo.blogspot.com/2020/02/rereuh.html

12. Bias
Karya Dhisa Ayu
Luka boleh jadi bentuknya sangat sederhana
Kemudian bercak boleh jadi bentuknya sangat mempesona
Dan air mata boleh jadi tetesnya sangat meraung
Sedangkan cinta, katanya~
masih tetap dengan kodratnya; sunyi
Source: https://herewellnooneseo.blogspot.com/2020/02/bias.html

13. Sisindiran 1
Mihape sisir jeung minyak,
kade kaancloman leungeun,
mihape pikir jeung niat,
kade kaangsonan deungeun.

14. Sisindiran 2
Kuring mah alim ka Bandung,
hayang ka Sumedang bae,
kuring mah alim dicandung,
hayang ku sorangan bae.

15. Sisindiran 3
Kembang culan kembang tanjung,
kembang saga jeung dongdoman,
boh sabulan boh sataun,
ulah salah nya dongdonan.

16. Sisindiran 4
Koleang kalakay pandan,
amis mata di susukan,
soreang lain teu hayang,
cimata geura susutan.

17. Sisindiran 5
Kukulu di buah manggu,
pisitan buah ramanten,
kuru lain ku teu nyatu,
mikiran nu hideung santen.

18. Sisindiran 6
Ulah tiwu-tiwu teuing,
rek bonteng baligo bae,
ulah kitu-kitu teuing,
rek goreng bareto bae.
Source Sisindiran: https://basasunda.com/sisindiran-bahasa-sunda/

19. Pantun Sunda 1


“Pita naon pita naon
Pita hideung na kalapa
Eta naon eta naon
Anu kembung dina calana."

20. Pantun Sunda 2 


"Jalan-jalan ke tegal lega
beli sayur dan buah markisa
Jadi orang jangan balaga
dijauhan ku batur baru tau rasa."

21. Pantun Sunda 3 


"Manuk ciung meni umpak
Di oyag oyag ku beuritna
Hayang nyium bari numpak
Bari ngaoyag-oyag biritna."

22. Pantun Sunda 4 


"Awak kuru meni begeng
Geus begeng tambah cembetut
Aya awewe ekeur nonggeng
Singhoreng ekeur ngaluarkeun hitut."

23. Pantun Sunda 5 


"Tutut lain sembarang tutut
Tutut dicandak ti Cirangkong
Hitut lain sambarang hitut
Hitut gede siga bangkong."

24. Pantun Sunda 6 


"Saha we nu bade nyangke
Kamari abdi nu ngajagi
Bebende nu hade hate
Pamatri ati nu sajati."

25. Pantun Sunda 7 


"Colenak enak dicocol
Komo mun tambah kalapa
Beletak pitak ditakol
Poho mun sirah mitoha."

Source Pantun Sunda: https://www.bola.com/ragam/read/4285601/20-pantun-sunda-lucu-jenaka-


menggelitik-perut

26. Paribasa Basa Sunda 1


Carincing pageuh kancing, saringset pageuh iket
Artina nya éta: taki-taki ngajaga kaamanan, mageuhan tulak jeung sajabana, bisi aya bancang pakéwuh.
Maksudnya: Kita harus siap siaga dalam menjaga keamanan, seperti mengencangkan pintu supaya tidak
dapat dibuka dari luar dan lain sebagainya, berjaga-jaga kalau nantinya ada kekacauan yang datang.

27. Paribasa Basa Sunda 2


Kudu bisa ngeureut neundeun/pakéan
Artina nya éta: kudu bisa ngajeujeuhkeun rejeki, kudu sina mahi.
Maksudnya adalah kita harus dapat memanfaatkan seperti mengurus rezeki, agar supaya dapat
mencukupi.

28. Paribasa Basa Sunda 3


Kudu boga pikir rangkeupan,
Artina nya éta: ulah sabrongbrong, kudu aya rasa curiga.
Maksudnya adalah kita jangan merasa cuek, harus ada rasa curiga. Jangan mudah percaya kepada orang
lain dan bertindak sembarangan.

29. Paribasa Basa Sunda 4


Kudu hadé gogod hadé tagog,
Artina nya éta: hadé basa jeung hadé tingkah lakuna.
Maksudnya, dalam bertutur kata kita harus baik seperti saat berbicara kepada orang lain dan tingkah laku
kita harus baik juga terhadap orang lain.
30. Paribasa Basa Sunda 5
Kudu nepi méméh indit,
Artina nya éta: kudu direncanakan kalawan asak.
Maksudnya, kita harus benar-benar merencanakan terlebih dahulu secara masak-masak ketika akan
mengabil keputusan terhadap sesuatu atau tindakan.

31. Paribasa Basa Sunda 6


Kudu bisa kabula kabalé,
Artina nya éta: kudu bisa mawa awak.
Maksudnya, kita harus dapat membawa diri atau badan kita sendiri bagaimanapun situasinya.

32. Paribasa Basa Sunda 7


Bibilintik ti leuleutik babanda ti bubudak, geus gedé ngan kari maké,
Artina nya éta: kudu gemi jeung daék babanda ti leuleutik ngarah dimana geus kolot teu loba kakurang.

33. Paribasa Basa Sunda 8


Cikaracak ninggang batu, laun-Iaun jadi legok
Artina nya éta: Upama dilakukeunna bari junun sagala rupa nu hésé ogé bakal bisa
Maksudnya, jika dilakukan secara tekun segala hal atau pekerjaan yang sulit sekalipun akan terasa mudah
dan dapat teratasi.
Source Paribasa Basa Sunda: https://basasunda.com/paribasa-pribahasa-bahasa-sunda/

34. Geguritan Jawa 1


Sekolahku
Sekolahanku…
Panggonan anggonku golek ilmu
Sekolahanku…
Diwulang dening Bapak-Ibu guru
 
Sekolahanku…
Sinau, maca buku
Ing panggonan iki
Aku diajari supaya karo wong tuwaku kudu bekti
 
Ing panggonan iki
Aku diajari marang kanca aja srei
Diparingi PR kanggo gladhen
Kanggo sangu urip ing tengahing bebrayan
 
Aku percaya…
Sanajan abot kudu dilakoni
Kabeh mau kanggo kepentingan pribadhi
Kareben ngesuk dadi wong kang ajimiguna tumprap bangsa lan nagari
 
35. Geguritan Jawa 2
3. Pahlawan Kamardikan
Pahlawan, kang dadi dalan kamardikan
Awak kang ora wedi marang kematian
Nglelakke nyowomu dadi pondasine kebebasan
Kanggo bebaske rakyat saking penindasan
 
Pahlawan, kang awan bengi lawan maut
Ngalawan musuh-musuh kang semrawut
Marang kabeh lawan kowe ngajak gelut
Ra mikirke awakmu pada benjut
 
Pahlawan, semangatmu wes koyo geni
Kang ngobong kabeh pasukan kompeni
Ingkang kanggo njaga Negara kang ditresnani
Indonesia kang merdeka, Indonesia kang kita hormati
 
Ing tanggal pitulas Agustus taun papat lima
Kang diimpike dadi nyata
Indonesia saiki wes merdeka
Pahlawan, ingkang perjuangane tanpo sia-sia
Iki kabeh mergo perjuanganmu
Yaiku para pahlawanku

36. Geguritan Jawa 3


Arti Tekamu
Ing petenge arah lan langkahku iki
Panjenengan dados srengenge kangge uripku
Menehi sumunar cahya kanggo kabeh pengarepan
Panjenengan madhangi lurung-lurung kang buntu
Liwat sorotan cahya kang metu saka swara lan tuturmu
 
Ing kelas kang ayem tentrem iki
Aku nangkep artine panguripan
Mung marang panjenengan gegayuhan dipun taruhaken
Lan marang panjenengan pengarep kang luwih becik
Panjenengan Kang nemtokake nasib bangsa Paduka
Boten mokal kagem panjenengan
Mujudake generasi emas bangsa kang gemebyar ing pepeteng
 
Saben dina panjenengan nindakake kagiyatan mulya iki
Rasa sabar uga rasa ikhlas ndampingi saben dina
Sakabehe ing donya ora bisa mbales jasamu
Yaiku jasamu kang iso nggawe bintang ing pepeteng
Kita ora bisa ngganti jasamu karo opo bae
Nanging, kita bakal nggawe panjenengan bangga
Jasamu bakal kita pangeti sajrone uripku
Bakal kita pengeti ing sajroning ati
Lan ora bakal lebur dening puteran wektu
 
Matur nuwun sanget, guru ingkang kula tresnani
Tanpa panjenengan bakal peteng ……
lan amarga panjenengan urip dadi migunani
Source Geguritan Jawa: https://www.bola.com/ragam/read/4375877/kumpulan-contoh-geguritan-puisi-
bahasa-jawa
37. Peribahasa Indonesia 1
Ada asap ada api
Artinya: Ada akibat karena sebab. Segala sesuatu pasti ada faktor pemicunya.

38. Peribahasa Indonesia 2


Tak ada harimau memakan anakanya
Artinya: Setiap orang tua selalu menyayangi anaknya. Tak ada orang tua yang ingin mencelakai anaknya.

39. Peribahasa Indonesia 3


Air jernih ikannya banyak
Artinya: Daerah yang makmur aman dan subur masyarakatnya pun tentram.

40. Peribahasa Indonesia 4


Sedikit hujan, banyak yang basah
Artinya: Peristiwa yang menjadikan suatu perkara kecil dan dapat membuat beberapa pihak saling
dendam.
Source Peribahasa Indonesia: https://kids.grid.id/read/472457492/20-contoh-peribahasa-beserta-artinya-
pepatah-ungkapan-perumpamaan?page=all

41. Dongeng 1
Kancil dan Buaya
Suatu hari, ada seekor kancil yang sedang berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Karena
makanan di sekitar kediamannya telah berkurang, Sang Kancil pun pergi untuk mencari di luar
kawasannya. Di tengah jalan, ia harus menyeberang sungai yang dihuni banyak sekali buaya besar yang
sangat lapar. Kancil pun berpikir sejenak, lalu ia mendekat ke tepi sungai.
"Hai buaya, apakah kau sudah makan siang?" tanya kancil dengan suara yang dikeraskan.
Tak lama kemudian, munculah seekor buaya dari permukaan air, "Siapa yang berteriak siang-siang
begini? Mengganggu tidur saja."
"Hai kancil, diam kau! Kalau tidak, aku makan nanti kamu," timpal buaya yang lain.
"Aku datang ke sini untuk menyampaikan pesan dari raja hutan, jadi janganlah kau makan aku dulu,"
jawab kancil.
"Ada apa sebenarnya kancil, ayo cepat katakan," kata buaya.
"Baiklah. Raja hutan memintaku untuk menghitung jumlah buaya yang ada di sini. Raja hutan hendak
memberikan hadiah untuk kalian," ujar kancil.
"Jadi sekarang, panggil semua temanmu," lanjutnya.
Mendengar hal itu, buaya sangat senang dan langsung memanggil semua kawannya untuk berbaris
berjajar di permukaan sungai. Namun, mereka semua ternyata hanya diperdaya oleh si kancil.
Dengan cerdik, si kancil langsung pergi setelah menghitung buaya terakhir di ujung sungai dan lolos dari
cengkraman buaya yang lapar.

42. Dongeng 2
Burung Bangau yang Angkuh
Seekor bangau berjalan dengan langkah yang anggun di sepanjang sebuah sungai kecil, matanya menatap
air sungai yang jernih, leher dan paruhnya yang panjang siap untuk menangkap mangsa di air sebagai
sarapan paginya. Saat itu, sungai dipenuhi dengan ikan-ikan yang berenang, tetapi sang Bangau merasa
sedikit angkuh di pagi hari itu.
"Saya tak mau makan ikan-ikan yang kecil," katanya kepada diri sendiri. "Ikan yang kecil tidak pantas
dimakan oleh bangau yang anggun seperti saya."
Sekarang, seekor ikan yang sedikit lebih besar dari ikan lain, lewat di dekatnya.
"Tidak," kata sang Bangau. "Saya tidak akan merepotkan diri saya untuk membuka paruh dan memakan
ikan sebesar itu!"
Saat matahari mulai meninggi, ikan-ikan yang berada pada air yang dangkal dekat pinggiran sungai,
akhirnya berenang pindah ke tengah sungai yang lebih dalam dan dingin. Sang Bangau yang tidak melihat
ikan lagi, terpaksa harus puas dengan memakan siput kecil di pinggiran sungai.

43. Dongeng 3
Aji Saka
Pada dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Medang Kamulan yang diperintah oleh raja bernama
Prabu Dewata Cangkar yang buas dan suka makan manusia. Setiap hari sang raja memakan seorang
manusia yang dibawa oleh Patih Jugul Muda. Sebagian kecil dari rakyat yang resah dan ketakutan
mengungsi secara diam-diam ke daerah lain.
Di dusun Medang Kawit hidup lah pemuda yang bernama Aji Saka yang sakti, rajin dan baik hati. Suatu
hari, Aji Saka berhasil menolong seorang bapak tua yang sedang dipukuli oleh dua orang penyamun.
Bapak tua yang akhirnya diangkat menjadi ayah oleh Aji Saka itu ternyata pengungsi dari Medang
Kamulan.
Mendengar cerita kebiasaan Prabu Dewata Cangkar, Aji Saka berniat menolong rakyat Medang Kamulan.
Singkat cerita, Aji Saka tiba di Medang Kamulan yang sepi. Sementara di Istana Prabu Dewata Cangkar
sedang murka karena Patih Jugul Muda tidak membawa korban untuk sang prabu.
Dengan berani, Aji Saka menghadap Prabu Dewata Cangkar dan menyerahkan diri untuk disantap oleh
sang Prabu dengan imbalan Tanah seluas serban yang digunakannya.
Saat mereka sedang mengukur tanah sesuai permintaan Aji Saka, serban terus memanjang sehingga
luasnya melebihi luas kerajaan Prabu Dewata Cangkar. Prabu marah setelah mengetahui niat Aji Saka
sesungguhnya. Namun, dengan sigap Aji Saka melilit kuat tubuh sang prabu yang kemudian dilempar ke
laut hingga hilang ditelan ombak.
Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan serta memboyong ayahnya ke Istana.
Berkat pemerintahannya yang adil dan bijaksana, Aji Saka mengantarkan kerajaan ke zaman keemasan.
Cerita ini mengajarkan untuk menjalankan amanat hendaklah dilakukan dengan sebaik-baiknya. Sebab,
orang yang memegang dan menjalankan amanat dengan baik akan mendapatkan kehormatan di kemudian
hari.

44. Dongeng 4
Beruang dan Lebah
Suatu hari, seekor beruang tengah menjelajahi hutan untuk mencari buah-buahan. Di tengah pencarian, ia
menemukan pohon tumbang di mana terdapat sarang tempat lebah menyimpan madu.
Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon tumbang tersebut untuk mencari
tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Tepat pada saat itu, sekumpulan kecil
lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu. Lebah-lebah yang pulang tersebut, tahu akan
maksud sang Beruang dan mulai terbang mendekati sang Beruang, menyengatnya dengan tajam lalu lari
bersembunyi ke dalam lubang batang pohon.
Seketika Beruang tersebut menjadi sangat marah, loncat ke atas batang yang tumbang tersebut dan
dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini malah membuat seluruh kawanan lebah yg
berada dalam sarang, keluar dan menyerang sang Beruang.
Beruang yang malang itu akhirnya lari terbirit-birit dan hanya dapat menyelamatkan dirinya dengan cara
menyelam ke dalam air sungai.

45. Dongeng 5
Angsa dan Telur Emas
Suatu hari, seorang petani membawa seekor angsa pulang ke rumahnya. Esoknya, angsa itu mengeluarkan
telur emas.
"Angsa ajaib," kata petani. la segera membawa telur emas itu ke pedagang emas di pasar untuk
mengetahui apakah telur tersebut benar-benar emas.
"Ini emas murni," kata pedagang emas. Pedagang tersebut membelinya dengan uang yang banyak. Sejak
saat itu, angsa setiap hari mengeluarkan telur emas. Kini, petani telah memiliki selusin telur emas.
Namun, petani itu masih belum puas.
"Aku akan kaya raya. Tapi, aku ingin angsa mengeluarkan lebih banyak telur emas setiap hari agar aku
cepat kaya," kata petani.
Setelah angsa mengeluarkan telur emas yang banyak dalam sehari, petani masih belum puas juga.
"Angsa itu mengeluarkan banyak telur emas. Aku tidak akan menunggu besok. Aku ingin cepat kaya.
Aku akan menyembelih angsa itu dan mengambil seluruh emas dalam tubuhnya," pikir petani.
Petani itu akhirnya menyembelih angsa, namun betapa kagetnya dia. Alih-alih menemukan banyak telur
emas, justru dia tidak menemukan satupun di dalam tubuh angsa.
Kini, petani hanya bisa menyesal. Karena serakah, dia telah menyembelih angsa. Andai saja tidak
menyembelih angsa itu, pasti masih bisa mendapatkan telur emas. Itulah akibat dari keserakahan.

Source Dongeng: https://www.haibunda.com/parenting/20200819132953-61-157636/6-dongeng-anak-


sebelum-tidur-yang-mendidik

46. Debus Surosowan


Debus Surosowan yang terkenal dengan atraksi atraksi kekebalan tubuh, yang berupa menusukkan paku
bumi ke arah perut, menahan sayatan bilah golok pada beberapa anggota tubuh, menyiramkan air keras
kesekujur tubuh dan banyak lagi atraksi lainnya yang cukup menengangkan bagi para penontonnya.

47. Rudat
Rudat adalah semacam tarian dengan alat musik berupa ganjring atau terbang besar, rebana dan kecrekan,
alat alat ini ditabuh mengikuti irama lagu arab yang syair-syairnya kebanyakan puji-pujian, yang ditabung
secara harmonis pada saat pertunjukan.

48. Patingtung / Penca Silat


Patingtung adalah sebuah irama musik yang biasa digunakan sebagai pengiring tarian pencak silat biasa
di sebut Kendang Pencak, yang terdiri dari dua buah gendang kecil, sebuah gong kecil dan sebuah
kulenter, biasanya pertunjukan memperlihatkan kebolehan para pesilat memperagakan gerak jurus pencak
silat tradisional asli Banten yaitu Bandrong dan di di tambah atraksi-atraksi lainnya.
Source: https://bantenheadline.com/inilah-11-kesenian-ritual-di-banten/

49. Mantra Jangjawokan


Mantra ini biasa dipakai untuk memulai suatu kegiatan/pekerjaan, biasanya diucapkan didalam hati.
Berikut adalah contoh jangjawokan:
Jangjawokan yang dibaca sebelum mandi
cahaya mamandi cahya
ya iku anganggo cahyaning macan gebong
maka wulung ati
digugul sia bagulong-gulong
beunang gulungan pantang sia bagolong
tek anceup tek sieup ka awaking
Fungsi dari jangjawokan ini tidak lain adalah meminta keselamatan, maksud, dan tujuan. Jika kita teliti
Jangjawokan ini mirip seperti doa-doa sebelum melakukan sesuatu di agama kita.

50. Mantra Asihan


Asihan ini biasanya disebut pelet, pasti sudah tau kan apa fungsi pelet. Mantra asihan ini bermaksud
untuk membuat orang yang kita kenal menjadi menyukai orang yang menggunakan mantra ini, efek lain
yang ditimbulkan oleh mantra asihan dapat membuat orang yang memakai menjadi lebih muncul
ketampanannya atau kecantikannya, itu membuat nya disukai dan disayangi banyak orang. Berikut adalah
contoh Asihan:
Nu cunduk bayu si anunu 
datang atma si eta
reujeung satineung jeung aingmangka
datang jeung raganamangka 
cunduk jeung bayunamangka 
baraya jeung satineungmangka 
tunggal atmanaiya rasa nira 
iya rasa nisunsaking purbaning pangeran
asih na asih ka awaking

Source Mantra: https://budaya-indonesia.org/Mantra-Sunda

Anda mungkin juga menyukai