Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MOH.

GIFARI
KELAS/JURUSAN : X (SEPULUH) / TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
TUGAS : BAHASA INDONESIA

ASAL MULA BUNGKUKO PUSAKA

Kurang lebih 4 kilometer di atas Desa Sambiut Kecamatan Totikum yang dulunya bernama
Salibantut, ada sebuah gunung. Penduduk menyebut tempat tersebut Bungkuko Pusaka (dalam
bahasa banggai Bungkuko artinya Gunung). Diatas gunung tersebut terdapat banyak bangunan
yang konon menurut kepercayaan penduduk, tempat tersebut dulunya istana nenek moyang
penduduk Sambiut atau Salibantut. Menurut sejarah seharusnya beliau itu adalah raja Banggai
pertama. Disini penulis bukan bermaksud untuk menyalahkan sejarah berdirinya Keraton Banggai
yang telah ada, namun hanya ingin menyampaikan satu cerita rakyat yang sangat dipercayai oleh
Penduduk Kecamatan Totikum, khususnya penduduk Sambiut dan sekitarnya. Perlu pembaca
ketahui, orang – orang tua kita sebelum zaman orde baru dulu sering menceritakan kisah – kisah
sejarah yang dinamakan Nanuton kepada anak cucunya. Salah satu Nunuton ini adalah kisah
tentang Bungkuko Pusaka ini. Cerita rakyat ini ditanamkan begitu dalam sehingga menimbulkan
rasa bangga yang begitu mengakar. Hal itu dikarenakan mereka merasa nenek moyang penduduk
Sambiutlah yang seharusnya berhak disebut keturunan Raja. Terlepas pembacapercaya atau tidak
akan cerita ini, penulis akan memulai Kisah Asal Mula Bungkuko Pusaka ini dari awal.
Pada zaman dahulu ketika Kerajaan Banggai masih belum punya tomundo atau raja.
Menurut cerita, yang dianggap raja disitu adalah Tomundo Sasa atau Kucing yang dianggap raja,
dibantu oleh pembesar – pembesar sebagai pelaksana pemerintahan. Ketika kerajaan Banggai
dibawah kekuasaan kerajaan Ternate, Raja Ternate bermaksud menobatkan seorang raja di
Kerajaan Banggai yang berkedudukan di Pulau Banggai, beliau memanggil para pembesar di
Banggai untuk pemilihan raja tersebut. Menurut ketentuan raja, siapapun yang lulus dalam
pemilihan tersebut, dialah yang berhak untuk dilantik menjadi raja di Kerajaan Banggai.
Memenuhi panggilan tersebut, maka berangkatlah para pembesar tersebut dengan menggunakan
perahu lengkap dengan awak perahunya. Salah satu dari awak perahu tersebut adalah seorang
pemuda yang tugasnya membuang air bila ada air laut yang masuk ke perahu (dalam bahasa
banggai Tolo Tauk Paisu). Begitullah mereka berangkat dengan harapan ada salah satu dari
pembesar tersebut yang terpilih menjadi raja di Kerajaan Banggai. Adapun cara pemiihannya
antara lain siapa pun yang pas memakai mahkota yang telah disediakan oleh Kerajaan Ternate
dialah yang berhak dilantik menjadi raja.
Mengingat bahwa kisah ini mengandung banyak makna kiasan, penulis beranggapan
bahwa yang dimaksud uji coba mahkota tersebut bukan berarti secara harfiah mahkota yang
diletakkan di kepala, tetapi adalah ujian dan seleksi untuk menentukan siapa yang cukup bijaksana
dan pantas menjadi raja.
Kita lanjutkan ceritanya, begitulah akhirnya rombongan para pembesar dari banggai
sampai di Kerajaan Ternate.
Mereka pun segera menghadap raja ternate untuk diuji dan dicobakan mahkota ke kepala
mereka masing – masing. Ternyata, dari seluruh pembesar tersebut tak ada satupun yang cocok
dengan mahkota yang telah disiapkan raja ternate. Tetapi raja sangat yakin, pasti ada orang dari
Banggai yang cocok dengan mahkota yang beliau siapkan. Untuk itu beliau yakin pula bahwa
rombongan yang datang dari Banggai belum semuanya hadir di tempat itu (masih ada yang
tertinggal). Ketika hal itu ditanyakan kepada para pembesar tersebut, mereka menjawab; memang
masih ada yang tertinggal, dia tidak ikut ke tempat ini karena menjaga perahu, tetapi dia Cuma
seorang pemuda tukang timba air, bukan keturunan pembesar. Mendengar keterangan tersebut,
raja pun menyuruh pengawal untuk memanggil pemuda tersebut untuk mencoba mahkota yang
beliau siapkan.
Syahdan, dalam perjalanan dari perahu menuju keratin, pemuda tersebut telah terlindungi
oleh awan sebagai paying, layaknya seorang pembesar yang harus dipayungi pengiringnya agar
tidak kena panas. Setelah pemuda itu dating menghadap, mahkota itu ternyata benar – benar pas
atau cocok di kepalanya. Dengan demikian, pemuda tersebutlah yang berhak untuk dilantik
menjadi raja di Kerajaan Banggai. Siapakah sebenarnya pemuda tersebut ? sebenarnya dia bukan
berasal dari rakyat jelata. Dia keturunan bangsawan, pemuda tersebut sebenarnya bernama
Bailungku, salah satu dari empat putra salah seorang pembesar yang bernama Tomundo Babolau.
Karena menurut pandangan ayahnya, Bailungku adalah putra yang paling pandai dan bijaksana,
dari keempat putranya yang bernama Julungku, Bailungku, Selungku, dan Lungkui; Bailungku
inilah yang diutus ayahnya untuk mewakilinya pergi ke Kerajaan Ternate.
Namun begitu, penunjukkan Raja Ternate terhadap Bailungku tersebut menimbulkan rasa
iri dan dengki pembesar – pembesar lainnya. Meskipun di hadapan Raja Ternate mereka bersikap
tunduk dan mau menaati perintah raja, diam – diam mereka menyusun siasat untuk menyingkirkan
Bailungku, agar tidak menjadi Raja Banggai. Dengan kelicikan mereka, di dalam perjalanan
pulang Bailungku mereka perdaya dengan cara diajak beristirahat di suatu pulau. Ketika pemuda
itu sedang asyik mencari benda – benda laut (Bia-bia), dengan segera mereka melarikan perahu
untuk pulang menuju Banggai dengan meninggalkan Bailungku seorang diri. Mereka berharap
Bailungku akan mati kelaparan di pulau terpencil tersebut, dan tidak bias menyusul mereka.
Bagaimana nasib Bailungku yang ditinggalkan sendirian di pulau tersebut ? Bisakah dia pulang
tanpa perahu ? Ataukah dia benar –benar tidak bias pulang, seperti harapan para pembesar yang
dengki tersebut?
NAMA : IVANSYA
KELAS/JURUSAN : X (SEPULUH) / TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
TUGAS : BAHASA INDONESIA

MITE ( SEJARAH )

DANAU LEMELU

Danau Alani, merupakan salah satu objek wisata yang terletak di Desa Emelu Kecamatan
Bulagi Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan. Danau ini dikenal dengan keindahan alamnya yang
sangat alami sehingga tidak heran banyak wisatawan yang berkunjung kedanau ini, selain itu
danau ini juga dikenal dengan airnya yang bening, dikelilingi hamparan bebatuan yang tersusun
rapi, menjadikan objek wisata ini, menjadi salah satu kunjungan favorit wisatawan local. Dan
yang lebih menarik lagi, Danau ini pada saat airnya surut, pengunjung bias menyaksikan
keindahan bebatuan yang tersusun rapi, secara alamiah.
Menurut legenda, konon zaman dahulu di temapt ini, tidak terdapat mata air, namun pada
waktu itu ada seorang anak laki – laki yang diberi nama Langga Bulen, yang dijanjikan kalau ia
sudah dewasa akan dikawinkan dengan seorang gadis cantik jelita. Akan tetapi, pada saat dia
sudah dewasa, ternyata gadis itu sudah dinikahkan dengan pilihan ayah gadis itu sendiri, maka
kecewalah si pemuda ini.
Untuk menumpahkan kekecewaannya itu si Langga Bulen ini kemudian pergi ke tempat
ini, kemudian bersemedi dan mengutuk tempat ini, pada saat itu kemudian turunlah hujan lebat
yang disertai dengan angin kencang, tidak lama kemudian terjadilah longsor di sekitar rumah si
gadis yang gagal menjadi pendamping hidupnya itu, rumah gadis itu kemudian tertimbun dan
semua isi rumah itu berubah menjadi bebatuan. Oleh sebab itulah, kemudian berubah menjadi
Danau Emelu yang kini sering dikenal dengan Paisu Lemelu.
Untuk menuju ke objek wisata ini, pengunjung juga melewati jalur dari Kota Salakan
Ibukota Kabupaten Banggai Kepulauan, kurang lebih sekitar 80 KM dengan waktu tempuh kurang
2 – 3 Jam.
NAMA : NAHARA U. JANGGU
KELAS/JURUSAN : X (SEPULUH) / ADMINISTRASI PERKANTORAN
TUGAS : BAHASA INDONESIA

MITE ( SEJARAH )

TERBENTUKNYA BATU KAPAL

Suatu ketika, disebuah Desa yaitu Desa Balayon datanglah segerombolan Lanun (Bajak
Laut), mereka melakukan aksi penculikan di Desa Balayon dan kapal mereka berlabuh di sebuah
pulau yaitu Pulau Dedel.
Namun, benar kata orang bijak diatas langit masih ada langit artinya, sehebat anggota
gerombolan Lanun (Bajak Laut) itu pastilah ada pendekar sakti yang akan bias menaklukannya
karena mereka tidak selamanya hebat.
Setelah, gerombolan Lanun berlabu, merekapun turun dan langsung menculik seorang
peremouan tua. Perempuan itu ibu kandung dari Pandipa di Desa Balayon, Pandipa sendiri
terkenal sebagai Pencuri Sagu (Mulok Sagu) dan Nyidipa ( Minyak Ced).
Setelah sadar, Lanun yang mencuri ibunya, Pandipa pun langsung mencuri gerombolan
Lanun (Bajak Laut). Kemudian, segerombolan Lanun tersebut ditemukan di laut Dedel, kelompok
Lanun itu di bunuh semua oleh Pandipa dan kapalnya pun ditenggelamkan.
Tiba – tiba kapal yang ditenggelamkan tersebut berubah menjadi batu, akhirnya kapal yang
ditenggelam itu disebut dengan Batu Kapal.
TENTANG
PROSA FIKSI LAMA ( CERITA DAERAH )
JENIS CERITA : LEGENDA
JUDUL : PULAU SALENDANG

DI SUSUN OLEH :

NUR AISYAH S. K

SMK NEGERI 1 LIANG

TAHUN AJARAN 2016/2017


ASAL MULA PULAU SALENDANG

Terkisah, hiduplah seorang gadis cantik yang tinggal di suatu pulau, di pulau itu ada
sebuah Desa, cerita dari pulau ini adalah seorang gadis dan pemuda yang saling mencintai, tapi
kedua orang tua dari si gadis tersebut tidak merestui hubungan mereka, karena keluarga dari si
gadis adalah orang terpandang sedangkan keluarga si pemuda itu hanyalah warga biasa (petani).
Suatu hari si pemuda itu berpamitan pada si gadis kalau dia ingin pergi merantau untuk mencari
uang yang banyak, dan melamar si gadis orang tua dari si gadis pun berkata jika si pemuda
kembali dan menjadi orang yang punya banyak uang mereka akan merestui hubungan mereka, si
pemuda itu pun pergi dan si gadis pun berharap kalau kekasih tercinta dapat kembali dan
melamarnya. Tapi apa, beberapa bulan kemudian si gadis itu malah dinikahkan dengan anak
Kepala Desa, si gadis terkejut dan terus menangis, di hari pernikahan itu si gadis terlihat sangat
cantik dan menggunakan sebuah selendang berwarna merah, dalam pernikahan itu tiba – tiba
muncullah si pemuda dengan penuh amarah karena orang tua si gadis tidak memenuhi janjinya, si
pemuda pun langsung menaruh beberapa isi dari laut seperti kima, dan karang – karang. Dan
pemuda itupun bersumpah, beberapa saat kemudian Desa itu tenggelam dan semua warga yang
ada di Desa itu termasuk si gadis berubah menjadi buaya, sedangkan si pemuda itu langsung
pulang di perjalanan si pemuda tiba – tiba berubah menjadi sebuah batu karang besar.

Menurut orang – orang disekitar itu, semua orang dilarang menggunakan baju atau celana
atau apa saja yang berwarna merah, jika mereka ingin kesana. Kenapa ? karena kata orang – orang
disekitar itu si gadis yang berubah menjadi seekor buaya sedang mencari selendangnya yang
berwarna merah yang hilang pada saat tenggelamnya Desa tersebut dan berubah menjadi pulau
yang diberi nama Pulau Salendang, didalam pulau itu tepat ditengah – tengah hutan ada lubang
besar yang sangat dalam dan berwarna kuning. Katanya, disitulah si gadis tinggal bersama warga
Desa yang lain jika ada orang yang beruntung. Maka mereka dapat melihat sebuah Desa yang
besar didalam ubang itu.

Pulau tersebut terdapat di Desa Binuntuli Kecamatan Liang Kabupaten Banggai


Kepulauan.

Anda mungkin juga menyukai