Anda di halaman 1dari 15

BUDAYA TRADISIONAL NUSA TENGGARA BARAT

BUDAYA NONBENDA

PANTUN
1. Ndek ta kanggo bersifat demit
Adekna lueq dengan girang
Ndek ta kanggo kereng berdait
Bedait sino jarang jarang
Artinya:
Kita tidak boleh bersifa demit
Supaya banyak orang yang senang
Kita todakk boleh sering bertemu
Bertemu itu satu kali

2. Lamun mele tunas pamit


Tunas pamit leq dengan toaq
Lamun mere kereng bedait
Lereng bedait leg keruaq
Artinya:
Kalau ingin meminta izin
Minta izin di orang tua
Kalau ingin sering bertemu
Sering bertemu di Keruak

3. Embe-embe taoq sedin kokoq


Pasti doang kubait batu
Embe-embe taowmu nyenyeboq
Pasti doang bedait aku
Artinya:
Di manapun di pinggir sungai
Pasti kuambil batu
Di manapun tembatmu bersembunyi
Pasti kamu bertemu aku
CERITA RAKYAT
1. Cerita Sepasang Sandal yang Serakah

Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang raja yang sudah berumur. Raja memiliki sepasang
sandal kesayangan yang dalam bahasa setempat disebut lelampak. Sandal atau Lelampak tersebut
ternyata adalah sepasang suami istri . Dimana suaminya dipanggil Papuq Mame sedangkan
istrinya dipanggil Papuq Kine.
Hingga pada suatu hari sang Raja melepas sandal di kolong bawah tidur karena lembab
terkena air hujan. Bau yang menyengat membuat tikus-tikus berdatangan mengintai dua sandal itu,
mereka pun menjadi ketakutan.
Akhirnya, Papuq Mame meminta pada Tuhan untuk mengubah dirinya menjadi tikus dengan
berukuran sangat besar. Kepuasaan dua pasang suami istri itu tidak sampai di situ.
Saat mereka berubah menjadi manusia, Papuq Mame mengajak istrinya keluar dari istana
dan mendirikan kerajaan baru. Hingga akhirnya Papuq Mame mempunyai niat jahat untuk
menyerang raja dan mengambil alih kekuasaan.
Tapi rencana jahat ini diketahui oleh Raja dan dia pun menyiapkan banyak pasukan untuk
menyerang Papuq Mame. Namun, Papuq Mame dan pasukan kalah. Untungnya mereka berhasil
melarikan diri ke hutan.
2. Cerita Rakyat Kisah Sari Bulan

Datu Panda`i adalah putra mahkota kerajaan di Sumbawa.


Suatu hari, ia bermimpi menikahi seorang gadis yang sangat cantik. Dalam mimpinya, ia
memanggil gadis itu “Sari Bulan”.
Saat berlabuh di pulau kecil akhirnya Datu Panda’i berhasil menemukan putri Sari Bulan.
Singkat cerita, ada sebuah kejadian dimana istri Datu Panda’i dikira telah dikutuk oleh iblis
bernama Kunti.
Sehingga Sari Bulan berubah menjadi buruk rupa dan kehilangan bayi di kandungannya.
Kunti yang menyamar jadi permaisuri sifatnya sangat berbeda dimana ia sombong dan gila
hormat.
Akhir kisah, anak Datu Panda’i bernama Aipad berhasil mengalahkan seluruh peserta,
termasuk Datu Panda’i sendiri.
Sebagai janji Aipad diangkat menjadi raja oleh Datu Panda’i dan Raja terkejut saat melihat
Aipad datang bersama Ibunya Sari Bulan.
Segera setelah itu, ia memerintahkan pengawainya untuk menangkap Kunti dan
menjebloskannya ke dalam penjara.
Datu Panda’i, Sari Bulan, dan Aipad hidup bersama.

3. Legenda Batu Golog

Pada jaman dulu kala di daerah Padamara, Nusa Tenggara Barat, tinggalah Amaq Lembain
dan istrinya bernama Inaq Lembain. Mereka adalah keluarga miskin yang berprofesi sebagai
buruh tani dan berkeliling ke desa-desa.
Hingga pada suatu hari ada sebuah batu ceper yang mengangkat kedua anaknya hingga
melebihi pohon kelapa.
Setelah agak lama, barulah Inaq Lembain tersadar, ternyata kedua anaknya telah tiada
terbawa Batu Golog naik ke langit. Inaq Lembain berdoa dan mendapatkan sabuk emas. Dengan
sabuk emas ini ia dapat membelah batu menjadi tiga bagian.
Sekali kibas, batu itu terbelah Batu pertama jatuh dan menghunjam bumi, hingga
menimbulkan getaran hebat. Tempat tersebut kemudian diberi nama Desa Gembong.
Ketika batu kedua jatuh, ada orang yang menyaksikan jatuhnya batu tersebut. Tempat
tersebut diberi nama Dasan Batu. Batu ketiga jatuh ke bumi menimbulkan suara gemuruh yang
menakutkan, sehingga tempat tersebut diberi nama Montong Teker.
Akhir kisah kedua anak Inaq Lembain tiba-tiba berubah menjadi dua ekor burung. Si kakak
berubah menjadi burung Kekuwo, sedangkan adiknya menjelma menjadi burung Kelik.
TARIAN
1. Tari gandrung dan lenggo

Selain Tari Sanggulu, Nusa Tenggara Barat memiliki budaya yang cukup banyak dengan
adanya berbagai tarian. Setiap tarian yang ada dengan gerakan, penggunaan, arti, pemain hingga
musik yang berbeda.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Tari Gandrung merupakan salah satu kesenian
yang berasal dari Banyuwangi Jawa Timur. Karena kedekatannya dengan daerah Bali dan
Lombok membuat tarian ini tersebar juga di Nusa Tenggara Barat.
Penyebaran Tari Gandrung Banyuwangi ke Bali dan Lombok menyesuaikan dengan
karakter lokal wilayah tersebut. Tersebarnya Tari Gandrung di wilayah lombok pada tahun 1938.
Ada pula Tari Lenggo, tari ini merupakan sebuah kesenian yang ditampilkan di dalam Istana
Bima atau Asi Mbojo merupakan salah satu tarian klasik kesultanan. Meskipun hanya ditampilkan
di kesultanan Bima saja, namun keberadaannya tetap lestari hingga sekarang ini.
Tari Lenggo mempunyai 2 jenis di antaranya Lenggo Mone atau Lenggo Melayu dan
Lenggo Siwe atau Lenggo Mbojo. Kedatangan Lenggo Mone di Istana Bima karena dibawa oleh
mubaligh yang berasal dari Sumatera Barat, sedangkan Lenggo Siwe merupakan salah satu karya
dari Sultan Abdul Sirajuddin.

2. Tari nguri dan oncer

Di tanah Suku Sumbawa dulunya mempunyai


kerajaan yang semakin berkembang dan menjadi Kesultanan Sumbawa dengan adanya ragam khas dari
tarian. Tari Nguri inilah yang berasal dari kata Guri artinya perkataan dan tingkah laku lemah lembut.
Selain tari nguri, ada pula tari oncer. Tarian khas wilayah NTB yang lainnya yaitu Tari Oncer Suku
Sasak. Kelahiran tarian ini pada era 60 an dari karyanya Muhammad Tahir yang sekarang berkembang
menjadi 3 kelompok penari.
Dari setiap kelompok membawakan tarian yang khas dan cukup unik. Selain itu, Tari Oncer terbagi
menjadi 3 bagian yakni bagian pertama gambaran mengenai peperangan, sedangkan bagian kedua dan
ketiga menggambarkan kondisi setelah peperangan.

3. Tari Wura Bongi Monca

Tari yang berasal dari Suku Bima yaitu Tari Wura Bongi Monca. Wura berarti Menabur,
Bongi merupakan beras dan Monca artinya Kuning.
Sehingga Tari Wura Bonga Monca adalah tarian menabur beras kuning yang dilakukan
ketika sedang ada hajatan. Tarian itu mempunyai lambang kesejahteraan, kejayaan dan ungkapan
rasa bersyukur terhadap Tuhan YME.

UPACARA ADAT
1. Upacara Adat Kelahiran
Upacara ini diadakan untuk menyambut kelahiran sang bayi. Wanita yang hamil untuk
pertama kalinya biasanya mengadakan suatu upacara pada usia kandungan tujuh bulan. Oleh suku
bangsa Sasak upacara ini disebut biretes, sedangkan oleh suku bangsa Sumbawa disebut bisetian.
Suku bangsa Bali di Lombok menyebutnya nelahin basang. Upacara ini bertujuan untuk memberi
keselamatan kepada calon ibu dan bayinya yang masih dalam kandungan.
Di kalangan Suku Sasak, proses kelahiran biasanya dibantu oleh seorang dukun beranak
yang disebut belian, yang mengetahui seluk-beluk proses melahirkan. Apabila seorang wanita
mangalami kesulitan melahirkan, belian menafsirkan bahwa hal itu terjadi akibat tingkah laku
buruk wanita tersebut sebelum hamil, misalnya berlaku kasar pada ibu atau suaminya. Oleh karena
itu, diadakan upacara, seperti menginjak-injak ubun-ubun, meminum air bekas cuci tangan, dan
sebagainya. Upacara itu bertujuan untuk mempercepat kelahiran sang bayi.
Setelah bayi lahir, diadakan upacara perawatan ari-ari. Menurut orang Lombok, ari-ari
adalah saudara bayi. Mereka menyebutnya adi kaka yang artinya bayi dan ari-arinya adalah adik-
kakak. Untuk itu ari-ari mendapat perawatan khusus. Mula-mula ari-ari dibersihkan lalu
dimasukkan ke dalam periuk atau kelapa setengah tua yang sudah dibuang airnya. Setelah itu
periuk atau kelapa tersebut ditanam di depan tirisan rumah dan diberi tanda berupa gundukan
tanah seperti kuburan serta batu-batu nisan dari bambu kecil dan diletakkan pada tempat tersebut.
Berbeda dengan masyarakat Sasak, orang-orang di Desa Bantek melakukan perawatan ari-
ari dengan cara meletakkannya di buah kelapa yang sudah dipecah kemudian direkat kembali
dengan adonan tanah liat dan dibungkus kain putih. Setelah itu ari-ari diletakkan di atas tiang
bambu yang disediakan di sudut pekarangan atau kebun. Orang-orang Boda, meskipun tinggal di
Desa Bantek, juga mempunyai cara berbeda dalam merawat ari-ari. Setelah bayi lahir, ari-ari
dimasukkan ke dalam tempurung kelapa muda, yang disebut kemalam, dan ditidurkan bersama
bayi tersebut. Setelah bayi berumur enam bulan, diadakan upacara menunang meloga yang
dipimpin oleh seorang belian. Dalam upacara itu ari-ari bayi ditanam di dalam rumah tempat bayi
itu dilahirkan dan dibesarkan.
Saat bayi berumur tujuh hari, masyarakat Nusa Tenggara juga menyelenggarakan suatu
upacara. Di Lombok, upacara ini disebut Molangmali. Pada usia tujuh hari ini pusar bayi
diperkirakan sudah gugur. Pada saat itulah bayi diberi nama. Belian mengoleskan sepah sirih di
atas dada dan dahi sang bayi dan ibunya.

2. Upacara Turun Tanah


Upacara ini diadakan setelah upacara molangmali saat bayi pertama kali diperbolehkan keluar
rumah. Bayi itu diturunkan ke atas tanah sebanyak tujuh kali dengan ketentuan. Untuk bayi
perempuan diturunkan di tempat terdapat alat menenun dan untuk bayi laki-laki diturunkan di
tempat terdapat alat pertanian.

3. Upacara Pemotongan Rambut


Di daerah Lombok, upacara pemotongan rambut ini disebut ngrusiang. Upacara ini berupa
upacara selamatan atau doa yang dimaksudkan untuk menghilangkan rambut yang dibawa lahir
oleh bayi yang disebut bulu panas. Dalam upacara ini keluarga bayi mengundang orang untuk
membacakan serakalan. Kemudian ayah si bayi atau seorang laki-laki menggendong bayi itu dan
berjalan mengelilingi orang-orang yang membaca serakalan. Lalu orang-orang tersebut satu per
satu memotong sedikit rambut bayi. Saat upacara ini dilaksanakan orang yang menggendong bayi
mengenakan alat penggendong yang disebut sabuk kemali. Sabuk ini dianggap sakti atau keramat
karena cara membuatnya dan menyimpannya berbeda dengan sabuk yang lain.
Pada masyarakat Sumbawa, upacara ini disebut gunting bulu, sedangkan masyarakat Bima
menyebutnya boru ru dure. Upacara ini dilaksanakan ketika bayi berumur beberapa bulan
sebelum bisa duduk.
MAKANAN DAERAH
1. Ayam Taliwang

Ayam taliwang merupakan salah satu hidangan populer khas Lombok, NTB. Sejatinya makanan ini
merupakan sajian ayam bakar yang menggunakan bumbu khas NTB. Sebagai pelengkap, ayam
taliwang disajikan dengan nasi hangat, sambal manis atau asin yang akan semakin memanjakan
lidah.
2. Beberuk Terong

Makanan khas NTB yang bisa Anda cicipi berikutnya adalah beberuk terong. Sesuai dengan
namanya, makanan ini dibuat dengan bahan dasar terong.
Beberuk terong dibuat dari terong ungu bulat dan kacang panjang yang dipotong kecil-kecil dan
dicampur dengan sambal tomat pedas.
Beberuk terong merupakan salah satu jenis sambal khas NTB yang biasanya menjadi pelengkap
sajian ayam taliwang. Cita rasanya yang segar sekaligus pedas sangat pas disantap dengan seporsi
ayam taliwang dan nasi hangat.
3.Sate Pusut

Sate pusut merupakan sebuah hidangan sate khas Lombok yang terbuat dari daging sapi
giling. Bagi Anda yang baru melihatnya, mungkin sate ini sekilas mirip dengan sate lilit khas
Bali.
Meskipun mirip, kedua sate tersebut memiliki perbedaan dalam segi bumbu. Sate pusut
ini memiliki rasa yang gurih sehingga menawarkan cita rasa yang enak dan mudah diterima
oleh lidah.

LAGU DAERAH
1. Lagu Moree

More …
Eweta more e … …
Atedo do dauto kitiko
Rendo noona rauda kaka longgo
Atedo do dau to kitiko
Rendo noona rau ra lo o
Elele … … o songge se
Onea tekan mawero
Amate tebokan olare

Lagu Moree yang merupakan lagu daerah berasal dari Nusa Tenggara Barat. Liriknya menggambarkan
kebudayaan masyarakat setempat, melalui ragam bahasa dan tariannya.

2. Lagu Halele U Ala De Teang

Halele u ala de teang


Die jarang aming plaju
Jarang aming gebah humang
Udi keda benu miju
Helele u ala de teang
Die jarang aming plaju
Jarang aming gebah humang
Udi keda benu miju
Helele u ala de teang
Die jarang aming plaju
Jarang aming gebah humang
Udi keda benu miju

Lagu daerah berasal dari Nusa Tenggara Barat, dengan judul Halele U Ala De Teang. Lagu ini adalah
lagu yang menggambarkan keragaman suku bangsa di seluruh Indonesia termasuk di Nusa Tenggara
Barat.

3. Lagu Tutu Koda


Tutu Koda Lagu Daerah Berasal Dari Nusa Tenggara Barat

O ina beten melewan lau doan


O ina saren otanan rae lela
Panadi maan tun pulo pai getan
Rawe di maan wulan le mamatan
Mo aman langsung ken obo taran bala
Kemata lali go ena lalo dang
Naku mo pana di mulo duli tukang

Lirik dalam Lagu Tutu Koda yang merupakan salah satu lagu daerah berasal dari Nusa Tenggara
Barat, menceritakan tentang pengalaman hidup seorang anak yang tinggal di desa.
Lagu ini mengajarkan tentang arti kerja keras dan perjuangan. Nasehat-nasehat yang disampaikan
secara tersirat dalam lirik lagu ini sangat menginspirasi pendengarnya.
ARTERFAK/OBJEK BUDAYA
PAKAIAN
Busana Adat Lambung Untuk Wanita

Pakaian adat lambung yaitu pakaian adat NTB yang dikenakan khusus bagi wanita pada waktu
menyambut kedatangan tamu dan pada saat upacara adat yang dikenal dengan nama Mendakin atau
Nyongkol.
Pakaian tersebut berbentuk baju dengan warna hitam dengan bentuk kerah huruf “V”, tanpa
lengan, dan dihiasi manik-manik pada tepian jahitan. Pakaian ini dipakai bersama dengan selendang
yang bercorak Ragi Genep pada bahu kanan atau kiri penggunanya. Selendang ini terbuat dari bahan
kain songket khas suku sasak.
Untuk busana bawahan, dipakai kain panjang yang dibalutkan pada pinggang. Kain ini bermotif
bordir kotak atau segitiga di tepinya. Guna memperkuat balutan kain, dipakai sebuah sabuk anteng
atau ikat pinggang berbentuk kain yang ujungnya dijuntaikan ke pinggang kiri.
Pemakaian busana adat lambung untuk wanita biasanya dilengkapi dengan aneka ragam
aksesoris antara lain sepasang gelang tangan dan gelang kaki berbahan perak, anting-anting berbentuk
bulat yang dibuat dari daun lontar (sowang), dan bunga cempaka atau mawar yang terselip di
sanggulan rambut yang bermodel Punjung Pliset.

Busana Adat Pegon untuk Laki-laki


Baju pegon khusus dipakai oleh kaum laki-laki. Baju tersebut dipercaya dari hasil adaptasi
kebudayaan Eropa dan Jawa yang dibawa ke Nusa Tenggara Barat di masa lampau. Baju ini berbentuk
jas hitam sebagaimana jas biasa. Sedangkan untuk bawahannya, dipakai Wiron atau Cute yaitu batik
bermotif nangka berbahan kain pelung hitam.
Masih ada beberapa aksesoris lain yang dipakai untuk melengkapi keindahan pakaian adat NTB
untuk kaum pria Sasak ini selain Pegon dan Wiron. Aksesoris ini berupa : ikat kepala bernama capuq
berbentuk mirip udeng khas Bali, ikat pinggang bernama leang berbentuk kain songket bersulam
benang emas, dan keris terselip di samping atau belakang ikat pinggang.
Selain beberapa aksesoris di atas, khusus bagi para pemangku adat juga memakai selendang
umbak dengan warna putih, merah, hitam dengan panjang sekitar 4 meter.

Busana adat Suku Bima

Pakaian adat suku NTB suku Bima dikenal dengan nama Rimpu. Bentuk Rimpu sangat mirip
dengan bentuk mukena, yaitu satu bagian menutupi kepala sampai perut dan satu bagian lainnya
menutupi perut hingga kaki.
Dari bentuk Rimpu ini membuktikan bahwa pengaruh kebudayaan Islam di masyarakat suku
Bima sangatlah kuat. Adapun, Rimpu sendiri berdasar fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu, Rimpu
Cili khusus bagi perempuan yang belum menikah dan Rimpu Colo bagi perempuan yang telah
menikah.
Rimpu Cili menutupi seluruh tubuh penggunanya kecuali mata, sedangkan Rimpu Colo
menutupi seluruh tubuh kecuali wajah.
Bagi kaum laki-laki Bima, mengenakan ikat kepala dari kain tenun dengan nama Sambolo.
Sambolo dikenakan dengan ujung-ujung melingkari kepala. Busana atasan pria berbentuk kemeja
lengan panjang sedangkan bawahannya berbentuk sarung songket yang bernama Tembe Me’e. Busana
bawahan dilengkapi selendang yang berfungsi sebagai ikat pinggang atau Salepe.

ALAT MUSIK DAERAH


1. Gendang Beleq

Alat musik Nusa Tenggara Barat ini memiliki ukuran lebih besar yang dibandingkan dengan ukuran
gendang pada biasanya. Maka dari itu alat ini musik ini disebut dengan Gendang Beleq yang artinya,
“Gendang” adalah kendang dan “Beleq” adalah besar. Alat musik gendang beleq ini bisa dimainkan di
lapangan terbuka maupun di panggung.
Gendang beleq sendiri memiliki 2 jenis, yaiut gendang mama (laki-laki) dan gendang nina
(perempuan). Perbedaan diantara kedua jenis alat musik tersebut adalah bukan pada bentuknya, akan
tetapi pada bunyi yang dihasilkan. Yang mana bunyi dari gendang mama terdengar lebih nyaring,
daripada bunyi dari gendang nina.
Terumpang

Alat musik Nusa Tenggara Barat ini menyerupai bentuk mangkuk besar yang pada bagian salah satu
sisinya terdapat bundaran kecil seperti benjolan. Pembuatan alat musik terumpang ini berasal dari
kuningan. Untuk memainkan alat musik terumpang adalah dengan cara dipukul dan dimainkan oleh
satu orang.
Pareret

Alat musik Nusa Tenggara Barat ini masih satu jenis dengan alat musik terompet dan dimainkan dalam
orkestra dengan berperan sebagai pembawa melodi. Alat musik yang berkembang di Lombok bagian
barat ini dibuat dari bambu.
Dalam proses pembuatan alat musik pareret ini dibutuhkan hari baik yang dihitung dalam pasaran
Pahing, sementara harinya bisa apa saja. Dan disediakan sesajen atau andang-andang berupa beras,
kepeng bolong atau satakan, buah pinang, dan benang kotak setukel. Hal tersebut sebagai bentuk
perlindungan agar si pembuat tidak mengalami mata merah dan berair atau disebut leles.
Alat musik pareret ini dimainkan sebagai pelengkap upacara persembahyangan serta ulang tahun pura
untuk masyarakat Bali yang tinggal di Lombok Barat.

RUMAH ADAT
1. Rumah Adat NTB: Bale Lumbung

Rumah adat di daerah NTB yang pertama biasa disebut Bale Lumbung. Perlu diketahui,
walaupun bangunan ini merupakan rumah adat, fungsi utamanya bukan sebagai tempat tinggal. Fungsi
utama dari rumah adat ini bisa dilihat dari namanya, yaitu Bale Lumbung, yang berarti bangunan untuk
menyimpan. Betul sekali, rumah adat ini biasa digunakan sebagai tempat penyimpanan setelah masa
panen. Biasanya hasil panen berupa padi akan disimpan sementara waktu di dalam rumah adat ini.
Karena fungsi utama rumah adat NTB sebagai gudang penyimpanan atau lumbung, maka
material yang digunakan untuk membangun rumah adat ini juga cukup sederhana. Di bagian atap,
rumah adat ini biasanya menggunakan bahan jerami yang bisa menutupi seluruh bagian rumah.
Sedangkan untuk dinding bagian dalamnya, rumah adat ini menggunakan anyaman bambu yang
disusun secara rapi.
Dilihat dari bentuk, rumah adat ini mempunyai bentuk yang cukup unik. Jika dilihat dari luar,
bentuk Bale Lumbung ini mirip dengan topi para perompak di lautan, dengan bentuk agak bulat dan
tinggi. Perlu diketahui, Bale Lumbung dibangun dengan konsep rumah panggung. Bentuk bangunan
ini dipilih untuk mengantisipasi adanya hama tikus atau juga banjir yang sering mengancam pulau
NTB.
Tips Rumah.com
Lestarikanlah budaya yang ada di Indonesia dengan mempelajari dan mengenali keunikan
budaya yang ada pada setiap daerah.
2. Rumah Adat NTB: Bale Jajar

Jenis rumah adat di NTB yang kedua adalah Bale Jajar. Jika Bale Lumbung digunakan sebagai
tempat penyimpanan, maka Bale Jajar merupakan rumah adat NTB yang digunakan sebagai tempat
hunian. Sejak zaman dahulu, suku Sasak yang tinggal di NTB sudah menempati jenis rumah adat ini.
Jika dilihat dari struktur bangunan, ada dua ruang utama yang bisa di temukan di Bale Jajar ini.
Yang pertama adalah Sesangkong yang biasanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan
persedian pangan. Dalam adat NTB, Sesangkong mungkin mempunyai fungsi yang sama seperti
dapur. Ruang kedua yang bisa di temukan di dalam Bale Jajar biasa disebut Dalem Bale. Dalem Bale
merupakan ruang utama yang biasa digunakan oleh pemilik rumah.
Sebagai salah satu rumah adat NTB, bahan yang digunakan untuk membangun Bale Jajar ini
juga cukup sederhana. Mirip dengan Bale bambu. Akan tetapi, bentuk rumah adat ini masih cukup
normal jika dibandingkan dengan Bale Lumbung. Lumbung, bagian atap Bale Jajar menggunakan
jerami dan untuk dindingnya menggunakan anyaman
4. Rumah Adat NTB: Bale Bonder

Bale Bonder bisa dikatakan sebagai salah satu rumah adat terbesar yang bisa di temukan di NTB.
Hal ini bisa dengan mudah dilihat dari ukurannya yang mencapai 50 meter persegi. Ukuran bangunan
yang besar ini karena Bale Bonder biasanya digunakan sebagai tempat tinggal para pembesar suku.
Dalam hal ini, para pembesar suku bisa disetarakan sebagai para perangkat desa atau dusun di sekitar.
Maka dari itu, biasanya hanya ada satu rumah adat NTB ini di setiap wilayah.
Walaupun Bale Bonder biasa digunakan oleh pengurus desa, akan tetapi desain bangunannya
mirip dengan Bale Jajar. Hanya saja, ada satu ruang khusus yang memang disiapkan di dalam Bale
Bonder ini. Ruang ini adalah ruang yang biasa digunakan jika ada hal penting yang harus diputuskan.
Secara mudah, bisa dikatakan bahwa ruang ini semacam ruang pengadilan jika ada suatu kasus di
wilayah desa atau dusun tersebut.
Karena ukuran bangunan yang tergolong besar, maka Bale Bonder membutuhkan beberapa tiang
penyangga. Perlu diketahui, biasanya Bale Bonder menggunakan minimal delapan sampai sepuluh
tiang penyangga supaya bisa berdiri kokoh. Akan tetapi, ada beberapa Bale Bonder yang
menggunakan lebih dari 20 tiang penyangga. Hal ini karena rumah adat NTB mempunyai ukuran yang
sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai