KELOMPOK 1
MELI
SITI
VIA
DIMAS
Pengertian dan Jenis Budaya Lokal Nonbenda
Kebudayaan nonbenda adalah kebudayaan yang mengacu pada hasil karya yang bersifat abstrak, bukan berupa benda,
diantaranya yang diturunkan Antar generasi
Upacara adat, ritual, festival Tarian Cerita rakyat, dongeng, mitos, dan
daerah, dan tradisi tradisional simbol/lambang tertentu
Upacara adatnya bernama Bakar Gunung Api. Upacara tradisi dilakukan dengan menyusun batok kelapa hingga membentuk
gunungan kemudian membakarnya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan sekaligus mendoakan arwah keluarga agar tentram
di akhirat.
La n j u t a n
Sumatera Utara
Riau
Kalimantan Selatan
Upacara adat Babalian Tandik merupakan kegiatan ritual yang dilakukan oleh Suku Dayak selama kurun
waktu seminggu. Dan puncak acara biasanya dilakukan di depan mulut Goa dengan sesembahan
pemotongan hewan qurban. Kemudian, upacara ini diakhiri dengan Upacara Badudus atau penyiraman Air
Dudus. Biasanya yang didudus (disiram) seluruh pengunjung yang hadir sehingga mereka basah semua.
Cerita Rakyat
n g
p u
m Asal Mula Kota Bumi
La
Di Lampung Utara, seorang raja bernama Tutur Jimat berkuasa dengan adil dan bijaksana. Tutur Jimat adalah keturunan Ratu Darah
Putih. Karena usianya yang sudah tua, ia bermaksud menyerahkan kekuasaannya kepada anak tertuanya bernama Paniakan Dalem.
Paniakan Dalem memimpin kerajaan dengan adil dan bijaksana. Paniakan Dalem menikah dan dikarunai seorang putra yang diberi
nama Muhammad. Paniakan Dalem mulai memikirkan cara agar keturunan kerajaan ini dapat selalu mengenang leluhur mereka. Suatu
hari, Putra Mahkota datang menghadap ayahnya. “Ayahanda, saya ingin bertanya, siapakah Kuto Bumi itu?”
Raja Paniakan Dalem menjawab, “Kuto Bumi adalah nenek moyang kita. Beliau adalah ratu yang pernah memimpin daerah ini. Kita
semua adalah keturunan beliau. Dari mana kau dengar nama tersebut?”
“Begini, Ayahanda, aku sedang berburu dan sampailah di sebuah kampung. Orang di sana memperkenalkan diri mereka dan mereka
bilang bahwa mereka adalah keturunan Kuto Bumi. Bagaimana kalau kita namakan saja daerah ini dengan Kuto Bumi, Ayah? Dengan
demikian, semua orang yang berasal dari sini dapat selalu mengenang leluhur mereka” kata Muhammad.
Paniakan Dalem gembira mendengar kata-kata putranya. Ia setuju untuk mengubah nama daerah tersebut menjadi Kuto Bumi.
k u
u
al Asal Mula Telaga Biru
M
Di wilayah Gelela, Lisawa, daerah Halmahera Maluku Utara ada sebuah telaga. Dahulunya
telaga ini mata airnya berair jernih dan berkilau berwarna biru. Setiap daun jatuh di sekitar
telaga, daun tersebut seperti dihisap oleh bebatuan, sehingga sekitar telaga tetap terlihat
bersih. Suatu ketika kekeringan melanda Galela selama berbulan-bulan lamanya.
Namun, pada suatu hari mereka dikejutkan dengan keluarnya air dari sela bebatuan yang
terbentuk dari pembekuan lahar panas. Air itu terus mengalir dan membentuk sebuah
telaga. Letak telaga ini tepat di bawah sebuah pohon beringin yang sangat rimbun.
Keanehan yang terjadi ini membuat para penduduk melakukan sebuah ritual.
Singkat cerita, konon ada sepasang kekasih yang berjanji untuk sehidup semati. Mereka
bernama Mojojaru dan Magohiduruu. Pada suatu hari Magohiduruu pergi merantau ke
negeri seberang. Majojaru menanti dengan setia dan cemas, hampir satu tahun
Magohiduruu tidak kembali Air mata Mojojaru mengalir sangat deras hingga menggenang
dan menenggelamkan bebatuan yang ada di sekitar pohon beringin. Pada akhirnya,
Mojojaru tenggelam oleh air matanya. Saat itu juga, langsung terbentuk sebuah telaga dan
airnya sebening mata wanita-wanita Lisawa.
.Y
D.I
Alkisah, di Kerajaan Prambanan ada raja bernama Prabu Baka. Ia mempunyai putri bernama
Rara Jonggrang. Suatu hari, Prabu Baka dikalahkan oleh Bandung Bondowoso. Bandung
Bondowoso pun menguasai Kerajaan Prambanan. Ia terpesona oleh kecantikan Rara Jonggrang.
Rara Jonggrang tidak bisa menolak ketika hendak dipersunting Bandung Bondowoso.
Akhirnya, ia mengajukan syarat, yaitu minta dibuatkan seribu candi dalam waktu satu malam
sebagai mas kawin.
Rara Jonggrang mencari akal agar Bandung Bondowoso gagal. Ia meminta para gadis untuk
menumbuk padi serta menaburkan bunga. Ketika mendengar bunyi lesung dan mencium bau
harum, rombongan makhluk halus menghentikan pekerjaannya karena mengira hari telah pagi.
Padahal, candi yang belum dibuat tinggal satu.
Mengetahui usahanya gagal. Bandung Bondowoso marah. Ia mengutuk Rara Jonggrang
menjadi patung. Patung Rara Jonggrang pun menjadi candi ke seribu.
Lagu Daerah
Kampuang Nan Jauh di Mato Lagu Yamko Rambe Yamko
Tarian NTB Lenggo adalah sebuah tarian NTB yang berasal asli dari Bima. Selain itu, tarian Lenggo mulanya merupakan tarian klasik yang khusus
ditampilkan di lingkungan kerajaan Bima. Tari Lenggo bisa dilakukan oleh pria dan perempuan namun berbeda sebutan. Jika ditarikan oleh perempuan akan
disebut dengan Tari Lenggo Mbojo, sementara jika ditarikan oleh laki-laki akan disebut dengan tari lenggo melayu.
Tari Lenggo Melayu tersebut diciptakan oleh Datuk Raja Lelo yaitu seorang mubalig dari Sumatra barat sebagai upacara adat Hanta Ua Pua.
Kemudian, Sultan Abdul Khair Sirajuddin menciptakan tarian yang dibawakan penari perempuan disebut dengan Tari Lenggo siwe yang merupakan tarian
pengembangan dari tari sebelumnya.
Upacara adat Hanta Ua Pua sendiri merupakan upacara peringatan masuknya agama Islam di Bima. Selain dipertunjukkan di upacara adat Hanta Ua
Pua, tarian Lenggo juga sering digunakan untuk menyambut tamu penting atau digelar dalam festival budaya. Hal tersebut guna melestarikan warisan
budaya lokal.
Pertunjukan Tari Lenggo ini diiringi dengan musik tradisional Bima seperti gendang besar, gong, tawa-tawa dan silu. Musik iringan ini biasanya
merupakan musik yang berirama lembut, pelan menyesuaikan dengan gerakan para penari.