Anda di halaman 1dari 3

No.

Peserta :
Judul Karya : Aku Bangga dengan Keragaman Budaya Indonesia

Hai teman-teman! Perkenalkan aku Tanisha Ihdinarosam, siswa kelas 5 UPT SD Negeri
Tambakan 02, Gandusari Blitar. Kali ini, aku akan menuliskan narasi dengan judul “Aku
Bangga dengan Keragaman Budaya Indonesia”. Yuk baca narasiku!

Indonesia merupakan negara multikultur dengan berbagai corak kebudayaan.


Kebudayaan ini bisa tergambar dari keragaman bahasa daerah, adat istiadat, pakaian adat, rumah
adat, tarian daerah dan sebagainya. Ada lebih dari 17.000 pulau tersebar di Indonesia dan di
dalam pulau-pulau terdapat 34 provinsi yang dihuni oleh berbagai macam suku. Ada kurang
lebih 1.340 suku tersebar di pulau-pulau yang ada di Indonesia. Setiap suku pastilah memiliki
adat istiadat, keunikan serta budayanya sendiri, seperti lagu daerah, tarian daerah dan masih
banyak lagi. Keberadaan suku-suku yang beragam inilah yang membuat negara Indonesia
menjadi kaya akan budaya. Kekayaan budaya ini haruslah dipertahankan dan dijaga
kelestariannya agar tak hilang dan dilupakan. Dalam narasi ini, aku akan menceritakan tentang
Tari Piring dari Sumatera Barat dan kesenian Jaranan dari Jawa Timur.

Tari piring merupakan tari tradisional yang berasal dari Minangkabau, secara tradisional
dapat disebutkan bahwa tari piring berasal dari Solok, Sumatera Barat. Tarian ini menampilkan
aksi atraksi menari menggunakan piring. Para penari akan mengayunkan piring yang berada di
telapak tangan mereka selaras dengan music iringan serta gerakan yang cepat dan teratur tanpa
melepaskan atau membiarkan satu piring pun terjatuh. Gerakan tari piring diambil dari gerakan
silat Minangkabau atau yang biasa disebut silek. Tari piring dipopulerkan oleh Huriah Adam.
Modern ini, tari piring biasanya digunakan sebagai sambutan untuk menyambut tamu terhormat
atau juga biasanya digunakan untuk pembukaan suatu upacara adat. Tari piring sangatlah popular
di Indonesia, bersama dengan tari lainnya, seperti tari saman, jaipong, dan pendet yang kerap
digunakan sebagai tari untuk menyambut tamu-tamu terhormat dalam beberapa acara dan
digunakan sebagai ajang promosi pariwisata serta kebudayaan yang ada di Indonesia.
Jaranan merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Kediri. Meskipun berasal
dari Kediri, nyatanya kesenian ini juga terkenal di beberapa kota lain di Jawa Timur, seperti
Ponorogo, Tulungagung, Nganjuk, dan Banyuwangi. Seni jaranan dikatakan berasal dari
Kediri karena merunut pada sejarahnya. Ada banyak versi tentang sejarah seni  jaranan. Salah
satu yang berkembang di masyarakat ialah tentang pernikahan Dewi Sanggalangit dengan
Klana Sewandana.
Pada 1041 Kerajaan Kahuripan terbelah menjadi 2, yakni Kerajaan Jenggala di bagian
timur dan Kerajaan Panjalu yang selanjutnya disebut Kediri di bagian barat. Adalah Dewi
Sanggalangit, putri Kerajaan Panjalu yang memiliki wajah rupawan. Kecantikan Dewi
Sanggalangit membuat beberapa pria ingin meminangnya menjadi istri. Singkat cerita Klana
Sewandana dari Wengkerlah yang pada akhirnya terpilih menjadi suami Dewi Sanggalangit.
Pada saat iring-iringan temanten dari Kerajaan Panjalu ke Wengker keduanya diarak oleh
pajurit kerajaan yang menunggang kuda serta pemusik yang memainkan alat musik yang
terbuat dari besi dan bambu.
Untuk mengenang pernikahan Dewi Sanggalangit dan Klana Sewandana lantas
terciptalah seni jaranan. Disebut jaranan karena dalam kesenian ini para penari menggunakan
properti berupa jaran  (kuda) buatan dari anyaman bambu yang juga dilengkapai dengan
pecut. Musik pengiringnya ialah gamelan. Para penari yang mengenakan  jaran  buatan
melambangkan para prajurit Kerajaan Jenggala yang menaiki kuda ketika iring-iringan
temanten, sedangkan mereka yang memainkan gamelan melambangkan para pemusik yang
memainkan alat musik dari besi.
Momen yang paling dinanti sekaligus yang menjadi keunikan dari seni jaranan ialah
ketika para penari kesurupan lantas mereka menari tanpa sadarkan diri. Hal yang lebih wow
adalah ketika mereka melakukan hal ekstrim, seperti memakan beling. Para penari bisa
kesurupan karena memang roh-roh halus “sengaja” didatangkan pada saat
pertunjukkan jaranan. Selain sebagai sarana hiburan, seni jaranan juga dijadikan alat oleh
masyarakat setempat untuk berkomunikasi dengan para leluhur mereka. Adalah gambuh,
orang yang bertugas memanggil roh-roh leluhur untuk kemudian masuk ke raga para penari.
Gambuh jugalah yang nantinya menyembuhkan para penari dari kesurupan.

Demikian narasi kebudayaanku teman-teman. Yuk kita kenali dan ikut lestarikan
beragam kebudayaan Indonesia yang kaya ini agar tidak punah. Kalau bukan kita, siapa lagi?
Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Salam kebudayaan!

Anda mungkin juga menyukai