Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH SENI BUDAYA

Kelas : X MP 1
Nama Kelompok :
- Gea Mozaliyanti Supardi
- Novita Josi Iryani
- Cika Luwiyanah
- Jahratul Jannah
- Cusilawati
- Luna Mayah
 Tari Rakyat
Pengertian Tari Rakyat
Tari rakyat menjadi salah satu aset kekayaan budaya yang ada di Indonesia. Menurut artikel
berjudul Berbagai Macam Sajen pada Pementasan Tari Rakyat dalam Ritual Slametan karya
Mukhlas Alkaf dari Institut Seni Indonesia Surakarta tahun 2013, tari rakyat merupakan salah satu
ragam kesenian yang tumbuh di tengah masyarakat pedesaan. Tari rakyat ini biasanya berlatar
belakang budaya dan seni yang sifatnya diwariskan secara turun temurun antar generasi.

Tari rakyat menjadi bentuk kreativitas masyarakat Indonesia yang dilatarbelakangi budayanya
masing-masing. Sehingga antara tari rakyat yang satu dengan lainnya memiliki ciri khas dan
keunikan masing-masing.

CONTONYA : TARI SINTREN

1. Pengertian
Tarian sintren merupakan sebuah seni tari tradisional dari Cirebon yang mengandung unsur
magis, nama sintren yang ada pada tarian ini ternyata merupakan gabungan dari dua kata yakni si
dan tren yang mana dalam bahasa Jawa kata si merupakan sebuah ungkapan panggilan yang
memiliki arti ia atau dia, sedangkan kata tren berasal dari kata tri atau putri sehingga sintren
memiliki arti si putri atau sang penari.

2. Sejarah tari sintren


Asal mula nama sintren salah satunya berasal dari kata sindir (bahasa Indonesia : sindir) dan
tetaren (bahasa Indonesia : pertanyaan melalui syair-syair yang perlu dipikirkan jawabannya)
maksudnya adalah menyindir dengan menggunakan sajak-sajak atau syair-syair,

Pada awalnya sebelum terbentuk struktur sintren yang ada seperti sekarang ini yang berupa tarian
dengan wanita ditengahnya, dahulu awal kesenian ini dipercaya dimulai dengan aktifitas
berkumpulnya para pemuda yang saling bercerita dan memberikan semangat satu sama lain
terutama setelah kekalahan besar pada perang Besar Cirebon yang berakhir sekitar tahun 1818,
dalam cerita lisan masyarakat Indramayu dikenal nama Seca Branti yang dipercaya sebagai abdi
pangeran Diponegoro yang berhasil lolos dari Belanda setelah kekalahan perang Diponegoro yang
berakhir pada tahun 1830, dikatakan bahwa Seca Branti melarikan diri ke wilayah Indramayu
disana dia bergaul dengan para pemuda dan suka membacakan sajak-sajak perjuangan, pada
musim panen tiba disaat para pemuda sedang banyak berkumpul, Seca Branti kemudian ikut
bergabung dan menyanyikan sajak-sajak perjuangannya.

Aktifitas menyanyikan sajak-sajak ini kemudian diketahui oleh penjajah Belanda dan kemudian
dilarang, Belanda hanya mengizinkan adanya sesuatu kegiatan yang diisi dengan pesta, wanita
penghibur dan minuman keras. Kegiatan-kegiatan ini juga berusaha Belanda lakukan di dalam
keraton-keraton Cirebon sebelum berakhirnya perang Besar Cirebon, bahkan para prajurit Belanda
yang berada di kota Cirebon senang dengan kegiatan mabuk-mabukan diiringi dengan para penari
Tayub. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi digunakannya penari wanita sebagai kedok
(bahasa Indonesia : topeng) dalam pertunjukannya sementara fokus utamanya tetaplah syair-syair
yang diucapkan oleh dalang sintren yang didengarkan oleh para pemuda yang mengelilinginya,
berlatih untuk memupuk rasa perjuangan. Oleh karenanya pada tahap ini sebagian kalangan
menterjemahkan sintren sebagai sinyo (bahasa Indonesia : pemuda) dan trennen (bahasa Indonesia
: berlatih) yang artinya pemuda yang sedang berlatih.

Pada tahap ini pola-pola sajak yang digunakan oleh para dalang sintren tidak berubah dari sajak-
sajak tentang perjuangan, perbedaannya adalah digunakannya ronggeng buyung (penari wanita)
pada pertunjukannya yang bertujuan untuk mengelabui penjajah Belanda.

Selain dari kisah perjuangan pemuda-pemuda Cirebon lewat syair-syair penyemangat dalam
pagelaran sintren, kesenian sintren di Cirebon juga menampilkan lirik-lirik legenda romantisme
antara Selasih dan Sulandana yang populer dikalangan masyarakat suku Jawa, hal tersebut
dikarenakan letak Cirebon yang berdekatan langsung dengan tanah budaya Jawa mengakibatkan
tingginya interaksi sosial antara suku Cirebon dengan suku Jawa.

3. Alat musik yang digunakan (Gendin,bambu besar,gong, kendang)


- Gendin
- Bambu besar
- Gong
- Kendang
4. kostum yang digunakan
- baju golek yaitu baju yang tidak memiliki lengan
- baju jarit yaitu baju wanita jawa
- celana cinde yaitu celana yang memiliki panjang hingga lutut
- sabuk atau ikat pinggang
- jamang yaitu aksesoris yang dipakai di kepala si penari
- kaos kaki hitam dan kaos kaki putih
- kacamata hitam

5. Fungsinya
Kesenian sintren awal mulanya sebagai ritual untuk memanggil hujan, namun sekarang kesenian
sintren berfungsi sebagai hiburan masyarakat sekitar Desa Tegalsari. Pergeseran fungsi kesenian
sintren dari ritual menjadi suatu hiburan disebabkan oleh adanya anggapan masyarakat bahwa
kesenian ini merupakan perbuatan syirik.

6. Gerakan
Selainsembahan, salaman, lembehan, sari lengkung, geol bokong, ngoyok, belulukan, kosoki.
Tidak ada pola gerakan yang digarap pada saat sebelum pertunjukan dimulai,
karena dalam menari, penari Sintren tidak dalam keadaan sadar.

 Tari Klasik
Pengertian Tari Klasik – Jenis tari tradisional yang ada di Indonesia sangat beragam. Tari klasik
adalah salah satu jenis tari yang hingga saat ini masih dilestarikan dan sering dipentaskan di
berbagai daerah. Menurut pengertian nya, tari klasik termasuk dalam golongan tari yang muncul
serta berkembang di sekitar wilayah keraton.
Karena hal tersebutlah, tari klasik biasanya menjadi tari yang memiliki nilai sakral tinggi bagi
masyarakat setempat. Di Indonesia, ada banyak contoh dari klasik mulai dari Sabang hingga
Merauke, setiap daerah memiliki tari klasiknya masing-masing dengan keunikan dan nilainya
tersendiri.

CONTOHNYA : Tari Bondan

1. Pengertian Tari Bondan

Tari bondan adalah salah satu contoh tari klasik yang berasal dari daerah Surakarta, Jawa Tengah.
Dibandingkan dengan tari-tarian tradisional lainnya, tari bondan dianggap memiliki keunikan
tersendiri. Tarian yang dimainkan dengan properti berupa payung, boneka bayi dan kendi ini dikatakan
unik karena berbagai gerakannya menceritakan tentang kisah dan kasih sayang seorang ibu kepada
anak bayinya. Simak penelusuran kami mengenai asal usul, sejarah, gerakan, dan informasi mengenai
tarian tersebut berikut ini.

Tari bondan adalah tari yang terlahir dari kebudayaan masyarakat Surakarta masa silam. Tarian ini
mengisahkan tentang seorang ibu yang mengasuh anaknya, memberikan kasih sayang, dan merawat
bayinya hingga besar. Tidak diketahui siapa sebetulnya orang yang menciptakannya, yang jelas tarian
ini, kini menjadi sangat populer dan sering dipentaskan dalam berbagai kesempatan

2. Sejarah dan Asal Usul Tari Bondan

Tari Bondan dulunya merupakan tarian wajib bagi para kembang desa di kerajaan Mataram Lama.
Tarian ini dimainkan untuk menunjukan jati diri sebagai seorang yang meski cantik, tapi tetap memiliki
jiwa keibuan.

3. Gerakan yang ada di dalam tari bondan yaitu

Penari tarian ini dengan menggendong boneka bayi dengan satu tangan, serta tangan lain membawa
payung kertas. Saat para penari menari diatas sebuah kendi (tempat air minum dari tanah liat), penari
harus menjaga keseimbangan agar kendi yang dinaiki tidak akan pecah.Para penari menari di atas kendi
sambil memutar-mutar kendi yang diinjak serta memainkan payung yang dibawanya.

4. Jenis Tari Bondan

- Bondan Cindogo

- Bondan Mardisiwi

- Bondan Pegunungan

5. Kostum yang dipakai pada tari bondan yaitu :

Awalnya penari menari dengan menggunakan kostum tani, seperti tenggok, alat tani, dan caping lalu
diganti dengan :

- Kain Wiron

- Jamang

- Baju kutang

6. Properti yang dipakai yaitu

- Payung

- Boneka bayi

- Kendi

Dikatakan unik karena berbagai gerkannya menceritakan tentang kisah dan kasih sayang seorang ibu
kepada anak bayinya.

7. Alat musik yang di gunakan yaitu

- Gamelan Jawa laras slendro.

- Diiringi musik gending

Anda mungkin juga menyukai